Pembimbing :
Di Susun Oleh :
Raja Asdika
21174023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul “TINEA
PEDIS” Shalawat beserta salam penulis tujukan ke pangkuan Nabi Muhammad S.A.W
yang telah membawa manusia ke zaman yang berpendidikan dan terang benderang.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior
pada Bagian / SMF Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama Aceh di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh. Selama
penyelesaian referat ini penulis selalu mendapat bantuan dan pengarahan dari
pembimbing yang bertanggung jawab. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada dr. Surya Nola, M.Ked (DV), Sp.DV yang telah banyak
meluangkan waktu agar referat ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan referat lain nantinya dan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga
Allah S.W.T selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
2.1 Definisi...................................................................................................................9
2.2 Epidemiologi..........................................................................................................9
2.3 Etiologi...................................................................................................................10
2.4 Patogenesis.............................................................................................................10
2.5 Diagnosis................................................................................................................14
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................16
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
3
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Rauzah
Umur : 42 tahun
No.RM : 006685
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/Suku : Aceh
Kawin/Tdk Kawin : Menikah
Pekerjaan : IRT
Kegemaran :-
Alamat : Teubang Phui
Agama : Islam
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal memberat pada malam hari di area punggung kaki,
paha, perut dan lengan bawah dirasakan sejak 5 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan : Pada area yang dirasa keluhan terasa sensasi panas.
4
Riwayat Penyakit Terdahulu : Disangkal
1.3 PEMERIKSAAN
A. Status Generalisata
Keadaan Spesifik
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Genitalia : Dalam batas normal
Thoraks : Dalam batas normal
Ekstremitas : Terdapat lesi bulat dan lonjong, berbatas tegas, dengan
warna yang sudah menghitam, disertai papul.
.
B. Status Dermatologikus
Ruam
5
Primer : - Bentuk : lesi bulat dan lonjong, berbatas tegas, dengan
papul
- Ukuran: plakat
- Susunan: soliter
- gambaran khas : central healing
PEMERIKSAAN LABORATORIK : -
Rutin :-
Khusus : - Kerokan kulit dengan KOH 20%
- Kultur
Ringkasan : Pecah-pecah pada sela-sela jari kaki dan telapak kaki
kiri yang semakin meluas sejak 2 tahun yang lalu . Pada
area yang dirasa keluhan terasa sensasi gatal dan timbul
bercak yang kering. Bercak tersebut semakin lama semakin
meluas dan kulit kaki menjadi bersisik dan pecah-pecah.
Pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut.
Kemudian kulit kaki yang pecah-pecah dan bersisik
tersebut sedikit bertambah melebar dan terasa gatal. Sela
jarinya pun mengalami perubahan warna menjadi warna
suram dan rapuh.
Ruam primer :
- Bentuk : makula, berbatas tegas, dengan maserasi
6
- Ukuran: numular
- Susunan: soliter
- Gambaran khas : central healing
Ruam sekunder :
- Bentuk: skuama, erosi dan ekskoriasi
- Ukuran: numular
- Susunan: soliter
2. Untuk menjaga kebersihan diri, terutama kaki yang sedang mengalami sakit
4. Minum obat teratur dan kontrol kembali setelah 7 hari untuk mengetahui respon
pengobatan.
Khusus :
1. NaCl 0,9% + kassa steril (untuk kompres)
7
Pemeriksaan Anjuran : Kerokan Kulit KOH 20%,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Berbagai jenis jamur dapat berkembang biak di kulit, istilah medisnya adalah
dermatomikosis yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit. Sedangkan
dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
Dermatofitosis adalah salah satu kelompok jamur dermatomikosis superficialis yang
disebabkan oleh jamur dermatofit, dan merupakan reaksi pejamu terhadap produk metabolit
jamur dan karena invasi oleh suatu organisme pada jaringan tubuh. Tinea pedis atau sering
disebut athelete foot adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan
telapak kaki. Tinea pedis adalah dermatofitosis yang biasa terjadi.1,3,4
2.2. Epidemiologi
Disebabkan oleh Trichophyton rubrum, selain itu juga bisa disebabkan oleh
Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum. Namun, penyebab utama
dari setiap pasien rumit dengan adanya jamur saprofit, ragi dan/ bakteri. Telah di observasi
bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit. Kondisi
seperti umur, obesitas, diabetes melitus juga mempunyai dampak negatif terhadap
kesehatan pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan
terjadinya tinea pedis. Diabetes melitus itu sendiri dikategorikan sebagai Prevalensi tinea
pedis meningkat seriring dengan bertambahnya usia, lebih sering pada orang dewasa
berusia 31-60 tahun, dan jarang terjadi pada anak. Risiko tinea pedis telah terbukti lebih
tinggi pada pria dibandingkan pada wanita, dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang. Dari empat tipe tinea pedis, tipe interdigitalis merupakan tipe yang paling
sering terjadi.5
2.3. Etiologi
Tinea pedis paling sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum, selain itu juga bisa
disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum. Namun,
penyebab utama dari setiap pasien rumit dengan adanya jamur saprofit, ragi dan/ bakteri.
