Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
kuman Treponema pallidum, yang menyerang manusia, bersifat kronis,
sistemik dan dapat mengenai semua bagian tubuh, dapat bersifat laten
selama bertahun-tahun, menular serta dapat diobati. Sifilis kongenital
adalah sifilis yang ditularkan oleh ibu kepada janinnya secara intra uterin.
Nama lainnya adalah lues connate, syphilis connata, venereal, penyakit
raja singa.
Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa, tapi sesudah
tahun 1860, morbiditas penyakit ini menurun dengan cepat. Selama perang
dunia ke II, insiden sifilis meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun
1946, dan setelah ditemukan penisilin menurun dengan cepat. Di Eropa
dan Amerika Serikat insiden sifilis kongenital pada umumnya menurun
sekitar tahun 1970 sampai awal 1980, namun dalam beberapa tahun
terakhir tampak adanya peningkatan insiden sifilis kongenital. Peningkatan
ini diduga berkaitan dengan peningkatan insiden primer dan sekunder pada
wanita usia subur yang berumur 15-29 tahun. Di samping itu, sifilis
congenital merupakan penyebab 20-30% kematian bayi perinatal.
Gambaran klinis sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital
dini (timbul sebelum usia 2 tahun), serta sifilis kongenital lanjut (timbul
setelah usia 2 tahun). Hampir semua kasus sifilis didapat melalui kontak
seksual langsung dengan lesi dari individu yang terjangkit sifilis aktif
primer ataupun sekunder. Sifilis dapat ditransmisikan secara kongenital
dari ibu yang terinfeksi melalui plasenta ke janin. Transmisi lain yang
mungkin namun jarang terjadi termasuk transfusi darah, kontak personal
non seksual, inokulasi langsung yang tidak disengaja. Prinsip pengobatan
sifilis kongenital adalah penggunaan penisilin sebagai obat pilihan, baik

1
pada ibu hamil maupun pada bayi. Pengamatan pasca pengobatan pada
bayi dilakukan secara bertahap, biasanya pada usia 2, 4, 6, 12 dan 15
bulan.

B. Tujuan Makalah
1. Mengetahui definisi dari sifilis kongenital
2. Mengetahui etiologi sifilis kongenital
3. Mengetahui Patofisiologi sifilis kongenital
4. Mengetahui Manifestasi klinis sifilis kongenital
5. Mengetahui klasifikasi dari sifilis kongenital
6. Mengetahui cara penegakan sifilis kongenital dengan benar
7. Mengetahui cara penatalaksanaan sifilis kongenital dengan benar

C. Manfaat Makalah
1. Memenuhi nilai mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawat Daruratan
2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang sifilis kongenital
3. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang penyebab terjadinya sifilis
kongenital
4. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang patofisiologi sifilis
kongenital
5. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang manifestasi klinis sifilis
kongenital
6. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang patofisiologi sifilis
kongenital
7. Menambah pengetahuan mahasiswa dalam penegakan diagnosis sifilis
kongenital
8. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang penatalaksanaan sifilis
kongenital

1
1
BAB II

ISI

A. Definisi
Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi dengan
manifestasi klinis sifilis kongenital; atau ditemukannya Treponema
pallidum pada lesi, plasenta, tali pusat atau otopsi jaringan; atau bayi yang
dilahirkan oleh ibu penderita sifilis yang belum mendapat pengobatan atau
telah mendapat pengobatan namun tidak adekuat sebelum atau selama
kehamilan, atau ibu yang telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak
menunjukkan respons serologi; atau ditemukannya salah satu dari hal
berikut, yaitu pemeriksaan radiologi tulang panjang dan/atau cairan
serebrospinal yang sesuai gambaran sifilis kongenital.
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam
uterus dari ibunya yang menderita sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin
dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu
dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu,
karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap
infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron
dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada
dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun
pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.

B. Etiologi
Penyebab sifilis adalah bakteri Treponema pallidum. Treponema
berasal dari bahasa Yunani yang berarti benang yang terpuntir. Panjang
mikro-organisme ini 5-20 mm dan diameternya 0,092-0,5 mm.
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan
Hoffman ialah Treponemapallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk seperti spiral

1
teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari
delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara
pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam.
Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar
badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfuse
dapat hidup tujuh puluh dua jam.

