(HIV)
NAMA-NAMA KELOMPOK:
202111005_Cecilia Widya
2022/2023
KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Virus adalah jasad renik hidup yang amat
kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan virus merupakan
organisme yang bersifat parasit dan hidup dalam sel tubuh manusia. AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu kumpulan gejala dan
tanda penyakit akibat ketidakmampuan sistem pertahanan tubuh yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV dalam tubuh manusia hanya berada di
sel darah putih tertentu yaitu sel yang terdapat pada cairan tubuh. HIV juga dapat
ditemukan dalam jumlah kecil pada air mata, air liur, cairan otak, keringat, air susu
ibu (Kemenkes, 2012). Seseorang yang terinfeksi virus HIV atau menderita AIDS
sering disebut ODHA singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Penderita
infeksi HIV dinyatakan sebagai penderita ketika menunjukkan gejala atau penyakit
tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan virus
Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua
penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Karena sistem kekebalan
tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi
sangat berbahaya. Orang yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS.
Hanya saja lama kelamaan sistem kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah,
Pergaulan bebas merupakan salah satu indikator yang dapat menularkan penyakit
tersebut. Faktor ketidaktahuan terkait penularan virus HIV masih menjadi masalah
besar yang harus dibenahi karena masih banyak masyarakat yang belum tahu
bagaimana penularan virus HIV. Oleh karena itu, layanan kesehatan HIV/AIDS
merupakan suatu wadah bukan hanya untuk mendapatkan servis pengobatan, akan
tetapi juga sebagai upaya pencegahan untuk menekan jumlah penderita HIV/AIDS.
Selain itu, layanan kesehatan ini juga memberikan wawasan dan ruang untuk
sehari-hari.
HIV terdiri dari suatu bagian inti yang berbentuk silindris yang dikelilingi oleh
lipid bilayer envelope. Pada lipid bilayer tersebut terdapat dua jenis glikoprotein yaitu
gp120 dan gp41. Fungsi utama protein ini adalah untuk memediasi pengenalan sel
CD4+ dan reseptor kemokin dan memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+
yang. terinfeksi. Bagian dalam terdapat dua kopi RNA juga berbagai protein dan
enzim yang penting untuk replikasi dan maturasi HIV antara lain adalah p24, p7, p9,
p17,reverse transkriptase, integrase, dan protease. Tidak seperti retrovirus yang lain,
HIV menggunakan sembilan gen untuk mengkode protein penting dan enzim. Ada
tiga gen utama yaitu gag, pol, dan env. Gen gag mengkode protein inti, gen pol
mengkode enzim reverse transkriptase, integrase, dan protease, dan gen env
mengkode komponen struktural HIV yaitu glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef,
vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk replikasi virus dan meningkatkan tingkat infeksi
3. ETIOLOGI:
a. Patogenesis
mempunyai berat molekul 0,7 kb(kilobase). Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu
kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih
ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (United States Preventive Services
Stadium dimulai dari masuknya virus HIV ke dalam tubuh diikuti dengan
antibodi memerlukan waktu satu sampai 3 bulan bahkan ada yang berlangsung
hingga enam bulan. Pada tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala sama
aktivitas.
Dalam organ tubuh terdapat virus HIV dan mulai menunjukkan gejala kecil
yang berlangsung selama 5-10 tahun. Cairan tubuhnya dapat menularkan HIV
kepada orang lain. Beberapa gejala yang mulai tampak antara lain: Penurunan
berat badan kurang dari 10%; kelainan kulit dan mulut yang ringan, misalnya
dermatitis seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kaki, ulkas pada mulut
berulang, dan chelitis anguralis; herpes zoster yang timbul pada lima tahun
terakhir, dan infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis.
Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala tetapi aktivitasnya tetap
normal.
3) Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfa yang menetap dan merata berlangsung lebih dari
satu bulan. penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronik lebih dari 1
bulan, dengan penyebab tidak diketahui; panas yang tidak diketahui sebabnya
sekunder. baan menjadi kurus (HIV Wasting Sydrome), yaitu berat badan
turun lebih dari 10% dan diare kronik lebih dari sebulan dengan penyebab
tidak diketahui, atau kelemahan kronik timbul panas yang tidak diketahui
sebabnya selama lebih dari 1 bulan: pnemonia pneumosistis karini,
penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh, kecuali di limfa, hati, atau
kelenjar getah bening; infeksi virus herpes simpleks dimukokutan lebih dari
satu bulan, atau di alat dalam (visceral) lamanya tidak dibatasi; mikosis
(infeksi jamur) apa saja, tuberculosis di luar paru; limfoma, sarcoma Kaposi;
ensefatopati HIV. sesuai kriteria Center for Disease Control and Prevention
4. PATOFISIOLOGI
HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara
vertikal, horizontal dan transeksual. Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi sistemik
secara langsung dengan diperantarai benda tajam yang mampu menembus dinding
pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa seperti yang
terjadi pada kontak seksual. HIV dapat dideteksi di dalam darah Ketika mencapai
sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama. Dalam tubuh ODHA, partikel
virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV,
seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Infeksi HIV tidak akan langsung
khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah
demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk.
Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimtomatik (tanpa gejala), umumnya
berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening.
diare. tuberkulosis, infeksi jamur, herpes dan akhirnya pasien menunjukkan gejala
Sebagian besar replikasi HIV terjadi di kelenjar getah bening, bukan peredaran
darah tepi. Pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel setiap hari.
Replikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi, muncul HIV yang
resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran limfosit CD4 yang
tinggi. Limfosit CD4 merupakan target utama infeksi HIV. Virus HIV di dalam sel
transcriptase seperti retrovirus yang lain dapat tetap hidup lama dalam sel dalam
keadaan inaktif. Virus HIV yang inaktif dalam sel tubuh pengidap HIV dianggap
infeksius karena setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama penderita hidup.
Selama dalam sirkulasi sistemik terjadi viremia dengan disertai gejala dan
tanda infeksi virus akut seperti panas tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, mual, muntah, sulit tidur, batuk-pilek, dan lain-lain. Keadaan ini disebut
sindrom retroviral akut, pada fase ini mulai terjadi penurunan CD4 dan peningkatan
HIV-RNA viral load. Viral load akan meningkat dengan cepat pada awal infeksi dan
kemudian turun sampai pada suatu titik tertentu. dengan semakin berlanjutnya infeksi,
viral load secara perlahan cenderung terus meningkat, keadaan tersebut akan diikuti
penurunan hitung CD4 secara perlahan dalam waktu beberapa tahun dengan laju
penurunan CD4 yang lebih cepat pada kurun waktu 1,5- 2,5 tahun sebelum akhirnya
Sel T4 terdapat pada cairan tubuh tertentu, antara lain dapat ditemukan pada:
darah dan produk darah termasuk darah haid, air mani dan cairan lain yang keluar dari
alat kelamin pria kecuali air seni, cairan vagina dan cairan leher rahim. HIV pernah
ditemukan pada air ludah tetapi sampai saat ini beluga ada bukti HIV menular melalui
air ludah. infeksi primer terjadi bila virion HIV dalam darah, semen atau cairan tubuh
lainnya dari seseorang masuk ke dalam sel orang lain melalui fusi yang diperantarai
oleh reseptor gpl 120 atau gp41. Orang yang terinfeksi HIV maka diperlukan waktu
5-10 tahun untuk sampai ke tahap AIDS. awal virus HIV masuk ke dalam tubuh
manusia selama 2-4 minggu keberadaan virus tersebut belum dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan darah, jumlah CD4 lebih dari 500 sel/µL maka disebut tahap periode
jendela. 34 Tahap HIV positif dalam pemeriksaan darah terdapat virus HIV tetapi
secara fisik penderita belum menunjukkan adanya gejala atau kelainan khas bahkan
masih dapat bekerja seperti biasa. Kondisi tersebut sudah aktif menularkan virusnya
ke orang lain, jika melakukan hubungan seksual atau menjadi donor darah. Jumlah
CD4 pada fase ini adalah 300-500 sel/uL, pada fase infeksi primer jumlah CD4
menurun sehingga mudah terinfeksi oportunistik. Pada tahap AIDS jumlah CD4
kurang dari 200 sel/uL, maka penderita mudah terinfeksi virus lain seperti bakteri,
protozoa, jamur serta terkena penyakit kanker seperti sarkoma Kaposi dan penurunan
berat badan persisten. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh yang hancur bahkan
hilang.
Seseorang yang menderita AIDS pertama kali akan mengalami gejala - gejala
umum seperti influenza. Kemudian penyakit AIDS ini akan menjadi bervariasi pada
kurun waktu antara 6 bulan sampai 7 tahun, atau rata - rata 21 bulan pada anak - anak
dan 60 bulan pada orang dewasa. Di samping itu perlu diperhatikan pula gejala -
gejala non spesifik dari penyakit AIDS yaitu yang disebut ARC (AIDS Related
Complex) yang berlangsung lebih dari 3 bulan, dengan gejala - gejala sebagai
berikut:
Menurut (Noviana, 2013) ada 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi),
antara lain :
6. TES DIAGNOSTIK
7. THERAPY
a. Obat
Pada saat ini masih belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan HIV.
Hal ini dikarenakan HIV memiliki kemampuan untuk 'menyembunyikan diri' di
dalam sel tubuh sehingga obat pun sulit untuk mencapainya, alias tidak dapat
terdeteksi. Semasa siklus hidup HIV, virus menggabungkan dirinya ke dalam DNA
sel inangnya.
● Penatalaksanaan diare
Terapi dengan octreotide asetat (sandostatin), yaitu suatu analog sintesis
somatostatin, yang ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat dan
kronik pada pasien HIV AIDS. Konsentrasi reseptor somatostatin yang
tinggi ditemukan dalam traktus gastrointestinal maupun jaringan lainnya.
Somatostatin akan menghambat banyak fungsi fisiologis yang mencakup
motilitas gastrointestinal dan sekresi-intestinal air serta elektrolit.
