D
DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RSUD KOTA DUMAI
OLEH :
ROMALUMITHA SIMATUPANG
NIM : P031915401030
Oleh :
Romalumitha Simatupang
P031915401030
Disetujui Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan persalinan pada Ny.D yang diajukan guna
memenuhi tugas laporan kasus PKK II pada Prodi DIII Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Riau
dengan judul Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny.D Di RSUD Kota Dumai, Pada Tahun
2021. Penulis dalam menyelesaikan laporan ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
namun berkat bantuan yang telah diberikan, bimbingan serta arahan dari semua pihak sehingga
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang
telah mendoakan dan memberikan bantuan moril dan material serta kepada semua pihak yang
telah membantu dan penyusunan hingga penulisan dapat menyelesaikan laporan ini. Ucapan
2. Ibu Dewi Fajrini, SST selaku pimpinan lahan praktik yang telah memfasilitasi, membimbing,
serta mendampingi penulis selama melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan di RSUD Kota
Dumai.
3. Ibu Hj. Juraida Roito Hrp, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Riau
4. Ibu Ani Laila, SST, M. Biomed selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Riau
5. Ibu Lailiyana SKM, MKM selaku pembimbing yang telah memotivasi, meluangkan
waktunya serta memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar sehingga Laporan ini
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................5
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................7
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................8
BAB I...............................................................................................................................................9
PENDAHULUAN...........................................................................................................................9
1.2 Tujuan.............................................................................................................................11
1.2.3 Manfaat....................................................................................................................11
BAB II...........................................................................................................................................13
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................13
2.2.2 Insidensi.........................................................................................................................29
2.2.3 Etiologi..........................................................................................................................29
2.2.9 Prognosis.......................................................................................................................34
3.2 Instrumen.............................................................................................................................37
BAB IV..........................................................................................................................................38
BAB V...........................................................................................................................................48
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................48
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.D dengan KPD berupa pengumpulan data
subjektif, pemeriksaan fisik dan data penunjang untuk memperoleh data objektif, menentukan
analisa untuk mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah
5.2 Saran.....................................................................................................................................48
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini…………………………………………….
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2.a Gambar Ketuban Pecah Dini………………………………………………
Dari hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, derajat kesehatan
ibu dan anak di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mengurangi kematian ibu dan
anak. SDKI mengungkapkan, Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu 305 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 223 per 1000 kehamilan dan masih dibawah
target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 AKI yaitu 70/100.000 KH
(kelahiran hidup) dan AKB 16,84/1000 KH (kelahiran hidup) (Rahmi, 2016).
Di Provinsi Riau Angka Kematian Ibu tercatat 127 per 100.000 kelahiran hidup (15 ibu
meninggal), angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2017 yang sebesar 102,03
per 100.000 kelahiran hidup (12 ibu meninggal) dan Angka Kematian Bayi (AKB) 223 per
1000 kehamilan (Khafidzoh dkk, 2016).
Penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Dinas
Kesehatan RI tahun 2013 yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, dan abortus. Infeksi dan
perdarahan merupakan komplikasi dari ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini (KPD) atau
spontaneous / early / premature rupture of the membrance (PPROM) adalah pecahnya
ketuban sebelum inpartu, yaitu pada pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. KPD sering kali menimbulkan perinatal konsekuensi seperti
morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi terutama kematian yang cukup tinggi. Sebelum
kematian janin yang dilahirkan akan mengalami asfiksia dan jika berlanjut akan mengalami
kematian. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian
akibat kurang bulan dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama
dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada
pengelolaan konservatif (Mochtar, 2010 :255-256).
