Anda di halaman 1dari 30

Penyuluhan infeksi oportunistik

dan pentingnya pemeriksaan


viral load
Oleh :
Dr. Mamik Dianawati
Apa itu HIV/AIDS?
 HIV berarti virus yang dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Ini adalah
retrovirus (berarti virus yang mengunakan sel
tubuhnya sendiri untuk memproduksi
kembali dirinya)
Bagaimana HIV menular?
 HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen atau air
mani, cairan vagina, air susu ibu dan cairan lainnya yang
mengandung darah.

 Virus tersebut menular melalui:


1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang
telah terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana
penularan HIV dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah
dimana darah tersebut belum dideteksi
3. virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
4. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi.
5. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama
masa kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Bagaimana HIV bekerja?
 Untuk mengerti bagaimana virus tersebut
bekerja, seseorang perlu mengerti bagaimana
sistem kekebalan tubuh bekerja. Sistem
kekebalan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi. Sistem ini terdiri dari banyak jenis sel.
Dari sel–sel tersebut sel T–helper sangat
krusial karena ia mengkoordinasi semua
sistem kekebalan sel lainnya. Sel T–helper
memiliki protein pada permukaannya yang
disebut CD4.
Perkembangan dari HIV dapat dibagi dalam 4 fase:

1. Infeksi utama (Seroconversion), ketika kebanyakan


pengidap HIV tidak menyadari dengan segera bahwa
mereka telah terinfeksi.
2. Fase asymptomatic, dimana tidak ada gejala yang
nampak, tetapi virus tersebut tetap aktif.
3. Fase symptomatic, dimana seseorang mulai merasa
kurang sehat dan mengalami infeksi–infeksi oportunistik
yang bukan HIV tertentu melainkan disebabkan oleh
bakteri dan virus–virus yang berada di sekitar kita dalam
segala keseharian kita.
4. AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan
oleh virus HIV, adalah fase akhir dan biasanya bercirikan
suatu jumlah CD4 kurang dari 200.
Apa itu infeksi oportunistik?
infeksi oportunistik
 Penyebab penyakit hiv adalah infeksi virus
bernama human immunodeficiency virus. HIV
adalah jenis virus yang menyerang dan
menghancurkan sel CD4 dalam sistem imun.
 Sel CD4 atau sel T adalah jenis
sel darah putih yang bertugas secara spesifik
untuk melawan infeksi oleh berbagai macam
mikroorganisme berbahaya (bakteri, virus,
parasit, jamur, dan lain sebagainya).
Lanjut...
 Dalam keadaan normal, manusia seharusnya
bisa terus menghasilkan ribuan hingga jutaan
sel T untuk mendukung sistem imun.
 Namun, virus penyebab HIV akan terus

berkembang biak dan merusak sistem imun.


Akibatnya, seseorang yang terinfeksi HIV
akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih
lemah daripada orang sehat.
Lanjut...
 Tanpa pengobatan yang baik, melemahnya
daya tahan tubuh dalam jangka panjang
membuat pengidap rentan terhadap risiko
infeksi.
 Sebuah infeksi pada pengidap HIV disebut

sebagai infeksi oportunistik karena berbagai


macam mikroba penyebabnya (bakteri, jamur,
parasit, dan virus lainnya) muncul mengambil
kesempatan selagi daya tahan tubuh sedang
lemah-lemahnya.
Infeksi oportunistik rentan terjadi pada
penderita AIDS

 HIV termasuk sebagai penyakit seumur hidup.


