Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

DERMATITIS ATOPIK

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Disusun oleh:
Muhammad Jafar Shodiq 123810108

Pembimbing:
dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
CIREBON
2023
LEMBAR PENGESAHAN
KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

LAPORAN KASUS
DERMATITIS ATOPIK

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Waled Cirebon

Disusun Oleh:
Muhammad Jafar Shodiq 123810108

Cirebon, November 2023

Pembimbing,

dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Dermatitis Atopik”. Penulisan Laporan Kasus ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Cirebon. Saya
menyadari sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan
terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini saya menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah memberikan sarana dan
prasarana kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
2. dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya.
3. Orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan do’a, dukungan
moral maupun material.
4. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan kasus
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon, November 2023
Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

BAB I LAPORAN KASUS .................................................................................... 1

A. IDENTITAS ................................................................................................... 1

B. ANAMNESIS ................................................................................................. 1

C. STATUS GENERALIS .................................................................................. 2

D. STATUS DERMATOLOGI........................................................................... 3

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................... 4

F. RESUME ........................................................................................................ 4

G. DIAGNOSIS BANDING ............................................................................... 5

H. DIAGNOSIS KERJA ..................................................................................... 5

I. PENATALAKSANAAN ............................................................................... 5

J. PROGNOSIS .................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Z
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 7 tahun
Alamat : Babakan
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 15 November 2023

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama : gatal di tangan kanan dan kiri, lengan bawah kanan dan
kiri, dan wajah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Waled dengan


keluhan gatal di lengan bagian bawah kanan dan kiri, tangan kanan dan
kiri, dan wajah. Keluhan dirasakan 1 tahun yang lalu hilang timbul.
Awalnya bintil-bintil kecil pada daerah tangan kemudian di garuk sampai
kemerahan dan timbul luka, keluhan memberat ketika berkeringat.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan serupa disangkal
- Riwayat penyakit kulit sebelumnya disangkal
- Riwayat alergi makanan (+), obat obatan di sangkal
- Riwayat penyakit asma disangkal

1
2

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat penyakit serupa di keluarga disangkal
- Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal
- Riwayat asma di keluarga disangkal

C. STATUS GENERALIS

Keadaaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran
Ekstremitas : Akral hangat, edema ( ), sianosis ( ), nyeri (-)
3

D. STATUS DERMATOLOGI

Lokasi

Distribusi regional pada antebrachi dextra et sinistra, manus dextra et


sinistra, dan facialis

- a/r antebrachi dextra et sinistra : terdapat lesi multipel sebagian diskret


sebagian konfluens dengan bentuk tidak beraturan dengan ukuran
plakat, batas tegas dan kering. Ukk tampak macula eritem, urtika
disertai ekskoriasi dan skuama

Gambar 1. Status Dermatologis a/r antebrachi dextra


- a/r dorsum manus dextra et sinistra : terdapat lesi multiple konfluens
dengan bentuk tidak beraturan, ukuran soliter, batas tegas menimbul
dan kering. Ukk Nampak hiperpigmentasi disertai ekskoriasi,
likenifikasi, dan krusta

Gambar 2. Status Dermatologis a/r dorsum manus dextra et sinistra


4

- a/r facialis :terdapat lesi multiple diskret, bentuk tidak beraturan,


ukuran numular, batas tegas,ukk terdapat nodul eritem disertai pustule
di tengah, ekskoriasi dan terdapat squama

Gambar 3. Status Dermatologis a/r facialis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien

F. RESUME

Pasien dating ke poliklinik dan kelamin RSUD Waled dengan


keluhan gatal di tangan kanan dan kiri, lengan bawah kanan dan kiri,
dan wajah. Keluhan dirasakan hilang timbung sejak 1 tahun yang
lalu. Awalnya hanya bintil bintil kecil yang gatal di tangan kemudian
digaruk sampai luka dan mengeluarkan darah, keluhan memberat
ketika berkeringan dan pada malam hari. pasien memiliki riwayat
alergi makanan laut.
Pada pemeriksaan fisik didaparkan status generalis normal
dan pada status dermatologis a/r antebrachi dextra et sinistra tampak
macula eritem, urtikari, disertai eskoriasi dan skuama, a/r manus
dextra et sinistra Nampak hiperpigmentasi disertai eskoriasi dan
likenifikasi, dan a/r fascialis terdapat nodul eritem disertai pustule di
tengah, dan terdapat squama.
5

G. DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis kontak alergi


Dermatitis kontak iritan
Dermatitis numularis
Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar)
Skabies

H. DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Atopik

I. PENATALAKSANAAN

Non-medikamentosa
- Menghindari pencetus timbulnya keluhan.
- Menjaga kebersihan.
- Kontrol kembali 1 minggu kemudian atau apabila keluhan bertambah
berat.
Medikamentosa
- Terapi sistemik :
R/ Cetirizine 10 mg No.VII
S 1 dd 1 p.c (malam hari)
R/ Metilprednisolon 8 mg No.VII
S 1 dd 1 p.c (pagi hari)
- Terapi topical :
R/ Desoximethasone 0,25% 10 gr tube No. I S 2 dd 1 ue
J. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis
residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di
wajah pada bayi (fase infantile) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase
anak). Dermatitis atopik kerap terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50%
menghilang pada saat remaja, kadang dapat menetap, atau bahkan baru mulai
muncul saat dewasa. Istilah “atopy” telah diperkenalkan oleh Coca dan
Cooke pada tahun 1923, asal kata “atopos” (out of palace) yang berarti
berbeda; dan yang dimaksud adalah penyakit kulit yang tidak biasa, baik
lokasi kulit yang terkena, maupun perjalanan penyakitnya.(1)
Penyakit kulit inflamasi kronis yang terutama dimulai pada masa kanak-
kanak dengan perjalanan alami yang bervariasi. Gatal adalah gejala khas dari
penyakit ini, seringkali tak kunjung reda dalam kasus yang parah, dan
menyebabkan gangguan tidur dan kulit yang rentan infeksi. Pasien dengan
dermatitis atopik seringkali juga memiliki komorbiditas atopik seperti asma
alergi dan rinitis alergi dan mengalami gangguan kualitas hidup yang
signifikan.(2)

B. Epidemiologi Dermatitis Atopik


Sulit memperoleh data akurat mengenai epidemiologi, insidens, maupun
prevalensi di Indonesia. Data kunjungan pasien baru dermatitis atopik
(diagnosis ditetapkan dengan kriteria Hanifin Rajka) kelompok usia 0-14
tahun di Divisi Kulit Anak, Poliklinik Departemen IK Kulit dan Kelamin,
RSCM, pada periode tahun 2005, 2006, 2007. Prevalensi DA bervariasi,
sebagai contoh prevalensi DA yang diteliti di Singapura tahun 2002
menggunakan kriteria United Kingdom (UK) Working Party pada anak
sekolah (usia 7-12 tahun) sebesar 20,8% dari 12.323 anak. Penelitian di
Hannover (Jerman) prevalensi DA (menggunakan kriteria Hanifin Rajka)
pada anak sekolah (5-9 tahun) ditemukan sebesar 10.5% dari 4219 anak.(1)

6
7

Kelainan ini terjadi sekitar 5-20% dari seluruh kasus dermatitis pada
tangan. Dapat dijumpai di hampir seluruh dunia, lebih banyak pada ras Asia,
lebih banyak pada wanita. Biasanya lebih sering di iklim panas, selama
musim semi dan musim panas. (1,3)

