Anda di halaman 1dari 13

HIV & AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus atau
jasad renik yang sangat kecil yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Seseorang yang terinfeksi, maka virus ini akan menyerang sel darah
putih. Seorang pengidap HIV mulai menunjukkan tanda dan gejala
bermacam-macam penyakit yang muncul karena rendahnya daya tahan
tubuh, keadaan ini disebut sebagai penderita AIDS.

HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan
menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada
metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan
harapan hidup penderita.
AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Syndrome
yangbahasa Indonesia-nya adalah Sindroma, merupakan kumpulan gejala
dan tandapenyakit. Deficiency dalam bahasa Indonesia berarti kekurangan.
Immune berartikekebalan, sedangkan Acquired berarti diperoleh atau
didapat. Dalam hal ini,"diperoleh" mempunyai pengertian bahwa AIDS
bukan penyakit keturunan.eseorang menderita AIDS bukan karena
keturunan dari penderita AIDkarena terjangkit atau terinfeksi virus
penyebab AIDS.

Oleh karena itu, AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan tanda dan gejala
penyakit akibat hilangnya ataumenurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang. AIDS merupakan fase terminal (akhir) dari infeksi HIV. Seorang
penderita AIDS dapat meninggal oleh penyakit infeksi lain yang menyerang
karna lemahnya kekebalan tubuh (disebut infeksi opurtunistik).
1. Merusak sistem kekebalan tubuh manusia
2. Menyebabkan kematian dengan jumlah penderita 70% kalangan
pemuda/usia produktif
3. Kelompok resiko tinggi terjangkitnya penyakit bahaya ini adalah
homoseksual, heteroseksual, promiskuitas, penggunaan jarum suntik
pecandu narkotika dan free sex.
4. Menyebabkan infeksi yang serius pada bagian selaput lendir, lidah,
tenggorokan dan vagina.
5. Seseorang penderita penyakit ini menimbulkan depresi yang mendalam
sehingga ingin mengakhiri penyait yang di derita dengan bunuh diri.
6. Hilang kepercayaan diri banyak dijauhi orang karena penyakit yang
dideritanya ini akan menimbulan stres berat yang terus dibiarkan akan
menyebabkan kegilaan.
CARA PENULARAN HIV/AIDS

1. Hubungan seksual dengan penderita HIV


2. Menggunakan jarum suntik yang tidak steril
3. Melalui transfusi darah dan donor organ
4. Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi yang di
kandungannya
5. Menggunaan alat makan bergantian dengan penderita HIV
6. Mengonsumsi makanan yang sebelumnya sudah di kunyah
oleh penderita HIV
7. Terkena atau tertukarnya cairan vagina atau sperma
Tahap 1 : Infeksi HIV Akut
Tahap pertama HIV adalah tahap infeksi akut, yang terjadi pada beberapa bulan
pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh
orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Gejala pada tahap ini muncul 2–4 minggu setelah infeksi terjadi. Penderita umumnya
tidak menyadari telah terinfeksi HIV, karena gejala yang muncul mirip dengan gejala
penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Pada tahap ini, jumlah virus di
dalam aliran darah cukup tinggi sehingga penularan infeksi lebih mudah terjadi. Gejala
tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat dan dapat berlangsung hingga beberapa
hari hingga beberapa minggu. Gejalanya meliputi :

• Demam hingga menggigil


• Muncul ruam di kulit
• Muntah
• Nyeri pada sendi dan otot
• Pembengkakan kelenjar getah bening
Tahap 2: Infeksi HIV Kronis (Masa Laten)
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten bisa
berlangsung sampai beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV tetap aktif
merusak daya tahan tubuh, tetapi berkembang biak dalam jumlah yang lebih sedikit.
• Berat badan menurun
• Berkeringat di malam hari
• Batuk
• Diare
• Mual dan muntah
• Herpes zoster
• Pembengkakan kelenjar getah bening
• Sakit kepala
• Kelelahan
• Sakit kepala
• Sakit perut
• Sakit tenggorokan dan sariawan
Tahap 3: AIDS
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani akan membuat HIV makin berkembang. Kondisi ini
membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh
sudah rusak parah sehingga penderita akan lebih mudah terserang infeksi lain. Gejala AIDS
meliputi :
• Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus
• Bintik ungu di kulit yang tidak bisa hilang
• Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
• Diare kronis
• Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, vagina
• Pembengkakan kelenjar getah bening, di ketiak,
leher, dan selangkangan
• Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi, lupa ingatan, dan kebingungan
• Tubuh terasa mudah lelah
• Mudah marah dan depresi
• Ruam atau bintik di kulit
Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang
O mengambil sampel darah atau urine pengidap
dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan
untuk diteliti di laboratorium.
Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

• Tes antibodi
Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski
akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi
saat pemeriksaan.
• Tes antigen
Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes
antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.
Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes
selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap
infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat.
Tes tersebut dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di
laboratorium, antara lain: O
• Hitung sel CD4
CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada
dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di
bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
• Pemeriksaan viral load (HIV RNA)
Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri.
Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja
terjadi atau tidak tertangani.
• Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan
perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap
terjadi.
• Tes resitensi (kekebalan)
Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan
beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI HIV/AIDS
HIV/AIDS

Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah,


sehingga tubuh menjadi lebih rentan terserang berbagai
penyakit, antara lain:
• Tuberkulosis (TBC)
• Taksoplasmosis
• Cytomegalovirus
• Candidiasis
• Kriptosporidiosis
• Meningitis kriptokokus
• Wasting syndrome
• HIVAN
• Gangguan neurologis
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Namun,
penularan HIV dapat dicegah dengan konsep “ABCDE”, yakni:

A (Abstinence)
Bagi yang belum menikah, tidak melakukan hubungan seks di luar nikah adalah
langkah yang paling tepat untuk menghindari paparan HIV.

B (Be Faithful)
Bersikaplah saling setia kepada satu pasangan seks. Hindari perilaku berganti-
ganti pasangan untuk meminimalisir kemungkinan penularan HIV.
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Namun,
penularan HIV dapat dicegah dengan konsep “ABCDE”, yakni:

D (Drug No)
Menghindari penggunaan narkoba, terutama melalui jarum suntik, bisa mencegah
seseorang terinfeksi HIV. Selain itu, menghindari berbagi pakai jarum suntik juga
dapat mencegah infeksi virus hepatitis B.

E (Education)
Pemberian informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan, dan
pengobatannya, dapat membantu mencegah penularan HIV di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai