Anda di halaman 1dari 19

MASALAH KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA


AMAN DAN NYAMAN AKIBAT
PATOLOGIS SISTEM INTEGUMEN
DAN SISTEM IMMUNITAS : HIV/AIDS
Kelompok 12
Anicah Sovianti P27901121056
Dewi Shifa Fatihah P27901121060
Sherly Ismiwati Unariah P27901121086

Dosen Pengampu : Purbianto, S.Kp. M.Kep. Sp. KMB


TOPIK PEMBAHASAN
01 Definisi

AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome didefinisikan kumpulan


penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan
merupakan stadium akhir infeksi HIV (Widyanto & Triwibowo, 2013).
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA amat
rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit (Rendy & Margareth,
2012). Orang yang telah di diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS
maka orang tersebut disebut dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
(Diatmi dan Diah, 2014).
HIV atau human immunodeficiency virus disebut sebagai retrovirus
yang membawa materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) dan
bukan asam deoksibonukleat (DNA). HIV disebut retrovirus karena
mempunyai enzim reverce transcriptase yang memungkinkan virus
mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam
bentuk DNA (Widyanto & Triwibowo, 2013)
02 Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia
Virus (HTL-III) yang juga disebut Human TCell Lympanotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Nurrarif
& Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase yaitu:
01 PERIODE WINDOW (Jendela)
TAHAP INFEKSI HIV AKUT 02

03 TAHAP INFEKSI ASIMTOMATIK

TAHAP SUPRESI IMUN SIMTOMATIK 04

05 TAHAP AIDS
03 Patofisiologi
HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara vertikal, horizontal dan
transeksual. Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi sistemik secara langsung dengan diperantarai
benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung
melalui kulit dan mukosa yang tidak intake seperti yang terjadi pada kontak seksual. Begitu
mencapai atau berada dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama HIV dapat
dideteksi di dalam darah. Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel
pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV.
LANJUTAN…..
Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam,
diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala).
Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok orang
yang perjalanan penyakitnya sangat cepat, sekitar 2 tahun, dan ada pula yang lambat (non-
progressor). Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh. ODHA mulai
menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam
lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening.
LANJUTAN…..
Manifestasi dari awal kerusakan sistem kekebalan tubuh adalah kerusakan mikro
arsitektur folikel kelenjar getah bening dan infeksi HIV yang luas di jaringan
limfosit. Sebagian besar replikasi HIV terjadi di kelenjar getah bening, bukan
diperedaran darah tepi. Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat,
klinis tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi
10 partikel setiap hari. Replikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan
seleksi, muncul HIV yang resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi
kehancuran limfosit CD4 yang tinggi. Limfosit CD4 merupakan target utama
infeksi HIV.
LANJUTAN…..
Virus HIV yang inaktif dalam sel tubuh pengidap HIV dianggap infeksius
karena setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama penderita hidup.
Selama dalam sirkulasi sistemik terjadi viremia dengan disertai gejala dan
tanda infeksi virus akut seperti panas tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri
sendi, nyeri otot, mual, muntah, sulit tidur, batuk-pilek, dan lain-lain. Keadaan
ini disebut sindrom retroviral akut.
Stadium Perkembangan Infeksi Virus
1. Stadium pertama (HIV)
Stadium ini dimulai dari masuknya virus HIV ke dalam tubuh diikuti
dengan perubahan serologis yaitu antibodi dari negatif menjadi positif. Perubahan
antibodi memerlukan waktu satu sampai 3 bulan bahkan ada yang berlangsung
hingga enam bulan. Pada tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala sama sekali
atau mengalami Linfadenopati Generalisata Persisten (LPG), yakni pembesaran
kelenjar getah bening, di beberapa tempat yang menetap. Pada tingkat ini, pasien
belum mempunyai keluhan dan tetap dapat melakukan aktivitas.
2. Stadium kedua (Asimptomatik)

