Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

Hidradenitis

OLEH KELOMPOK IV:


Andi Nurul Hidaya Azzahara (70700120035)
Reski Nursyifah Husain (70700120039)

SUPERVISOR PEMBIMBING:
Dr. Nurul Rumila Roem, Sp.KK

DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul


Hidraadenitis
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal .........................
Oleh:

Supervisor

dr. Nurul Rumila Roem, Sp.KK

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Sc


NIP : 19840905 200901 2 006

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.................................................................................1
II. PENDAHULUAN.................................................................................1
III. PENDAHULUAN.................................................................................1
IV. PENDAHULUAN.................................................................................1
V. PENDAHULUAN.................................................................................1
VI. PENDAHULUAN.................................................................................1
VII. PENDAHULUAN.................................................................................1
VIII. PENDAHULUAN.................................................................................1
IX. PENDAHULUAN.................................................................................1
X. PENDAHULUAN.................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................45

iii
I. Identitas Pasien
 Nama : Ny. X
 Umur : 37 Tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
II. Anamnesis
 Keluhan utama : Benjolan di ketiak kanan sejak 5 hari lalu yang
semakin membesar
 Keluhan penyerta :-
 Riwayat penyakit :-
 Riwayat alergi :-
 Riwayat operasi :-
 Riwayat trauma : Riwayat mencukur rambut ketiak sebelumnya
 Riwayat perjalanan penyakit
Seorang wanita berusia 37 tahun datang dengan keluhan benjolan pada
ketiak sebelah kanan sejak 5 hari yang lalu. Awalnya benjolan dirasakan
kecil dan semakin membesar. Sebelum keluhan muncul, pasien memiliki
riwayat mencukur rambut di ketiaknya.
III. Status Generalis
 Kesadaran : Composmentis (E4V5M6)
 Antropometri: Tidak dilakukan pemeriksaan
 TTV : Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. Status Dermatologis
Didapatkan gambaran sebagai berikut:

iv
 Lokasi : Axilla dextra
 Distribusi : Unilateral
 Batas : sirkumskripta
 Ukuran : Plakat
 Jumlah : Soliter
 Efloresensi : nodul eritematosa tanpa sinus, fistel ataupun skar
V. Pemeriksaan Penunjang
Rekomendasi pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah lengkap
(complete blood count), laju endap darah, C-reactive protein assay, dan
kultur.
VI. Resume
Seorang wanita berusia 37 tahun datang dengan keluhan benjolan pada
ketiak sebelah kanan sejak 5 hari yang lalu. Awalnya benjolan dirasakan
kecil dan semakin membesar. Sebelum keluhan muncul, pasien memiliki
riwayat mencukur rambut di ketiaknya. Pemeriksaan fisik menunjukkan
status generalis pasien dalam keadaan normal. Pemeriksaan dermatologi
menunjukkan adanya nodul eritematosa soliter pada regio axilla dextra,
unilateral, berbatas tegas, ukuran plakat, tanpa adanya sinus dan skar.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan sesuai keadaan pasien yaitu
pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah dan kultur.
VII. Diagnosis : Hidradenitis
A. Definisi
Hidradenitis merupakan infeksi kelenjar apokrin yang biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang ditandai dengan adanya
nodus dengan tanda-tanda peradangan akut, kemudian dapat melunak dan
membentuk abses yang kemudian pecah dan membentuk fistel sehingga
dinamakan sebagai hidradenitis supurativa.1
B. Etiologi
Selain disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus,
hidradenitis juga dipengaruhi oleh adanya factor lain seperti genetic,
hormon, obesitas, riwayat merokok dan adanya iritan seperti penggunaan

v
deodorant atau bahan kimia lainnya, serta riwayat trauma minor seperti
mencukur ketiak.1,2
C. Epidemiologi
Prevalensi hidradenitis supurativa sekitar 1% pada populasi
umum dan 4% pada dewasa muda yang diberikan terapi terhadap
penyakit menular seksual. Onset hidradenitis supurativa biasanya muncul
pada usia dewasa muda, dengan rerata usia 18-29 tahun, dan biasanya
muncul setelah pubertas.2,3
D. Patomekanisme

