PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
Gambar 1. Sistem organ reproduksi wanita pada penampang sagittal pada cavum
uterus
2
pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.1,2,7,8
Gambar 2. Sistem organ reproduksi wanita pada penampang depan cavum uterus
Struktur ovarium terdiri atas dua lapisan jaringan yaitu lapisan medula dan
korteks. Lapisan medula terletak di tengah dan terdiri dari jaringan fibrosa,
pembuluh darah dan saraf. Sedangkan korteks adalah lapisan yang mengelilingi
medula terdiri dari jaringan ikat atau stroma, ditutupi oleh epitel germinal berisi
folikel ovarium berbagai tahap jatuh tempo yang masing-masing berisi ovum.
Sebelum pubertas ovarium tidak aktif tapi stroma sudah mengandung folikel
(primordial) dewasa, yang dimiliki perempuan sejak lahir. Setiap 28 hari, satu
folikel ovarium (Graafian folikel) dewasa pecah dan melepaskan ovum ke dalam
rongga peritoneum hal Ini disebut ovulasi dan itu terjadi selama siklus
menstruasi.1,2,7,8
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat
tunika albuginea dan dibawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-
folikel primordial. Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan
satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf.
3
Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting dan dapat
ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam
tingkat-tingkat perkembangan dari satu telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-
sel saja sampai folikel de Graaf yang matang. Folikel yang matang ini terisi
dengan likuor follikuli yang mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.1,2,8
4
di mana ia tumbuh dan berkembang dan menghasilkan hormon human chorionic
gonadotropin (hCG), yang merangsang korpus luteum untuk terus mensekresi
progesteron dan estrogen untuk 3 bulan pertama kehamilan, setelah waktu ini
fungsi dilanjutkan oleh plasenta. Jika ovum tidak dibuahi yang berdegenerasi
korpus luteum dan siklus baru dimulai dengan menstruasi. Di lokasi korpus
luteum merosot yangmassa aktif dari bentuk jaringan fibrosa, disebut corpus
albicans. Kadang-kadang lebih dari satu folikel jatuh tempo pada suatu waktu,
merilis dua atau lebih ovum disiklusyang sama. Ketika ini terjadi dan ovum
dibuahihasilnya adalah kehamilan ganda.1,2,3,7,8
II. EPIDEMIOLOGI
5
III. KLASIFIKASI TUMOR OVARIUM
6
Karsinoma Ovarium Epitelial2,4,7,8
Karsinoma ovarium epitelial berasal dari sel-sel mesothelial ovarium dan
termasuk beberapa tipe sel: serosa, musinosa, endometrioid, clear cell, sel
transisional, dan tidak berdiferensiasi.
a. Tipe Serosa
Tipe serosa adalah tipe karsinoma ovarium dengan frekuensi tertinggi, yaitu
40% dari keseluruhan karsinoma ovarium. Pada gambaran mikroskopis, terlihat
sel-sel menyerupai epiteliadi tuba fallopi pada tumor berdiferensiasi baik, atau sel
anaplastik dengan atipia nuklir yang berat pada tumor berdiferensiasi jelek. Dalam
tumor berdiferensiasi baik, struktur papiler jelas terbentuk dalam daerah kistik,
dan psammoma bodysering ditemukan. Pada evaluasi frozen section, psammoma
body adalah tanda patognomonik dari karsinoma ovarium tipe serosa. Tumor ini
sering mengandung berbagai tipe sel lain sebagai komponen minor (<10%) yang
dapat menyebabkan masalah diagnostik tapi tidak mempengaruhi hasil.
Gambar 6. Tipe Karsinoma Ovarium Serosa (A) High grade (B) Low Grade (C)
Psammoma Bodies
7
b. Tipe Musinosa
Sekitar 5 sampai 10 persen dari karsinoma ovarium epitelial adalah tipe
adenokarsinoma musinosa. Tipe musinosa mengandung sel epitelial terisi dengan
musin, dan jinak. Sel ini mirip dengan sel di endoserviks dan sel intestinal.
c. Tipe Endometrioid
Sekitar 15 sampai 20 persen dari karsinoma ovarium epitelial adalah tipe
adenokarsinoma endometrioid, tipe karsinoma ovarium kedua yang paling sering.
Endometrioid karsinoma sering terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an.