Dalam organ tubuh terdapat virus HIV dan mulai menunjukkan gejala kecil
yang berlangsung selama 5-10 tahun. Cairan tubuhnya dapat menularkan HIV kepada
orang lain. Beberapa gejala yang mulai tampak antara lain: Penurunan berat badan
kurang dari 10%: kelainan kulit dan mulut yang ringan, misalnya dermatitis seboroika,
4 prurigo, infeksi jamur pada kaki, ulkas pada mulut berulang, dan chelitis anguralis;
herpes zoster yang timbul pada lima tahun terakhir, dan infeksi saluran nafas bagian
atas berulang, misalnya sinusitis. Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala
tetapi aktivitasnya tetap normal.
3. Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfa yang
menetap dan merata berlangsung lebih dari satu
bulan, penurunan berat badan lebih dari 10%, diare
kronik lebih dari 1 bulan, dengan penyebab tidak
diketahui; panas yang tidak diketahui sebabnya
selama lebih dari 1 bulan, hilang-timbul, maupun
terus menerus: kandidiasis mulut, bercak di badan
dan bercak putih berambut di mulut; tuberkulosis
setahun terakhir, infeksi bakteriil yang berat,
misalnya pnemonia. Pada tingkat ini, penderita
hiasanya berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam .
4. Stadium keempat (AIDS)
Yaitu keadaan yang disertai dengan infeksi oportunistik, penurunan berat badan dan munculnya kanker
serta infeksi sekunder. badan menjadi kurus (HIV Wasting Sydrome), yaitu berat badan turun lebih dari
10% dan diare kronik lebih dari sebulan dengan penyebab tidak diketahui, atau kelemahan kronik
timbul panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan: pnemonia pneumosistis karini,
toksoplasmosis otak: kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan, penyakit virus sitomegalo pada
organ tubuh, kecuali di limfa, hati, atau kelenjar getah bening; infeksi virus herpes simpleks
dimukokutan lebih dari satu bulan, atau di alat dalam (visceral) lamanya tidak dibatasi: mikosis
(infeksi jamur) apa saja, tuberculosis di luar paru: limfoma, sarcoma Kaposi; ensefatopati HIV, sesuai
kriteria Center for Disease Control and Prevention (CDC) yaitu gangguan kognitif atau disfungsi
motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif setelah beberapa minggu atau beberapa
bulan, tanpa ditemukan penyebab selain HIV
Tanda & Gejala
Awal terkena infeksi biasanya seseorang yang terinfeksi HIV
tidak menunjukkan gejala khas, setelah 2 sampai 4 minggu terinfeksi
sering terdapat gejala seperti demam, menggigil, flu dan didapati ruam-
ruam pada kulit.
Gejala atau tanda-tanda infeksi 5 oportunistik akan muncul
seiring berkembang biaknya virus HIV, infeksi oportunistik ini biasanya
muncul setelah bertahun- tahun terkena infeksi HIV. HIV juga dapat
berkembang menjadi AIDS dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun.
Berikut tanda dan gejala infeksi oportunistik dan AIDS :
1. Kelelahan yang sangat, yang berlangsung selama beberapa minggu tanpa sebab yang jelas.
2. Demam tanpa sebab yang jelas, menggigil kedinginan atau berkeringat berlebihan di malam hari,
berlangsung selama beberapa minggu.
3. Hilangnya berat badan lebih dari 5 kg dalam waktu kurang dari dua bulan.
4. Pembengkakan kelenjar, terutama di leher atau ketiak.
5. Sariawan sejenis bisul atau luka bernanah di mulut atau tenggorokan.
6. Diare terus menerus.
7. Nafas menjadi tidak stabil, lambat-laun menjadi buruk
8. Bisul jerawat baru, berwarna merah muda atau ungu rata atau timbul (biasanya tidak sakit) muncul di
kulit bagian mana saja, termasuk di mulut atau kelompok mata
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnose HIV/AIDS membutuhkan penilaian yang bersifat objektif. Penilaian tersebut salah
satunya dapat dilakukan dengan pemeriksaan penunjang. Berikut merupakan pemeriksaan penunjang
HIV/AIDS:
1. Pemeriksaan HIV Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose HIV, diantaranya:
a. Skrinning HIV Bertujuan untuk menentukan tingkatan risiko infeksi, serta ritme kehidupan sehari-hari,
merupakan faktor risiko tinggi untuk penyakit HIV.
b. Tes Serologi Tes serologi terdiri dari:
1) Rapid tes
2) Tes ELISA
Pemeriksaan Penunjang
c. Tes Konfirmasi Tes konfirmasi terdiri dari:
1) Watern blot
2) Indirect Fluorescent Antibody (IFA)
d. Deteksi Virus Tes deteksi virus terdiri dari:
3) Antigen P24
4) Viral load/PCR
2. Pemeriksaan Infeksi Oportunistik
a. Hitung sel T CD4 Jika pasien menunjukkan indikasi infeksi oportunistik, tes sel CD4 ini dilakukan untuk
menentukan apakah pasien memerlukan profilaksis kotrimoksazol.
b. Viral load (VL) Diperiksa 6 bulan setelah pasien mulai menggunakan obat ARV. Selanjutnya, viral load
seharusnya tidak terdeteksi. Jika viral load kurang dari 1000, terapi ini efektif.
Thanks!
Burung dara burung cendrawasih
Bisa dicari dulu di papua
Cukup sekian dan terima kasih
Semoga bermanfaat untuk kita semua!!!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik and content by Swetha Tandri

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai