Anda di halaman 1dari 9

RESUME HIV/AIDS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Rida Nurul Hasanah

NIM : P031915401028

MATA KULIAH : Hiv/Aids

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN DIII KEBIDANAN TK.IIIA

POLTEKKES KEMENKES RIAU

2021
RESUME HIV/AIDS

A. DEFINISI DAN PENGERTIAN VIRUS HIV DAN PENYAKIT AIDS

Definisi dan pengertian menurut Depkes RI (2003), adalah sebagai berikut:

a. VIRUS HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama selCD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejalatimbul tergantung dari infeksi oportunistik
yang menyertainya. Infeksioportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) yangdisebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut.

b. PENYAKIT AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuhmakhluk hidup. Sindrom
AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel CD4
pada sel darah putih yang banyak dirusakoleh Virus HIV.

B. TANDA DAN GEJALA HIV/AIDS

Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan
terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem
kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip
dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada
tahap ini jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih
mudah terjadi pada tahap ini.

a) Tahap Infeksi Akut (beberapa bulan pertama)


 Demam hingga menggigil.)
 Muncul ruam di kulit (infeksi kulit
 Muntah.
 Nyeri pada sendi dan otot.
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Sakit kepala.
 Sakit perut.
 Sakit tenggorokan dan sariawan di lidah maupun dalam rongga mulut.

b) Tahap Infeksi Laten ( berlangsung beberapa tahun)


 Berat badan turun.
 Berkeringat di malam hari.
 Demam.
 Diare.
 Mual dan muntah.
 Herpes zoster
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang.
Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita
memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita
lebih mudah terserang infeksi lain.

Gejala AIDS meliputi:

 Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.


 Berkeringat di malam hari.
 Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
 Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. 
 Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
 Diare kronis.
 Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
 Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
 Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
 Mudah marah dan depresi.
 Ruam atau bintik di kulit.
 Sesak napas.
 Tubuh selalu terasa lemah.

C. PENYEBAB HIV/AIDS

 Hubungan seks. Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui
vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila
terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau
sariawan.
 Berbagi jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV,
adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya
menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan
NAPZA suntik.
 Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah
dari penderita HIV.
 Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin
yang dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses
melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.

D. FAKTOR RESIKO HIV/AIDS

 Hubungan seks tanpa mengenakan kondom. Risiko penularan akan lebih tinggi


melalui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan berganti pasangan.
 Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular seksul
menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga meningkatkan risiko
tertular HIV.
 Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum suntik dalam
menggunakan narkoba.
 Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
 Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HIV MENUJU AIDS

 Usia
 Sistem imun
 Layanan kesehatan
 Ada tidaknya infeksi
 Factor genetic,ada tidaknya kekebalan terhadap jenis virus HIV tertentu virus HIV
yang kebal terhadap obat obatan.

E. CARA PENGOBATAN,PENCEGAHAN DAN TIPS HIDUP SEHAT HIV/AIDS

A. CARA PENGOBATAN HIV/AIDS

Hingga sekarang, belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV dan AIDS. Namun ada
dokter dapat memberikan beberapa jenis obat untuk mengurangi atau menghambat
perkembangbiakan virus ini dalam tubuh pasien. Cara mengobati HIV dan AIDS tersebut
dilakukan dengan terapi antiretroviral (ARV). Terapi ini pemberian obat yang meliputi:
 Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), seperti efavirenz dan
nevirapine.
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), seperti zidovudine, lamivudine,
serta abacavir.
 Protease inhibitor (PI), seperti nelfinavir.
Fusion inhibitor untuk mencegah HIV masuk dalam sel pada sistem kekebalan tubuh.
Contoh obatnya adalah enfuvirtide.
 Integrase Inhibitor untuk melumpuhkan protein HIV agar tidak memasukkan materi
genetiknya pada sel kekebalan tubuh. Raltegravir termasuk contoh obat ini.

Dokter umumnya memberikan terapi antiretroviral dengan menggabungkan beberapa jenis


obat. Obat-obatan ini harus diminum setiap hari untuk menekan perkembangan virus.Meski
begitu, terapi ARV tetap dapat memicu efek samping. Beberapa di antaranya adalah mulut
kering, diare, mual, muntah, sakit kepala, tubuh yang lemah, sulit tidur, dan tulang rapuh.Di
samping terapi ARV, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) juga akan membutuhkan
penanganan tertentu guna mengatasi infeksi lain yang dialaminya.Dokter juga akan terus
memantau jumlah virus (viral load) dan sel CD4 dalam tubuh pasien. Pemeriksaan ini akan
dilakukan tiap 3-6 bulan.