Namun, hasil frekuensi yang lebih rendah tersebut terutama karena tipe
endometrioid dan serosayang berdiferensiasi jelek tidak dapat dibedakan dengan
mudah, dan kasus-kasus seperti ini biasanya diklasifikasikan sebagai tipe serosa.
Akibatnya, tumor endometrioid berdiferensiasi baik lebih umum ditemukan,
sehingga dapat menjelaskan prognosis tumor ini yang secara keseluruhan adalah
baik. Pada 15 sampai 20% kasus, ada adenokarsinoma endometrial secara
bersamaan. Sehingga metastasis dari satu situs ke situs yang lain sulit untuk
dibedakan.
8
Gambar 8. Karsinoma Ovarium Endometrioid
9
e. Malignant Brenner Tumor
Tipe karsinoma ovarium ini jarang, dengan karakteristik koeksisten
karsinoma sel transisional berdiferensiasi buruk dan diselingi nukleus dari tumor
jinak atau borderline tumor Brenner.Secara mikroskopis, komponen karsinoma sel
transisional mirip dengan karsinoma dari vesica urinaria. Karakteristik tumor
Brenner adalah padat, luar biasa banyak, fibrous stroma dengan ditutupi oleh
epitelial transisional.
g. Karsinoma Campuran
Ketika lebih dari 10% karsinoma ovarium menunjukkan dua tipe sel,
dapatdiklasifikasikan sebagai karsinoma campuran. Kombinasi yang sering adalah
campuran clear cell-endometrioid atau serosa-endometrioid adenokarsinoma.
10
tertutup dengan aktifitas mitosis yang tinggi. Beberapa penulis berpikir ini lebih
mirip tumor Germ Cell daripada yang berasal dari epitelial, terutama karena
distribusi usia. Prognosis dari tumor ini biasanya buruk.
j. Tumor Sekunder
Tumor maligna yang bermetastasis ke ovarium sering bilateral (75%) dan
solid. Tumor ini disebut tumor Krukenberg, yang mempunyai gambaran
mikroskopik khas berupa sel sel yang menyerupai cincin signet ditengah-tengah
stroma. Tumor primernya biasanya berasal dari lambung, payudara, colon,
endometrium, limfoma.
IV. ETIOLOGI
11
V. FAKTOR RESIKO
3. Infertilitas
Pengobatan infertilitas masih menjadi kontroversi terkait dengan
hubungannya meningkatkan resiko kanker ovarium. Sebuah kelompok analisis
dari 5207 wanita dengan kanker dan 7705 kontrol menunjukkan tidak ada
hubungan peningkatan resiko infertilitas dengan paparan obat ovulasi. Sedangkan
infertilitas sendiri memberikan resiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker
ovarium seperti nullipara jika dibandingkan dengan multipara.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium dalam tingkat pertama, yaitu
seorang ibu, anak, atau saudara, mempunyai tiga kali lipat resiko seumur hidup
12
menderita karsinoma ovarium. Identifikasi pasien beresiko tinggi dengan anggota
keluarga menderita kanker ovarium, payudara, atau kolon saat ini adalah strategi
pencegahan terbaik. Sekitar10%kasus merupakan karsinomaovarium. HBOC
(hereditarybreastovarian cancer)merupakan kelainan herediter yang paling banyak
ditemukan dan merupakan 85-90% karsinoma ovarium herediter. Sebagian besar
tumor berhubungan dengan mutasi lokus BRCA1. Gen lain yang berperan dalam
kerentanan tehadap kanker ovarium dan payudara dalah BRCA2. Wanita dengan
mutasi gen BRCA1 dan riwayat keluarga dengan kanker mempunyai resiko
sebesar 90% untuk mendapat kanker payudara dan 65% untuk mendapat
karsinoma ovarium.
5. Umur
13
VI. PATOFISIOLOGI
2. Teori Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan pada binatang dan data
– data epidemiologi. Hormon hipofise diperlukan untuk perkembangan tumor
ovarium pada beberapa percobaan binatang rodentia. Pada percobaan ini
ditemukan jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon
gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini
ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada
binatang tersebut dengan merangsang perkembangan sel epitel ovarium.