● Penanganan keganasan
Penatalaksanaan sarkoma kaposi biasanya sulit karena beragamnya gejala
dan sistem organ yang terkena. Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi
gejala dengan memperkecil ukuran lesi pada kulit, mengurangi gangguan
rasa nyaman yang berkaitan dengan edema serta ulserasi, dan
mengendalikan gejala yang berhubungan dengan lesi mukosa serta organ
viseral. Hingga saat ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa
ABV(adriamisin, bleomisin, dan vinkristin).
● Terapi Antiretroviral
Saat ini terdapat empat preparat yang sudah disetujui oleh FDA untuk
pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; zidovudin,dideoksi
nosin, dideoksisitidin dan stavudin. Semua obat ini menghambat kerja
enzim reserve transcriptase virus dan mencegah virus reproduksi HIV
dengan cara meniru salah satu substansi molekuler yang digunakan virus
tersebut untuk membangun DNA bagi partikel-partikel virus baru. Dengan
mengubah komponen struktural rantai DNA, produksi virus yang baru akan
dihambat.
b. Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik sangat penting pada penderita HIV/AIDS
untuk mempertahankan status gizi yang optimal serta membantu dalam melawan
infeksi. HIV/AIDS dengan nutrisi memiliki keterkaitan yang saling memberi
pengaruh satu sama lain. HIV menyebabkan sistem kekebalan tubuh penderita
mengalami penurunan, sehingga rentan terjadi infeksi salah satunya infeksi pada
sistem saluran pencernaan yang dapat memicu terjadinya penurunan status gizi
sampai malnutrisi. Selain itu, keadaan nutrisi yang memburuk pada penderita HIV
berkontribusi terhadap progres penyakit oportunistik menuju fase AIDS lebih cepat
(Tanan, 2018). Untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka
harus diberi makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta
cukup air.
8. KOMPLIKASI
Hubungan seksual dengan Transfusi darah Tertusuk jarum Ibu hamil penderita
pasangan berganti-ganti yang terinfeksi HIV bekas penderita HIV
pasangan HIV
Terbentuknya provirus
Infeksi Oportunistik
Sistem reproduksi Sistem respirasi Sistem pencernaan Sistem integumen Sistem neurologi
B. Diagnosa
1. Analisa Data
No
Data Etiologi Masalah
.
merokok nafas
- Kaji apakah pasien merasa
sesak nafas
DO :
DO :
DO :
DO :
5
Proses infeksi Diare
DS :
DO :
DO :
DO :
2. Prioritas Masalah
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penyakit paru obstruksi kronis
b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
c. Hipertermi b.d proses penyakit, peningkatan laju metabolisme
d. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi, perubahan pigmentasi
e. Diare b.d proses infeksi
f. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan/ Ketidakmampuan
mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrient
g. Risiko infeksi b.d imunosupresi, malnutrisi, kerusakan integritas kulit
3. Perencanaan
Edukasi Edukasi
- Jelaskan tujuan dan - Melatih kemampuan
prosedur batuk efektif pasien untuk
mengeluarkan sputum
Kolaborasi secara benar dan
- Kolaborasi pemberian mandiri
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu Kolaborasi
- meningkatkan bersihan
jalan nafas
Kolaborasi Edukasi
- Kolaborasi pemberian - mencegah pasein untuk
cairan dan elektrolit melakukan aktivitas
intravena, jika perlu berlebih
Kolaborasi
- pemenuhan kebutuhan
cairan pasien
Edukasi Edukasi
- anjurkan menggunakan - menjaga kelembaban
pelembab kulit agar tidak kering
- anjurkan meminum air yang dan iritasi
cukup - memberikan nutrisi
- Anjurkan menghindari pada kulit
tubuh terpapar suhu ekstrim - menghindari terjadinya
alergi atau luka akibat
paparan suhu
Kolaborasi Edukasi
- Kolaborasi pemberian - Meningkatkan
medikasi sebelum makan efektifitas pola
(mis. pereda nyeri, makan pasien
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi Kolaborasi
untuk menentukan jumlah - Membantu
kalori dan jenis nutrien meredakan nyeri
yang dibutuhkan, jika perlu saat pasien makan
- untuk mengontrol
jumlah nutrisi dan
makanan yang
sesuai dengan
kebutuhan pasien
Ambar, Y. N., Rizki, A., & Insya, F.R. (2019). Evaluasi Terapi Antiretroviral Pasien
HIV/AIDS. Jurnal Farmasetis, 8(2), 45-54.
Lita, B. F. F., & Allenidekania, A. (2021). Konseling Gizi kepada Pengasuh dalam
Manajemen Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Anak dengan HIV/AIDS. Journal of
Telenursing (JOTING), 3(1), 266-275.
PPNI. (2016.). standar intervensi keperawatan indonesia. Dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia.
PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia. Dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia.
PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan indonesia. Dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia. Indarti, A. F., & Sekarut
Setiarto, R. H. B., Karo, M. B., Keb, S. T., SKM, M. K., & Tambaip, T. (2021). Penanganan
Virus HIV/AIDS.