Anda di halaman 1dari 8

Nama: Ady Jaya Saputra

Kelas: IX - F

PENYAKIT DAN KELAINAN PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Sitem reproduksi sangat rawan terhadap kelainan dan penyakit. Berikut ini akan dibahas
beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.

HIV/AIDS

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur,
daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. HIV yang
tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (acquired
immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Penularan HIV terjadi
melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus,
serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan
nyamuk, atau sentuhan fisik. HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV
akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode
pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan
penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.

Gejala HIV dan AIDS

Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV. Flu bisa
disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik, gejala
lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak
kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS. Pada
kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV setelah
memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan oleh melemahnya
daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia,
atau toksoplasmosis otak.

Penyebab dan Faktor Risiko HIV dan AIDS

Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama
penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik,
dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa
kehamilan, melahirkan, dan menyusui. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
penularan adalah sebagai berikut: Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan
tanpa menggunakan pengamanMenggunakan jarum suntik bersama-samaMelakukan pekerjaan
yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa menggunakan alat pengaman diri
yang cukup. Lakukan konsultasi ke dokter bila Anda menduga telah terpapar HIV melalui cara-
cara di atas, terutama jika mengalami gejala flu dalam kurun waktu 2–6 minggu setelahnya.

Pengobatan HIV dan AIDS

Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa terapi
antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah virus HIV bertambah banyak sehingga tidak
menyerang sistem kekebalan tubuh.

Pencegahan HIV dan AIDS

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan
penularan HIV: Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah Tidak berganti-ganti
pasangan seksual, Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik, Mendapatkan
informasi yang benar terkait HIV, cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, terutama
bagi anak remaja.

Gonore (GO)

Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit ini dapat
dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, meski umumnya dialami oleh pria. Gonore
biasanya terjadi di bagian tubuh yang hangat dan lembap, seperti kelamin, anus, atau
tenggorokan. Gonore umumnya tidak menimbulkan gejala, terutama pada wanita. Namun, jika
tidak ditangani dengan tepat, gonore dapat menimbulkan komplikasi yang serius, seperti radang
panggul pada wanita, serta epididimitis pada pria. Oleh karena itu, pengobatan gonore harus
dilakukan secara tepat dan segera.

Penyebab dan Gejala Gonore

Gonore disebabkan oleh infeksi bakteri yang menular melalui hubungan intim, termasuk seks
oral (lewat mulut) dan seks anal (lewat anus). Seseorang lebih berisiko terkena gonore jika
melakukan hubungan seksual yang tidak aman, misalnya sering berganti pasangan seks dan
tidak menggunakan kondom. Gonore dapat terjadi pada siapa saja, tetapi gejala yang muncul
pada pria dan wanita berbeda. Gejala pada pria berupa keluarnya nanah dari penis dan sakit
saat buang air kecil. Sedangkan pada wanita, gonore bisa menimbulkan keputihan yang terus-
menerus dan perdarahan di luar masa menstruasi. Gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat
tertular dari ibunya selama proses persalinan. Bayi yang terkena gonore dapat mengalami
keluhan berupa mata kemerahan dan mengeluarkan nanah.

Pengobatan dan Pencegahan Gonore

Pengobatan utama penyakit gonore adalah dengan pemberian antibiotik. Perlu diingat bahwa
pasangan seksual penderita juga perlu diobati, karena kemungkinan besar juga menderita
gonore. Seperti disebutkan di atas, penyakit ini menular melalui hubungan intim. Oleh sebab itu,
cara mencegah penyakit ini adalah dengan melakukan hubungan seksual yang aman, seperti
menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan seks.

Sifilis (Raja Singa)

Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Gejala
sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.
Luka atau ulkus pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali tidak terlihat
dan tidak terasa sakit sehingga tidak disadari oleh penderitanya. Meski begitu, pada tahap ini,
infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain. Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis
dapat merusak otak, jantung, dan organ lain. Pada ibu hamil, infeksi juga berbahaya karena
dapat menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian pada bayi. Oleh karena itu,
kondisi ini perlu didiagnosis dan diobati sedini mungkin.

