Anda di halaman 1dari 32

BABY BLUES SYNDROME

NUR ASIA
Pembimbing : dr. Dewi Suriany A., Sp.KJ
Pendahuluan
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen
yang sangat membahagiakan tapi kadang harus menemui kenyataan
bahwa tidak semua menganggap seperti itu.

Pasca melahirkan merupakan periode dimana ibu


menjalani hari yang melelahkan.

Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun


perubahan fisik dan psikis ibu dan hal ini dapat memicu
perasaan tertekan (stres)
Definisi

Baby Blues Syndrome (BBS) atau sering


disebut juga dengan istilah maternity
blues atau post partum blues adalah
gangguan emosi ringan yang biasanya
terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau
14 hari setelah ibu melahirkan.
Epidemiologi
Studi di luar negeri, angka kejadian baby blues syndrome
cenderung tinggi dan bervariasi (26-85%)

> 50% ibu yang mengalami depresi pada kehamilan


sebelumnya akan menjadi depresi kembali pada kehamilan
selanjutnya

Ibu dengan bayi BBLR, 3,64 kali berpeluang lebih tinggi


mengalami baby blues syndrome daripada ibu dengan bayi
normal
4
Kelekatan Ibu-Janin
Kelekatan psikologis pada janin dimulai saat janin masih
di dalam uterus, dan pada awal trimester kedua, sebagian
besar perempuan mempunyai gambaran mengenai bayinya.

Banyak ibu berbicara dengan anak yang belum


dilahirkannya.

keadaan patologis pascamelahirkan, seperti seorang ibu


ingin mencederai bayinya, yang dia anggap sebagai bagian
yang dibenci dari dirinya.
Proses Kehamilan

Rasa takut yang berkaitan dengan rasa sakit dan nyeri


tubuh selama persalinan bersifat universal, dan untuk
tingkat tertentu.

Meskipun demikian, persalinan yang secara teknik sulit


atau bahkan menyakitkan tidak tampak memengaruhi
keputusan untuk mengandung anak lagi.
Etiopatogenesis
• Faktor Psikososial • Faktor Biologik
– Konflik dalam perkawinan – Perubahan sistem andregenik
– Sikap ambivalen atau (alpha 2 adenoreseptor)
keraguan yang besar terhadap – Perubahan amin biogenik
kehamilan dan keinginannya (norepinefrin, serotonin dan
untuk mempunyai anak. dopamin)
– Riwayat pernah menderita
gangguan depresi sebelumnya • Faktor Hormonal
dan atau reaksi terhadap
– Hormon estrogen dan
kejadian tertentu dalam
progesteron
kehidupannya, termasuk stres
akibat melahirkan anak. – Penurunan hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid
– Stres lingkungan
– Hormon sex (neurosteroid)
Faktor Risiko
Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan
emosional yang kompleks.

Dukungan sosial yang buruk, yang berarti tidak


mempunyai seseorang yang dipercaya untuk membantu
atau mencurahkan pikiran dan perasaan dengan teman
karib.

Riwayat premestrual syndrome (PMS) sebelumnya,


gangguan menstruasi dan atau kesulitan untuk hamil.

Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan yang


traumatis.
Lanjutan 2...
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan
seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kemahilan
yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya, sosial ekonomi.

Gangguan tiroid atau riwayat keluarga dengan gangguan


tiroid.

Diet rendah lemak, rendah protein atau kurang nutrisi lain,


atau morning sickness yang berat yang menyebabkan
malnutrisi.
Lanjutan 3...

Peningkatan berat badan selama hamil dan penurunan berat


yang sedikit setelah melahirkan.

Kepulangan yang dini dari rumah sakit (kurang dari 21-40


jam)

Perselisihan perkawinan (marital discord)

Kehamilan yang tidak diinginkan


Lanjutan 4...
Rasa ingin memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga
timbul rasa takut yang berlebihan akan kehilangan
bayinya.