Menurut WHO (2013) angka kejadian KPD di Indonesia sebanyak 50- 60% pada tahun
2013 sebanyak 35%. Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%-7,6% dari seluruh kehamilan
tahun 2011, sedangkan diluar negeri (di negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia,
Thailand, Filipina, India, insiden KPD antara 6%-12% (Nita, 2013 :211). Pada kehamilan
dengan KPD sebagian besar kasus ditemukan mulut rahim yang belum matang, 30-40%
mengalami gagal induksi seingga diperlukan tindakan operasi, sedangkan sebagian lainnya
mengalami hambatan kemajuan persalinan dengan resiko infeksi pada ibu dan janin.
Kejadian amnionitas dilaporkan 15-23% pada penderita hamil dengan KPD (Erni,
2011 :122).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), memperlihatkan bahwa 54% dari
kelahiran tidak mengalami komplikasi selama persalinan. Wanita yang megalami persalinan
lama dilaporkan sebesar 35% kelahiran, KPD lebih dari 6 jam sebelum kelahiran dialami
oleh 15% kelahiran, perdarahan berlebihan sebesar 8%, dan demam sebesar 8%. Komplikasi
lainnya dan kejang dialami juga pada saat persalinan (masing- 3 masing 5 dan 2%).
Sementara itu, partus lama dan perdarahan merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh
KPD (SDKI, 2012).
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan dari
salah satu kasus obstetri yang menjadi penyebab terbesar dan berkaitan dengan persalinan
prematur dan terjadinya infeksi corioamnionitis sampai sepsis. KPD termasuk salah satu
penyebab infeksi, dan kematian ibu disebabkan oleh infeksi yaitu sebanyak 11%. Namun
penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tapi kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi 4 adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban ataupun
asenderen dari vagina atau serviks.
Peran bidan dalam penanganan KPD dengan memberikan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin secara tepat, cepat dan komprehensif, karena jika ibu bersalin dengan KPD tidak
mendapat asuhan yang sesuai, maka resikonya akan berakibat pada ibu maupun janin.
Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan kebidanan yang cepat dan tepat, maka kasus
ibu bersalin dengan KPD dapat di tangani dengan baik.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas masalah
ketuban pecah dini (KPD) dengan judul “Asuhan kebidanan intranatal pada Ny”D” dengan
Ketuban Pecah Dini disertai Gawat Janin di RSUD Kota Dumai Tahun 2021
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban
pecah dini di rumah sakit umum kota dumai dengan menggunakan manajemen
asuhan kebidanan sesuai dengan kompetensi atau wewenang bidan.
1.2.3 Manfaat
a. Manfaat Keilmuan
Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam pengembangan
asuhan kebidanan yang menyeluruh yang berhubungan dengan ketuabn pecah dini
b. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah
dini.
2.1.2 Etiologi
Persalinan belum dapat diketahui dengan pasti penyebab terjadinya, namun beberapa
teori menyebutkan terjadinya persalinan yaitu sebagai berikut:
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar esterogen
dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar
progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his
(Sulistyawati & Nugraheny, 2013: 5).
b. Teori keregangan
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami peregangan akan mengakibatkan
otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang mengganggu
sirkulasi utero plasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika
uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik
kantong amnion akan melebarkan saluran serviks (Sondakh, 2013:3).
c. Teori oksitosin interna Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya
perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah tingkat sensivitas
otot rahim, mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks. (Sondakh,
2013 : 3).
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulkan:
1) Pendataran dan pembukaan. ………………………………………………… ………….
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang berada di kanalis servikalis lepas. … ….. … …
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini
terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses
persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
d) Psikis ( Psikologis )
Menurut Jenny J.S. Sondakh (2013:90), pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan
psikologis yaitu rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya
persalinan, his kurang baik dan pembukaan kurang lancar. Asuhan sayang ibu yang dapat
diberikan yaitu dukungan psikologis dengan cara meyakinkan ibu bahwa persalinan merupakan
proses yang normal, dan yakinkan ibu dapat melaluinya. Penolong persalinan dapat
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa ibu mendapat perhatian lebih dan diberi dukungan selama persalinan dan
kelahiran bayi oleh suami dan keluarga.