14
3. Teori Hormon Steroid
Pada sel-sel epitel wanita dewasa terdapat reseptor untuk hormon estrogen,
progesteron dan androgen, dan proliferasi sel epitel ovarium superfisial dapat
distimulasi oleh hormon androgen. Patomekanisme kontribusi hormon esterogen
dalam kejadian kanker ovarium masih belum diketahui, namun bisa secara tidak
langsung oleh karena estrogen mengurangi reseptor GnRH di sel epitel ovarium
superfisial sehingga menyebabkan penekanan fungsi GnRH sebagai penghambat
pertumbuhan sel epitel ovarium superfisial, dimana sel-sel tersebut akan terus
terstimulasi.
Kebalikan dari hormon estrogen, hormon progesteron dapat menurunkan
angka kejadian kanker ovarium, karena progesteron mengahalangi proliferasi sel
epitel ovarium superfisial. Terdapat pula beberapa hasil penelitian mendukung
hipotesis bahwa hormon androgen sangat berperan pada kejadian kanker ovarium.
Walaupun 50 – 60 % tumor ovarium memiliki peningkatan hormon estrogen,
namun sampai 95% dari tumor tersebut juga menunjukkan peningkatan hormon
androgen. Androgen adalah hormon utama yang diproduksi ovarium
postmenopause, dan peningkatan resiko terjadinya kanker ovarium ditemukan
pada wanita dengan peningkatan kadar hormon androgennya (wanita
postmenopause).7
15
Gambar 11. Penyebaran Intraperitoneal12
b. Penyebaran limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening yang
berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh
darah di ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat menyebar
mencapai KGB disekitar aorta dan KGB interkavoaortik sampai setinggi arteri
atau vena renalis. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh
darah diligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai
KGB di dinding panggul seperti KGB iliaca eksterna, KGB obturatoria, dan KGB
disekitar pembuluh darah hipogastrika..2,5,8,14,15
c. Penyebaran hematogen
Penyebaran hematogen kanker ovarium jarang terjadi. Bila terjadi,
penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru,hepar, otak atau ginjal
pada 2-3% kasus.Sel-sel maligna dapat menyebar melalui pembuluh darah
yang menyuplai ovarium sepanjang ligamentum infundibulopelvikum yang
berakhir di kelenjar getah bening para-aorta sampai ke tingkat pembuluh darah
ginjal. 2,5,8
16
VIII. DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
Karsinoma ovarium umumnya digambarkan sebagai “silent killer” tanpa
gejala-gejala yang khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan pada
stadium lanjut. Mayoritas penderita kanker ovarium tidak menunjukkan gejala
sampai periode waktu tertentu. Pada stadium awal kanker ovarium ini muncul
dengan gejala-gejala tidak khas. Keluhan peningkatan tekanan termasuk
meningkatnya frekuensi miksi, rasa tidak nyaman pada daerah pelvis, dan
konstipasi. Pada tumor yang besar, timbul gejala perut membesar dan keluhan
umum lainnya. Nyeri abdomen akut sampai perdarahan sekunder, ruptur, atau
torsio ovarium bisa disebabkan dari pertumbuhan tumor. Metastasis pada
abdomen atas dapat menyebabkan mual, heartburn, kembung, penurunan berat
badan, dan anoreksia. Gejala biasanya berhubungan dengan proses
gastrointestinal. Pada stadium lanjut ini gejala-gejala yang ditemukan umumnya
berkaitan dengan adanya asites, metastasis ke omentum, atau metastasis ke
usus.1,2,3,5
2. Pemeriksaan Fisis
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa
tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irregular dan terfiksir ke
dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen
ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
Cairan asites ini diyakini hasil dari peningkatan produksi cairan karsinomatosus
atau oleh karena obstrusi saluran limfatik.1,2,3,5
Pada stadium lanjut, pemeriksaan abdomen bagian atas biasanya
menunjukkan massa menandakan penggumpalan di omentum.4 Auskultasi dada
juga penting karena pasien dengan efusi pleura mungkin tidak ada gejala yang
jelas namun pada palpasi di temukan vokal fremitus menurun. Selain itu, palpasi
pada kelenjar limfe perifer harus dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya
metastasis.7,8
17
Gambar 5. Gambaran Klinis Kanker Ovarium Massa Tumor di daerah pelvik.
3. Pemeriksaan Penunjang
b) Laboratorium
Jika dicurigai keganasan ovarium, pemeriksaan laboratorium termasuk
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit harus dilakukan pada semua pasien.