C. Klasifikasi Dermatitis Atopik


Klasifikasi dermatitis atopic umunya didasarkan atas keterlibatan organ
tubuh, dermatitis atopic murni hanya terdapat di kulit, sedangkan dermatitis
atopic dengan kelainan di organ lain, misalnya asma bronkial, rhinitis
alergika, serta hipersensitivitas terhadap berbagai allergen polivalen (hirup
dan makanan). Bentuk DA murni terdiri atas 2 tipe, yaitu tipe DA instrinsik
dan ekstrinsik. DA instrinsik adalah DA tanpa bukti hipersensitivitas terhadap
allergen polivalen dan tanpa peningkatan kadar IgE total di dalam serum.
Tipe kedua adalah DA ekstrinsik, bila terbukti pada uji kulit terdapat
hipersensitivitas terhadap allergen hirup dan makanan. (1)

D. Etiologi Dermatitis Atopik


Timbulnya inflamasi dan rasa gatal merupakan hasil interaksi berbagai
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor predisposisi
genetik (melibatkan banyak gen) yang menghasilkan disfungsi sawar kulit
serta perubahan pada sistem imun, khususnya hipersensitivitas terhadap
berbagai allergen dan antigen mikroba. Faktor psikologis dapat merupakan
penyebab atau sebagai dampak dermatitis atopic. Faktor hygiene akhir-akhir
ini diduga merupakan salah satu faktor dermatitis atopic di dalam keluarga. (1)
Etiologi dermatitis atopik masih belum jelas, berbagai faktor dikemukakan
oleh berbagai penulis, seperti : genetik, alergik, fisiologik, farmakologik atau
psikis. Keadaan yang demikian ini dapat memberikan suatu gambaran bahwa
dermatitis atopik merupakan penyakit yang multifaktorial. (2)

E. Faktor Risiko Dermatitis Atopik


Faktor resiko terjadinya dermatitis atopic antara lain :
1. Wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1,3 : 1).
8

2. Riwayat atopi pada pasien dan/atau keluarga (rhinitis alergi,


konjungtivits alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopic, dan
lain-lain).
3. Faktor lingkungan, jumlah keluarga kecil, Pendidikan ibu semakin
tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan
meningkatnya penggunaan antibiotik.
4. Riwayat sensitive terhadap wol, bulu kucing, anjing ayam, burung, dan
sejenisnya.(4)
Faktor pemicu terjadinya dermatitis atopic antara lain :
1. Makanan (telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah).
2. Tungau debu rumah.
3. Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi
Staphylococcus aureus).(4)

F. Patofisiologi Dermatitis Atopik

Gambar 4. Hubungan disfungsi sawar kulit dan pathogenesis dermatitis


atopik
9

Patofisiologi Interaksi kompleks dari faktor-faktor seperti, skin barrier,


genetik, lingkungan, farmakologis, dan imunologi. Reaksi hipersensitivitas
tipe I (yang dimediasi IgE) sebagai akibat dari pelepasan zat vasoaktif dari
sel mast dan basofil yang disensitisasi oleh interaksi antigen dengan IgE
(antibodi reagenik atau peka kulit). Reseptor IgE afinitas tinggi pada sel
Langerhans dapat memediasi reaksi seperti eksim. DA akut dikaitkan dengan
dominasi ekspresi interleukin (IL) 4 dan IL-13, dan inflamasi kronis pada DA
dengan peningkatan IL-5, faktor perangsang koloni granulosit-makrofag, IL-
12, dan interferon-y. Jadi, peradangan kulit pada DA menunjukkan pola
bifasik aktivasi sel-T. (2)

G. Manifestasi Klinis Dermatitis Atopik


Dermatitis umumnya memiliki onset akut, dengan ruam merah, basah dan
berkusta. Ruam cenderung menampakan bentuk kronis dari dermatitis,
dengan tekstur kering, menebal, warna abu-abu kecoklatan, dan bersisik.
Ruam cenderung lokal pada lipatan-lipatan ekstremitas besar saat klien
bertambah usia.(2)

Gambar 5. Lokasi predileksi berdasarkan usia


10

H. Diagnosis Dermatitis Atopik


Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang harus terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minior dari kriteria
Williams sebagai berikut: (4)