e) Penolong
Penolong persalinan adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan. Peran dari penolong
persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin(Rohani, Saswita, & Marisah, 2011:36).
d. Kala IV Persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum
(Asrina, dkk 2010)
b. Kala II Persalinan
Kala II merupakan kala pengeluaran janin yaitu tahap persalinan yang dimulai dengan
pembukaan serviks lengkap sampai bayi keluar dari uterus :
1) Kontraksi (HIS). His pada kala II menjadi lebih terkoordinasi, lebih lama (25 menit),
lebih cepat kira-kira 2-3 cm sekali. Sifat kontraksi uterus simetris, fundus dominan,
diikuti relaksasi.
2) Uterus. Pada saat kontraksi, otot uterus menguncup sehingga menjadi lebih tebal dan
lebih pendek, kavum uterus lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion
ke arah segmen bawah uterus dan serviks.
3) Pergeseran organ dasar panggul. Pada saat persalinan peningkatan hormon relaksin
menyebabkan peningkatan mobilitas sendi, dan kolagen menjadi sehingga terjadi
relaksasi panggul. Karena adanya kontraksi, kepala janin yang sudah masuk ruang
panggul menekan otot-otot dasar panggul sehingga terjadi tekanan pada rectum dan
secara refleks menimbulkan rasa ingin mengejan, anus membuka, labia membuka,
perineum menonjol, dan tidak lama kemudian kepala tampak di vulva pada saat his.
4) Ekspulsi janin (Erawati Dwi Ambar, 2010)
d. Kala IV Persalinan
1) Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus secara normal ditemukan berada pada garis tengah
abdomen kira-kira 2/3-3/4 antara simpisis pubis dan umbilicus.
Uterus harus tetap keras terhadap sentuhan uterus yang kokoh merupakan indikasi
dari hematosis uterus yang efektif yang merupakan efek dari kontraksi uterus.
2) Tanda vital
Tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu harus stabil pada level sebelum
persalinan selama jam pertama post patum. Pemantauan tekanan darah, dan denyut
nadi sangat penting selama kala IV persalinan sebagai alat untuk mendeteksi
terjadinya syok akibat dari kehilangan darah yang tidak baik. Suhu tubuh wanita
berlanjut agak meningkat dengan keadaan normal kurang dari peningkatan 2 oF can
38oC.
3) Menggigil
Hal yang umum pada wanita untuk mengalami menggigil selama kala empat
persalinan. Rasa dingin seperti itu dianggap masih dalam masa rentan normal apabila
tidak terjadi infeksi. Kemungkinan besar rasa dingin timbul dari pelepasan tekanan
syaraf dan energi yang dikeluarkan selama persalinan dan melahirkan.
4) Sistem gastrointestinal
Keadaan mual dan muntah sebelumnya seharusnya telah berakhir. Terutama ibu
merasa haus selama kala IV persalinan dan ia dapat atau segera akan merasa lapar.
Kandung kemih hipotonik dengan retensi dan pembesaran kandung kemih merupaka
hal yang umum. Kondisi ini terjadi karena trauma yang disebabkan tekanan dan
kompresi yang terjadi pada kandung kemih dan retra selama masa persalinan dan
kelahiran. Trauma ini tidak seakut jika kandung kemih tetap kosong selam
persalinan. Penting untuk kandung kemih agar tetap kosong karena kandung kemih
yang penuh menggantikan dan mengurangi kemampuan untuk berkontraksi dengan
baik.
5) Sistem renal
Kandung kemih yang hipotonik disertai retensi urine. Tekanan dan kompresi
kandung kemih dan uretra selama persalinan dan kelahiran adalah penyebabnya.
Mempertahankan kandung kemih wanita kosong selama persalinan dapat
menurunkan trauma. Uterus yang berkontraksi dengan buruk mengakibatkan
perdarahan dan nyeri (Lailiyana, dkk 2011,Hal 77-80).