Pemeriksaan kadar hCG serum perlu dilakukan padawanita yang memiliki
kemungkinan hamil. Selain itu perlu juga diukur kadar AFP serum dan laktat
dehidrogenase (LDH) pada wanita muda dan remaja yang datang dengan keluhan
massa pada adneksa karena kemungkinan besar merupakan germ cell tumor
maligna. Serum CA-125 juga harus diperiksakan setiap adanya diagnosis banding
keganasan ovarium. Pemeriksaan serum CA-125 adalah biomaker untuk
karsinoma ovarium. CA-125 adalah glikoprotein yang tidak diproduksi oleh
epitelial ovarium normal tetapi dapat diproduksi oleh tumor ovarium jinak dan
ganas. Tumor marker ini disintesis dalam sel epitelial ovarium yang terkena dan
sering disekresikan ke dalam kista. Namun secara hipotesis, jaringan arsitektur
abnormal berhubungan dengan karsinoma dapat memungkinkan pelepasan antigen
ini ke dalam sirkulasi pembuluh darah. Kadar >35U/mL adalah abnormal. Hampir
50% pada karsinoma ovarium stadium awal dan >85% pada stadium lanjut
ditemukan peningkatan kadar CA-125.1,2,7,8
18
Dalam 90% wanita dengan karsinoma nonmusinosus, kadar CA-125 tinggi.
Namun pada pemeriksaan preoperatif, tidak boleh hanya digunakan pengukuran
CA-125 semata. Setengah dari karsinoma ovarium stadium I memiliki kadar CA-
125 normal (negatif palsu). Sebaliknya, nilai tinggi (positif palsu) dapat dikaitkan
dengan penyakit radang panggul, endometriosis, leiomyoma, kehamilan dan
bahkan mentruasi.1,2,7,8
Pada wanita pascamenopause dengan massa pelvis, pengukuran CA-125
dapat membantu dalam memprediksi kemungkinan adanya keganasan. Pada tumor
musinosus, serum maker tumor, Cancer Antigen 19-9 (CA 19-9) dan
Carcinoembryonic Antigen (CEA) indikator yang lebih baik dibandingkan CA-
125. 1,2,7,8
b. Ultrasonografi
Untuk membedakan tumor jinak dan karsinoma ovarium tahap awal,
pemeriksaan sonografi transvaginal adalah pemeriksaan yang paling bermanfaat.
USG Transvaginal dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu
menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik. Morfologi tumor ovarium
yang diperiksa terdiri atas volume struktur, struktur dinding tumor, dan struktur
septum tumor. Dengan menilai tiap kategori diatas, dapat dibuat suatu indeks
morfologi. Bila indeks morfologi tersebut <5 maka tumor tersebut bersifat
benigna, tumor ganas dicurigaiapabila indeks >5 pada wanita pasca-menopause
dan bersifat bilateral, multiloculated, padat atau echogenik, besar (>5 cm), dan
memiliki septa tebal dengan daerah nodularitas. Gambaran lain dapat berupa
proyeksi papiler atau neovaskularisasi pada pemeriksaan Doppler.1,2,5,7
Pada pasien dengan stadium lanjut, sonografi kurang membantu karena
sangat sulit untuk membedakan massa yang besar yang mencakupi uterus,
adneksa dan struktur sekitarnya. Asites, jika ada akan mudah terdeteksi7,8
19
Gambar 6. Pemeriksaan Sonografi Transvagina : menunjukkan adanya massa di
ovarium dengan neovaskulerisasi pada massa tersebut.
c. Foto thorax
Pada setiap pasien dicurigai karsinoma ovarium harus di rontgen dada untuk
mendeteksi efusi pleura atau metastasis ke paru.8
d. CT Scan
Keuntungan utama CT scan dalam menentukan penatalaksanaan wanita
dengan karsinoma ovarium stadium lanjut. Pada preoperatif, dapat mendeteksi
metastasis ke hepar, retroperitoneum, omentum atau di tempat lain di abdomen
dan hal ini dapat memberi panduan bagi operasi sitoreduksi. Namun, CT scan
tidak terlalu dapat diandalkan dalam mendeteksi penyakit intraperitoneal dengan
diameter lebih kecil dari 1 cm. Akibatnya, hampir selalu lokasi tumor tidak yang
terdeteksi oleh CT scan dapat diidentifikasi intraoperatif. Selain itu, keakuratan
CT scan sangat minim dalam membedakan massa ovarium jinak dan ganas.
