Oleh Kelompok 7 :
A. DEFINISI SIFILIS
Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik,
selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh. Terdapat masa
laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam
kandungan. Sebagian besar kasus sifilis dapat ditularkan melalui kontak seksual
(vaginal, anogenital, dan orogenital), tetapi juga dapat menyebar secara kongenital
(pada kehamilan melalui transplasenta atau selama persalinan melalui jalan lahir).
Penularan melalui produk darah juga telah dilaporkan terjadi pada beberapa kasus.
Bakteri dapat masuk melalui mikrotrauma dari kulit atau mukosa. Bakteri
bereplikasi, kemudian menuju ke kalenjar limfe, masuk ke pembuluh darah dan
menyebar secara sistemik dalam waktu 24 jam. Infeksi akan menunjukkan
manifestasi klinis dalam rentang waktu 10 – 30 hari setelah Treponema pallidum
masuk dan menimbulkan lesi primer. Berman, S.M. (2004).
B. EPIDEMIOLOGI SIFILIS
Secara epidemiologi WHO mengestimasi kejadian sifilis diseluruh dunia
yaitu 10 s/d 12 juta kasus setiap tahunnya. Republik Serbia paling sering terjadi
pada laki – laki daripada perempuan dikarenakan perilaku menyimpang dengan
insidensi 6.61/100.000 dan 6.54/100.000 kasus. Data dari Europa menunjukkan
bahwa kejadian tertinggi sifilis pada wanita dilaporkan ada di Bulgaria, Lithuania,
Latvia dan Islandia sedangkan kejadian Sifilis kongenital tahun 2017 tertinggi
terjadi di Bulgaria dengan 21.5/100.000 kasus, Portugal 4.6/100.000 kasus.
Rumania 3/100.000 dan Polandia. Studi dari beberapa negara Eropa menunjukkan
lebih dari 20% wanita yang terinfeksi dengan sifilis termasuk diantara wanita
hamil. Sementara di Spanyol tes positif pada wanita hamil dua kali lebih sering dan
di Irlandia enam kali lebih sering dibandingkan dengan populasi umumnya.
C. PATOFISIOLOGI SIFILIS
Treponema pallidum pertama kali diindentifikasi oleh ilmuan german
Bernama Fritz Schaudinn dan Erich Hoffman pada tahun 1905. Traponema
pallidum termasuk dalam ordo spirochetal dengan genus Treponema sehingga
berbentuk spiral yang dilapisi oleh phospholipid membrane. Rata – rata waktu
yang dibutuh untuk mereplikasi T.Pallidum ketika terinfeksi adalah 30 jam
dengan jalur infeksi dari T.Pallidum bisa melalui kulit ke kulit atau dikenal
dengan venereal disease. T.Pallidum dengan subspecies lain dapat menyebabkan
non – venereal disease sehingga akan bertransmisi secara non – sexual contact
seperti Ttreponema pertenue menyebabkan Framboesia, Treponema pallidum
endemcum menyebabkan sifilis endemic dan Treponema carateum yang akan
menyebabkan pinta. Semua jenis Treponematoses mempunyai DNA yang hampir
sama hanya saja penyebaran secara geografi dan patofisiologi yang berbeda.
Penyebaran sifilis pada kehamilan biasanya diperoleh melalui kontak
seksual, dimana pada sifilis kongenital, bayi mendapatkan infeksi sifilis dari
transmisi transplasental dari Treponema pallidum. Penularan melalui hubungan
seksual membutuhkan paparan mukosa yang lembab atau lesi kulit pada sifilis
primer atau sekunder. Pasien dengan penyakit sifilis yang tidak diobati tampaknya
dapat pulih, namun dapat mengalami kekambuhan dalam periode sampai dengan
dua tahun. Oleh karena itu, seseorang dapat lebih berisiko menularkan sifilis pada
tahun pertama dan kedua dari periode terinfeksi sifilis yang tidak diobati. Tingkat
penularan infeksi sifilis pada pasangannya, dalam satu kali kontak seksual
diperkirakan mencapai 30%. Infeksi sifilis terjadi secara sistemik, treponema
menyebar melalui aliran darah selama masa inkubasi. Pada ibu hamil yang
terinfeksi treponema dapat mentransmisikan infeksi pada fetus dalam uterin
segera setelah onset infeksi. Transmisi pada fetus intra uteri tersebut dapat
didokumentasikan secara dini pada minggu kesembilan kehamilan. Ibu hamil
terinfeksi sifilis yang berada pada stadium laten, tetap berpotensi untuk
menularkan infeksi pada fetus.
Penyebaran sifilis tersering dikarenakan sexually transmitted disease yaitu
melalui kontak vaginal, anogenital dan urogenital, tapi secara nonsexual juga bisa
terjadi meskipun sangat jarang terjadi seperti kulit ke kulit atau transfusi darah.
Transmisi secara vertical bisa melalui transplasenta atau dari ibu ke janin sehingga
dapat menyebabkan sifilis kongenital pada janin.
Menurut faktor risiko usia muda antara 20-29 tahun merupakan kelompok usia
yang paling sering terkena infeksi menular seksual seperti sifilis, karena usia
tersebut termasuk kedalam kelompok usia dengan aktifitas secara seksual yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kehamilan
dengan usia terlalu muda atau tua secara tidak langsung menambah resiko
kesakitan dan kematian pada ibu hamil,misalnya pendarahan melalui jalan lahir,
eklamsia dan infeksi menular seksual. Adanya faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan risiko terinfeksi sifilis yaitu seperti jumlah anak yang banyak, sosial
ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, serta pengguna napza
suntik. Selain itu penderita sifilis pada kehamilan juga mengalami tanda dan
gejala seperti terdapat papul (benjolan) berwarna merah atau coklat kemerahan
disekitar alat kelamin, terdapat ulkus (luka), terdapat ruam berwarna merah.
DAFTAR PUSTAKA
Braccio S, Sharland M, Landhani SN. Prevention and Treatment of Mother-to-
Child Transmission of Syphilis. Current Opinion Infectious Disease.
2016;29:268-74