2.1.8 Perubahan Psikologis Persalinan
Perubahan sikap dan perilaku kebanyakan wanita yang akan bersalin biasanya di
pengaruhi oleh dukungan yang diperoleh. Dukungan terhadap perubahan psikologis dapat
diperoleh dari lingkungan, teman yang mendukung, mobilitas, pemberian informasi teknik
relaksasi, percakapan, dan dorongan semangat (Erawati Dwi Ambar, dkk 2010).
Berikut perubahan-perubahan psikologis yang terjadi :
a. Banyak wanita normal yang merasakan kegembiraan disaat merasakan kesakitan menjelang
kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegahan hati, seolah-olah pada saat itulah
terjadi suatu realitas kewanitaan yang munculnya rasa bangga melahirkan atau
memproduksi anak, khususnya rasa lega itu dirasakan ketika proses persalinan dimulai.
Mereka seolah-olah mendapat kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu keadaan yang belum pasti kini benar akan terjadi atau terealisasi secara konkreat.
b. Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya tidak sabar mengikuti irama naluriah, dan
mampu mengatur sendiri, biasanya mereka menolak nasehat-nasehat dari laur. Sikap-sikap
yang berlebihan ini pada hakikatnya merupakan eksperesi dari mekanisme melawan
ketakutan, selanjutnya jiak proses kesakitan pertama menjelang kelahiran disertai banyaj
ketegangan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan, atau disertai
kecendrungan yang sangat kuat untuk lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses kelahiran
bayinya, maka proses kelahiran bayi dapat menyimpang dari normal dan spontan, serta
proses akan sangat terganggu dan merupakan kelahiran yang abnormal. Sebaliknya jika
wanita yang bersangkutan bersikap sangat pasif atau menyerah, keras kepala, dan tidak
bersedia memberikan partisipasi sama sekali, maka sikap ini dapat mempelambat proses
pembukaan dan pendataran serviks, juga mengakibatkan his menjadi sangat lemah bahkan
terhenti secara total dan proses kelahiran menjadi terhambat dan diakhiri dengan
pembedahan besar.
c. Pada multigravida sering khawatir atau cemas terhadap anak-anaknya yang tinggal
dirumah. Dalam hal ini bidan dapat menghilangkan kecemasan ini, suami atau pasangan
dapat memberikan perhatian dan tempat mereka untuk berbagi. Banyak hal yang
mempengaruhi pasangan dalam memberikan perhatian diantaranya status social atau
gender. Beberapa wanita dapat menjadi kuat dan mampu melalui proses persalinan dengan
dukungan dari pasangan. Perhatian pasangan merupakan hal yang paling dasar yang
menjadi kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan. Ini akan sangat berpengaruh
terhadap apa yang mereka lakukan bagi bayi mereka (Lailiyana, dkk 2011)
2.2.3 Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahui.
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
b. Servik yang inkompetensi, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
serviks uteri (akibat persalinan, curetage).
Gambar 2.2.b
Perubahan Keadaan Serviks
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus)
misalnya trauma, hidramnion, gemeli.
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang di dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.
f. Keadaan sosial ekonomi faktor lain
1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). (Nugroho, 2012 : 150-
151).
b. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal
karena antara lain merokok
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan
antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstra seluler dan
membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, dan pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang
fisiologis. KPD pada prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya
infeksi yang menjalar dari vagina. KPD prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014 :678).
a. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau
apabilah telah terinfeksi akan berbau
b. Inspekulo; lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis
dan apakah ada bagian yang sudah pecah
c. Gunakan kertas lakmus : Bila menjadi biru (basaa) adalah air ketuban, dan apabila menjadi
merah (asam) adalah air kemih (urin)
g. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi : suhu ibu ≥ 38°C, air ketuban keruh dan
berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (Leukosit Esterase), leukosit darah > 15.000/
mm3, janin yang mengalami takhicardi, mungkin mengalami infeksi intra uterine.
h. Tentukan tanda-tanda inpartu, tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
melihat skor pelvile (Pudiastuti, 2012 :45-46).