Stres yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak


keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, stres melihat
bayi sakit, rasa bosan dengan hidup yang dijalani.
Gejala Klinis
•Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa sebab
•Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran
•Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja
•Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga
•Menjadi tidak tertarik dengan bayinya atau menjadi terlalu memperhatikan dan
khawatir terhadap bayinya
•Tidak percaya diri
•Sulit beristirahat dengan tenang, namun bila ada orang lain menjaga bayi, si ibu bisa
tertidur
•Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan
•Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan
•Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri dan bayinya
Diagnosis
• Anamnesis
– Semua wanita pasca melahirkan
– Perubahan sikap dan kondisi emosional umumnya
14 hari pertama pasca melahirkan
– Adanya perasaan cemas, khawatir berlebihan,
sedih, dan sering menangis tanpa sebab jelas
– Adanya perasaan putus asa, ketidakmampuan
dalam mengurus anak, dan rasa bersalah
– Jika gejala menetap >2 minggu dipikirkan
kemungkinan postpartum depression 13
Kriteria Diagnosis
• Gejala berupa kesedihan, disforia, dan sering
menangis. Puncak emosi hari ke4-5 dan kembali
normal hari ke 10

• Skrining dengan EPDS → untuk mendeteksi gangguan


mood pasca melahirkan
– Bentuk kuisioner
– Nilai score >12 sensitifitas 86% dan prediksi positif 73%
untuk mendiagnosis baby blues syndrome
14
04/22/2020
Penatalaksanaan
• Tidak ada perawatan yang khusus
• Dukungan dan empati dari keluarga dan staf
kesehatan
• Konsultasi kejiwaan umumnya tidak
diperlukan
• Psikoedukasi: peran baru sebagai ibu, hal
mengurus bayi, bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru, dsb
15
Depresi & Psikosis pasca-melahirkan

Depresi pasca persalinan adalah depresi yang biasanya


terjadi dalam 1-4 minggu setelah melahirkan. Sering
terjadi ketika melahirkan anak kedua dan ketiga. Gejala
mirip seperti depresi pada umumnya hanya waktu
terjadinya yang khusus pada pasca persalinan. Berbeda
dengan postpartum blues yang akan hilang dengan
sendirinya tanpa terapi.
Depresi pasca persalinan memerlukan terapi, karena
bila tidak ditatalaksanai, kondisi akan berlangsung
lama ( menjadi menahun) dan dapat memberat. Hal
ini akan berdampak terhadap perkembangan fungsi
kognitif dan afektif serta kepribadian sang anak. Juga
dapat berdampak terhadap hubungan suami isteri dan
hubungan dengan keluarga besar dan masyarakat.
Kira-kira 20 hingga 40 persen perempuan melaporkan adanya
gangguan emosional dan disfungsi kognitif pada periode pasca-
melahirkan. Banyak dari perempuan tersebut mengalami apa yang
disebut dengan “baby blues”, yaitu suatu keadaan normal berupa
kesedihan, disforia, sering menangis, dan ketergantungan untuk

“lengket”.

Perasaan ini, yang dapat berlangsung selama beberapa hari,


dikaitkan dengan perubahan cepat kadar hormon perempuan, stres
saat melahirkan anak, dan kesadaran adanya peningkatan tanggung
jawab sebagai ibu.
• Depresi pasca melahirkan ditandai dengan mood
depresi, anxietas yang berlebihan, dan insomnia.
Onsetnya dalam 3 hingga 6 bulan setelah persalinan.
• Pada kasus yang jarang (1 sampai 2 dalam 1.000
persalinan), depresi pasca melahirkan pada
perempuan ditandai dengan rasa depresi dan
gagasan bunuh diri. Pada kasus yang berat, depresi
dapat mencapai proporsi psikotik, disertai halusinasi,
waham, dan pikiran untuk membunuh bayi.
Meskipun masalah psikiatrik sebelumnya
menyebabkan perempuan memiliki resiko
mengalami gangguan pascamelahirkan,
terdapat bukti yang mengesankan bahwa
gangguan mood pasca melahirkan adalah
konsep yang spesifik, berbeda dengan
diagnosis psikiatrik lainnya.
Bukti lainnya beralasan bahwa gangguan mood ini tidak
berbeda sepenuhnya tetapi merupakan suatu spektrum bipolar
seperti yang dicerminkan di dalam klasifikasi pada revisi teks
edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-IV-TR). Perempuan dengan depresi berat
pasca melahirkan memiliki resiko episode di masa mendatang,
dan kegagalan terapi dapat menyebabkan gangguan mood
refrakter dengan terapi jangka panjang.
Suatu sindrom telah digambarkan pada ayah yang
ditandai dengan perubahan mood selama kehamilan
isterinya atau setelah bayi dilahirkan. Ayah tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor: tambahan tanggung
jawab, berkurangnya pelampiasaan seksual,
berkurangnya perhatian dari istri, serta keyakinan
bahwa anak adalah kekuatan pengikat di dalam
perkawinan yang tidak memuaskan.
• Postpartum depression adalah kondisi yang
lebih serius dari babyblues dan mempengaruhi
1 dari 10 ibu baru. Ibu dengan DPM
mengalami perasaan sedih dan emosi yang
meningkat dan merasa tertekan, menjadi
sensitif, lelah, perasaan bersalah, cemas dan
ketidakmampuan untuk merawat diri dan
merawat bayi.
• Postpartum psychosis
merupakan bentuk DPM yang parah dan
membutuhkan penanganan yang medis
segera. Gejalanya muncul secara cepat setelah
melahirkan dan berlangsung antara beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Gejalanya
meliputi agitasi yang amat kuat, perilaku yang
menunjukkan kebingungan, perasaan hilang
dan malu, insomnia, paranoid, delusi,
halusinasi, hiperaktif, bicara cepat dan mania.
Pemeriksaan Penunjang

