SELULITIS
Disusun Oleh:
PENGUJI
dr. Hj. SENIWATY ISMAIL, SP.KK, FINSDV
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
0
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Ny. SH
2) Umur : 36 tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Alamat : Mamboro
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : IRT
7) Tanggal Pemeriksaan : 13 Agustus 2018
II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Luka
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan luka pada paha kanan dan
pergelangan kaki kanan sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya muncul bercak kemerahan pada paha kanan dan pergelangan kaki
kanan, lama kelamaan kemerahan melebar, kemudian muncul bejolan yang
berisi cairan ditengah-tengahnya terasa perih dan kaki membengkak namun
tidak gatal. Pasien juga mengatakan sebelumnya merasa tidak enak badan,
tiga hari sebelum timbulnya luka pasien mengeluhkan demam . Pasien
sebelumya telah dirawat di Rumah sakit Madani selama 3 hari namun tidak
ada perubahan. Pasien sekarang sedang hamil anak ke tiga, umur kehamilan
34 minggu. Pasien mengaku keluhan ini baru dirasakan pertama kalinya.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernahmengalami hal yang sama sebelumnya, hipertensi
(-), diabetes melitus (tidak diketahui), alergi makanan dan obat – obatan
(tidak diketahui).
1
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama dengan
pasien.
Tanda-tanda Vital
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 98 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 37,00 C
2
9. Ekstremitas bawah :
- Regio femur anterior dextra
Tampak vesikel dan bulla diatas dasar yang eritem, berukuran
numular,bentuk tidak teratur .
- Regio ancle medial dextra
tampak makula eritema yang diatasnya terdapat bulla yang berukuran
plakat bentuk tidak teratur.
V. GAMBAR
- Regio femur anterior dextra
Gambar : Tampak vesikel dan bulla diatas dasar yang eritem, berukuran numular,bentuk
tidak teratur pada regio femur anterior dextra.
Gambar : tampak makula eritema yang diatasnya terdapat bulla yang berukuran plakat
bentuk tidak teratur dan edema pada regio ankle medial dextra.
3
VI. RESUME
Pasien perempuan umur 36 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
vulnus pada femur anterior dextra dan ankle medial dextra sejak dua hari
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya muncul bercak eritema , lama
kelamaan melebar, kemudian muncul bulla ditengah-tengahnya terasa perih
dan edema pada regio ackle medial dextra namun tidak gatal. Pasien juga
mengatakan sebelumnya merasa tidak enak badan, tiga hari sebelum
timbulnya luka pasien mengeluhkan febris. Pasien sebelumya telah dirawat di
Rumah sakit Madani selama 3 hari namun tidak ada perubahan. Pasien
sekarang sedang hamil anak ke tiga, umur kehamilan 34 minggu. Pasien
mengaku keluhan ini baru dirasakan pertama kalinya. Tanda tanda vital
didapatkan TD : 130/70mmHg, Nadi 98x/menit, Respirasi 20 x/menis, suhu
370C. Pemeriksaan fisik didapatkan ujud kelainan pada regio femur anterior
dextra kulit tampak vesikel dan bulla diatas dasar yang eritem, berukuran
numular,bentuk tidak teratur dan pada regio ancle medial dextra tampak
makula eritema yang diatasnya terdapat bulla yang berukuran plakat bentuk
tidak teratur. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Darah lengkap WBC :
19,2 X 103 /dL, RBC : 3,69 X 106 / dL, HB : 8,2 g/dL, HCT : 28, 2 %, PLT :
170 X 103/dL.
VII.DIAGNOSIS KERJA
Selulitis ad regio femur antrior dextra , regio ankle medial dextra.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Erisipelas
2. Ektima
3. Dermatitis Venenata
IX. ANJURAN PEMERIKSAAN
Darah Lengkap
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
WBC : 19,2 X 103 /dL
4
RBC : 3,69 X 106 / dL
HB : 8,2 g/dL
HCT : 28, 2 %
PLT : 170 X 103/Dl
XI. PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa:
1. Tetap menjaga higienitas diri khususnya daerah lesi
2. Mencegah gosokan atau garukan
- Medikamentosa:
1. Topikal : Asam fusidat 2% dioleskan pagi dan sore hari
3. PROGNOSIS
5
PEMBAHASAN
Pasien perempuan umur 36 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan vulnus
pada femur anterior dextra dan ankle medial dextra sejak dua hari sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya muncul bercak eritema, lama kelamaan melebar, kemudian
muncul bulla ditengah-tengahnya terasa perih dan edema pada regio ackle medial
dextra namun tidak gatal. Pasien juga mengatakan sebelumnya merasa tidak enak
badan, tiga hari sebelum timbulnya luka pasien mengeluhkan febris. Pasien
sebelumya telah dirawat di Rumah sakit Madani selama 3 hari namun tidak ada
perubahan. Pasien sekarang sedang hamil anak ke tiga, umur kehamilan 34
minggu. Pasien mengaku keluhan ini baru dirasakan pertama kalinya riwayat
hipertensi (-), diabetes melitus (tidak diketahui), alergi makanan dan obat – obatan
(tidak diketahui). Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama
dengan pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan ujud kelainan pada
regio femur anterior dextra kulit tampak vesikel dan bulla diatas dasar yang
eritem, berukuran numular,bentuk tidak teratur dan pada regio ancle medial
dextra tampak makula eritema yang diatasnya terdapat bulla yang berukuran
plakat bentuk tidak teratur. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Darah
lengkap WBC : 19,2 X 103 /dL, RBC : 3,69 X 106 / dL, HB : 8,2 g/dL, HCT : 28,
2 %, PLT : 170 X 103/dL. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka
pasien didiagnosis dengan Selulitis ad regio femur antrior dextra , regio ankle
medial dextra.
Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi
menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta
hemolitikus dan Staphylococcus aureus.Penyebab selulitis paling sering pada
orang dewasa adalah Staphylococcus aureus dan Streptokokus beta
hemolitikusgrup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus
influenzatipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikusgrup A, dan Staphylococcus
aureus. Streptococcuss beta hemolitikusgroup B adalah penyebab yang jarang
pada selulitisBakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen.
6
Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada
imunokopromais lebih sering melalui aliran darah.
Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering
Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Bakteri patogen yang
menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau
menimbulkan peradangan. Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan
menyebar ke jaringan-jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah
substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase
menghancurkan membran sel.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal
berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat,
sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan
mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat
gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala
akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada
orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat
seringnya trauma di ekstremitas. Organisme penyebab bisa masuk ke dalam kulit
melalui lecet-lecet ringan atau retakan kulit pada jari kaki yang terkena tines
pedis, dan pada banyak kasus, ulkus pada tungkai merupakan pintu masuk bakteri.
Faktor predesposisi yang sering adalah edema tungkai, dan selulitis banyak
didapatkan pada orang tua yang sering mengalami edema tungkai yang berasal
dari jantung, vena, dan limfe.
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak.
Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau
ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul
bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif
dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).
7
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil,
dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor
(eritema), color (teraba hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi
tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau
tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula,
pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya
ditemukan leukositosis.
Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada
sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah
lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia
juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive protein
(CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan
rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur
darah tidak terlalu penting dan efektif2,3.
Diagnosis banding pada kasus yaitu erisipelas dan ektima.
Keterangan Penyakit
Dermatitis
Selulitis Erisipelas Ektima
venenata
8
pada malam
hari, atau dapat
juga disebabkan
oleh terpaparnya
bahan iritan dari
beberapa
tanaman seperti
rumput, bunga,
pohon mahoni,
dan lain
sebagainya.
9
terkadang
bula menjadi
pustular,
bahkan
nekrosis.
- Pada pasien
yang datang
ke tenaga
medis, bula
dapat intak
ataupun sudah
terjadi erosi
dengan dasar
eritem. Lesi
mulai muncul
setelah 8-24
jam setelah
terpapar
bahan aktif
dan membaik
dalam waktu
seminggu
- Lesi
biasanya
terjadi pda
tempat yang
tidak
tertutupi,
misalnya
tangan, kaki
juga leher dan
wajah,
khususnya
area
periorbital,
yang
merupakan
bagian tubuh
paling sering
menjadi
predileksi.
- Adanya
kissing
phenomenon,
yang berarti
yang
10
tertempel atau
terkena lesi
akan berubah
menjadi lesi
yang baru.
Gambar
11
Karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri maka perlu diterapi dengan
obat antibiotik.pada pasien diberikan antibiotik Ceftriaxone , hal ini dimaksudkan
untuk menekan atau menghambat replikasi dari bakteri, diberikan setiap 12 jam
karena pada golongan obat sefalosporin khusunya ceftriaxone memiliki waktu
paruh yang cukup panjang sekitar 12 jam, sehinggan pemberiannya dapat
diberikan setiap 12 jam. Untuk antibiotik topikal diberikan asam fusidat 2 kali
dalam sehari untuk lesi yang sudah pecah, digunakan obat ini sebagai obat topikal
karena golongan obat ini cocok untuk bakteri gram positif seperti staphylococcus
dan juga daya penetrasinya kedalam jaringan baik, antara lain jaringan lunak,
tulang, sendi, mata, dan nanah. Waktu paruh dari golongan obat ini sekitar 10-12
jam.
12
DAFTAR PUSTAKA
13