Anda di halaman 1dari 32

Refka

EPILEPSI

PEMBIMBING

dr. Isnanniah, Sp.S


IDENTITAS
NAMA : Tn. M
JENIS KELAMIN : Laki-laki
UMUR : 49 TAHUN
ALAMAT : JL. Lagarutu No. 5
PENDIDIKAN : SMA
AGAMA : ISLAM
TANGGAL PEMERIKSAAN : 25 JUNI 2019
MASUK RS : 24 JUNI 2019
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA :
Kejang

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Seorang pasien laki-laki usia 49 masuk RSUD Undata dengan keluhan kejang
sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit., frekuensi kejang 4x dalam 30
menit dan pasien kejang saat duduk (istirahat). Awalnya kejang dirasakan terjadi
pada tangan kiri kemudian ke seluruh tubuh, kejang seperti menghentak-hentak
disertai penurunan kesadaran. Kejang terjadi secara tiba-tiba dan tidak ada faktor
yang memicu terjadinya kejang. Saat kejang tidak ada mual (-) dan muntah (-),
mulut keluar busa (+), melirik keatas (+), lidah tergigit (+). Pasien tidak memiliki
riwayat kejang sebelumnya, riwayat kejang demam saat kecil (-), riwayat trauma(-),
DM(-), riwayat HT(+). dan rutin mengkonsumsi obat antihipertensi.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :
Kejang demam saat kecil (-)
Trauma (-)
DM(-)
HT(+)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Epilepsi (-), Diabetes Melitus (-), Penyakit jantung (-)
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Kesan : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS (E4M6V5)
Gizi : cukup
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 80x/ Menit
Pernapasan : 20x/Menit
Suhu : 36,6 C
PEMERIKSAAN FISIK
THORAKS
Inspeksi : simetris bilateral
Palpasi : vokal fremitus kiri = kanan
PARU-PARU
Perkusi : sonor (-)/(-)
Auskultasi : rhonki (-)/(-)
JANTUNG
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bj I/II murni, reguler
PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN
Inspeksi : tampak datar
perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan organomegali
Auskultasi : peristaltik (+) Kesan normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran : Composmentis
Orientasi : Baik
Kepala :
Posisi : central
Penonjolan : (-)
Bentuk/ukuran: normocephali
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Nervus Cranialis

N I : Normal
N II :
Ketajaman penglihatan : 6/6 (D/S)
Lapang pandang : Normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

NV:
Sensorik : Normal
Motorik : Normal
Refleks kornea (+)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
N.VII

Motorik:
- M.Frontalis
Istirahat : simetris
Gerakan Mimik : simetris
- M.Orbikularis Okuli
Istirahat : simetris
Gerakan Mimik : simetris
- M.Orbikularis Oris
Istirahat : simetris
Gerakan Mimik : simetris

Sensorik:
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : TDP
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
N. VIII
Pendengaran : TDE | TDE
Test rinne/weber: Tidak dilakukan pemeriksaan

N. IX/X
Posisi arkus pharing :N
Refleks telan/muntah :N
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : TDP
Fonasi :N
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
N. XI
M. Sternocleidomastoideus : N
M. Trapezius :N

N.XII
Deviasi lidah :-
Fasciculasi :-
Atrofi :-
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Ekstroseptif
Nyeri : Normal
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa raba halus : Normal

Proprioseptif
Rasa sikap : Normal
Rasa nyeri dalam : Normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Meningeal sign:
Kaku kuduk : (-)

Motorik :
Pergerakan : Atas :B B
Bawah :B B

Kekuatan : Atas :5 5
Bawah :55

Refleks fisiologis :
Biceps :+ + Triceps : + + Patella : + + Achilles : + +
+ + + + + + + +
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks patologis :

Ekstremitas atas
Hoffman :-I-
Tromner :-I-
Ektremitas bawah
Babinski : -I-
Chaddock :-I-
Gordon :-I-
Schaefer :-I-
Oppenheim : - I -
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks patologis :

Ekstremitas atas
Hoffman :-I-
Tromner :-I-
Ektremitas bawah
Babinski : -I-
Chaddock :-I-
Gordon :-I-
Schaefer :-I-
Oppenheim : - I -
RESUME
Seorang pasien Laki-laki usia 49 tahun masuk RSUD Undata
dengan keluhan seizure sejak 4 hari yang lalu, frekuensi 4x dalam 30
menit dan pasien seizure saat duduk (istirahat). Awalnya seizure
dirasakan terjadi pada tangan kiri kemudian ke seluruh tubuh, seizure
seperti menghentak-hentak disertai penurunan kesadaran, terjadi
secara tiba-tiba dan tidak ada faktor pemicu memicu terjadinya
kejang. Saat kejang mulut keluar busa (+), lidah tergigit (+). Riwayat
HT(+) . TD: 150/80 mmHg. Nadi 80 x/m, suhu 36.6ºC, respirasi 20
x/m.
pemeriksaan neurologis didapatkan GCS E4V5M6, tidak ada
defisit neurologis.
DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : Kejang (Konvulsi)