C. Patofisiologi
Treponema pallida yang berada di darah ibu dapat menembus
plasenta masuk ke janin setelah kehamilan 16 – 18 minggu. Bila si ibu
mendapat sifilis sewaktu ia hamil, manifestasi pada janinnya tergantung
pada bilamana (pada usia kehamilan beberapa minggu) infeksi itu terjadi.
Bila infeksi pada kehamilan yang telah tua, akan terlihat ibu dan anak
tidak menunjukkan gejala-gejala sifilis sewaktu kelahiran (baik klinis
maupun serologi), sampai beberapa minggu kemudian.
Sebaliknya bila infeksi pada ibu, tentunya juga pada janin terjadi
pada usia kehamilan muda akan mengakibatkan mati dalam kandungan,
lahir prematur, immatur atau lahir dengan gejala sifilis dini. Karenanya
infeksi sifilis selama kehamilan akan mengakibatkan bayi mati dalam
kandungan, lahir immatur, prematur atau lahir dengan gejala sifilis.
Pada umumnya sifilis hanya infeksius pada masa 2 tahun pertama
(sifilis dini), akan tetapi perkecualian pada ibu hamil masih dapat
menularkan sifilis pada janinnya walaupun ia menderita sifilis kasip.

D. Manifestasi Klinis
Plasenta dari bayi yang menderita sifilis kongenital dapat
mengalami plasentomegali yang didefinisikan oleh Hoddick dkk sebagai
penebalan plasenta yang melebihi + 2 SD ( deviasi standar) disesuaikan
dengan usia kehamilan. Kematian janin atau perinatal terjadi pada 40%
bayi yang terinfeksi. Persalinan preterm dan pertumbuhan janin terhambat
juga telah dilaporkan. Pada bayi yang tetap hidup, manifestasi klinis
dibagi dalam stadium dini dan stadium lanjut. Stadium dini terjadi dalam
dua tahun pertama kehidupan, sedangkan stadium lanjut terjadi setelah

1
usia dua tahun. Kurang lebih dua pertiga bayi tidak menunjukkan gejala
klinis saat dilahirkan, tetapi jika tidak diobati gejala akan muncul dalam
beberapa minggu atau bulan.
Manifestasi klinis bervariasi dan dapat mengenai beberapa organ.
Organ yang sering terkena adalah hati dan limpa berupa pembesaran
(hepatosplenomegali), ikterik yang menetap dan peningkatan enzim hati.
2,6 Limfadenopati bersifat difus dan sembuh dengan sendirinya. Kelainan
kulit dapat berupa eritematosa makulopapular atau lesi bula diikuti oleh
deskuamasi pada telapak tangan dan kaki. Dapat pula ditemukan lesi
kondiloma yang khas pada membran mukosa dan rinitis. Bila terdapat
osteokondritis, akan terasa nyeri yang dapat menyebabkan bayi menjadi
sensitif dan tidak mau menggerakkan tungkainya (pseudoparalisis Parrot).
Kelainan susunan saraf pusat, gagal tumbuh, korioretinits, nefritis, dan
sindrom nefrotik dapat juga ditemukan.
Manifestasi klinis yang mengenai ginjal dapat berupa hipertensi,
hematuria, proteinuria, hipoproteinemia dan hiperkolesterolemia. Hal ini
diakibatkan oleh deposit kompleks imun di glomerulus. Gambaran klinis
yang jarang dapat berupa gastroenteritis, peritonitis, pankreatitis,
pneumonia, kelainan mata (glaukoma dan korioretinitis), hidrops, dan
masa pada testis. Manifestasi lanjut merupakan akibat inflamasi kronis
pada tulang, gigi, dan susunan saraf pusat.
Perubahan tulang akibat periostitis yang menetap atau berulang dan
berhubungan dengan penebalan tulang dapat berupa frontal boosing,
penebalan sternoklavikula yang unilateral atau bilateral, bagian tengah
tibia yang melengkung ke depan (Saber shins), dan skapula skapoid.
Kelainan hidung berupa saddle nose akibat rinitis yang menghancurkan
tulang sekitarnya.
Manifestasi stadium lanjut dapat berupa keratitis interstitialis yang
unilateral atau bilateral dengan gejala fotofobi dan lakrimasi, diikuti
opaksifikasi kornea yang mengakibatkan kebutaan pada beberapa minggu
sampai dengan beberapa bulan menunjukkan kelainan berupa anemia,
monositosis, dan trombositopenia. 2,6,13,14 Pemeriksaan serologi dapat

1
dilakukan dengan metode deteksi langsung dengan baku emas
pemeriksaan rabbit infectivity test (RIT). Uji serologi non-treponema
untuk skrining seperti uji Venereal Disease Research Laboratory (VDRL),
Rapid Plasma Reagin (RPR) yang memiliki sensitivitas 70-100% dan
spesifisitas 97-99%, serta uji serologi untuk konfirmasi yaitu Treponema
Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA), Fluorescent Treponemal
Antibody Absorption (FTA-Abs) yang memiliki sensitivitas sebesar 76 -
100% dan spesifisitas 97-99%.
Pada pemeriksaan histologi jaringan plasenta didapatkan funisitis
dan vaskulitis. Selain itu terdapat juga gambaran plasentitis berupa fibrosis
villi korionik dan infiltrat plasmolimfositik pada stroma. Mikroskop
lapangan pandang gelap digunakan untuk mendeteksi adanya bakteri
Treponema pallidum dalam cairan tubuh (sekret hidung, serum dari lesi
kulit, cairan ketuban). Pemeriksaan mikroskop lapangan pandang gelap,
selain untuk melihat morfologi bakteri, dapat juga melihat pergerakannya
yang khas. Pada pemeriksaan radiologi dapat dijumpai perubahan
metafisis tulang panjang.

