Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

DERMATITIS STATIS

Disusun oleh:
Firdha Kumala Indriyani
NIM. 20130310079
NIPP. 20174011070

Pembimbing:
dr. Lucky Handaryati, Sp. KK

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD KOTA SALATIGA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan presentasi kasus dengan judul

DERMATITIS STATIS

Disusun oleh:
Nama: Firdha Kumala Indriyani
No. Mahasiswa: 20130310079

Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:

Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,

dr. Lucky Handaryati, Sp.KK.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................ ii


BAB I .............................................................................................................................................. 1
LAPORAN KASUS........................................................................................................................ 1
A. IDENTITAS PASIEN .......................................................................................................... 1
B. ANAMNESIS ...................................................................................................................... 1
C. PEMERIKSAAN FISIK ...................................................................................................... 3
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................................................... 6
E. ASSESMENT ...................................................................................................................... 6
F. PENATALAKSANAAN ..................................................................................................... 6
G. PROGNOSIS ....................................................................................................................... 7
BAB II............................................................................................................................................. 8
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 8
A. DEFINISI ............................................................................................................................. 8
B. ETIOPATOGENESIS.......................................................................................................... 8
C. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................... 10
D. DIAGNOSA ....................................................................................................................... 12
E. DIAGNOSIS BANDING................................................................................................... 13
F. PENATALAKSANAAN ................................................................................................... 18
G. KOMPLIKASI ................................................................................................................... 20
H. PROGNOSIS ..................................................................................................................... 21
BAB III ......................................................................................................................................... 22
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 23

iii
BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny S.

Usia : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sidorejo, Salatiga

Status : Menikah

No RM : Diketahi

Masuk RS : 13 Desember 2018

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Bercak merah kehitaman yang terasa gatal pada kedua tungkai.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang periksa ke poli kulit kelamin RSUD Salatiga dengan keluhan bercak merah

kehitaman yang terasa gatal pada kedua tungkai. Adanya perubahan pada kulit di kedua

tungkainya seperti bercak merah kehitaman sejak 1,5 tahun yang lalu yang kadang hilang

timbul. Keluhan membaik saat diobati dan diperiksakan ke dokter spesialis kulit, tetapi

1
timbul kembali tanpa diketahui penyebabnya. Keluhan perih dan panas juga dirasakan.

Awalnya keluhan hanya terlihat merah dan bintik2 saja, yang disertai dengan gatal,

namun karena gatal pasien menggaruknya dengan tangan sampai kulit terlepas.

Kemudian saat ini kulit menjadi lebih gelap dari kulit disekitarnya. Kehitaman di kulit

lama-kelamaan meluas sampai ke punggung kaki. Bengkak dirasa terkadang, nyeri

(+),tampak pelebaran pembuluh darah (+), penebalan (+), kaki berbau (+),kulit melepuh

(-). Riwayat konsumsi obat-obat lainnya (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu

 Keluhan serupa (+): sejak 1,5 tahun yang lalu membaik saat diperiksakan dan minum

obat.

 Riwayat kaki sering bengkak jika berdiri lama (+)

 Riwayat penyakit kulit lainnya (+): Dermatitis asteatotik, dermatitis numularis, dan

selulitis

 Riwayat alergi makanan dan obat: belum diketahui

 Riwayat penyakit hipertensi tidak terkontrol (+). Riwayat penyakit lain seperti asma,

DM, jantung, dan penyakit kronis lainnya disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

 Keluhan yang serupa dikeluarga disangkal.

 Riwayat asma, alergi, DM,hipertensi, jantung, penyakit kronis lainnya disangkal.

2
5. Riwayat Personal Sosial

Pasien seorang ibu rumah tangga, tidak sering berdiri lama, pasien sering mencuci

pakaian dan apabila terkena detergen kaki dan tangan kadang merasa gatal saat terkena.

Suami pasien adalah seorang tukang kayu, saat pasien terkena serbuk kayu untuk

membersihkannya, kaki dan tangan kadang merasa gatal di bagian yang terkena. Karena

tahu kebiasaan dan akibat ibunya saat terpapar benda-benda tersebut, anak pasien sering

menegur pasien dan melarang agar tidak lagi ikut membersihkan kotoran serbuk kayu

dari sang bapak sehingga sudah jarang sekali pasien kontak dengan benda-benda tersebut.