Diagnosis topis : Korteks serebri
Diagnosis etiologi : Epilepsi

Diagnosis banding : Status Epileptikus


TERAPI

IVFD RL 16 tpm
Diazepam 5-10 mg
Carbamazepine 20 mg
PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationam : Bonam
Qua ad fungtionam : Bonam
DEFINISI

Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan untuk


menimbulkan bangkitan epileptic yang terus menerus,
dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan
sosial.
Definisi ini mensyaratkan terjadinya minimal 1 kali
bangkitan epileptic.
Klasifikasi ILAE untuk tipe
bangkitan epilepsi

Bangkitan parsial kompleks


1. Bangkitan parsial/fokal
– Bangkitan parsial sederhana yang diikuti
Bangkitan parsial sederhana dengan gangguan kesadaran
– Dengan gejala motorik – Bangkitan yang disertai gangguan kesadaran
sejak awal bangkitan
– Dengan gejala somatosensorik
Bangkitan parsial yang menjadi umum
– Dengan gejala otonom sekunder
– Dengan gejala psikis – Parsial sederhana yang menjadi umum
– Parsial kompleks menjadi umum
– Parsial sederhana menjadi parsial kompleks,
lalu menjadi umum
2. Bangkitan umum 2.)Mioklonik

1) Lena (absence) 3.) Klonik


4.) Tonik
 Tipikal lena
5.) Tonik-klonik
 Atipikal lena
6.) Atonik/astatik
 
 
3. Bangkitan tak
tergolongkan
ETIOLOGI

1. Idiopatik: tidak terdapat les structural di otak atau deficit neurologis.


Diperkirakan mempunyai predisposisi genetic dan umumnya berhubungan
dengan usia.
2. Kriptogenik: dianggap simtomatis tetapi penyebabnya belum diketahui.
Termasuk disini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut, dan
epilepsi mioklonik. Gambaran klinis sesuai dengan ensefalopati difus.
3. Simtomatis: bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi structural
pada otak, misalnya; cedera kepala, infeksi SSP, kelainan congenital, lesi
desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat),
metabolic, kelainan neurodegeneratif.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis: auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau saksi mata mengenai hal-hal terkait
dibawah ini:

a. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pascabangkitan


b. Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.
c. Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antara bangkitan,
kesadaran antara bangkitan.
d. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya
e. Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis psikiatrik maupun sistemik yang
mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas.
f. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
g. Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang
h. Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam
i. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dll.
Pemeriksaan fisik umum

Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi,


misalnya:
- Trauma kepala
- Tanda-tanda infeksi
- Kelainan congenital
- Kecanduan alcohol atau napza
- Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
- Tanda-tanda keganasan.
Pemeriksaan neurologis

Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat
berhubungan dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit
setelah bangkitan, maka akan tampak pascabangkitan terutama tanda
fokal yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:
- Paresis Todd
- Gangguan kesadaran pascaiktal
- Afasia pascaiktal
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)


Rekaman EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna pada
dugaan suatu bangkitan untuk:
o Membantu menunjang diagnosis
o Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sintrom epilepsi.
o Membatu menentukanmenentukan prognosis
o Membantu penentuan perlu/ tidaknya pemberian OAE.
Pemeriksaan pencitraan
otak
Berguna untuk mendeteksi lesi epileptogenik diotak. MRI
beresolusi tinggi (inimal 1,5 Tesla) dapat mendiagnosis
secara non-invasif berbagai macam lesi patologik misalnya
mesial temporal sclerosis, glioma, ganglioma, malformasi
kavernosus, DNET (dysembryoplastic neuroepithelial
tumor), tuberous sclerosiss.
PRINSIP TERAPI
FARMAKOLOGI
 OAE diberikan bila
o Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
o Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
o Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan.
o Penyandang dan/ atau keluarga telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping yang timbul dari OAE.
o Bangkitan terjadi berulang walaupun factor pencetus sudah dihindari (misalnya: alcohol, kurang tidur,
stress, dll)

 Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan sesuai dengan jenis bangkitan
 Pemberian obat dimulai dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai
atau timbul efek samping
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai