PSORIASIS VULGARIS
Disusun Oleh:
Gemantri Veyonda Zikry *
Pembimbing:
UNIVERSITAS JAMBI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PSORIASIS VULGARIS
Disusun Oleh:
G1A220013
UNIVERSITAS JAMBI
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Session yang
berjudul “Psoriasis Vulgaris” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program
Studi Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Raden
Mattaher Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr Fitriyanti , Sp.KK ,
FINSDV,FAADV yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Raden Matthaer Jambi
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada CRS ini, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan CRS ini. Penulis
mengharapkan semoga CRS ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
BAB II Laporan Kasus..........................................................................................2
BAB III Tinjauan Pustaka.....................................................................................11
BAB IV Analisis Kasus.........................................................................................41
BAB V Kesimpulan...............................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
LAMPIRAN..........................................................................................................47
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Psoriasis adalah kelainan kulit poligenik yang dimediasi oleh imun.
Berbagai faktor pemicu lingkungan, misalnya trauma, infeksi, obat-obatan, dapat
menimbulkan penyakit pada individu yang memiliki predisposisi. Lesi yang khas
adalah plak eritematosa berbatas tegas dengan sisik seperti mika, dan plak dapat
terlokalisir atau tersebar luas. Secara histologis, hiperkeratosis, parakeratosis,
akantosis epidermis, pembuluh yang berliku-liku dan melebar, dan infiltrat
inflamasi yang sebagian besar terdiri dari limfosit.1
Psoriasis adalah proses penyakit sistemik di mana hingga 20-30% pasien
memiliki atau akan mengembangkan arthritis psoriatik. Selain itu, pada pasien
dengan psoriasis sedang hingga berat, ada peningkatan risiko relatif untuk
sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Psoriasis juga
memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup pasien, dan dalam survei,
pasien merasa bahwa pengobatan saat ini, meskipun seringkali efektif, tidak
memberikan solusi jangka panjang yang memuaskan.1
Prevalensi psoriasis bervariasi antara 0,1- 11,8% di berbagai populasi
dunia. Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%). Tidak ada perbedaan insidens
pada pria ataupun wanita. Beberapa variasi klinisnya antara lain psoriasis vulgaris
(85-90%) dan artritis psoriatika (10%). Seperti lazimnya penyakit kronis,
mortalitas psoriasis rendah namun morbiditas tinggi, dengan dampak luas pada
kualitas hidup pasien ataupun kondisi sosio ekonominya.2
Psoriasis dapat dimulai pada usia berapa pun, tetapi jarang terjadi sebelum
usia 10 tahun. Kemungkinan besar muncul antara usia 15 dan 30 tahun.
Kepemilikan antigen human leukocyte antigen (HLA) kelas I tertentu, khususnya
HLA-Cw6, dikaitkan dengan onset usia yang lebih dini dan dengan riwayat
keluarga yang positif.3
1
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn. C
Umur : 67 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. H. Ibrahim Rawasari
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Bercak yang meninggi terasa gatal di daerah tangan , kaki , perut
sejak ± 3 bulan yang lalu
B. Keluhan Tambahan :
Tidak ada
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke poli klinik kulit kelamin RSUD Abdul Manap
Kota Jambi dengan keluhan muncul bercak bercak berwana merah yang
pertama kali muncul di tungkai bawah , kemudian bercak tersebut
menyebar ke tangan dan perut psien
Awalnya keluhan mulai muncul berupa tiga buah bercak meninggi
berwarna merah dengan sisik yang tebal dan gatall berbentuk lonjong
pada bagian punggung kaki kanan dan kiri pasien, bercak tersebut
semakin membesar dan menyebar ditungkai bawah pasien, bercak juga