Pasien memiliki hewan ternak (ayam), kondisi kandangnya bersih, dan ayam selalu ada di

luar rumah. Pasien mengaku selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

C. PEMERIKSAAN FISIK

 Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan gizi : obesitas tipe I (BB: 65 Kg, TB: 155 cm, BMI: 27)

Vital sign :

- Tekanan darah : 149/84

- Nadi : 92x/menit

- RR : 21x/menit

- Suhu : 360C

Pemeriksaan Thorak : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Abdomen : Tidak ada kelainan

3
 Status Dermatologis

- Lokasi : superior maleolus medial lateral dextra sinistra dan dorsum pedis.

- Efloresensi : plak hiperpigmentasi(+) skuama (+), erosi (+), krusta (+), edema (+),

ballon neck (+) terlokalisir di superior maleolus medial lateral dextra sinistra dan

dorsum pedis, disertai varises (+) di cruris sinistra

- Penyebaran : regional

Dokumentasi :

4
5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

Pemeriksaan Anjuran :

 KOH pada daerah lesi (Dermatitis stasis tidak menunjukkan gambaran spora dan hifa)

 Venografi

E. ASSESMENT

Diagnosis Kerja : Dermatitis stasis

Diagnosis Banding : Dermatitis stasis, Dermatitis kontak iritan, Dermatitis kontak

alergi, Neurodermatitis

F. PENATALAKSANAAN

 Nonmedikamentosa

- Kurangi berdiri lama

- Waktu istirahat tungkai ditinggikan

- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

- Hindari garukan di daerah lesi karena dapat menyebabkan infeksi

 Medikamentosa

R/ Cefadroxil tab mg 500 No. XIV


S 2 dd tab 1
_____________________________________________
R/ Dios No. XIV
S 1 dd tab 1
_____________________________________________

6
R/ Metilprednisolon tab mg 8 No. XIV
S 1 dd tab 1
_____________________________________________
R/ Pirotop cr No. I
S 3 dd ue
_____________________________________________
R/ Loratadin tab mg 10 No. X
S 1 dd tab 1
_____________________________________________

G. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad cosmetica : Dubia ad bonam

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan aliran darah vena

di tungkai bawah (Marwali Harahap, 2000)1. Penyakit ini sering menyerang pada tungkai

bagian bawah karena tempat ini sering terjadi kelainan insufisiensi vena. 5

B. ETIOPATOGENESIS

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mekanisme timbulnya dermatitis statis, yaitu:

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena, terjadinya kebocoran

fibrinogen masuk kedalam dermis. Selanjutnya fibrinogen diluar pembulu darah

akan berpolimerasi membentuk selubung fibrin perikapiler dan interstisium,

sehingga menghalangi difusi oksigen dan makanan yang dibutuhkan untuk

kelangsungan hidup kulit, akibatnya akan terjadi kematian sel. Tetapi ada data yang

kurang mendukung hipotesis tersebut antara lain, bahwa derajat endapan fibrin

tidak ada hubungan dengan luasnya insufisiensi vena dan tekanan oksigen.

Demikian pula selubung fibrin sekeliling kapiler dermis tidak kontinu dan tidak

teratur, sehingga sulit berperan sebagai sawar terutama untuk molekul kcil seperti

oksigen dan nutrient lain.1

2. Dermatitis stasis terjadi sebagai akibat langsung dari insufisiensi

vena. Terganggunya fungsi sistem 1-arah pada katup di pleksus vena pada kaki

mengakibatkan terjadinya aliran balik darah dari sistem vena (refluks) sampai ke

8
sistem vena superfisial, dengan disertai hipertensi vena. Ini hilangnya fungsi katup

dapat hasil dari penurunan berhubungan dengan usia pada kompetensi katup. Atau,

peristiwa tertentu, seperti trombosis vena dalam, pembedahan (misalnya, operasi

vena, artroplasti lutut total, pengambilan vena saphena untuk bypass koroner), atau