Secara klinis diagnosis KPD tidaklah sulit untuk dibuat suatu anamnesis. Pada klien
dengan keluarnya air seperti urine dengan tandatanda yang khas sudah dapat dinilai bahwa hal
tersebut mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini
bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin, verniks kaseosa (lemak putih), rambut
lanugo (bulu-bulu halus) dimana bila telah terinfeksi akan tercium bau.
b. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis
servikalis pada bagian yang sudah pecah atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior
e. Gejala chorioamnionitis
Secara umum dapat ditemukan pada ibu yaitu demam (takikardia), uterine tenderness,
cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi,
leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urine. Pada bayi takikardia, kardiotokografi,
profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang, dan pada cairan amnion yaitu tes cairan
amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase
(LEA), dan sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis, maka angka mortalitas neonatal 4x lebih
besar, angka distres pernapasan, sepsis neonatal, dan perdarahan intraventrikular 3x lebih
besar.
a. Dilakukan tes valsava, tes nitrazin, dan tes fern. Nilai normal pH cairan vagina adalah 4,5-
5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5.
b. Dilakukan uji kertas lakmus/tes nitrazine. Jadi biru (basa): air ketuban dan jadi merah
(asam): urine (Fadlun dan Feryanto, 2013 :114-115).
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.
Sekret vagina ibu hamil pH :4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
1) Test lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu.
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan daun pakis.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan
pada penderita oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam
dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana (Norma dan Dwi, 2013 :250).
2.2.9 Prognosis
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah:
a. Prognosis ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu Infeksi intrapartum/dalam
persalinan, infeksi puerperalis/masa nifas, partus lama/ dry labour, perdarahan
postpartum, meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC), morbiditas dan
mortalitas maternal.
b. Prognosis janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin yaitu prematuritas (respiratory
distress sindrome, hipotermia, gangguan makan neonatus, retinopathy of prematurity,
perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, gangguan otak (dan resiko cerebral
palsy), hiperbilirubinemia, anemia, sepsis). Prolaps funiculli/penurunan tali pusat.
Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi), yang dapat
mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partu lama, skor APGAR
rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres
pernapasan. Sindrom deformitas janin (terjadi akibat oligohidramnion diantaranya terjadi
hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat). Morbiditas
dan mortalitas perinatal (Fadlun dan Feryanto, 2013 :115-116).
a. Konservatif
2) Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berupa : Ampisillin 4 x 500 mg atau
Gentamycin1 x 80 mg.
3) Umur kehamilan < 32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35
minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat tergantung pada
kemampuan perawatan bayi premature).
6) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk memacu kematangan
paru-paru janin.
b. Aktif
1) Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio sesaria.
Cara induksi: 1 ampul syntocinon dalam Dekstrose 5%, dimulai 4 tetes/menit, tiap ¼ jam
dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.
3) Bila ada tanda-tanda infeksi: beri antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri
(Kemenkes RI, 2013).
Tabel 1.1
pengambilan kasus yaitu dilakukan pada 11Oktober – 9 November yang berfokus pada
3.2 Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk kasus ini adalah format pengkajian asuhan kebidanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, KB, dan Patologi. Kemudian alat-alat
pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
dan patologi.