timbul di bagian siku tangan pasien. Gatal yang dirasakan pasien hilang
timbul. Gatal memberat pada saat berkeringat, saat cuaca panas dan pada
saat digaruk terasa semakin gatal. Saat digaruk sisik diatas
2
3
B. Status Dermatologis
1. Inspeksi :
Regio antebrachii dextra
Lesi : Plak
Bentuk : Ireguler
Ukuran : Lentikuler
Jumlah : Multipel
Batas : Sirkumskrip
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tidak
Aktif
Distribusi : Regional
Permukaan :Rata,
Konsistensi : Kenyal
Sekitar : -
6
Lesi : Skuama
Bentuk : Pityriosiform
Ukuran :-
Jumlah : Multipel
Batas : difusa
Warna : Hipopigmentasi
Tepi : Tidak aktif
Distribusi Regional
Permukaan : Meninggi
Konsistensi : halus
Sekitar : tidak terdapat kelainan
8
C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
V. DIAGNOSIS KERJA
Psoriasis Vulgaris
VI. TERAPI
a. Non
medikamentosa
Edukasi:
- Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien pengobatan, dan
komplikasi dari penyakit tersebut
- Menyarankan pasien untuk menjaga lesi kulit untuk tetap bersih, dan
gunakan pakaian yang longgar
- Menjaga agar kulit area infeksi tidak lembab
- Menyarankan pasien untuk tidak menggaruk dibagian lesi, dapat
menyebabkan luka dan resiko infeksi
b. Medikamentosa
- Betametason cream 0,1 % dioleskan 2 x sehari pada lesi
- Vaseline ( dioleskan pada kulit yang kering )
- Cetirizine tablet 10 mg 1x1
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad
bonam Quo ad Sanationam : Dubia
ad bonam
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Feomena koebner
- Fenomena tetesan lilin
- Autzpit sign
- KOH 10%
- Histopatologi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Prevalensi psoriasis bervariasi antara 0,1- 11,8% di berbagai populasi
dunia. Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%). Tidak ada perbedaan insidens
pada pria ataupun wanita. Beberapa variasi klinisnya antara lain psoriasis vulgaris
(85-90%) dan artritis psoriatika (10%). Seperti lazimnya penyakit kronis,
mortalitas psoriasis rendah namun morbiditas tinggi, dengan dampak luas pada
kualitas hidup pasien ataupun kondisi sosio ekonominya.2
Psoriasis dapat dimulai pada usia berapa pun, tetapi jarang terjadi sebelum
usia 10 tahun. Kemungkinan besar muncul antara usia 15 dan 30 tahun.
Kepemilikan antigen human leukocyte antigen (HLA) kelas I tertentu, khususnya
HLA-Cw6, dikaitkan dengan onset usia yang lebih dini dan dengan riwayat
keluarga yang positif.3
11
12
2.3 Etiologi
Penyebab psoriasis masih belum diketahui, tetapi diduga berhubungan
dengan beberapa aspek berikut:
a. Faktor Genetik
Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit
keluarga yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko
menderita psoriasis adalah sebesar 70% bila salah seorang menderita
psoriasis. Bila orangtua tidak menderita psoriasis maka risiko mendapat
psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita
psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%.
Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:
- Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial
13
2.4 Patofisiologi
Psoriasis merupakan penyakit yang komplek dan multifaktorial,
dipengaruhi factor genetik dan imunitas. Pathogenesis psoriasis belum
sepenuhnya dipahami. Beberapa teori menyebutkan ada pencetus dari
psoriasis seperti penyakit infeksi, trauma dan stess. Sedangkan, pada banyak
pasien tidak ditemukan pemicu yang jelas. Setelah paparan trigger terjadi
15
Imunopatogenesis psoriasis.
Terjadinya faktor lingkungan pemicu pada individu yang memiliki
kecenderungan genetik, membawa alel kerentanan gen terkait psoriasis,
menghasilkan perkembangan penyakit. Selama fase inisiasi, keratinosit yang
stres dapat melepaskan DNA dan RNA sendiri, yang membentuk kompleks
dengan cathelicidin LL37 yang kemudian menginduksi produksi interferon-α
(IFN-α) oleh sel dendritik plasmasitoid (pDCs; direkrut ke dalam kulit melalui
kemerin yang dilepaskan fibroblast), dengan demikian mengaktifkan DC
dermal (dDC). Interleukin-1β yang diturunkan dari keratinosit (IL-1β), IL-6,
dan faktor nekrosis tumor-α (TNF-) juga berkontribusi pada aktivasi dDCs.