Mengalami infeksi oportunistik artinya
kemungkinan besar stadium infeksi HIV Anda
sudah lanjut alias di tahap AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome).
 Pada fase AIDS, jumlah sel CD4 sudah turun

drastis hingga di bawah 200. Dengan begitu,


tubuh akan kesulitan melawan infeksi karena
jumlah sel CD4 sudah sangat minim di dalam
darah.
Lannjut...
 Bahkan, mungkin sudah kalah jauh dengan
jumlah mikroba jahat, baik virus HIV-nya itu
sendiri maupun patogen jahat lainnya.
 Itu kenapa kemunculan infeksi oportunis

pada pengidap HIV/AIDS (ODHA) tidak dapat


dilawan dengan mudah.
 Alhasil, komplikasi ini dapat semakin

menurunkan kondisi kesehatan penderita


dengan cepat.
Jurnal Majalah Kedokteran UKI 2016
Vol XXXII No.2 April - Juni
Berikut adalah beberapa infeksi oportunistik
yang dapat terjadi pada pengidap HIV/AIDS .
Candidiasis
 Candidiasis adalah infeksi yang disebabkan

oleh jamur Candida.


 Infeksi candidiasis oportunistik termasuk

cukup umum ditemukan pada pasien HIV


dengan jumlah CD4 antara 200-500 sel/mm3
sampel darah.
Lanjut...
 Jamur Candida adalah spesies yang umum
hidup di tubuh manusia, dan biasanya tidak
berbahaya.
 Namun, melemahnya sistem imun tubuh

karena HIV kronis dapat membuat jamr


tersebt berkembang biak secara ganas
sehingga memicu infeksi.
 Gejala paling jelas yang muncul akibat infeksi

oportunis ini adalah bintik atau bercak putih


di lidah atau tenggorokan
Lanjut...
 Bercak putih akibat candidiasis dapat diobati
dengan obat antijamur yang diresepkan
dokter.
 Menjaga kebersihan tubuh, termasuk sikat

gigi dan berkumuur dengan obat kumur


klorheksidin dapat membantu mencegah
infeksi candidiasis oportunis.
Kandidiasis orofaringeal
Tuberkulosis

 Tuberkulosis (TB/TBC) adalah infeksi paru oportunis


yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium.
 Gejala TB dapat meliputi batuk, kelelahan, penurunan
berat badan, demam, dan berkeringat di malam hari.
 Pada kenyataannya, hampir semua penderita HIV
sudah memiliki bakteri TB dalam tubuhnya meski
belum tentu aktif.
 TBC dapat menjadi komplikasi serius pada pengidap
HIV/AIDS karena bakteri TB dapat lebih cepat menjadi
aktif dan sulit diobati pada ODHA dibanding pada
orang sehat.
Rontgen pada Hiv – TB paru
Herpes simplex

 merupakan virus penyebab penyakit kelamin herpes. Herpes


ditandai dengan munculnya kutil kelamin dan sariawan di
daerah mulut dan bibir.
 Setiap orang memang bisa terkena herpes, tetapi penderita
HIV berpeluang lebih besar untuk mengalami infeksi herpes
oportunis dengan gejala yang lebih parah.
 Pada orang dengan HIV/AIDS, komplikasi herpes tidak hanya
berupa pembentukan kutil kelamin tapi juga risiko
pneumonia dan kanker serviks.
 Menurut CDC, infeksi oportunistik oleh HSV juga bisa
membahayakan keselamatan janin dalam kandungan jika ibu
hamil mengidap HIV.
 Virus herpes dan HIV dapat ditularkan melalui proses persalin
Toksoplasmosis

 Toksoplasmosis adalah komplikasi HIV/AIDS yang


disebabkan oleh parasit bernama Toxoplasma gondii.
 Toksoplasmosis bahaya bagi pengidap HIV dan AIDS

karena sangat mudah berkembang di dalam tubuh yang


sistem kekebalannya lemah.
 Parasit tersebut dapat menginfeksi tidak hanya mata dan
Cytomegalovirus (CMV)
paru pengidap HIV, tapi juga bahaya bagi jantung, hati,
hingga otak.
 Ketika infeksi parasit toxoplasma sudah mencapai otak,

toksoplasmosis dapat menyebabkan kejang.