• Untuk melakukan skrining ini dapat dipergunakan


alat bantu berupa Edinburgh Postnatal Depression
Scale yaitu kuesioner yang dengan validitas yang
teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan
suasana depresi selama 7 hari pasca persalinan.
Adapun instrumen yang dapat dipakai untuk skrining
depresi postpartum adalah :
1. Schedule of Affective Disorders and Schizophrenia
(SADS)
2. Structured Clinical Interview for DSM-IV-TR
(SCID)
3. Standard Psychiatric Interview (SPI)
4. Present State Examination (PSE)
5. Hamilton Rating Scale for Depresion (HRSD)
6. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
Lanjutan...
Gejala depresi:

1. Kelelahan yang berkepanjangan, susah tidur dan insomnia

2. Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal yang

menyenangkan

3. Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan teman

4. Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada anak

5. Perasaan takut telah menyakiti anak

6. Tidak tertarik pada seks

7. Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir dan konsentrasi

8. Kesulitan dalam membuat keputusan sederhana


Dampak

• Efeknya sangat nyata pada perkembangan


anak karena biasanya ibu yang mengalami
baby blues tidak dapat merawat anaknya
dengan baik, jadi secra otomatis ia juga tidak
bisa memberikan kebutuhan yang seharusnya
diterima anaknya,
Penatalaksanaan

• Non-medikamentosa
– Pada kasus ini, penanganan yang sangat di
perlukan adalah psikoedukasi.

• Medikamentosa
– Selective serotonin-reuptake inhibitors (SSRIs),
venlafaxine, tricyclic antidepressants (TCAs)
menunjukkan bahwa penggunaanya lebih efektif
Pencegahan
1. Pelajari diri sendiri
2. Tidur dan makan secukupnya
3. Olahraga
4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
5. Beritahukan perasaan anda
6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
7. Persiapkan diri dengan baik
8. Lakukan pekerjaan rumah tangga
9. Dukungan emosional
10. Dukungan kelompok depresi postpartum
Kesimpulan
• Baby Blues Syndrome (BBS) atau sering disebut juga dengan istilah
maternity blues atau post partum blues adalah gangguan emosi
ringan yang biasanya terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau 14
hari setelah ibu melahirkan.
• Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya baby blues
syndrome oleh karena itu, sangat sulit mengidentifikasi faktor risiko
yang pasti berperan dalam timbulnya depresi pasca persalinan dan
sulit untuk menentukan secara pasti karakteristik wanita yang
mengalami depresi pasca persalinan.
• Baby blues syndrome ditandai perasaan sedih, seperti menangis,
perasaan kesepian atau menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa
gagal dan tidak bisa tidur tanpa alasan yang jelas.
• Tidak ada perawatan khusus untuk baby blues, empati dan
dukungan dari keluarga dan staf kesehatan mutlak diperlukan
Terima Kasih...

Anda mungkin juga menyukai