Defek primer pada patomekanisme HS adalah oklusi dan


inflamasi subsekuensi pada folikel rambut, yang disertai dengan
disregulasi imunitas innate dan adaptif yang berperan dalam
perkembangan gejala HS. Infeksi dan kolonisasi bakteri dipertimbangkan
sebagi penyebab sekunder yang bisa memperburuk HS. Oklusi folikel
menyebabkan dilatasi dan rupture folikel yang mengandung keratin dan
bakteri ke daerah sekitar dermis. Keadaan ini memicu respon kemotaktik
neutrofil dan limfosit. Infiltrasi sel inflamasi menyebabkan terbentuknya
abses yang menyebabkan rusaknya unit pilosebaseousdan struktur
adneksa.4
E. Gejala Klinis
Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia
sesudah akil balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh
trauma/mikrotrauma, misalnya: banyak keringat, pemakaian deodorant

vi
atau rambut aksilla digunting. Penyakit ini disertai gejala konstitusi:
demam, malese. Ruam berupa nodus dengan kelima tanda radang akut.
Kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah membentuk fistel
dan disebut hidradenitis supurativa. Pada yang menahun dapat terbentuk
abses, fistel, dan sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di aksila, juga
di perineum, jadi tempattempat yang banyak kelenjar apokrin Terdapat
leukositosis.1
F. Penegakan Diagnosa
1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan rasa nyeri yang berupa rasa panas,
terbakar, tajam, dan berdenyut. Aksilla dan daerah perianal (genital,
pubis, inguinal, tungkai atas) merupakan tempat tersering terjadinya
hidradenitis. 5

2. Pemeriksaan fisik
Dapat ditemukan nodul, pustul, abses, sikatriks, dan pembentukan
sinus tergantung pada derajat keparahannya. 5

3. Pemeriksaanpenunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, dan pada
pemeriksaan sitologi disimpulkan kesan abses dan sel radang kronis.
Pada pasien hidradenitis dengan lesi akut dapat terjadi peningkatan
laju endap darah atau protein C-reaktif. Jika terdapat kekhawatiran
infeksi, maka kultur lesi harus dilakukan untuk menemukan bakteri,
M. tuberkulosis, dan kultur jamur. Pemeriksaan biopsi terkadang
tidak terlalu diperlukan. 5

vii
G. Penatalaksanaan
1. Lesi akut5,6
- Nodul: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesi

- Abses: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesional pada dinding lesi


kemudian insisi dan drainase cairan abses. Ketika lesi mengalami
fluktuasi, penuh cairan, dan terapi medis tidak efektif, sebaiknya
tidak menunda prosedur drainase bedah.

- Antibiotik topikal : tetracycline dan clindamycin.

- Antibiotik oral dengan tujuan memperpendek durasi nyeri dan


menghindari evolusi lesi menuju abses. Berbagai antibiotik yang
telah digunakan: Amoxcicilin, amoxcicilin+asam klavulanat,
cephalosporine, clindamicin, rifampisin. Eritromisin 1-2 gr/hr
selama 7 hari. Penisilin 1,2-1,8 juta unit selama 7-10 hari.

2. Kasus kronik residif 5,6

- Antibiotik oral: Erythromycin (250-500 mg qid), Tetracycline


(250-500 mg qid), Minocycline (100 mg 2x sehari) hingga lesi
kering atau kombinasi dengan clindamycin 300 mg 2x sehari atau
rifampin 300 mg 2x sehari.

- Zinc salt, dosis tinggi (90mg), telah terbukti efektif dalam


penelitian singkat.

- Metronidazol pada kasus dengan discharge berbau dapat


membantu

- Kortikosteroid : Prednisone dapat diberikan jika nyeri dan


terdapat tanda inflamasi yang berat. Dengan dosis 70 mg perhari
untuk 2-3 hari dan tapering off selama 2 minggu.

viii
- Isotretionin oral : Tidak digunakan pada infeksi berat tapi baik
digunakan pada stadium akut untuk mencegah sumbatan folikular
dan kemudian kombinasi dengan eksisi bedah. Isotreinoin tidak
dapat diberikan pada ibu hamil.

