DI SUSUN OLEH :
NIM : P031915401028
2021
RESUME HIV/AIDS
a. VIRUS HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama selCD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejalatimbul tergantung dari infeksi oportunistik
yang menyertainya. Infeksioportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) yangdisebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut.
b. PENYAKIT AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuhmakhluk hidup. Sindrom
AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel CD4
pada sel darah putih yang banyak dirusakoleh Virus HIV.
Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan
terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem
kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip
dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada
tahap ini jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih
mudah terjadi pada tahap ini.
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang.
Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita
memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita
lebih mudah terserang infeksi lain.
C. PENYEBAB HIV/AIDS
Hubungan seks. Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui
vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila
terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau
sariawan.
Berbagi jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV,
adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya
menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan
NAPZA suntik.
Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah
dari penderita HIV.
Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin
yang dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses
melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.
Usia
Sistem imun
Layanan kesehatan
Ada tidaknya infeksi
Factor genetic,ada tidaknya kekebalan terhadap jenis virus HIV tertentu virus HIV
yang kebal terhadap obat obatan.
Hingga sekarang, belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV dan AIDS. Namun ada
dokter dapat memberikan beberapa jenis obat untuk mengurangi atau menghambat
perkembangbiakan virus ini dalam tubuh pasien. Cara mengobati HIV dan AIDS tersebut
dilakukan dengan terapi antiretroviral (ARV). Terapi ini pemberian obat yang meliputi:
Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), seperti efavirenz dan
nevirapine.
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), seperti zidovudine, lamivudine,
serta abacavir.
Protease inhibitor (PI), seperti nelfinavir.
Fusion inhibitor untuk mencegah HIV masuk dalam sel pada sistem kekebalan tubuh.
Contoh obatnya adalah enfuvirtide.
Integrase Inhibitor untuk melumpuhkan protein HIV agar tidak memasukkan materi
genetiknya pada sel kekebalan tubuh. Raltegravir termasuk contoh obat ini.
Vaksin untuk mencegah HIV atau AIDS memang belum tersedia. Namun Anda bisa
menghindari infeksi ini melalui cara-cara berikut:
Setialah pada pasangan
Tidak berganti-ganti pasangan seks
Melakukan hubungan seks dengan kondom
Menjalani tes HIV untuk untuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV, misalnya
pekerja seks, pengguna narkoba, dan tenaga medis
Melakukan tes penyakit menular seksual karena penyakit ini dapat meningkatkan
risiko HIV
Jangan berbagi jarum suntik dengan orang lain
Jika memungkinkan, mengonsumsi obat post-exposure prophylaxis (PEP) ketika
curiga telah terpapar HIV setelah melakukan aktivitas berisiko tinggi, seperti
hubungan seksual tidak aman
Bila perlu, mengonsumsi obat pre-exposure prophylaxis (PrEP) secara konsisten
untuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV
Pola hidup sehat merupakan hal yang harus selalu diutamakan, tak pandang sudah seberapa
parah HIV/AIDS yang diderita. Untuk itu, ODHA disarankan mengikuti beberapa tips
menjalani hidup dengan HIV/AIDS berikut ini:
Oleh karena itu, agar dapat menjalani hidup dengan sehat dan mencegah penularan
virus ke orang lain, penderita HIV/AIDS perlu mengonsumsi obat ART secara rutin
sesuai dosis dan petunjuk yang telah disarankan dokter.
Untuk mengetahui berat badan ideal, ODHA perlu menghitung indeks massa
tubuh(IMT). Jika IMT menunjukkan berat badan ODHA berlebihan atau justru
kurang, maka dokter akan membantu untuk menentukan langkah-langkah yang dapat
dilakukan guna mencapai berat badan ideal.
4. Rutin berolahraga
Olahraga dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan kebugaran tubuh, sekaligus
membantu sistem kekebalan tubuh bekerja lebih baik dalam melawan infeksi.
Berjalan santai, bersepeda, atau jogging selama 20-30 menit, setidaknya 3 kali dalam
seminggu, dapat menjadi pilihan olahraga yang baik bagi penderita HIV/AIDS.
Meski demikian, ODHA sebaiknya tetap melakukan konsultasi ke dokter untuk
menentukan jenis olahraga yang aman dilakukan. Dokter akan menentukan jenis dan
durasi olahraga sesuai kondisi kesehatan penderita.
6. Melengkapi imunisasi
Mengingat bahwa virus HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat
penderitanya rentan terkena penyakit infeksi, maka imunisasi merupakan salah satu
langkah penting yang perlu dijalani oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS.
imunisasi memang tidak bisa menghilangkan virus HIV atau mengobati penyakit
infeksi. Akan tetapi, imunisasi dapat mencegah infeksi virus dan kuman yang dapat
menyebabkan penyakit serius pada ODHA, seperti meningitis, pneumonia,
dan hepatitis B. Walau demikian, pemberian imunisasi pada ODHA ada syaratnya.
Beberapa jenis imunisasi tidak boleh diberikan jika kondisi kekebalan tubuh ODHA
sedang lemah. Untuk menentukan apakah kondisi tubuhnya cocok untuk diberikan
imunisasi, orang yang hidup dengan HIV/AIDS perlu rutin melakukan pemeriksaan
ke dokter
7. Mengurangi stres
Hidup dengan HIV/AIDS tidaklah mudah. Selain rentan sakit, penderita HIV/AIDS
pun tak jarang mengalami tekanan batin dan stres yang berat. Bahkan tak sedikit
ODHA yang hidup dengan gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas.
Oleh karena itu, penting bagi ODHA untuk memiliki teman, kerabat, atau komunitas
yang dapat memberi dukungan emosional.