DDC yang diaktifkan kemudian bermigrasi ke kelenjar getah bening yang
mengeringkan kulit untuk menghadirkan antigen yang belum diketahui (baik
dari diri sendiri atau asal mikroba) ke sel T naif dan (melalui sekresi berbagai
16
jenis sitokin seperti IL-12 dan IL- 23 oleh DC) mempromosikan diferensiasi
mereka menjadi sel T helper 1 (Th1), Th17, dan Th22. 1
Sel Th1 (mengekspresikan cutaneous lymphocyte antigen [CLA],
CXC-chemokine receptor 3 [CXCR3], dan CC-chemokine receptor 4
[CCR4]), sel Th17 (mengekspresikan CLA, CCR4, dan CCR6), dan sel Th22
(mengekspresikan CLA, CCR4 dan CCR10) bermigrasi melalui limfatik dan
pembuluh darah ke dermis psoriasis, tertarik oleh kemokin yang diturunkan
dari keratinosit CCL20, CXCL9-11, CCL17, dan CCL27; ini akhirnya
mengarah pada pembentukan plak psoriasis. Sel Th1 melepaskan IFN-γ dan
TNF-α, yang memperkuat kaskade inflamasi, bekerja pada keratinosit dan
dDC. Sel Th17 mensekresi IL-17A dan IL-17F (dan juga IFN-γ dan IL-22),
yang merangsang proliferasi keratinosit dan pelepasan -defensin 1/2,
S100A7/8/9 dan kemokin perekrutan neutrofil CXCL1, CXCL3, CXCL5 dan
CXCL8. 1
Neutrofil (N) menyusup ke stratum korneum dan menghasilkan spesies
oksigen reaktif (ROS) dan -defensin dengan aktivitas antimikroba, serta
CXCL8, IL-6 dan CCL20. Sel Th22 mensekresi IL-22, yang menginduksi
pelepasan lebih lanjut dari kemokin perekrutan sel T yang diturunkan dari
keratinosit. Selain itu, inflamasi DC (iDCs) menghasilkan IL-23, radikal
oksida nitrat (NO) dan TNF-α, sedangkan sel natural killer T (NKT)
melepaskan TNF-α dan IFN-γ. 1
Keratinosit juga melepaskan faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF), faktor pertumbuhan fibroblas dasar (bFGF), dan angiopoietin (Ang),
sehingga mendorong neoangiogenesis. Kemokin CCL19 yang diturunkan dari
makrofag (M) mempromosikan pengelompokan sel Th yang mengekspresikan
reseptor kemokin CCR7 dengan DC di dekat pembuluh darah, dengan aktivasi
sel T lebih lanjut. Pada dermal-epidermal junction, sel T sitotoksik CD8+
memori (Tc1) yang mengekspresikan antigen-1 (VLA-1) yang sangat
terlambat berikatan dengan kolagen IV, memungkinkan masuk ke epidermis
dan berkontribusi pada patogenesis penyakit dengan melepaskan sitokin Th1
dan Th17. Cross-talk antara keratinosit, memproduksi TNF-α, IL-1β dan
17
Faktor Pemicu
Faktor Pemicu, baik eksternal (berinteraksi langsung dengan kulit) dan sistemik,
dapat menimbulkan psoriasis pada individu yang memiliki kecenderungan
genetik.
Faktor pemicu eksternal
Fenomena Koebner atau isomorfik, yaitu timbulnya lesi psoriasis oleh
cedera pada kulit, diamati pada ~25% pasien dengan psoriasis. Seorang pasien
tertentu mungkin “Koebner-negatif” pada satu waktu dan kemudian menjadi
“Koebner-positif”. Fenomena Koebner menunjukkan bahwa psoriasis adalah
18
penyakit kulit umum yang dapat dipicu secara lokal. Lesi psoriasis juga dapat
diinduksi oleh bentuk lain dari cedera kulit, misalnya terbakar sinar matahari,
erupsi obat morbiliform, eksantema virus. Jeda waktu antara trauma dan
munculnya lesi kulit biasanya 2-6 minggu.1
Faktor pencetus sistemik
Infeksi
Infeksi, terutama infeksi bakteri, dapat menyebabkan atau
memperburuk psoriasis. Infeksi yang memprovokasi telah diamati pada
hingga 45% pasien psoriasis. Infeksi streptokokus, terutama faringitis,
adalah pelanggar yang paling umum. Pada tonsil palatine pasien psoriasis,
respon imun telah terbukti disregulasi, dengan peningkatan ekspresi CLA
dan reseptor IL-2349. Streptococci juga dapat diisolasi dari tempat infeksi
lain, misalnya abses gigi, selulitis perianal, impetigo.1
HIV
InfeksiHIV juga telah terbukti memperburuk psoriasis1
Faktor endokrin
Hipokalsemia telah dilaporkan menjadi faktor pemicu psoriasis
pustular umum. Meskipun analog vitamin D3 aktif memperbaiki psoriasis,
kadar vitamin D3 yang abnormal belum terbukti menginduksi psoriasis.