E. Klasifikasi
Menurut World Health Organization (WHO) secara garis besar sifilis dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sifilis kongenital (bawaan)
2. Sifilis akuisita (didapat)
Sifilis kongenital dapat berbentuk :
1. Sifilis kongenital dini (timbul pada umur kurang dari 2 tahun)
2. Sifilis kongenital lanjut/tarda (timbul setelah umur lebih dari 2 tahun

F. Penegakan Diagnosa
Diagnosis sifilis kongenital ditegakkan berdasarkan anamnesis
riwayat ibu yang menderita sifilis tanpa pengobatan yang adekuat, atau uji
serologis positif, atau pada pemeriksaan mikroskop lapangan pandang
gelap ditemukan bakteri Treponema pallidum dalam cairan tubuh. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan ikterik, hepatosplenomegali, anemia,
trombositopenia, kelainan gambaran radiologis tulang panjang, dan
kelainan pada cairan serebro spinalis.

1
Pada bayi usia 3-12 minggu dapat ditemukan rinitis, kelainan kulit
makulopapular, lesi mukokutan, dan pseudoparalisis. Gambaran khas
sifilis kongenital dini adalah saddle nose, gigi Hutchinson, keratitis
interstitialis, Saber shins, serta gumma pada hidung dan palatum.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu
hamil dan pengobatan pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat
pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun sifilis
kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data
yang lengkap. Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga,
yaitu :
1. Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau
penisilin G prokain dalam aquadest 600.000 unit IM selama 10
hari.
2. Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui
lama infgeksi, sifilis kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali
neurosifilis)
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x
berturut-turut, atau dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM
setiap hari selama 21 hari.
3. Neurosifilis
Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya
dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4
jam selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long acting,
yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali
seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit
IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti
pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu
selama 3 minggu.

1
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis
kongenital menurut CDC tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada
bayi :
a. Menderita sifillis kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik,
laboratorium dan/ radiologik,
b. Mempunyai titer test nontreponema ≥ 4 kali dibanding ibunya
c. Dilahirkan oleh ibu yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak
tercatat, tidak diketahui, tidak adekuat atau terjadi ≤ 30 hari
sebelum persalinan.
d. Dilahirkan oleh ibu seronegatif yang diduga menderita sifilis
e. Titer pemeriksaan nontreponema meningkat ≥ 4 kali selama
pengamatan.
f. Hasil tes treponema tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan,
atau
g. Mempunyai antibodi spesifik IgM antitreponema.

Selain itu, juga dipertimbangkan pengobatan pada bayi yang


dilahirkan oleh ibu yang menderita sifilis dan diobati selama
kehamilannya namun bayi tersebut selanjutnya tidak biasa diamati.
Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh ditunda dengan alasan
menunggu diagnosis pasti secara klinis atau serologik. Dengan
pengobatan dengan Aqueous penisilin bergantung usia bayi. Pada usia
≤ 1 minggu, diberikan tipa 12 jam, usia > 1 minggu - ≤ 4 minggu
diberikan tiap 8 jam, dan setelah usia 4 minggu diberikan tipa 6 jam.

1
BAB III

KESIMPULAN

1. Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus


dari ibunya yang menderita sifilis dini.
2. Penyebab sifilis ialah Treponema pallidum dan sifilis kongenital
merupakan transmisi treponema pallidum dari ibu hamil yang
menderita sifilis ke janin yang akan dilahirkan, selama masa
kehamilan.
3. Sifilis kongenital di bagi menjadi dua yakni sifilis kongenital dini,
lanjut dan stigmata. Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis
yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika
muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan
sifilis kongenital lanjut, sigmata adalah jaringan parut atau deformitas
yang terjadi akibat penyembuhan dua stadium tersebut.
4. Sifilis kongenital adalah penyakit yang dapat dicegah, yaitu melalui
deteksi sifilis selama kehamilan
5. Prinsip pengobatan sifilis kongenital adalah penggunaan penisilin
sebagai obat pilihan, baik pada ibu hamil maupun pada bayi.
Pengamatan pasca pengobatan pada bayi dilakukan secara bertahap,
biasanya pada usia 2, 4, 6, 12 dan 15 bulan

Anda mungkin juga menyukai