Tabel 1. Kriteria Mayor dan Minor dari Kriteria Williams

Kriteria Mayor Kriteria Minor


• Pruritus • Xerosis
• Dermatitis di muka atau • Infeksi kulit (khususnya
ekstensor pada bayi S.aureus dan virus herpes
• Dermatitis di fleksura pada simpleks)
dewasa • Dermatitis non-spesifik pada
• Dermatitis kronis atau tangan atau kaki
berulang • Iktiosis/hiperliniar
• Riwayat atopi pada penderita palmaris/keratosis pilaris
atau keluarganya • Pitiriasis alba
• Dermatitis di papilla mamae
• White dermographism dan
delayed blanch response
• Keilitis
• Lipatan infra orbital Dennie-
Morgan
• Konjungtivitis berulang
• Keratokonus
• Katarak subkapsular anterior
• Orbita menjadi gelap
• Muka pucat atau eritem
• Gatal bila berkeringat
• Intolerant terhadap wol atau
pelarut lemak
11

• Aksentuasi perifolikular
• Hipersensitif terhadap
makanan
• Perjalanan penyakit
dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan atau emosi
• Tes kulit alergi tipe diadakan
positif
• Kadar IgE dalam serum
meningkat
• Awitan pada usia dini

Pada bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi :

Kriteria Mayor Kriteria Minor


• Riwayat atopi pada keluarga • Xerosis/iktiosis/hiperliniaris
• Dermatitis pada muka dan palmaris, aksentuasi
ekstensor perifolikular
• Pruritus • Fisura di belakang telinga
• Skuama di scalp kronis

I. Diagnosis Banding Dermatitis Atopik


1) Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi mungkin secara klinis tidak dapat
dibedakan dari bentuk eksim tangan lainnya, dan tes tempel harus
dipertimbangkan untuk mereka yang memiliki bentuk penyakit berulang,
atipikal, atau persisten. Dalam studi terbaru dari 422 pasien dengan eksim
tangan, sepuluh alergen paling umum dengan uji tempel positif adalah
nikel, kobalt, campuran thiuram, balsam Peru (Myroxylon pereiraeresin),
12

formaldehida, kolofoni, kalium dikromat, benzoil peroksida, fragrances


methylchloroisothiazolinone/ methylisothiazolinone, dan sesquiterpene
lactone mix. Meski sering dianggap, deterjen cucian jarang menyebabkan
dermatitis kontak alergi.(3)
2) Dermatitis Kontak Iritan
Iritasi sejauh ini merupakan penyebab paling umum dari dermatitis
tangan yang sering diperburuk oleh pajanan di tempat kerja. Dermatitis
iritan biasanya simetris dan kronis, dan mempengaruhi ujung jari
dorsal.(3)
3) Dermatitis Numularis
Dermatitis numularis adalah dermatosis eksim pruritus yang
ditandai dengan lesi multiple bernbentuk koin. Dermatitis nummularis
juga disebut sebagai eksim nummular, eksim discoid dan eksim mikroba.
Dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong,
berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah
pecah sehingga basah (oozing).(1, 5)
4) Hand and Foot Dermatitis (Dermatitis dishidrotik)
Dermatitis dishidrotik adalah bentuk dermatitis tangan dan kaki
yang ditandai dengan akumulasi cairan berupa vesikel atau bula. Kelainan
ini jarang terjadi pada usia pertengahan; tersering menyerang usia dewasa
dan dewasa muda. Ciri khas kelainan ini yaitu vesikel “tapioca-like” yang
gatal dengan onset tiba-tiba; pada keadaan lanjut dapat ditemukan fisura
dan likenifikasi.(1)
5) Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar)
Lesi klasik psoriasis adalah plak eritematosa berbatas tegas,
meninggi, diselubungi oleh skuama putih. Predileksi khas seperti pada
siku, lutut, serta sakrum, tapi dapat juga ditemukan di seluruh tubuh. (1)
6) Skabies
Lesi kulit pada daerah predileksi. Lesi kulit: terowongan
(kunikulus) berbentuk garis lurus atau berkelok, warna putih atau abu-abu
dengan ujung papul atau vesikel. Apabila terjadi infeksi sekunder timbul
13

pustul atau nodul. Daerah predileksi pada tempat dengan stratum


korneum tipis, yaitu: sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak, areola mamae, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat mengenai wajah,
skalp, telapak tangan dan telapak kaki.(1)
7) Tinea manum pedis
Gatal pada tangan dan kaki terutama sela jari, kulit bersisik, basah
dan mengelupas. Bentuk tersering dari tinea pedis adalah tipe
interdigitalis. Terdapat skuama, maserasi, dan eritema pada darerah
interdigital dan sub digital terutama pada tiga jari lateral. (1)

J. Pemeriksaan Penunjang Dermatitis Atopik


Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada keraguan klinis.
Peningkatan kadar IgE dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15%
orang sehat, demikian pula kadar eosinophil, sehingga tidak patognomonik.
Uji kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap debu atau
makanan tertentu, bukan untuk diagnostik.

K. Tatalaksana Dermatitis Atopik


Masalah pada DA sangat kompleks sehingga dalam penatalaksanaannya
perlu dipertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi, upaya preventif
atau terapi kausal sesuai etiologi, dan sebagian patogenesis penyakit yang
telah diketahui. Kongres Konsensus lnternasional Dermatitis Atopik ke II
(International Consensus Conference on Atopic Dermatitis II/ICCAD II) di
New Orleans, 2002, telah menyepakati pedoman terbaru terapi DA, dengan
memperhatikan:
1. Efektivitas obat sistemik yang aman, bertujuan untuk mengurangi rasa
gatal, reaksi alergik dan inflamasi. Sebagai terapi sistemik dapat
diberikan antihistamin (generasi sedatif atau non-sedatif sesuai
kebutuhan) dan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid sistemik bukan
merupakan hal yang rutin, digunakan terutama pada kasus yang parah
atau rekalsitrans, dengan memperhatikan efek samping jangka panjang.
14

2. Jenis terapi topikal, berupa:


• Kortikosteroid (sebagai anti inflamasi, antipruritus dan
imunosupresif, dipilih yang aman untuk dipakai dalam jangka
panjang). Bahan vehikulum disesuaikan dengan fase dan kondisi
kulit.
• Pelembab (digunakan untuk mengatasi gangguan sawar kulit)
• Obat penghambat kalsineurin (pimekrolimus atau takrolimus)
3. Kualitas kehidupan dan tumbuh kembang anak. Secara singkat dapat
diikuti alogaritme atau bagan alur konsep terapi mutakhir
penatalaksanaan DA pada anak.(1)

L. Komplikasi Dermatitis Atopik


Dermatitis atopik yang mengalami perluasan dapat menjadi eritroderma.
Atrofi kulit (striae atroficans) dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid
jangka panjang.(1)

M. Prognosis Dermatitis Atopik


Kebanyakan DA yang dimulai pada masa kanak-kanak memiliki tingkat
keparahan ringan, dan tinjauan studi kohort menemukan bahwa 80% kasus
mengalami masa remisi untuk sementara, pada usia 10 tahun. Bagaimanapun
dermatitis atopik dapat bertahan atau muncul kembali di masa dewasa. Faktor
risiko yang dilaporkan dapat memprediksi perjalanan penyakit yang menetap
termasuk keparahan penyakit, onset penyakit di kemudian hari, mutasi
genetik pada gen FLG atau FLG-2, dan sensitisasi alergi dini. Tidak diketahui
apakah pengobatan DA secara dini atau agresif mengubah perjalanan alami. (2)
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaidi LS, Bramono K, Indiatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
2. American Academy of Dermatology. Eczema: Types and Treatment.
Mayo Clinic; 2019.
3. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis Of
Clinical Dermatology, 8th ed. The McGraw Hill Companies; 2012.
4. Panduan Praktik Klinis. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
5. Hardin AC, Love WL, Farci F. Nummular Dermatitis. StatPearls Publishing,
National Instittute of Health; 2020.

15

Anda mungkin juga menyukai