 Selain dari kotoran hewan, infeksi oportunistik ini juga bisa

berasal dari makan daging kurang matang yang


terkontaminasi parasit toxoplasma
Cytomegalovirus (CMV)
 Infeksi yang disebabkan oleh CMV merupakan
infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada
pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS). Tujuh puluh lima sampai 85 persen pada
pasien dengan AIDS mengalami retinitis CMV
 Cytomegalovirus (CMV) menyebar secara hematogen

melalui bloodocular (retinal) barrier


 Prognosis untuk pasien dengan 18 retinitis CMV

telah membaik setelah adanya terapi anti retroviral


 Pasien dengan risiko tertinggi adalah pasien dengan

hitung CD4 < 50 sel/µL


Tata laksana infeksi oportunistik dan
komorbiditas
 Sebagaimana diketahui bahwa pasien dengan infeksi HIV
mudah sekali terkena infeksi oportunistik. Berdasarkan
rekomendasi WHO dan ISTC semua pasien HIV yang
telah terdiagnosis TB sebagai salah satu infeksi
oportunistik harus diberikan kotrimoksazol sebagai
pencegahan infeksi lain tanpa menilai jumlah CD4 atau
berapapun nilai CD4, diberikan dengan dosis 1 kali 960
mg per hari selama mendapat terapi OAT. Apabila
pengobatan OAT selesai dan nilai CD4 >200 sel/μL,
maka pemberian kotrimoksazol dapat dihentikan, tetapi
apabila CD4 < 200 sel/μL, maka kotrimoksazol dapat
diteruskan dengan dosis yang sama
Informasi Dasar
Pemeriksaan
Viral Load HIV

WE ARE FRIEND FOR


LIFE
LUARAN
Target Global HIV
 Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia memperkirakan sekitar
543.000 orang di Indonesia hidup
dengan HIV pada tahun 2021, namun
tidak semua mengetahui bahwa mereka
hidup dengan HIV dan memiliki viral
load tersupresi.
 95% orang dengan HIV yang menjalani

pengobatan ARVnya dapat mencapai


viral load tersupresi dan undetectable.
LUARAN
Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Viral Load

 Mengukur keberhasilan pengobatan ARV


bagi orang dengan HIV.
 Pemeriksaan viral load dapat digunakan

untuk mengukur seberapa rentan orang


dengan HIV mentransmisikan virus.
 Semakin banyak jumlah partikel virus

dalam darah artinya semakin tinggi


resiko untuk mentransmisikan virus dan
mengalami komplikasi HIV seperti
infeksi oportunistik.
LUARAN Viral Load
Indikasi Pemeriksaan
 Monitoring rutin terapi ARV ( 6 Bulan atau
12 bulan pertama setelah on ART, 24
bulan dan seterusnya setiap tahun sekali)
 Kecurigaan resistensi ARV: > 1000
copies/ml
 Monitoring pada ibu hamil
ODHA/pemilihan persalinan (Bersalin
sesuai indikasi obstetri, jika ARV <6 bulan
atau VL terdeteksi → SC

WE ARE FRIEND FOR LIFE


Peran LUARAN
Tes Viral Load

U=U

Undetectable
=
Untransmittable

Tidak Terdeteksi
=
Tidak Menularkan
=
Tetap Produktif
LUARAN Viral Load
Algoritma Pemeriksaan
Pemeriksaan VL Rutin

Tidak terdeteksi VL > 1000 kopi/ml


VL > 50 - ≤1000 kopi/ml
(≤50 kopi/ml)

Lakukan konseling kepatuhan Switch ke rejimen


Teruskan pengobatan ARV pengobatan dan ulangi VL pengobatan yang sesuai
setelah 3 bulan

Tidak terdeteksi
VL > 50 - ≤1000 kopi/ml VL > 1000 kopi/ml
(≤50 kopi/ml)

Lakukan konseling kepatuhan


Switch ke rejimen
Teruskan pengobatan ARV pengobatan dan ulangi VL
pengobatan yang sesuai
setelah 3 bulan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai