Anda di halaman 1dari 10

PAPER

KONSEP PENYEBAB PENYAKIT SIFILIS DAN PENERAPAN TRIAD


EPIDEMIOLOGI

DOSEN PENGAMPU

Disusun Oleh :

Muhammad Iqbal (P07226122036)

PRODI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES


KALIMANTAN TIMUR

TP.2023
A.PENGERTIAN SIFILIS

Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.
Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau
dubur. Luka atau ulkus pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali tidak
terlihat dan tidak terasa sakit sehingga tidak disadari oleh penderitanya. Meski begitu, pada
tahap ini, infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain.
Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis dapat merusak otak, jantung, dan organ
lain. Pada ibu hamil, infeksi juga berbahaya karena dapat menyebabkan kondisi janin tidak
normal, bahkan kematian pada bayi. Oleh karena itu, kondisi ini perlu didiagnosis dan diobati
sedini mungkin.

B.PENYEBAB DAN GEJALA SIFILIS

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui


hubungan seksual dengan penderita raja singa. Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar
melalui melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita.

Gejala sipilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya. Tiap jenis sifilis
memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya:

1. Sifilis Primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
2. Sifilis Sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
3. Sifilis Laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tetapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
4. Sifilis Tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, jantung, atau organ lain.

C. PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN SIFILIS

Pengobatan siflis akan lebih efektif jika dilakukan pada tahap awal. Selama masa
pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter
memastikan infeksi sudah sembuh.

Sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada satu pasangan
seksual dan menggunakan kondom setiap berhubungan intim. Selain itu, pemeriksaan
atau skrining terhadap penyakit sifilis ini juga perlu dilakukan secara rutin pada orang-orang
yang berisiko tinggi mengalami penyakit ini.

D. PENERAPAN TRIAD EPIDEMIOLOGI PADA PENYAKIT SIFILIS

Telaah penerapan Triad Epidemiologi pada masalah kesmas:

1. Agen penyebab: Treponema pallidum adalah agen penyebab sifilis. Bakteri ini dapat
menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi dan juga dapat
menyebar dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya.
2. Inang: Manusia adalah inang utama Treponema pallidum. Orang yang terinfeksi sifilis
dapat menularkan bakteri ini kepada pasangan seksual mereka atau kepada bayi mereka
selama kehamilan atau persalinan.
3. Lingkungan: Sifilis dapat menyebar di lingkungan yang memfasilitasi hubungan seksual
yang tidak aman dan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Pendidikan seksual
dan promosi kesehatan yang tepat dapat membantu mencegah penyebaran penyakit ini.

Contoh kasus:

Seorang pria yang berusia 25 tahun datang ke klinik dengan keluhan ruam pada
bagian tubuhnya. Setelah diperiksa oleh dokter, dia didiagnosis menderita sifilis. Setelah
menanyakan riwayat seksualnya, dia mengakui telah melakukan hubungan seksual tanpa
kondom dengan beberapa pasangan seksual dalam beberapa bulan terakhir.

Telaah penerapan Triad Epidemiologi pada kasus ini:

1. Agen penyebab: Agen penyebab sifilis adalah bakteri spiroseta Treponema pallidum.
2. Inang: Pria berusia 25 tahun adalah inang Treponema pallidum. Dia terinfeksi sifilis
melalui hubungan seksual yang tidak aman dengan beberapa pasangan seksual.
3. Lingkungan: Sifilis dapat menyebar di lingkungan yang memfasilitasi perilaku seksual
yang tidak bertanggung jawab. Pendidikan seksual dan promosi kesehatan yang tepat
dapat membantu mencegah penyebaran penyakit ini.

Dalam hal ini, tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran sifilis termasuk:

1. Pendidikan seksual dan promosi kesehatan yang tepat untuk meningkatkan kesadaran
akan bahaya PMS dan pentingnya praktik seksual yang aman.
2. Penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual dapat membantu mencegah
penyebaran penyakit ini.
3. Pengobatan segera dan tepat pada penderita sifilis dapat membantu mencegah
penyebaran penyakit ini kepada pasangan seksualnya atau bayi yang dikandung oleh
ibu yang terinfeksi.

Dalam rangka mengatasi masalah sifilis, diperlukan kerja sama antara pihak medis,
pemerintah, dan masyarakat. Pihak medis dapat memberikan pendidikan kesehatan dan
melakukan tes penyakit menular seksual secara rutin pada pasien yang melakukan hubungan
seksual tanpa kondom atau memiliki riwayat seksual yang tidak aman.

Pemerintah dapat mempromosikan kesadaran masyarakat tentang bahaya PMS dan


memfasilitasi akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas tinggi. Pemerintah
juga dapat memperketat aturan terkait praktik seksual yang tidak aman dan mempromosikan
penggunaan kondom sebagai bentuk pencegahan.

Masyarakat dapat berpartisipasi dalam upaya pencegahan dengan cara menghindari


perilaku seksual yang tidak aman dan mempromosikan praktik seksual yang aman di antara
teman dan keluarga mereka. Masyarakat juga dapat memperjuangkan hak mereka untuk
memiliki akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas tinggi.

E. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT SIFILIS


1. Masa Inkubasi Penyakit Sifilis

Masa inkubasi penyakit sifilis adalah waktu yang dibutuhkan oleh bakteri
penyebab sifilis masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi yang menimbulkan
penyakit. Sifilis sendiri merupakan jenis penyakit yang memiliki empat tahapan dengan
masa inkubasi yang berbeda-beda. Masa inkubasi sifilis primer adalah 14 hingga 21
hari . Sifilis sekunder adalah tahapan selanjutnya setelah sifilis primer. Untuk sifilis
sekunder, masa inkubasi penyakit sifilis adalah selama 4-12 minggu. Bila sifilis
sekunder tak diobati, gejala akan hilang sementara (laten) namun akan muncul kembali.
Bisa jadi, gejala hilang sama sekali dalam fase ini, namun bukan berarti infeksi lenyap
dari tubuh Anda. Setelah 2-3 tahun, sifilis laten berkembang ke fase akhir yaitu sifilis
tersier.
2. Kapan Timbul Gejala Penyakit Sifilis

Sifilis ditandai dengan beberapa gejala yang berkembang dalam beberapa


tahap. Penyakit menular seksual yang juga dikenal dengan istilah raja singa ini terjadi
karena infeksi bakteri bernama Treponema pallidum. Gejala awal dari kondisi ini
adalah muncul luka di area kelamin, mulut, atau dubur. Namun umumnya, pengidap
sifilis tidak menyadari gejala tersebut.
Gejala sifilis berkembang sesuai dengan tahapan yang dialami dan gejala yang
dimunculkan pun berbeda-beda. Berikut ini penjelasanya:
a) Sifilis Primer
Ini adalah tahapan awal dan menyebabkan muncul gejala sifilis berupa lesi atau
luka pada organ reproduksi, yaitu di sekitar mulut atau di dalam alat kelamin. Gejala
awal umumnya muncul antara 10 hingga 90 hari setelah terpapar bakteri penyebab
sifilis. Awalnya, luka yang muncul akan terlihat seperti bekas gigitan serangga dan
tidak menimbulkan rasa sakit.Pada tahap ini, mungkin akan muncul benjolan pada area
selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala penyakit mungkin
akan menghilang dalam 3–6 minggu, tetapi bukan berarti sembuh. Jika pengobatan
tidak dilakukan hingga tuntas, kondisi ini justru bisa berkembang ke tahap selanjutnya,
yaitu sifilis sekunder.
b) Sifilis Sekunder
Pada tahap sekunder, sifilis mulai menyebabkan muncul ruam merah kecil,
biasanya pada telapak kaki dan telapak tangan. Selain ruam, biasanya ada gejala lain
yang juga akan menyertai, seperti demam, nafsu makan menurun, radang tenggorokan,
dan munculnya kutil kelamin. Gejala penyakit ini mungkin akan hilang tanpa
pengobatan. Namun, gejala bisa muncul berulang dan bila tidak ditangani bisa
berkembang ke tahap sifilis laten atau tersier.
c) Sifilis Laten
Pada tahap ini, luka akibat infeksi bisa hilang dan tidak meninggalkan bekas.
Padahal, kondisi itu malah menjadi tanda bahwa sifilis sudah memasuki tahap yang
lebih lanjut, yaitu sifilis laten. Sifilis seolah sembuh dan tidak ada gejala, tetapi infeksi

bakteri tetap ada di dalam tubuh dan bisa ditularkan. Jika tidak diobati, kondisi bisa
semakin berbahaya.
d) Sifilis Tersier
Jika tidak diobati dengan tepat, sifilis bisa berkembang dan memasuki tahap
yang paling berbahaya, yaitu sifilis tersier. Setelah memasuki tahap ini, sifilis sangat
mungkin memberi dampak yang berbahaya bagi organ tubuh lain. Semakin lama,
komplikasi sifilis mulai muncul, seperti kelumpuhan, kebutaan, demensia, hingga
masalah pendengaran bahkan kematian.
3. Faktor Resiko Pada Penyakit Sifilis

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri


Treponema pallidum. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
sifilis meliputi:
 Hubungan seksual tanpa penggunaan kondom: Sifilis dapat menyebar melalui
kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi, terutama jika tidak
menggunakan kondom saat berhubungan seks.
 Pasangan seksual yang terinfeksi: Jika pasangan seksual Anda terinfeksi, risiko
Anda untuk terinfeksi juga akan meningkat.
 Berhubungan seks dengan banyak pasangan: Semakin banyak pasangan
seksual yang Anda miliki, semakin tinggi risiko Anda untuk terinfeksi sifilis.
 Penggunaan narkoba suntik: Penggunaan narkoba suntik dan berbagi jarum
dapat meningkatkan risiko Anda terinfeksi sifilis dan penyakit menular seksual
lainnya.
 Berhubungan seks dengan orang yang memiliki riwayat sifilis: Jika Anda
berhubungan seks dengan seseorang yang memiliki riwayat sifilis, risiko Anda
untuk terinfeksi akan meningkat.
 Memiliki riwayat penyakit menular seksual: Jika Anda pernah terinfeksi
penyakit menular seksual sebelumnya, risiko Anda untuk terinfeksi sifilis juga
akan meningkat.
 Tinggal di daerah dengan tingkat infeksi sifilis yang tinggi: Tinggal di daerah
dengan tingkat infeksi sifilis yang tinggi dapat meningkatkan risiko Anda
untuk terinfeksi.
 Kondisi medis tertentu: Beberapa kondisi medis, seperti infeksi HIV atau
kekebalan tubuh yang lemah, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
terinfeksi sifilis dan mengalami komplikasi yang lebih serius.
Penting untuk diingat bahwa sifilis dapat menyebar bahkan tanpa adanya gejala, jadi
penting untuk selalu menggunakan kondom dan menjalani tes sifilis secara teratur jika
Anda berisiko terinfeksi.
4. Pencegahan Penyakit Sifilis
a) Gunakan kondom saat berhubungan seksual
Hubungan seksual adalah cara penyebaran penyakit kelamin yang paling
umum. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual menjadi upaya untuk
mengurangi risiko penularan penyakit sifilis. Terutama bagi mereka yang aktif secara