Penyebab dan Gejala Sifilis

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui hubungan


seksual dengan penderita raja singa. Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui
melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita. Gejala sipilis digolongkan sesuai dengan
tahap perkembangan penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah
penjelasannya:

Sifilis primer, Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
Sifilis sekunder, Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.

Sifilis laten, Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tetapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.

Sifilis tersier, Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, jantung, atau organ lain.

Pengobatan dan Pencegahan Sifilis

Pengobatan siflis akan lebih efektif jika dilakukan pada tahap awal. Selama masa pengobatan,
penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter memastikan infeksi
sudah sembuh. Sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada satu
pasangan seksual dan menggunakan kondom setiap berhubungan intim. Selain itu,
pemeriksaan atau skrining terhadap penyakit sifilis ini juga perlu dilakukan secara rutin pada
orang-orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit ini.

Herpes Simplex Genitalis

Herpes kelamin atau herpes genital adalah penyakit menular seksual pada pria dan wanita, yang
ditandai dengan luka lepuh di area kelamin. Namun, herpes genital juga terkadang tidak
menimbulkan gejala apa pun sehingga kondisi ini sering tidak disadari oleh penderitanya.
Herpes genital atau herpes kelamin adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus.
Penyakit ini paling sering menular melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi virus ini.
Selain itu, herpes genital juga dapat menular dari ibu hamil ke janinnya. Herpes pada bayi juga
bisa terjadi ketika bayi dicium oleh orang yang memiliki luka lepuhan akibat herpes di mulutnya.

Gejala dan Komplikasi Herpes Genital

Herpes genital sering kali tidak menimbulkan gejala. Jika muncul, keluhannya adalah luka lepuh
di area kelamin yang disertai rasa sakit dan gatal. Gejala ini bisa kambuh beberapa kali dalam
setahun. Namun, seiring terbentuknya sistem kekebalan tubuh terhadap virus herpes, frekuensi
kekambuhannya akan berkurang. Jika dibiarkan, herpes genital atau herpes kelamin dapat
menyebabkan komplikasi lain yang berbahaya. Selain penyakit menular seksual lain, seperti HIV,
penderita herpes genital juga dapat terkena peradangan pada ujung usus besar (rektum) atau
kandung kemih.
Pengobatan dan Pencegahan Herpes Genital

Penderita herpes genital perlu diberikan obat antivirus. Pemberian obat ini bertujuan untuk
memperpendek lama kemunculan gejala dan mencegah penularan penyakit ini kepada orang
lain. Pencegahan herpes genital adalah dengan melakukan hubungan seksual yang aman,
misalnya dengan tidak bergonta-ganti pasangan. Jika Anda pernah mengalami herpes genital,
bicarakan kondisi ini dengan pasangan dan sarankanlah ia untuk menjalani pemeriksaan agar
dapat segera diobati jika tertular.

Keputihan

Keputihan adalah kondisi ketika lendir kental atau cairan bening keluar dari vagina. Keputihan
merupakan cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan, kelembapan, serta untuk melindungi
organ intim wanita dari infeksi. Ketika seorang wanita mengalami keputihan, cairan yang
diproduksi kelenjar vagina dan leher rahim akan keluar membawa sel mati dan bakteri. Hal
tersebut merupakan proses alami agar vagina tetap bersih sekaligus terlindung dari infeksi.
Keputihan normal terjadi pada wanita yang masih mengalami menstruasi. Pada ibu hamil,
keputihan mungkin akan lebih sering terjadi akibat perubahan hormon. Ketika wanita memasuki
masa menopause, keputihan akan mulai berkurang.

Penyebab Keputihan

Keputihan terbagi menjadi dua, yakni keputihan normal dan keputihan tidak normal (abnormal).
Berikut ini adalah penjelasan dari keduanya:

Keputihan normal

Keputihan adalah kondisi normal yang dialami oleh setiap wanita. Jumlah, warna, dan tekstur
keputihan yang dialami setiap wanita dapat berbeda-beda, mulai dari keputihan yang kental dan
lengket, hingga keputihan yang bening dan berair. Keputihan normal terjadi setidaknya 6 bulan
sebelum wanita mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Kondisi ini dipengaruhi oleh
perubahan hormon di dalam tubuh. Keputihan juga normalnya keluar saat wanita menerima
rangsangan seksual, sedang menyusui, atau mengalami stres. Selain itu, keputihan juga bisa
terjadi pada bayi baru lahir. Terkadang, keputihan pada bayi baru lahir juga disertai dengan
sedikit darah. Hal ini terjadi ketika bayi terlalu banyak terpapar oleh hormon ibu saat masih di
dalam kandungan. Namun, keputihan ini umumnya akan menghilang setelah bayi berusia 2
minggu.

Keputihan tidak normal

Keputihan yang tidak normal dapat disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau parasit. Infeksi
pada keputihan abnormal terbagi menjadi dua jenis, yakni infeksi tidak menular dan infeksi
menular. Penyebab keputihan dari infeksi tidak menular misalnya akibat vaginosis
bakterialis dan candidiasis. Sementara itu, keputihan dari infeksi menular umumnya disebabkan
oleh penyakit menular seksual (PMS), seperti chlamydia, trikomoniasis, dan gonore. Selain
infeksi, keputihan juga bisa menjadi tanda kanker pada rahim atau leher rahim (serviks). Ada
beberapa faktor yang dapat membuat seorang wanita rentan terserang infeksi vagina dan
mengalami keputihan, antara lain: Mengonsumsi pil KB dan obat kortikosteroidMenderita
penyakit diabetesBerhubungan seksual tanpa kondom dan sering berganti pasanganMemiliki
daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat penyakit HIV & AIDSMengalami iritasi di dalam atau
sekitar vaginaMenipisnya dinding vagina akibat menopauseTerlalu sering membersihkan area
kewanitaan dengan sabun yang mengandung parfum dan sabun antiseptik.

Gejala Keputihan

Keputihan yang tergolong normal dapat terlihat dari ciri-ciri cairan yang keluar dari vagina,
antara lain: Tidak berwarna atau berwarna putihTidak berbau atau tidak mengeluarkan bau
menyengatMeninggalkan bercak kekuningan di celana dalamMemiliki tesktur cairan yang dapat
berubah tergantung siklus menstruasi. Sedangkan pada keputihan yang tidak normal, tanda dan
gejalanya adalah sebagai berikut: Cairan keputihan berbeda warna, bau, atau tekstur dari
biasanyaCairan keputihan keluar lebih banyak dari biasanyaKeluar darah di luar jadwal haid.
Keputihan yang abnormal tersebut dapat disertai dengan keluhan: Gatal di area kewanitaanNyeri
di panggulNyeri saat buang air kecilRasa terbakar di sekitar vagina. Perubahan warna pada
cairan keputihan dapat menjadi tanda dari kondisi tertentu, seperti dijelaskan di bawah ini:
Keputihan berwarna coklat atau disertai bercak darah bisa disebabkan oleh siklus menstruasi
yang tidak teratur, atau bisa juga merupakan tanda dari kanker pada rahim atau leher
rahimKeputihan berwarna hijau atau kekuningan dan berbuih dapat disebabkan oleh
penyakit trikomoniasisKeputihan berwarna kelabu atau kekuningan dapat disebabkan
oleh gonoreKeputihan berwarna putih dan kental dapat disebabkan oleh infeksi jamur pada
vaginaKeputihan berwarna putih, abu-abu, atau kuning, serta disertai dengan bau amis, dapat
disebabkan oleh penyakit vaginosis bakterialisKeputihan berwarna merah muda bisa
disebabkan oleh peluruhan lapisan rahim yang terjadi setelah melahirkan.
Pengobatan Keputihan

Keputihan yang normal tidak memerlukan penanganan medis secara khusus. Kondisi ini bisa
diatasi dengan membersihkan area kewanitaan menggunakan air secara rutin, untuk
menghilangkan lendir atau cairan. Sedangkan cara mengatasi keputihan abnormal tergantung
pada penyebabnya, misalnya dengan pemberian obat, seperti: Antibiotik, seperti clindamycin,
untuk menghilangkan bakteri penyebab keputihan. Antibiotik tersedia dalam bentuk pil atau
krim oles.Antijamur, seperti fluconazole, clotrimazole, dan miconazole, untuk mengatasi infeksi
jamur yang menyebabkan keputihan. Obat ini tersedia dalam bentuk krim atau gel yang
dioleskan di bagian dalam vagina.Metronidazole atau tinidazole, untuk mengatasi keputihan
yang disebabkan oleh parasit penyebab penyakit trikomoniasis. Obat ini hanya bisa didapatkan
dengan resep dokter. Selain dengan obat-obatan dari dokter, keputihan juga bisa diatasi
dengan obat keputihan tradisional. Namun, penggunaan obat-obatan tradisional tersebut harus
dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Sementara bila keputihan yang dialami
merupakan tanda dari kanker rahim, dokter dapat menganjurkan operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).