BAB IV
Alasan Kunjungan / Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar air-air dan lendir
bercampur darah dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu (08.00 WIB) tanpa disertai
rasa mules yang menjalar sampai kepinggang
2. Riwayat Menstruasi
HPHT : 9-01-21 Perkiraan Partus : 16-10-21
Siklus : 28 hari Masalah : tidak ada
3. Riwayat Perkawinan
Perkawinan Ke :1 Usia Saat Kawin : 22 Tahun
Lamanya Perkawinan : 1 tahun
3. Pemeriksaan Anogenetalia
- Vulva : Tidak oedema dan varices
- Pengeluaran pervaginam : terdapat lendir bercampur darah
- Anus : Tidak ada hemoroid
4. Pemeriksaan Dalam
- Tanggal/ Pukul : 15 Oktober 2021 / 09.00 wib
- Indikasi : His inpartu 1x10’20”
- Portio : Konsistensi lunak
- Pembukaan : 1-2 cm
- Ketuban :-
- Presentasi : Kepala
- Penurunan : Hodge I
- Penyusupan : Tidak teraba
D. Plan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan
pembukaan serviks 1-2 cm, ibu mengerti
2. Memantau kemajuan persalinan dan kondisi ibu
3. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring dan melarang ibu untuk
berjalan-jalan atau berjongkok, agar ibu terasa lebih nyaman dan bayi tidak sesak
serta mempercepat penurunan kepala terutama jika miring kekiri, ibu mengerti dan
akan melakukannya.
4. Memberi asuhan sayang ibu berupa :
- Menghadirkan pendamping saat proses persalinan. Ibu mengatakan suami yang
akan menjadi pendamping dalam persalinan
- Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, memberi ibu makan dan minum seperti biasa
- Memenuhi kebutuhan eliminasi (BAB/BAK).
- Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas panjang dari hidung
dan mengeluarkan melalui mulut dan meminta suami dan keluarga untuk
melakukan masase dipinggang untuk mengurangi rasa nyeri. Suami dan keluarga
mengerti dan akan melakukannya.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG, hasil :
- Berikan cairan infus RL 20 tpm di tangan kanan ibu, infus sudah dipasang
- Inj cefataxim 2x1gr melalui triway
- Memfasilitasi pasien untuk melakukan CTG(cardiotocograph) untuk memantau
djj dan kontraksi rahim selama kehamilan
6. Menjelaskan kepada pasien bahwa akan dilakukan tindakan sc (section caesarea)
atas indikasi ketuban pecah dini sesuai dengan anjuran dokter dikarenakan kondisi
pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal, pasien mengerti dan
setuju
7. Memfasilitasi pasien untuk persiapan sc
- Melakukan pemasangan kateter, kateter sudah dipasang
- Membersihkan area genetalia ibu
- Mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi
- Mempersiapkan sediaan darah untuk ibu
- Mengantarkan ibu ke ruang operasi
4.2 Pembahasan Kasus
A. Data Subjektif dan Objektif
Pembahasan ini bertujuan untuk menarik suatu kesimpulan dan pemecahan masalah
sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penetapan asuhan kebidanan yang tepat,
efektif dan efesien.
Dari data yang diperoleh dari anamnesa pada Ny.D (23 tahun) didapatkan data klien yaitu
ibu hamil 39-40 minggu dengan HPHT 9 Januari 2021. Ibu mengatakan hamil pertama dan
belum pernah keguguran. Ibu mengatakan keluar air-air dan lendir bercampur darah dari jalan
lahir sejak 1 jam yang lalu (08.00 WIB) tanpa disertai rasa mules yang menjalar sampai
kepinggang. Perubahan fisiologis persalinan kala 1 salah satunya yaitu pecahnya ketuban,yang
ditandai dengan keluarnya air-air tidak tertahankan(merembes) diduga terjadi akibat
peningkatan produksi prostaglandin dari amnion selama persalinan, bersama dengan kekuatan
kontraksi. Kontraksi menyebabkan peningkatan tekanan dalam di dalam uteri, selama kontraksi
aliran darah ke plasenta terganggu sehingga pertukaran oksigen dan karbon dioksida didalam
ruang intervilus berkurang. Pemendekan otot uteri yang terjadi pada setiap kontaksi terutama
disegmen atas serta tarikan progresif pada segmen bawah yang lebih lemah menyebabkan
penipisan dan dilatasi serviks. Pada saat kontraksi, otot uterus menguncup sehingga menjadi
lebih tebal dan lebih pendek, kavum uterus lebih kecil serta mendorong janin dan kantong
amnion ke arah segmen bawah uterus dan serviks.