seksual dan sering bergonta-ganti pasangan. Jenis kondom berbahan lateks yang
banyak direkomendasikan, karena dianggap cukup kuat dan tidak mudah robek.
b) Menghindari alkohol dan obat-obatan terlarang
Menurut penelitian, mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang dapat
menurunkan kemampuan otak seseorang dalam mengambil keputusan. Hal itu
membuat seseorang tidak bisa memutuskan dengan tegas tindakannya. Misalnya, tidak
menggunakan kondom dengan benar sebagai pelindung saat berhubungan seksual atau
melakukan hubungan seks berisiko dan tidak aman. Selain itu, alkohol dan obat-obatan
terlarang juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda. Akibatnya, Anda akan
mudah terkena pilek, flu, dan penyakit menular seksual lainnya. Hindari mengonsumsi
alkohol secara berlebihan dan hentikan penggunaan obat-obatan terlarang.
c) Tidak bergonta-ganti pasangan seksual
Melakukan hubungan seksual jangka panjang dengan hanya satu pasangan
merupakan cara efektif untuk menghindari penularan sifilis. Selain itu, hindari juga
untuk berhubungan seksual dengan orang yang suka bergonta-ganti pasangan. Sebab,
hal tersebut dapat menyebabkan Anda tertular penyakit kelamin.
d) Saling terbuka dengan pasangan mengenai riwayat penyakit kelamin
Saling terbuka dengan pasangan mengenai riwayat kehidupan seksual juga
menjadi salah satu cara pencegahan penyakit sifilis. Komunikasi terbuka akan
membantu Anda untuk saling menjaga dan mencari solusi terbaik dalam mengatasi
masalah. Perlu diingat, jika pasangan Anda positif menderita penyakit seksual menular,
jangan sekali-sekali mengucilkan atau menghakiminya. Tapi, temani pasangan Anda
untuk melakukan pemeriksaan medis hingga mendapatkan pengobatan yang tepat dari
dokter.
e) Jangan memakai jarum suntik bekas orang lain
Darah menjadi salah satu cairan tubuh yang menularkan bakteri sifilis.
Penggunaan jarum suntik bekas orang lain menjadi media penularan penyakit sifilis.
Penularan penyakit sifilis melalui jarum suntik banyak terjadi pada mereka yang
menggunakan narkoba, tato, tindik telinga, atau transfusi darah. Pastikan untuk selalu
menggunakan jarum suntik yang baru dan steril agar tidak tertular penyakit sifilis.
f) Berhenti melakukan hubungan seksual dalam beberapa waktu
Jika menemukan luka di area genital Anda atau pasangan, sebaiknya hentikan
untuk berhubungan seksual dalam beberapa waktu karena bakteri sifilis bisa masuk ke
tubuh dan menginfeksi akibat kontak langsung dengan luka tersebut. Pastikan
melakukan perawatan terlebih dahulu hingga dinyatakan sembuh oleh dokter sebelum
melakukan hubungan seksual kembali.
5. Pengobatan Penyakit Sifilis

Sifilis diobati dengan penisilin. Pasangan seksual juga harus diobati.


Pengobatan penyakit sifilis dilakukan dengan memberikan antibiotik yang dapat
melawan bakteri penyebab sifilis. Bagi primer dan sekunder, pengobatan dapat
dilakukan dengan antibiotik melalui pemberian suntikan dengan biasanya dilakukan

selama kurang lebih 14 hari. Untuk sifilis tersier dan pada wanita hamil, waktu
pengobatan akan lebih lama dan menggunakan antibiotik yang diberikan melalui infus.
Pengobatan akan berbeda pada penderita sifilis stadium awal, stadium lanjut dan Sifilis
penderita alergi penisilin
a) Sifilis stadium awal (sifilis primer dan sifilis sekunder):
Pengobatan sifilis pada tahap awal biasanya dilakukan dengan menggunakan
antibiotik injeksi atau oral, seperti penisilin G benzatin atau doxycycline. Pengobatan
harus dilakukan sesegera mungkin, karena semakin lama infeksi berlangsung, semakin
sulit untuk mengobatinya.
b) Sifilis stadium lanjut (sifilis laten dan sifilis tersier):
Pada tahap ini, pengobatan sifilis lebih rumit karena bakteri telah menyebar ke
seluruh tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan organ. Pengobatan harus dilakukan
dengan lebih hati-hati dan jangka waktu pengobatan biasanya lebih lama. Penisilin G
injeksi masih menjadi pengobatan utama untuk sifilis stadium lanjut.
c) Sifilis pada penderita alergi penisilin:
Penderita yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan antibiotik alternatif
seperti doxycycline, azitromisin, atau ceftriaxone.
Selain pengobatan medis, juga dianjurkan untuk menghindari hubungan
seksual selama pengobatan, serta memeriksakan diri secara teratur setelah pengobatan
untuk memastikan infeksi telah sembuh secara total. Konsultasikan dengan dokter
untuk menentukan pengobatan yang sesuai bagi penderita sifilis.

F.KESIMPULAN
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang dapat dicegah dengan praktik seksual
yang aman dan pengobatan segera pada penderita. Diperlukan kerja sama antara pihak medis,
pemerintah, dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengobatan penyakit ini.
Pendidikan kesehatan, promosi kesehatan, dan pemberian akses ke layanan kesehatan yang
terjangkau dan berkualitas tinggi menjadi kunci dalam mengatasi masalah sifilis dan masalah
kesmas secara keseluruhan.

Daftar Pustaka
Sifilis. (t.thn.). Diambil kembali dari alodokter: https://www.alodokter.com/sifilis

Anda mungkin juga menyukai