Dalam hal ini, transvaginal sonografi lebih bermanfaat.7,8
20
Gambar 4. Pemeriksaan CT-Scan Axial (A) Tampak lesi metastasis pada hepar
dan lien (B) Potongan yang lebih caudal : Tampak Asites dan Omental Caking
e. Paracentesis
Pasien dengan massa pelvis dan asites dapat dianggap mengidap karsinoma
ovarium sampai terbukti sebaliknya. Jadi beberapa pasien dilakukan paracentesis
diagnostik untuk panduan pengobatan. Namun, prosedur ini biasanya dihindari
karena hasil sitologi yang nonspesifik. Akan tetapi, paracentesis biasa
diindikasikan pada pasien dengan asites tanpa massa pelvis.7,8
21
Stadium IC: tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan ruptur kapsul
tumor,ditemukan sel tumor ganas pada cairan asites maupun bilasan rongga
peritoneum.
Stadium II: Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke
panggul
Stadium IIA : perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba
Stadium IIB : perluasan ke jaringan pelvis lainnya
Stadium IIC: tumor stadium IIa dan IIb tetapi dengan tumor pada permukaan
satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau dengan asites yang mengandung sel
ganas atau bilasan peritoneum positif.
22
Stadium III: Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implantasike
peritoneum di luar pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau inguinal positif.
Metastasis di permukaan liver dikategorikan masuk stadium III. Tumor terbatas
dalam true pelvic tetapi secara histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
Stadium IIIA : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya
pertumbuhan di permukaan peritoneum abdominal.
Stadium IIIB: tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan perlengketan di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak melebihi
2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
Stadium IIIC : perlengketan di abdomen >2 cm dan/atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV: Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dimasukkan dalam stadium IV.
Begitu juga metastasis parenkim hati.
23
X. PENATALAKSANAAN1,2,3,9,10
1. KARSINOMA OVARIUM STADIUM AWAL
a. Surgical staging
Ketika karsinoma ovarium terbatas pada ovarium, operasi pengangkatan
dan staging harus dilakukan. Sepertiga pasien yang tampak memiliki kanker
yang terbatas pada ovarium sering memerlukan kemoterapi pasca operasi setelah
disurgical staging. Pada stadium IA atau IB, grade 1 atau 2 karsinoma ovarium
epitelial tidak diperlukan pengobatan lanjut pasca operasi.
Insisi midlineabdominal harus adekuat untuk mengidentifikasi dan
melakukan reseksi pada bagian yang mungkin telah terlewatkan pada
pemeriksaan fisik atau foto rontgen. Operasi dimulai dengan aspirasi cairan asites
bebas atau bilas rongga peritoneal, diikuti visualisasi dan palpasi semua
permukaan peritoneum. Omentum infrakolik harus diangkat atau setidaknya
dibiopsi. Selanjutnya extrafascial(simple) histerektomidan Bilateral salpingo-
oophorectomy(BSO) dilakukan. Dengan tidak adanya metastasis ekstraovarium
secara kasar, biopsi peritoneum dilakukan, serta biopsi atau kikisan dari
diafragma kanan. Sampai akhirnya, limfadenektomi pelvis dan infrarenal para-
aorta dilakukan.
Laparoskopi staging sangat bermanfaat sebagai penatalaksanaan utama
pada wanita dengan stadium I karsinoma ovarium.Sekitar 10% dari karsinoma
ovarium epitelial berkembang pada wanita berusia kurang dari 40 tahun,
sehingga pembedahan fertility-sparing merupakan pilihan pada pasien dengan
karsinomayang terbatas pada satu ovarium. Pada stadium 1, tidakan unilateral
adnektomi mempunyai kelangsungan hidup jangka panjang yang sangat baik.
Pada beberapa kasus, kemoterapi pasca operasi diperlukan, dan pasien biasanya
dapat mempertahankan kemampuan untuk hamil sehingga aterm.
b. Kemoterapi Adjuvan
Pasien dengan stadium IA atau IB, grade 3 karsinoma ovarium epitelial dan
semua pasien dengan stadium IC dan II harus dilakukan 3 sampai 6 siklus
kemoterapi karboplatin dan paclitaxel. Pada percobaan fase III Gynecologic
Oncology Group( GOG ), wanita dengan stadium awal secara acak diberikan
24
kombinasi ini untuk 3 atau 6 siklus. Secara keseluruhan, 3 siklus menghasilkan
tingkat kekambuhan sebanding 6 siklus,namun dengan kurangnya toksisitas.