Dari hasil pemeriksaan, ibu tidak mengalami kontraksi yang adekuat sehingga tidak
bertambahnya pembukaan serviks serta penurunan kepala janin. Hasil pemeriksaan anogenetalia
dan pemeriksaan dalam atau vt pada ibu, ditemukan pengeluaran pervaginam terdapat lendir
bercampur darah,pembukaan 1-2 cm, ketuban sudah pecah (-) dan penurunan kepala Hodge I.
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai apabila timbul HIS dan keluar lendir bercampur
darah. Menurut Jenny J.S. Sondakh (2013: 3) tanda dimulainya persalinan salah
satunya adalah terjadinya his dan cairan lendir bercampur darah yang keluar
melalui vagina. Lendir berasal dari pembukaan, yang menyebabkan lepasnya
lendir berasal dari kanalis servikalis. Dengan pengeluaran darah disebabkan
robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
Fase kala 1 persalinan yaitu adanya pembukaan pada serviks. Proses pembukaan serviks
sebagai akibat his atau kontraksi dibedakan menjadi dua fase yaitu, fase laten dan fase aktif. Fase
laten merupakan tahapan paling panjang dari kala I, dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks. Kontraksinya singkat, tidak begitu kuat, dan
jaraknya panjang dibanding tahap berikutnya. Selama fase ini serviks akan menipis dan melebar
kirakira 4 cm. Untuk fase aktif dimana saat fase laten mendekati akhir, pola persalinan akan
berubah. Frekuensi dan lama kontraksi akan terus meningkat secara bertahap menjadi lebih sakit,
sulit ditahan, dan berlangsung lama dengan jarak 3—5 menit sekali. Kontraksi lebih kuat dan
sering saat fase aktif (Prawirohardjo, 2014). Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga inpartu (ibu yang sedang bersalin).
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir lengkap atau sudah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban
belum pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini (Sulistyawati & Nugraheny,
2013:66). Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, kemungkinan cairan
tersebut masih merembes atau menetes. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Komplikasi yang terjadi pada KPD salah satunya adalah gawat
janin. Ibu yang mengalami KPD harus dipercepat persalinannya agar terhindar dari komplikasi
baik ibu maupun pada janin.
Gerakan masuknya kepala janin pada pintu atas panggul dan rongga panggul merupakan
syarat utama dimulainya persalinan. Pada sebagian besar primigravida, masuknya kepala janin
pada pintu atas panggul dan rongga panggul terjadi sebelum permulaan persalinan yaitu terjadi
pada usia kehamilan 36 minggu (Manuaba, 1998). Penurunan bagian janin terjadi karena salah
satu atau lebih faktor yaitu tekanan cairan amnion,kontraksi dan retraksi uterus,tekanan
intrabdominal ibu dan ekstensi dan pelurusan tubuh janin (Cunningham et al, 2014)
B. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan data objektif penegakkan KPD
pada kasus ini berdasarkan teori bahwa tanda gejala KPD adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina sebelum pembukaan 5. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes. Didukung
pemeriksaan dalam serta pemeriksaan penunjang menggunakan kertas lakmus yang hasilnya
adalah merah menjadi biru yang artinya : Bila menjadi biru (basa) adalah air ketuban, dan
apabila menjadi merah (asam) adalah air kemih (urin) (Fadlun dan Feryanto, 2013 :114-115).
Maka analisa yang dapat ditegakan pada Ny. D usia 23 tahun, G1P0A0, uk 39-40
C. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh data subjektif dan
objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh diagnosa untuk menetukan masalah
dan kebutuhan potensial Ny. D maka penatalaksanaan yang diberikan yaitu :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan pembukaan
serviks 1-2 cm, ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring dan melarang ibu untuk berjalan-jalan
atau berjongkok, agar ibu terasa lebih nyaman dan bayi tidak sesak serta mempercepat
penurunan kepala terutama jika miring kekiri, ibu mengerti dan akan melakukannya.