Kehamilan dapat mengubah aktivitas penyakit, misalnya 50% pasien
dalam satu seri melaporkan perbaikan. Namun, wanita hamil dapat
mengembangkan psoriasis pustular, juga disebut sebagai impetigo
herpetiformis, kadang-kadang berhubungan dengan hipokalsemia.1
Stres psikogenik Stres
Psikogenik adalah faktor pemicu sistemik yang mapan pada
psoriasis, dengan respons kortisol yang meningkat terhadap stres telah
ditunjukkan pada pasien yang terkena50. Stres dikaitkan dengan presentasi
awal penyakit serta serangan psoriasis yang sudah ada sebelumnya. Dalam
sebuah studi prospektif, pola kognitif dan perilaku khawatir dan
menggaruk keduanya secara independen terkait dengan peningkatan
keparahan penyakit dan pruritus 4 minggu kemudian.1
19
Obat-obatan
Beberapa obat telah diduga sebagai penginduksi psoriasis,
khususnya lithium, IFNs, -blocker, dan antimalaria. Taper cepat
kortikosteroid sistemik dapat menginduksi psoriasis pustular serta
psoriasis plak. Konsumsi alkohol, merokok dan obesitas Obesitas,
peningkatan konsumsi alkohol, dan merokok semuanya dikaitkan dengan
psoriasis. Dalam satu analisis, merokok tampaknya memiliki peran dalam
timbulnya psoriasis, sementara obesitas tampaknya merupakan
konsekuensi dari psoriasis. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan sering mendahului perkembangan psoriasis.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa prevalensi psoriasis pada
populasi individu yang berhenti merokok atau yang menurunkan berat
badan akhirnya kembali ke tingkat latar belakang.1
Gambar 3.2 A-F Plak Psoriasis Kronik. Tampak plak eritematous psoriasis dengan
skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih dan transparan. 3
Gambar 3.4 Koebner phenomenon. A, psoriasis muncul pada lokasi biopsy keratom
setelah 4 minggu biopsy. B, Flare psoriasis pada daerah punggung yang terkena sinar
matahari. Perhatikan area yang terlindung dinar matahari.3
22
Gambar 3.5 Bentuk psoriasis tipe plak yang tidak biasa. A, Psoriasis annular di panggul. B,
psoriasis Rupioid pada bayi. Perhatikan lesi berbentuk kerucut. C, Pasien psoriasis yang
menjalani terapi Goeckerman yang dimodifikasi (sinar ultraviolet B, tar batu bara, dan
steroid topikal), menunjukkan cincin Woronoff. D, psoriasis Elephantine pada ekstremitas
bawah.
Catatan psoriasis keterlibatan kuku kaki.3
23
Gambar 3.6 Psoriasis gutata, melibatkan paha (A), tangan (B), dan punggung (C dan D).
Pasien di D terus berkembang psoriasis plak kronis.3
3. Psoriasis Plakat Berukuran Kecil
Pada tipe ini, lesi muncul pada usia yang lebih tua, kronis,
berukuran lebih besar (1-2 cm), dengan skuama lebih banyak dan tebal.
Biasanya muncul pada lanjut usia di beberapa negara Asia.
24
4. Psoriasis Inversa
Pada tipe ini muncul di lipatan-lipatan kulit seperti aksila,
genitokruris, serta leher. Lesi biasanya berbentuk eritema mengkilat
berbatas tegas dengan sedikit skuama, disertai gangguan perspirasi pada
area yang terkena.
● Karakteristik : lesi berwarna merah cerah yang halus.
● Penyebab : iritasi akibat keringat dan penggosokkan area-area lipatan
tubuh
● Resiko meningkat pada orang dengan Berat badan berlebih dan
memiliki lipatan kulit yang dalam
● Ditemukan pada daerah tubuh yang memiliki lipatan kulit
(ketiak,paha,dll)
5. Psoriasis Eritrodermik
Tipe ini mengenai hampir seluruh bagian tubuh, dengan efloresensi
utama eritema. Skuama tipis, superfi sial, tidak tebal, serta melekat kuat
pada permukaan kulit di bawahnya seperti psoriasis pada umumnya,
dengan kulit yang hipohidrosis. Risiko hipotermia sangat besar karena
vasodilatasi luas pada kulit.