luka trauma, dapat merusak fungsi dari sistem vena tungkai. Mekanisme ini

merupakan penyebab hipertensi vena dalam peradangan kulit dermatitis stasis. 1

Pada pasien dengan dermatitis stasis, dapat kita perhatikan pada bagian betis,

karena cedera pada sistem vena karena trauma atau pembedahan adalah faktor

umum yang berkontribusi terhadap perkembangan dermatitis stasis.2

Teori tentang penyebab peradangan kulit di insufisiensi vena berpusat pada

perfusi oksigen dari tungkai jaringan. Awalnya, sistem vena yang tidak kompeten

dianggap menyebabkan pengumpulan darah di vena superfisial, dengan arus

berkurang dan karenanya mengurangi tekanan oksigen di kapiler

dermis. Kandungan oksigen menurun darah menggenang menyebabkan kerusakan

hipoksia untuk kulit di atasnya.3

3. Teori hipoksia / stasis itu disangkal oleh bukti bahwa setelah dikumpulkan, darah

stagnan dengan tekanan oksigen rendah, vena tungkai pada pasien dengan

insufisiensi vena telah dikompensasi dengan peningkatkan laju aliran dan tekanan

peningkatan tekanan oksigen. Shunting arteriovenosa bisa menyumbang temuan

ini, tetapi tidak ada bukti shunting pada pasien dengan insufisiensi vena. Kurangnya

lengkap bukti untuk mendukung teori hipoksia / stasis telah menyebabkan banyak

peneliti menganjurkan ditinggalkannya teori dermatitis stasis ini.1

9
C. MANIFESTASI KLINIS

Manifesatsi Klinis pada dermatitis statis adalah: 3,4,5

- Pelebaran vena atau varises, hal ini diesebabkan oleh tekanan vena yang meningkat

pada tungkai bawah. 5

- Edema pada pergelangan kaki, Hal ini disebabkan kebocoran plasma ke jaringan

ekstrasisial karena meningkatnya permeabilitas kapiler sebagai komplikasi dari

varises kronis. 5

- Pigmentasi stasis atau hiperpigmentasi, Purpura hiperpigmentasi kecoklatan atau

berwarna merah kehitaman pada tungkai bagian bawa yang disebabkan ekstravasasi

hemosiderin sel darah merah ke dalam dermis, hal ini bersifat permanen dan

asimtomatis. 5

- Prurity patch yang bermula dari medial tungkai bawah dan ankle yang proggresif.

Hal ini dapat berupa inflamasi akut maupun eksaserbasi akut. Hal ini disebabkan

karena pada bagian medial tungkai bawah merupakan watersher area dari pembuluh

vena yang mempunyai perdarahan yang buruk dibanding pada bagian bawah.

Bagian ini selalu terkena dampak dari hipertensi vena. 5

10
- Stocking erytoderma. Hal ini disebabkan nekrosis dari lemak di bawah kulit akibat

dermatitis statis yang tak tertangani pada stadium awal sehingga area lesi meluas

yang akhirnya melingkar pada tungkai bawah. Seringkali lesi meluas ke bagian

superior sampai kearah tumit. 5

- Ulserasi dan likenifikasi, kondisi seperti dermatitis lainnya dapat terjadi akibat dari

ekskoriasi yang berulang. Erosi pada kulit dapat terjadi apabila terjadi trauma yang

dalam. Likenifikasi umumnya terjadi karena garukan dengan tungkai maupun

dengan tumit sebelahnya terutama saat pasien duduk. 5

- Purpura dan ekimosis, Umumnya terjadi akibat trauma saat lesi digaruk dan dari

edema tungkai. 5

- Lipodermatosclerosis, kelainan ini terdiri dari inflamasi pada dermis dan subkutis

akibat fibrosis. Dapat ditemukan pada dermatitis statis yang lama (kronis) maupun

sebagai tanda manifestasi awal. Awal dari lipodermatosklerosis tungkai seperti

kemerahan dan tegang dan sangat nyeri. Pada stage kronis didapatkan gambaran

“inverted champagne bottle”, dengan garis parut seperti terikat, dan

hiperpigmentasi, serta edema tanpa sklerotik pada bagian atas dari tungkai yang

terkena.. 5

11
D. DIAGNOSA

Kriteria Diagnosis

a. Anamnesis:

