ERITRODERMA ec PSORIASIS
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin
Disusun oleh:
Pembimbing:
2022
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
LAPORAN KASUS
ERITRODERMA
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Waled Cirebon
Disusun Oleh :
Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Eritroderma”. Penulisan
Laporan Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Pendidikan Profesi
Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Waled
Cirebon. Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan
terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini saya menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggitingginya kepada:
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
Pekerjaan : Sudah Pensiun
Alamat : Kuningan
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 23 Mei 2023
B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA :
Gatal dan kemerahan di seluruh badan
- Riwayat keluahan berupa kulit gatal dan terkelupas di daerah siku pernah dialami
sebelumnya kurang lebih 1 bulan yang lalu dan tidak mengalami perubahan.
- Riwayat diabetes disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengeluh seperti ini hanya terdapat pada
pasien saja
- Riwayat diabetes disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat alergi disangkal
Pasien mandi dua kali sehari, riwayat menggunakan handuk yang sama
dengan anggota keluarga lain (-), Pasien selalu menjaga kebersihan tempat tidurnya.
Pasien jarang berkeringat. Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya.
C. STATUS GENERALIS
Kesadaran umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 60 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 o C
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas :Akral hangat, edema (- / -), sianosis (- / -)
D. STATUS DERMATOLOGI
Lokasi : ad regio seluruh tubuh
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
F. RESUME
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Waled dengan keluhan gatal
disertai dengan adanya bercak kemerahan di seluruh tubuh. Keluhan pertama kali
dirasakan sejak > 1 tahun yang lalu dan mulai dirasakan memberat selama 1 bulan
terakhir. Tidak ada faktor yang memperingan keluhan pasien. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan status generalis normal, status dermatologis tampak makula eritematosa
disertai skuama, jumlah multiple dengan batas tegas, dan tersebar generalisata.
G. DIAGNOSIS BANDING
- Psoriasis
- Tinea Corporis
- Dermatitis kontak alergi
H. DIAGNOSIS KERJA
- Eritroderma
I. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan laboratorium
J. TATALAKSANA
Medikamentosa
- R/ Cetirizine tab 10 mg No. VII
s/ 1 dd 1
- R/ Metotrexate tab 2.5mg No. VII
s/ 1 dd 1
- R/ Desoximetasone 0.25% tube No. I
s/ 1 dd 1 u.e
Non medikamentosa
K. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad functionam : bonam
- Quo ad sanactionam : bonam
BAB II TINJAUANA PUSTAK
TINJAUAN PUSTAKA A
a. Definisi
Dermatitis eksfoliatif (DE) adalah istilah definitif yang mengacu pada
dermatitis eritematosa penskalaan yang melibatkan 90% atau lebih dari
permukaan kulit. Dermatitis eksfoliatif ditandai oleh eritema dan penskalaan
yang melibatkan permukaan kulit dan sering mengaburkan lesi primer yang
merupakan petunjuk penting untuk memahami evolusi penyakit ini. Dokter
ditantang untuk menemukan penyebab dermatitis eksfoliatif dengan
memunculkan riwayat penyakit sebelum eritema dan penskalaan, dengan
memeriksa biopsi, dan dengan melakukan penelitian darah.3
b. Epidemiologi
Insidensi eritroderm antara 0.9 sampai 71.0 per 100.000 pasien. Dapat terjadi
pada laki-laki dan perempuan di umur 41 sampai 60 tahun. Preexisting dermatosis
berperan pada terjadinya eritroderma.2
c. Etiopatogenesis
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan
kulit yang paling luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler,
hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi
pembuluh darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi
dermatitis eksfoliativa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.1,3
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama (pelepasan lapisan
tanduk dari permukaan kulit sel-sel dalam lapisan basal kulit membagi diri
terlalu cepat dan sel-sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke
permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik/plak jaringan epidermis.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non-imunologik dan
imunologik(alergi). Tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada
mekanisme imunoligik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada
pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat
molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap
(hapten). Obat/metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu
dengan protein misalnya jaringan, serum/protein dari membrane sel untuk
membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi daoat berfungsi
langsung sebagai antigen lengkap.1,3
d. Gambaran klinis
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar protein dalam darah karena
eritroderma dapat menyebabkan kehilangan jaringan kulit atau skuama yang berlebih
yang mengakibatkan protein loss dengan kata lain menyebabkan hipoalbumin.1
g. Tatalaksana
1. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabkan terjadinya
penyakit ini.
2. Rawat pasien di ruangan yang hangat.
3. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misalnya
dehidrasi, gagal jantung, dan infeksi).
4. Biopsi kulit untuk menegakkan diagnosis pasti.
5. Berikan steroid sistemik jangka pendek (bila pada permulaan sudah dapat
didiagnosis adanya
6. psoriasis, maka mulailah mengganti dengan obat-obat anti-psoriasis.
7. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang
melatarbelakanginya.
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I,
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg- 4 x
10 mg. Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari – beberapa
minggu. Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan
kortikosteroid. Dosis mula prednison 4 x 10 mg- 4 x 15 mg sehari. Jika setelah
beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat
pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan.
Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan,
jadi tidak secepat seperti golongan I.1
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortokosteroid memberi hasil yang
baik. Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrome Sezary pengobatannya
terdiri atas kortikosteroid dan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan
dosis 2-6 mg sehari. Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi
protein, karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan
kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh
eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%. 1
h. Prognosis
Prognosis bergantung dari etiologi yang mendasari. Eritroderma yang
termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik, prognosisnya baik.
Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan golongan yang lain.
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan
kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, penderita akan mengalami
ketergantungan kortikosteroid.1,3
1.
DAFTAR PUSTAKA