B. PENCEGAHAN HIV AIDS

 Vaksin untuk mencegah HIV atau AIDS memang belum tersedia. Namun Anda bisa
menghindari infeksi ini melalui cara-cara berikut:
 Setialah pada pasangan
 Tidak berganti-ganti pasangan seks
 Melakukan hubungan seks dengan kondom
 Menjalani tes HIV untuk untuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV, misalnya
pekerja seks, pengguna narkoba, dan tenaga medis
 Melakukan tes penyakit menular seksual karena penyakit ini dapat meningkatkan
risiko HIV
 Jangan berbagi jarum suntik dengan orang lain
 Jika memungkinkan, mengonsumsi obat post-exposure prophylaxis (PEP) ketika
curiga telah terpapar HIV setelah melakukan aktivitas berisiko tinggi, seperti
hubungan seksual tidak aman
 Bila perlu, mengonsumsi obat pre-exposure prophylaxis (PrEP) secara konsisten
untuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV

C. TIPS SEHAT PENDERITA HIV/AIDS

Pola hidup sehat merupakan hal yang harus selalu diutamakan, tak pandang sudah seberapa
parah HIV/AIDS yang diderita. Untuk itu, ODHA disarankan mengikuti beberapa tips
menjalani hidup dengan HIV/AIDS berikut ini:

1. Minum obat ART secara rutin


Pengobatan HIV/AIDS sejauh ini memang belum bisa menyembuhkan dan
mematikan virus HIV secara total. Namun, pengobatan ini penting dilakukan untuk
menekan jumlah virus dan mencegah virus HIV semakin melemahkan sistem
kekebalan tubuh penderita. Obat yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS disebut
obat antiretroviral (ART).Kendati ada banyak jenis obat ART yang bisa digunakan,
tapi tujuannya tetaplah sama, yakni membantu sistem kekebalan tubuh mencegah dan
melawan infeksi, serta menurunkan risiko penyebaran virus HIV ke orang lain.

Oleh karena itu, agar dapat menjalani hidup dengan sehat dan mencegah penularan
virus ke orang lain, penderita HIV/AIDS perlu mengonsumsi obat ART secara rutin
sesuai dosis dan petunjuk yang telah disarankan dokter.

2. Menjaga berat badan ideal


Setiap penderita HIV/AIDS perlu menjaga berat badannya. Hal ini dikarenakan badan
yang terlalu gemuk atau terlalu kurus dapat memperburuk kondisi penyakit dan
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lain, mulai dari osteoporosis, penyakit
ginjal, stroke, hingga penyakit jantung.

Untuk mengetahui berat badan ideal, ODHA perlu menghitung indeks massa
tubuh(IMT). Jika IMT menunjukkan berat badan ODHA berlebihan atau justru
kurang, maka dokter akan membantu untuk menentukan langkah-langkah yang dapat
dilakukan guna mencapai berat badan ideal.

3. Mengonsumsi makanan tinggi nutrisi


Konsumsi makanan kaya nutrisi, seperti buah, sayur, biji-bijian, telur, dan susu,
memiliki beragam manfaat, antara lain memperkuat system kekebalan tubuh
membantu tubuh memperoleh nutrisi dan energi, serta menjaga kesehatan tubuh
secara menyeluruh.Selain mengonsumsi makanan tinggi nutrisi, ODHA juga harus
mencukupi asupan cairan dengan mengonsumsi 8 gelas air putih per hari, serta
membatasi asupan gula, garam, dan makanan berlemak.
Tidak hanya itu, pastikan makanan sudah dibersihkan dan dimasak hingga matang
sebelum dikonsumsi. Karena sistem kekebalan tubuhnya yang lebih lemah, penderita
HIV/AIDS rentan mengalami infeksi jika mengonsumsi makanan yang tidak bersih,
dimasak setengah matang, atau mengonsumsi makanan mentah.

4. Rutin berolahraga
Olahraga dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan kebugaran tubuh, sekaligus
membantu sistem kekebalan tubuh bekerja lebih baik dalam melawan infeksi.
Berjalan santai, bersepeda, atau jogging selama 20-30 menit, setidaknya 3 kali dalam
seminggu, dapat menjadi pilihan olahraga yang baik bagi penderita HIV/AIDS.
Meski demikian, ODHA sebaiknya tetap melakukan konsultasi ke dokter untuk
menentukan jenis olahraga yang aman dilakukan. Dokter akan menentukan jenis dan
durasi olahraga sesuai kondisi kesehatan penderita.

5. Menghindari rokok dan minuman beralkohol


Penderita HIV/AIDS yang memiliki kebiasaan merokok berisiko tinggi mengalami
gangguan kesehatan akibat rokok, seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Begitu pula jika ODHA mengonsumsi minuman beralkohol. Kebiasaan mengonsumsi
minuman beralkohol dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh semakin lemah dan
merusak organ hati.

6. Melengkapi imunisasi
Mengingat bahwa virus HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat
penderitanya rentan terkena penyakit infeksi, maka imunisasi merupakan salah satu
langkah penting yang perlu dijalani oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS.
imunisasi memang tidak bisa menghilangkan virus HIV atau mengobati penyakit
infeksi. Akan tetapi, imunisasi dapat mencegah infeksi virus dan kuman yang dapat
menyebabkan penyakit serius pada ODHA, seperti meningitis, pneumonia,
dan hepatitis B. Walau demikian, pemberian imunisasi pada ODHA ada syaratnya.
Beberapa jenis imunisasi tidak boleh diberikan jika kondisi kekebalan tubuh ODHA
sedang lemah. Untuk menentukan apakah kondisi tubuhnya cocok untuk diberikan
imunisasi, orang yang hidup dengan HIV/AIDS perlu rutin melakukan pemeriksaan
ke dokter

7. Mengurangi stres
Hidup dengan HIV/AIDS tidaklah mudah. Selain rentan sakit, penderita HIV/AIDS
pun tak jarang mengalami tekanan batin dan stres yang berat. Bahkan tak sedikit
ODHA yang hidup dengan gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas.
Oleh karena itu, penting bagi ODHA untuk memiliki teman, kerabat, atau komunitas
yang dapat memberi dukungan emosional.

Anda mungkin juga menyukai