Keluhan awalnya kemerahan pada kulit dan sedikit bersisik, setelah beberapa

minggu atau bulan warna kulit menjadi cokelat gelap, selain itu timbul penumpukkan

darah dan terjadi bengkak. Pasien juga merasakan kaki seperti diikat kencang dan

terasa nyeri.5

Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko varises yang

meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas, lebih banyak berdiri, penyakit

metabolik dan gangguan jantung-pembuluh darah.2

b. Predileksi

Pada tungkai bawah, dimana bagian tungkai bawah adalah tempat teresering

terjadinya kelainan vena.5

c. Pemeriksaan Fisik
12
Pada status lokalis didapatkan gambaran UKK meliputi:

Adanya varises dengan patch hiperpigmentasi dengan hemosiderosis disertai

likenifikasi tertutup skuama tebal dan krusta kadang disertai ulcus berbentuk

melingkar pada pergelangan kaki memberikan gambaran stocking erytrodherma sering

disertai edema dan ekomisis pada bagian distal yang memberikan gambaran inverted

champagne bottle serta didapatkannya ulserasi.

d. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi/Doppler untuk melihat adanya perubahan (dilatasi) vena yang dalam,

trombosis atau gangguan katup. Pada pemeriksaan histologis akan ditemukan adanya

tanda-tanda inflamasi, agregasi hemosiderin di dermis atau penebalan arteriol/venula.5

E. DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis kontak (dapat terjadi bersamaan dengan dermatitis stasis). Dermatitis

kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada

kulit dan menyebabkan alergi atau reaksi iritasi.(2) ruamnya terbatas pada daerah

tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. Ada 2 macam dermatitis kontak,

yaitu:

1. Dermatitis kontak iritan

Dermatitis yang terjadi ketika kulit terpajan bahan iritan seperti detergen, asam,

basa, serbuk kayu, semen, dan sebagainya. Dapat menyebabkan kerusakan pada

kulit apabila teriritasi berulang selama periode tertentu.(4)

2. Dermatitis kontak alergi

13
Dermatitis yang terjadi ketika kulit tersensitisasi oleh suatu substansi (allergen),

dan kontak ulang dengan substansi tersebut. Ini merupakan reaksi kulit tipe

lambat.(4)

3. Dermatitis numularis

Dermatitis berupa lesi mata uang logam koin atau agak lonjong, berbatas tegas

dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.(1)

Nama lain dari dermatitis nummular adalah ekzem nummular; ekzem discoid; atau

neurodermatitis nummular.(2)

Dermatitis numularis pada dewasa lebih sering terjaid pada pria dibandingkan

pada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun,

pada wanita usia puncak juga terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis

numularis tidak biasa diteukan pada anak bila ada timbulnya jarang pada usia

sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya

usia.(1,2)

Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang ikut berperan. Diduga

stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat

walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak. Eksarsebasi terjadi bila koloni

bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm2. Dermatitis kontak mungkin ikut

memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi

terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma

fisis dan kimiawi juga dapat berperan. Kulit penderita dermatitis numularis

14
cenderung kering, hidrasi stratum korneum rendah. Pada anak-anak lesi numularis

terjadi pada dermatitis atopik.

Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut

berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membesar dengan cara

berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik saperti

uang logam (koin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun

vesikel pecah menjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.