● Berasosiasi dengan Von Zumbusch PP
● Karakteristik : kemerahan pada kulit secara periodik dan meluas serta
membentuk sisik berupa lapisan
25
○ Steroid sistemik
○ Infeksi
○ stress
Gambar 3.9 Psoriasis pustular. A dan B, psoriasis pustular umum tipe von Zumbusch.
Perhatikan pustula kecil, 1 sampai diameter 2 mm, pada kulit eritematosa. C dan D,
psoriasis pustular lokal pada tungkai dan kaki, masing- masing. E, Perbaikan psoriasis
pustular. Perhatikan area deskuamasi yang luas.3
7. Sebopsoriasis
Sebopsoriasis ditandai dengan adanya plak eritematosa dengan
skuama berminyak pada area kulit yang seboroik (kulit kepala, glabella,
lipatan nasolabialis, perioral, serta sternum).4
8. Napkin Psoriasis
Bentuk ini biasanya muncul pada usia 3-6 bulan di area kulit yang
terkena popok (diaper area).
27
Gambar 3.11 Psoriasis kuku. A, Onikolisis distal dan bercak minyak. B. Lubang kuku.
C. Hiperkeratosis subungual. D, Onikodistrofi dan kehilangan kuku pada pasien dengan
arthritis psoriatik.3
28
2. Geographic Tongue
Geographic tongue atau benign migratory glossitis merupakan
kelainan idiopatik yang berakibat hilangnya papil fi liformis lidah. Lesi
biasanya berupa bercak eritematosa berbatas tegas menyerupai peta dan
berpindah-pindah.
3. Artritis Psoriatika
Merupakan bentuk klinis psoriasis ekstrakutan yang paling sering
muncul, pada sekitar 40% pasien psoriasis. Terkait kuat dengan faktor
genetik. Psoriasis arthritis adalah terjadinya inflamasi sendi yang bersifat
kronik serta progresif yang diasosiasikan dengan psoriasis. Kondisi ini
mempengaruhi sendi-sendi perifer dan skelet aksial yang menyebabkan
nyeri, kaku dan pembengkakkan. Psoriasis arthritis dipertimbangkan
sebagai seronegative spondyloarthropathy.
● "seronegative" hasil tes darah adaah negatif untuk faktor-faktor
yang ada pada RA.
● “Spondyloarthropathy dua karakteristik utama.
○ Adanya arthirtis yang mempengaruhi tulang belakang, kaki dan
tangan karena genetik
○ Kedua, inflamasi terjadi pada ligamen dan tendon
terjadi pada psoriasis plak kronis tanpa komplikasi artritis. Peningkatan kadar
serum imunoglobulin (Ig) A dan kompleks imun IgA, serta amiloidosis sekunder,
juga telah diamati pada psoriasis, dan yang terakhir membawa prognosis yang
buruk.3
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan :
- Akantosis dengan disetai pemanjangan dari rete ridges
- Pemanjangan dan pembesaran papilla dermis
- Hyperkeratosis dan parakeratosis
- Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum
- Peningkatan mitosis pada stratum basalis
- Udema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit
- Mikro abses dari munro yang merupakan kumpulan kecil sel-sel
neutrophil pada stratum korneum.
2.6 Diagnosis
Anamnesi
s
Salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan adalah onset penyakit
dan riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat keluarga berkaitan dengan
tingginya ekstensi dan rekurensi penyakit. Selain itu, tentukan apakah lesi
merupakan bentuk akut atau kronis, serta keluhan pada persendian, karena
kemungkinan artritis psoriatika pada pasien dengan riwayat pembengkakan
sendi sebelum usia 40 tahun2
Klinis
Ditemukan tanda-tanda klinis seperti diatas. Derajat beratnya Psoriasis
dinilai berdasarkan Body Surfece Area (BSA) dan skor Psoriasis Area
Severity Index (PASI). Berdasarkan Panduan Praktik Klinis (PPK) RSCM dan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI),
klasifikasi psoriasis berdasarkan skor BSA/PASI adalah sebagai berikut; < 3%
psoriasis ringan, 3-10% psoriasis sedang, >10% psoriasis berat. 6 Klasifikasi ini
sedikit berbeda dengan klasifikasi Fitzpatrick yaitu; <10% psoriasis ringan,
10-20% psoriasis sedang, >30% psoriasis berat.
30
b. Dermatitis Seboroik
Merupakan kelainan papuloskuamosa dengan predileksi didaerah
kaya kelenjar sebasea, kepala, wajah, badan. Biasanya berhubungan
dengan jamur Mallassezia furfur, gangguan imunologis dan aktivitas
glandula sebasea. Epidemiologi terbagi atas 2 kelompok:3,4
- Bentuk infantile: terjadi dalam minggu pertama hingga 3 bulan
pertama kehamilan. Bersifat self limited.
- Bentuk dewasa: bersifat kronik, antara 20-50 tahun atau lebih tua,
insiden puncak umur 40 tahun. Laki-laki > wanita.
Gejala klinis berupa skuma kuning berminyak, eksematosa ringan,
kadangkala disertai gatal dan menyengat. Ketombe merupakan tanda awal
dermatitis seboroik. Pada fase kronis dijumpai kerontokan rambut. Pada
keadaan yang lebih berat, dermatitis seboroik dapat berkembang menjadi
eritroderma. 3
Predileksi daerah-daerah seboroik: kulit kepala, wajah: alis, lipat
nasolabial, telinga dan liang teling, bagian atas-tengah dada dan punggung,
lipat gluteus, inguinal, genital dan ketiak. 3
Psoriasis yang timbul pada skalp biasanya sulit dibedakan dengan
dermatitis seboroik. Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik
ialah skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-
tempat yang seboroik. Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena
32
obatan, bahan metal (emas, merkuri), infeksi (hepatitis C), dan genetic
yang berhubungan dengan HLA. 4
Gejala klinis sangat gatal, umumnya setelah satu atau beberapa
minggu setelah kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi.
Tempat predileksi yang paling sering yaitu pada pergelangan tangan
bagian fleksor atau lengan bawah. Kelainan yang khas terdiri atas papul
yang poligonal, berskuama, datar dan berkilat. Kadang-kadang ada
cekungan di sentral. Garis-garis anyaman berwarna putih. Terdapat
fenomena Kobner. 3.4
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari psoriasis antara lain5
1. Dapat menyerang sendi menimbulkan arthritis psoriasis
2. Jika menyerang telapak kaki dan tangan serta ujung jari disebut psoriasis
pustul tipe barber. Namun jika pustul timbul pada daerah psoriasis dan juga
kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas atau rasa terbakar
disebut Zumbusch.
3. Psoriasis eritroderma jika lesi psoriasis terdapat di seluruh tubuh dengan
skuama yang halus disertai gejala konstitusi berupa malaise.
2.10 Penatalaksanaan
Diagnosis dan algoritma pengobatan untuk pasien dengan psoriasis.
Diagnosis psoriasis biasanya didasarkan pada gambaran klinis. Dalam beberapa
kasus di mana riwayat klinis dan pemeriksaan tidak diagnostik, biopsi
diindikasikan untuk menegakkan diagnosis yang benar. Mayoritas kasus psoriasis
jatuh ke dalam tiga kategori utama; guttate, erythrodermic/pustular, dan plak
kronis, dimana yang terakhir adalah yang paling umum. Psoriasis gutata seringkali
merupakan penyakit self-limited dengan resolusi spontan dalam 6 sampai 12
minggu. 3
34
1. Pengobatan topical
Sebagian besar kasus psoriasis dapat ditatalaksana dengan pengobatan
topical meskipun memakan waktu lama dan juga secara kosmetik tidak baik,
sehingga kepatuhan sangat rendah.2,3
1. Kortikosteroid
Glukokortikoid dapat menstabilkan dan menyebabkan translokasi
reseptor glukokortikoid. Sediaan topikalnya diper gunakan sebagai lini
36
2.12 Prognosis
Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited) dalam 12-16 minggu
tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa pasien menjadi lesi plakat kronik.
Psoriasis tipe plakat kronis berlangsung seumur hidup, dan interval antar gejala
tidak dapat diprediksi. Remisi spontan dapat terjadi pada 50% pasien dalam waktu
yang bervariasi. Durasi remisi berkisar antara 1 tahun sampai beberapa decade.
Eritroderma dan generalized pustular psoriasis memiliki prognosis yang lebih
buruk dengan kecenderungan menjadi persisten.2,3
BAB IV
ANALISA KASUS
42
43
lesi berwarna putih ditemukan pada tungkai bawah kiri dan kanan serta region
olecranon-antebrachii kiri dan kanan.