25
- Sisa tumor yang melengket lebih cepat berkembang dan karena itu lebih
sensitif terhadap pemberian kemoterapi.
- Dapat mengurangi jumlah sel-sel maligna sehingga memerlukan siklus
kemoterapi yang lebih sedikit sehingga mengurangi kemoresistan.
- Pengangkatan tumor yang besar berpotensi memperbaiki sistem imun tubuh
pasien.
Sitoreduksi dilakukan dengan melakukan insisi vertikal untuk memberikan
akses ke seluruh abdomen. Pasien dengan stadium lanjut tidak memerlukan
pembilasan peritoneal atau penilaian sitologi asites, tetapi sering beberapa liter
asites perlu dievakuasi untuk memperbaiki lapangan operasi. Selanjutnya,
abdomen dieksplorasi dengan cermat untuk segera menentukan apakah layak
dilakukan debulking optimal atau tidak.
Omentektomi infrakolik dapat dilakukan. Frozen section kemudian
diperoleh untuk mengkonfirmasi diagnosis suspek karsinoma ovarium epitelial.
Berikutnya dinilai daerah pelvis. Sering, histerektomi abdominal total dan BSO
dapat dilakukan. Namun ketika konfluen atau menginvasi rectosigmoid, reseksi en
blok, reseksi anterior rendah, atau modified exenteration pelvis posterior mungkin
dilakukan.
Pasien dengan nodul tumor abdominal kurang dari 2 cm (stadium IIIB
yang jelas) harus dilakukan biopsi nodus pelvik bilateral dan para-aorta
limfadenektomi. Pada pasien dengan stadium IV dan dengan nodul tumor
abdominal minimal 2 cm (sudah stadium IIIC) tidak perlu diseksi nodal.
Untuk mencapai sitoreduksi yang optimal, berbagai prosedur lain perlu
dilakukan, termasuk splenektomi, reseksi atau stripping diafragma dan reseksi
usus halus dan besar. Untuk tujuan diagnostik dan lokasi metastasis yang sering,
appendektomi juga dilakukan.
b. Kemoterapi
Karsinoma ovarium stadium lanjut dianggap sensitif terhadap agen sititoksik.
Kemajuan dalam penemuan agen aktif meningkatkan durasi kelangsungan hidup
pasien selama dua dekade terakhir. Meskipun itu, angka kesembuhan adalah
kurang dari 20 persen pasien.
26
c. Kemoterapi Intravena (IV)
Kemoterapi berbasis platinum adalah pengobatan sistemik karsinoma
ovarium. Pada dua uji coba kelompok besar (GOG protocol 158 dan AGO
protocol OVAR-3), kombinasi karboplatin dan paclitaxel lebih mudah dilakukan,
sama bermanfaat, dan kurang toksik. Sebagai hasilnya, regimen intravena paling
banyak digunakan di Amerika Serikat adalah enam siklus karboplatin dan
pactitaxel. Jika siklus tambahan diperlukan untuk mencapai remisi klinis, ini
menunjukkan kemoresisten dan biasanya mengarah ke kekambuhan awal. Di
Eropa, agen tunggal karboplatin sering digunakanberdasarkan pada dua percobaan
besar fase III oleh International Collaborative Ovarian Neoplasma (ICON) yang
tidak mendeteksi manfaat kelangsungan hidup pada kemoterapi kombinasi.
Meskipun kombinasi karboplatin dan paclitaxel diragukan lagi
keefektifannya, penambahan agen sitotoksik ketiga telah dipostulasi untuk
meningkatkan hasil. Analisis awal dari percobaan tahap III baru-baru gagal untuk
menunjukkan superioritas apapun dibandingkan dengan kelompok kontrol.
27
residu yang besar kurang bermanfaat. Selain itu, toksisitas umumnya lebih tinggi
dengan terapi IP, dan kelebihan kelangsungan hidup masih kontroversial. Apapun,
konsesus saat ini adalah bahwa terapi IP harus dipertimbangkan untuk volume
rendah pada optimal debulking stadium III.