Epididimitis

Epididimitis adalah peradangan epididimis yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan
ditandai dengan pembengkakan buah zakar. Kondisi ini dapat terjadi pada pria dalam berbagai
usia, tetapi paling sering pada kelompok usia 19–35 tahun. Epididimis adalah tabung yang
menyambungkan testis dengan vas deferens, yaitu saluran akan membawa sperma ke penis.
Fungsi epididimis adalah sebagai tempat pematangan sperma. Selain itu, epididimis juga dapat
berkontraksi untuk mendorong sperma keluar saat ejakulasi. Saat terjadi epididimitis,
peradangan menyebabkan bengkak dan nyeri pada epididimis. Kondisi ini biasanya akan
membaik dengan antibiotik. Namun, jika terlambat ditangani, peradangan dapat menyebar
hingga ke testis (epididymo-orchitis).

Penyebab Epididimitis

Epididimitis dapat disebabkan oleh penyakit infeksi atau penyakit noninfeksi. Berikut ini adalah
penjelasannya:

Penyakit infeksi, Jenis penyakit infeksi yang menyebabkan epididimitis antara lain: Infeksi
menular seksual, seperti chlamydia dan gonoreInfeksi virus, misalnya Adenovirus, Enterovirus,
dan InfluenzaInfeksi bakteri Escherichia coli (E. coli)Infeksi oportunistik,
seperti cryptococcus dan cytomegalovirus pada penderita HIVTBC
(tuberkulosis)GondonganPenyakit noninfeksi. Meski umumnya disebabkan oleh infeksi,
epididimitis juga dapat disebabkan oleh penyakit noninfeksi, seperti: Pembesaran
prostatRefluks urine, yaitu kondisi ketika urine mengalir ke epididimis yang umumnya terjadi
akibat meregangkan tubuh secara berlebihan atau mengangkat barang beratTorsio
testisCedera di area selangkangan Penyakit Behçet Komplikasi operasi pada kelamin,
misalnya vasektomiPenggunaan kateter urine dalam jangka panjangEfek samping
obat amiodaroneFaktor risiko epididimitis. Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena epididimitis, yaitu: Berhubungan intim dengan penderita penyakit menular
Memiliki riwayat infeksi menular seksual, pembesaran prostat, atau infeksi saluran
kemihPernah menjalani prosedur medis pada saluran urine, prostat, atau kandung
kemihMemiliki kelainan pada saluran kemih Tidak disunat.

Gejala Epididimitis

Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita epididimitis: Kelainan pada
skrotum, seperti bengkak, terasa hangat, dan merahNyeri, biasanya pada salah satu testis dan
muncul bertahapNyeri atau rasa tidak nyaman di perut bagian bawah atau panggul Sering buang
air kecilSakit saat buang air kecilUjung penis mengeluarkan cairan atau nanah Terdapat darah
pada sperma Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha Demam.

Pengobatan Epididimitis

Penanganan epididimitis bertujuan untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala yang dialami
pasien. Metode pengobatannya, antara lain: Obat-obatan, Pada epididimitis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik, seperti ceftriaxone, doxycycline, atau
levofloxacin. Antibiotik tersebut dikonsumsi selama 1–2 minggu. Jika infeksinya adalah infeksi
menular seksual, pasangan pasien juga harus mengonsumsi antibiotik. Pasien umumnya
membaik dalam 2–3 hari setelah mengonsumsi antibiotik. Namun, penting untuk diingat bahwa
antibiotik harus dikonsumsi sampai habis meskipun gejala sudah mereda. Setelah antibiotik
habis pun, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter untuk memastikan bahwa
infeksi sudah benar-benar hilang. Selain antibiotik, dokter juga dapat meresepkan obat pereda
nyeri dan radang, seperti ibuprofen atau paracetamol.

Anda mungkin juga menyukai