Temuan ini sesuai dengan gambaran klinis psoriasis vulgaris yang
dijelaskan pada kepustakaan yaitu pada psoriasis vulgaris terdapat plak
eritematosa sirkumskrip dengan skuama putih keperakan diatasnya dan tanda
Auspitz. Warna plak dapat bervariasi dari kemerahan dengan skuama minimal,
plak putih dengan skuama tebal hingga putih keabuan tergantung pada ketebalan
skuama. Pada umumnya lesi psoriasis adalah simetris.
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat
terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Pada dermatofitosis
skuama umumnya pada perifer lesi dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
Plak psoriasis yang kronis seringkali menyerupai dermatitis kronis dengan
likenifikasi pada daerah ekstremitas. Tetapi biasanya pada dermatitis kronis
lesinya tidak berbatas tegas serta skuama yang terdapat pada permukaan lesi tidak
setebal pada psoriasis. Pada dermatitis kontak, biasanya terdapat paparan terhadap
bahan iritan maupun alergen sebelumnya munculnya lesi. Sedangkan dengan
dermatitis seboroik sulit dibedakan dengan psoriasis yang timbul pada skalp .
Tanda khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang berminyak dan
kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat yang seboroik.
Pytiriasi Rocea dapat dibedakan dari psoriasis dengan skuamanya yang
halus. Tanda khas pada Pitiriasis rosea yaitu adanya lesi awal berupa herald
patch, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-
kira 3-10 cm,
Pada pasien ini luas lesi pada pasien ini diperkirakan 3- 10% BSA
termasuk Psoriasis derajat sedang sehingga pengobatan psoriasis yang dapat
diberikan berupa pengobatan topikal antara lain: anthralin, vitamin D3
(Calcipotriol), preparat tar, kortikosteroid topikal; pengobatan sistemik antara
lain: kortikosteroid, methotrexate, siklosporin, retinoid, DDS
(diaminodifenilsulfon); dan fototerapi. Pada pasien ini diberikan terapi salep
Betametason cream 0,1 % dioleskan 2 x sehari pada lesi, Cetirizine tablet 10 mg 2
kali sehari dan Vaseline sebagai emollient., Berdasarkan kepustakaan, kerja
45
BAB V
KESIMPULA
N
Psoriasis merupakan penyakit kulit residif kronik, manifestasi dapat
terjadi pada kulit maupun sistemik . Untuk menurunkan morbiditasnya, masih
diperlukan berbagai penelitian untuk menemukan cara paling efektif dan
efisien.
Pada kasus pasien laki-laki usia 67 tahun di diagnosa psoriasis vulgaris
derajat sedang yang sudah berlangsung selama 3 bulan. Pasien ini diberi terapi
Betametason cream 0,1 % dioleskan 2 x sehari pada lesi, Cetirizine tablet 10
mg dan vaselin sebagi emolient. Perlunya pertimbangan untuk pemberian
terapi sistemik berupa metotrexat dengan pemantauan fungsi hepar dan ginjal.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Kerkhof, PCM and Nestlé FO. Psoriasis. In : Bolognia JL, schaffer JV,
Cerroni L. Dermatology. 4 th ed. United States of America. Elsevier. 2018
:138-159
2. Yuliastuti, D. Psoriasis. RS Meilia, Cibubur, Depok, Indonesia CDK-235/
vol. 42 no. 12, th. 2015
3. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leff ell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. 9th ed. United States of America: McGraw Hill; 2019:
457-493
4. Djuanda A, 2016, Dermatosis Eritroskuamosa, Dalam: Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Editor: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, dan Siti
Aisah. Edisi V. Cetakan V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, pp. 189- 196.
5. Griffiths CCR, Barker J. 2011, Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, Cox
N, Editors. Rook’s Textbook Of Dermatology. 8th Edition. Volume 1-4.
USA: Blackwell Publishing. Massachusetts, pp. 20.1-60.
6. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, dkk. Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia; 2017. h.230-41.
7. Meffert J, 2017, Pathophysiologi and Etiology; Psoriasis, Medscape,
available at: <http://emedicine.medscape.com/article/1943419-
overview#a3>.
8. Vide J, Magina S, Moderate to severe psoriasis treatment challenges
through the era of biological drugs. An Bras Dermatol. 2017;92:668–74
9. Gisondi P, Giglio MD, Girolomoni G. Treatment approaches to moderate
to Severe Psoriasis. Int J Mol Sci. 2017;18:2427.
47