4. OPERASI KEDUA
Gold standard untuk mengidentifikasi residu adalah “second-look
laparatomy” atau laparatomi kedua. Secara umum, indikasi utamanya adalah
untuk menilai kelengkapan respon pengobatan dan untuk reseksi residu.
Bagaimanapun, laparatomi kedua jarang dilakukan secara rutin. Meskipun
beberapa penelitian telah melaporkan keuntungan klinis dengan residu, dua
percobaan acak di beberapa pusat diEropa gagal menunjukkan manfaat
kelangsungan hidup dengan tindakan laparatomi kedua.
“Second look laparatomy”bermanfaat dalam menilai efektivitas pengobatan
dalam percobaan eksperimental. Jika tidak, tidak ada uji klinis menunjukkan
manfaat pada kelangsungan hidup pasien. Resiko morbiditas bertambah dan biaya
harus dipertimbangkan terhadap manfaat yang diharapkan untuk setiap pasien.
28
5. KEMOTERAPI PEMELIHARAAN
Terdapat adanya bukti yang terbatas untuk menyarankan keuntungan untuk
pengobatan tambahan pada wanita yang mencapai remisi klinis setelah 6 siklus
dari kemoterapi berbasis platinum. Namun, karena tingkat kekambuhan yang
tinggi, beberapa agen telah diuji sebagai terapi pemeliharaan atau dikenali terapi
konsolidasi dalam studi nonrandomized. Agen digunakan adalah paclitaxel dosis
rendah atau CT-2103 sedang dievaluasi untuk menentukan apakah terapi ini
benar-benar dapat mengurangi tingkat kematian dibandingkan dengan tanpa terapi
pemeliharaan.
Sementara itu, hanya paclitaxel 12 siklus bulanan untuk terapi pemeliharaan
yang menunjukkan adanya keuntungan klinis. Namun, manfaat ini tampak
dibatasi terutama untuk pasien dengan kadar CA 125 terendah.
6. RADIOTERAPI
Di Amerika Serikat, pasien dalam remisi setelah terapi primer jarang diobati
dengan radioterapi di seluruh abdominal karena manfaat yang belum terbukti dan
kekhawatiran toksisitas yang berlebihan seperti enteritis radiasi. Namun,
efektivitas jangka panjang dari strategi konsolidasi sebanding dengan yang dicapai
pada wanita yang diobati dengan modalitas lain. Namun, dapat dipertimbangkan
untuk pasien tertentu dengan residu mikroskopis pada second look laparatomy.
Walaupun begitu, radioterapi lebih sering dilakukan Eropa.
29
primer dianggap platinum-sensitive. Pasien-pasien ini, terutama remisi yang lama
melampaui 18,24, atau 36 bulan, memiliki beberapa pilihan.
XI. PROGNOSIS
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Berek JS. Epithelial Ovarian Cancer. In: Berek JS, Hacker NF, eds,
Practical gynecologic oncology. 24TH ed. Baltimore: williams & Wilkins,
2014.
2. Sarwono S. Ilmu Kandungan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
3. Havrilesky LJ, Whitehead CM, Rubatt JM, Evaluation of biomarker panel
for early stage ovarian cancer detection and monitoring for disease
recurrance, gynecology oncology. Elsevir, Vol 1 No.3 2008
4. Benedet JL, Ngan HYS, Hacker NF, Staging classifications and clinical
practice guideline of gynecology cancer, FIGO and IGCS, 3th edition
5. Azis MF, andrijono, Saifudin AB, editor. Buku acuan nasional onkologi
ginekologi, Yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo, Jakarta : 2007.
6. Barakat RR, Berchuck A, Markman M, Randall ME. Principles and
Practice of Gynecologic Oncology, 6th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2013. (598)
7. Edmons DK. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynecology, 8th ed.
Oxford: Wiley-Blackwell; 2012. (747)
8. Setchell ME, Shepherd JH. Shaw’s Textbook of Operative Gynaecology,
7th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2013. (293)
9. Gerhenson DM, McGuire WP, Gore M Quinn MA, Thomas G
Gynecologic Cancer controversies in mannagment, elsevier. Toronto :
2004
10. Hegazy MA, neoadjuvant chemotheraphy versus primary surgery in
advanced ovarian carcinoma, world of surgical oncology : 2005
31