Ukuran garis tengah lesi dapat menjadi 5 cm, jarang sampai 10 cm. Lesi lama

berupa likenifikasi dan skuama. Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak

dan tersebar, bilateral atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi mulai dari

miliar sampai nummular, bahkan plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah,

badan, lengan, termasuk punggung tangan. Dermatitis numularis cenderung hilang

timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi

kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula.(1,2)

15
Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis. Sebagai diagnosis

banding antara lain ialah dermatitis kontak, dermatitis atopik, neurodermatitis

sirkumskripta, dan dermatomikosis.(1)

4. Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, gatal, dengan batas yang jelas, ditandai dengan

penebalan kulit dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai

kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena

berbagai rangsangan pruritogenik. Penyakit ini menyebabkan bercak-bercak

penebalan kulit yang kering, bersisik dan berwarna lebih gelap, dengan bentuk

lonjong atau tidak beraturan Nama lain neurodermatitis sirkumskripta ialah liken

simpleks kronikus.(1,5)

Liken simpleks kronis bisa terjadi sebagai akibat sesuatu (misalnya baju)

yang bersentuhan dengan kulit atau mengiritasi kulit sehingga seseorang

menggaruk-garuk daerah tersebut. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi

penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga

merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit. Penyakit ini

menimbulkan warna kecoklatan pada daerah yang terkena.(7)

Penyakit ini biasanya berhubungan dengan:

- Dermatitis atopik

- Psoriasis

- Kecemasan, depresi ataupun gangguan psikis lainnya.

16
Lebih banyak ditemukan pada wanita dan biasanya timbul pada usia 20-50 tahun.

Liken simpleks kronis bisa timbul di setiap bagian tubuh, termasuk anus

(pruritus ani) dan vagina (pruritus vulva). Pada stadium awal, kulit tampak normal

tetapi terasa gatal. Selanjutnya timbul bercak-bercak bersisik, kering dan berwarna

lebih gelap sebagai akibat dari penggarukan dan penggosokan

Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis, biasanya

tidak terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang

memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan

dermatitis atopik.

17
Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipuritus atau kortikosteroid topikal.

Antipruritus dapat berupa antihistamin dengan efek sedative contih;difenhidramin.

Kortikosteroid yang dipakai biasanya berotensi kuat, kalau masih tidak berhasil

dapat diberikan secara suntikan intra lesi. Ada pula yang mengobati dengan UVB

dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan penyakit yang mendasarinya, dan ditangani

terlebih dahulu. Prognosisnya tergantung pada penyebab pruritus, penyakit yang

mendasarinya

F. PENATALAKSANAAN

PENGOBATAN

Dalam pengobatan dermatitis statis dibeikan pengobatan kausatif dan simtomatis.

Pengobatan kausatif berupa penanganan pada sumbatan vena dapat melalui terapi

sederhana maupun dengan operasi, sedangkan simtomatis dapat menggunakan terapi


5
obat sistemik dan topikal

1. Sistemik

 Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat dikombinasikan

dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan sebagainya. Hidroksizin hidroklorida

10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.7

 Obat dermatititis yang utama adalah kortikosteroid. Kortikosteroid merupakan

hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan

sintetik analognya telah berkembang dengan pesat. Terutama diberikan pada

penyakit kasus akut dan berat.7

 Antibiotik diperlukan apabila terdapat infeksi sekunder.6


18
2. Topikal

Terdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:

 Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka),

bila subakut diberikan losio (bedak kocok), krim (terutama pada daerah

berambut), dan apabila kronik/kering diberikan zalf.

o Kompres, pertama-tama menggunakan kompres dingin dengan air keran dingin

atau larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan basah. Kenakan selama 20

menit tiga kali sehari. Hindari panas disekitar lesi. 6

o Losio topikal yang mengandung mentol, fenol, atau premoksin sangat berguna

untuk meringankan rasa gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak seperti

benzokain dan difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat digunakan antara

lain lasio atau obat semprot sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25%

dan fenol 0,25%. 7

o Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena tidak terlampau luas

atau bila kortikosteroid oral merupakan kontraindikasi. Pada serangan akut

dapat mengunakan steroid sedang sampai kuat (potensi sedang: mometasone

1% 2 kali sehari)8

 Makin berat atau akut penyakitnya, dapat dikombinasi dengan obat topical jenis

lain sesuai simtomnya.7

3. Rujukan; Pasien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons

terhadap terapi dan penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke

ahli kulit untuk tes tempel.8

19
4. Penatalaksanaan pada kondisi khusus pada dermatitis stasis

a) Pengobatan Kausatif terhadap gangguan sirkulasi dengan elevasi tungkai atau

menggunakan pembalut elastis.

Untuk mengatasi edema akibat varises, maka tungkai dinaikkan (elevasi)

sewaktu tidur atau duduk. Bila tidur kaki diusahakan agar terangkat melebihi

permukaan jantung selama 30 menit dilakukan 3-4 kali sehari untuk

memperbaiki mikrosirkulasi dan menghilangkan edema. Dapat pula kaki

tempat tidur disangga balok setinggi 15-20 cm (sedikit lebih tinggi dibanding

letak jantung). Apabila sedang menjalankan aktivitas, memakai kaos kaki

penyangga varises atau pembalut elastis.

b) Apabila lesi eksudatif, eksudat yang ada dapat dikompres terbuka dengan

permanganas kalikus 1/10.000 dan setelah kering diberi kortikosteroid topikal

potensi rendah sampai sedang.

c) Apabila terdapat infeksi sekunder maka dapat ditangani dengan pemberian

antibiotika sistemik.

G. KOMPLIKASI

Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus diatas maleolus

desebut ulkus venosum atau ulkus varikosum, dapat pula mengalami infeksi sekunder,

misalnya selulitis. Dermatitis stasis dapat diperberat karena mudah teriritasi oleh

bahan kontakan.7

20
H. PROGNOSIS
Dermatitis stasis sering merupakan penyakit dengan kondisi jangka panjang

(kronis). Kita bisa meminimalkan gejala dengan mengendalikan kondisi dan

pembengkakan.9

21
BAB III

KESIMPULAN

Dermatitis stasis adalah dermatitis sekunder yang penyebab utamanya akibat

insufiensi kronik vena dan hipertensi vena yang sering terjadi di ekstremitas bawah

(tungkai). Dermatitis stasis lebih banyak terjadi pada wanita usia pertengahan atau

lanjut lebih dari 50 tahun, kemungkinan karena efek hormonal serta kecenderungan

terjadinya thrombosis vena dan hipertensi contohnya saat kehamilan.

Dermatitis stasis dapat didiagnosa melalui pengolahan informasi anamnesis

dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik didapatkan gambaran khas berupa varises,

edema, hiperpigmentasi, ulserasi, purpura ekimosis, stocking eritroderma, dan

gambaran inverted champagne bottle serta diperkuat dengan pemeriksaan penunjang

pada tungkai bawah dengan USG doppler menjadikan diagnosis dermatitis stasis

dapat ditegakkan. Diagnosis dan tatalaksana yang tepat dapat mengurangi komplikasi

yang terjadi.

Pengobatan tidak hanya di titik beratkan kepada gejala yang terjadi, akan tetapi

pada penyebab dari dermatitis statis itu sendiri. Pengobatan medika mentosa dengan

menggunakan kortikosteroid, anti histamin, dan antibiotik dan juga non

medikamentosa dengan metode compress serta modifikasi posisi tidur untuk

mengurangi edema.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.
Indonesia: Jakarta
2. PERDOSKI. 2011. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI.
3. Fitzpatrick, T. B., Jonhson, R. A., Polano, M.K., Suurmond, D., Wolff, K. 1992.
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology: Common and Serious Disease
Second Edition. United States of America : Mc.Graw-Hill.
4. Daili, Emmy S. S., Menaldi, Sri L., Wisnu, Made. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum
di Indonesia : Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta Pusat : PT Medical Multimedia
Indonesia.
5. Rudikoff D, Steven RC, Scheinfeld N, 2014, Atopic Dermatitis and Eczematous
Disorders,United States of America : CRC Press.
6. Lyons F, Ousley Lisa, 2015, Dermatology for the Advanced Practice Nurse, New
York: LLC
7. Craft N, Lindy P, Fox, Lowell A, Goldsmith, et all., 2013, VisualDx: Essential Adult
Dermatology (VisualDx: The Modern Library of Visual Medicine), Visual Dx
8. Jean L. Joseph L, Ronald P, 2003, Dermatology, United States of America: Elsevier’s
Health Service Philadelphia.
9. Davey P., 2003, At a Glance Medicine, Jakarta:Gramedia

23

Anda mungkin juga menyukai