H. Komplikasi7
 Daerah penyembuhan yang telah disebabkan oleh hidradenitis
supurativa dengan luka yang berbekas dapat menyebabkan
kontraktur (kondisi pemendekan dan pengerasan sebuah otot,
tendon, atau jaringan lainnya. Selalu menyebabkan perubahan
bentuk tubuh sebagian, dan terjadilah rasa kaku pada sendi) dan
sangat membatasi mobilitas anggota tubuh.
 Abses yang nyeri sering muncul berulang-ulang. Banyak pasien
hidradenitis juga menderita akne yang berat, atau sebelumnya pernah
menderita akne.
 Walaupun jarang, hidradenitis jelas dapat menyebabkan sepsis yang
berulan-ulang, kronis dan sangat tidak nyaman pada kelenjar apokrin
di aksila dan lipat paha.
 Komplikasi yang jarang: fistula ke uretra, kandung kemih, atau
rectum, anemia, dan amyloidosis.
 Komplikasi yang paling berat dari hidradenitis supurativa pada
daerah anogenital (daerah yang berhubungan anus dan genital)
adalah perkembangan karsinoma sel squamous pada dasar
peradangan kronis

I. Prognosis7
Tingkat keparahan penyakit sangat bervariasi. Banyak pasien hanya
memiliki keterlibatan ringan dan berulang, sembuh sendiri, nodul merah
yang lembut tidak memiliki terapi. Penyakit ini biasanya mengalami
remisi spontan dengan usia >35 tahun. Pada beberapa individu, tentu saja
bisa berkembang terus menerus, dengan ditandai morbiditas terkait

ix
dengan nyeri kronis, kerusakan sinus, dan terbentuknya jaringan parut,
dengan mobilitas terbatas. Beberapa pasien menunjukkan adanya
perbaikan kondisi dengan pemberian antibiotic jangka panjang, tetapi
banyak juga yang membutuhkan tindakan bedah plastic. Diperlukan
peningkatan hygine untuk mencegah kekambuhan.
VIII. Diferensial Diagnosi8
1. Skofuloderma
2. Furunkel
3. Karbunkel

IX. Terapi Farmakologi6

1. Antibiotik topikal tetracycline dan clindamycin.


2. Antibiotik oral dengan tujuan memperpendek durasi nyeri dan
menghindari evolusi lesi menuju abses. Berbagai antibiotik yang telah
digunakan: Amoxcicilin, amoxcicilin+asam klavulanat, cephalosporine,
clindamicin, rifampisin. Eritromisin 1-2 gr/hr selama 7 hari. Penisilin 1,2-
1,8 juta unit selama 7-10 hari.
3. Anti inflamasi triamcinolon 3-5 mg/ml.
4. Jika terdapat abses dilakukan insisi dan drainase abses serta kompres
terbuka.

X. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi6,8,9


1. Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh kebiasaan
pasien yang kurang higenis pada kebersihan ketiak.
2. Pasien dianjurkan untuk tidak menggaruk atau memecahkan lesi sendiri.
3. Menjaga daya tahan tubuh tetap optimal dengan istirahat dan asupan
nutrirsi yang seimbang.
4. Mencegah faktor pemicu yang dapat menginduksi timbulnya bisul
kembali.
5. Meminum obat yang diberikan secara teratur.

x
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. VII. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2019. 76 p.
2. Jovanovic M. Hidradenitis Suppurativa. Medscape [Internet]. 2020;
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1073117-
overview#a1
3. Ingram JR. The epidemiology of hidradenitis suppurativa*. Br J Dermatol.
2020;183(6):990–8. https://doi.org/10.1111/bjd.19435
4. Napolitano M, Megna M, Timoshchuk EA, Patruno C, Balato N,
Fabbrocini G, et al. Hidradenitis suppurativa: From pathogenesis to
diagnosis and treatment. Clin Cosmet Investig Dermatol. 2017;10:105–15.
https://doi.org/10.2147/CCID.S111019
5. Ari dkk. Hidradenitis Supurativa Dengan Lokasi Yang Tidak Biasa.
Departemen Dermatologi dan Venerologi FK USU. 2016
6. Amiruddin, Dali, dkk. Buku Ajar Penyakit Kuli di Daerah Tropis
“Hidradenitis supurativa”. Makassar :LKPP Universitas Hasanuddin
7. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases, 9th Edition. Kansas City,
Missouri: University of Missouri-Kansas City School of Medicine,
Clinician, Kansas City Free Health Clinic.2006.
8. Wolff K. Johnson RA. Suurmond. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of
Clinical Dermatology. 6th Ed. USA : McGraw Hill Companies Inc. 2009.
9. Prens E, Deckers I. Pathophysiology of hidradenitis supurativa : An update.
J Am Acad Dermatol. 2015;73(5).

xi
xii

Anda mungkin juga menyukai