3. Memberi asuhan sayang ibu berupa :
- Menghadirkan pendamping saat proses persalinan. Ibu mengatakan suami yang akan
menjadi pendamping dalam persalinan
- Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, memberi ibu makan dan minum seperti biasa
- Memenuhi kebutuhan eliminasi (BAB/BAK).
- Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas panjang dari hidung dan
mengeluarkan melalui mulut dan meminta suami dan keluarga untuk melakukan masase
dipinggang untuk mengurangi rasa nyeri. Suami dan keluarga mengerti dan akan
melakukannya.
4. Melakukan observasi k/u ibu, ttv, djj,his
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG, dikarenakan ibu mengalami KPD :
- Berikan cairan infus RL 20 tpm di tangan kanan ibu, infus sudah dipasang (membantu
mengganti cairan ibu yang hilang selama proses persalinan)
- Inj cefotaxim 2x1gr melalui triway (golongan antibiotic sefalosporin yang bekerja dengan
cara membunuh bakteri dan pertumbuhannya serta untuk mencegah infeksi)
- Memfasilitasi pasien untuk melakukan CTG(cardiotocograph) untuk memantau djj dan
kontraksi rahim selama kehamilan
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa akan dilakukan tindakan sc (section caesarea) atas
indikasi ketuban pecah dini sesuai dengan anjuran dokter dikarenakan kondisi pasien
tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal, pasien mengerti dan setuju
2. Memfasilitasi pasien untuk persiapan sc
- Melakukan pemasangan kateter, kateter sudah dipasang
- Membersihkan area genetalia ibu
- Mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi
- Mempersiapkan sediaan darah untuk ibu
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.D dengan KPD berupa pengumpulan data
subjektif, pemeriksaan fisik dan data penunjang untuk memperoleh data objektif, menentukan
analisa untuk mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah
diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data Subjektif Ny.D yang datang dengan keluhan keluar air-air dan lendir bercampur darah
dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu (08.00 WIB) tanpa disertai rasa mules yang menjalar
sampai kepinggang
2. Data Objektif Ny.D didapatkan hasil ditemukan pengeluaran pervaginam terdapat lendir
bercampur darah,pembukaan 1-2 cm, ketuban sudah pecah (-) dan penurunan kepala Hodge
I
3. Analisa berdasarkan data subjektif dan objektif yang tela didapatkan, ditegakkan diagnosa
NY.D G1P0A0, uk 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten dengan KPD.
4. Penatalaksanaan penanganan KPD dilakukan sesuai deangan SOP RSUD Kota Dumai
5.2 Saran
5.2.1 Institusi
Diharapkan studi kasus yang telah dilakukan dapat menambah wawasan pengetahuan
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Riau khususnya jurusan kebidanan, serta dijadikan sebagai
referensi pengembangan ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan intranatal dengan ketuban
pecah dini
Diharapkan bagi penyedia layanan asuhan kebidanan yang menjalankan praktik untuk
selalu mepertahankan dan meningkatkan pelayanan kebidanan yang tepat, cepat dan efesien pada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G., Gant, N. F., Laveno, J. K., Gauth, J. C., Gilstrap, L. C., Wenstron, K. D.
2014, Maternal Physiology in Pregnancy William Manual of Obstetrics, McGraw-Hill, New
York, pp. 58-60.
Fadlun dan Feryanto, Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika, 2013.
Khafidoh, Anisatun. 2014. “Hubungan Ketuban Pecah..., Anisatun Khafidoh, Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP, 2014.” : 8–29.
Manuaba, G. B. I. 1998, Persalinan Normal in Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, 1st edn, ed. Setiawan. EGC, Jakarta, pp.164.
Norma dan Dwi, Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika, 2013.
Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba
Medika.