Telah di observasi bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen infeksi selain
9
dermatofit. Kondisi seperti umur, obesitas, diabetes melitus juga mempunyai dampak
negatif terhadap kesehatan pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan
meningkatkan terjadinya tinea pedis. Diabetes melitus itu sendiri dikategorikan sebagai
penyebab infeksi, pasien dengan penyakit ini 50% akan terkena infeksi jamur.1,4
2.4. Patogenesis
Patogenesis tinea pedis sama dengan patogenesis dermatofit secara umum. Terjadinya
infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu: perlekatan pada keratinosit, penetrasi
melewati dan di antara sel, serta pembentukan respon pejamu.1,2
10
dan imunitas adaptif yang memberikan respons lambat. Pada kondisi individu
dengan sistem imun yang lemah (immunocompromized), cenderung mengalami
dermatofitosis yang berat atau menetap. Pemakaian kemoterapi, obat-obatan
transplantasi dan steroid membawa dapat meningkatkan kemungkinan terinfeksi
oleh dermatofit non patogenik.1,2
Gambar 1. Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat opaque putih dan
beberapa erosi1
11
Gambar 2. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki1
2. Moccasin foot1,4,7,8
- Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit
menebal dan bersisik halus dan seperti bedak
- Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi
- Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikel
12
3. Vesiculo bulosa1,4,7,8
Gambar 4. Tinea pedis tipe bulosa. Vesicle pecah, bula, eritema, dan erosi pada
bagian belakang dari ibu jari kaki1
13
Gambar 5. Tinea pedis tipe akut ulcerasi1
2.6. Diagnosis
Diagnosis dari tinea pedis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Untuk anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat perlu diperhatikan manifestasi
klinis yang dialami pasien. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya dengan cara
kulit dikerok untuk preparat KOH, kultur dari daerah yang terinfeksi, dan Tes PAS
(Periodic Acid Schiff Stain).1,3,9
1. KOH
Hasil preparat KOH biasanya positif di beberapa kasus dengan maserasi pada kulit.
Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa bersepta atau bercabang,
arthrospore, atau dalam beberapa kasus, sel budding menyediakan bukti infeksi
jamur.4,7
2. Kultur
Kultur dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA (sabouraud’s dextrose agar).
pH asam dari 5,6 untuk media ini menghambat banyak spesies bakteri dan dapat
dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol. Ini dapat selesai
2-4 minggu. Dermatophyte test medium (DTM) digunakan untuk isolasi selektif dan
mengenali jamur dermatofitosis adalah pilihan lain diagnostik, yang bergantung
pada indikasi perubahan warna dari oranye ke merah untuk menandakan kehadiran
dermatofit.4,7
14
3. Tes PAS (Periodic Acid Schiff Stain)
PAS menunjukkan dinding sarat polisakarida dari organisme jamur yang terkait
dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan
untuk mendeteksi protein terikat karbohidrat (glikoprotein). Tes ini dilakukan
dengan mengekspos jaringan dari berbagai substrat untuk serangkaian reaksi
oksidasi-reduksi, sebagai hasil akhir, elemen positif seperti karbohidrat, bahan
membran basement menjadi permen apel merah (candy apple red). Komponen
kontras positif PAS ini tajam terhadap latar belakang biru merah muda. Tidak
seperti kultur pada SDA, hasil PAS dapat selesai sekitar 15 menit. PAS juga telah
menjadi tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk tinea pedis, dengan
keberhasilan 98,8% dengan biaya paling efektif.7
15
2.8. Penatalaksanaan
1. Topikal
Tinea pedis biasanya diobati dengan krim antijamur topikal selama 4 minggu;
tinea pedis interdigital mungkin hanya memerlukan 1 minggu terapi. Berbagai
antijamur topikal efektif terhadap tinea pedis termasuk azoles, allylamines,
butenafine, ciclopirox, tolnaftate, dan amorolfine. Sebagaimana dibuktikan oleh
hasil meta-analisis menemukan bukti kuat bahwa agen antijamur topikal lebih baik
dari plasebo. Sebuah metaanalisis dari 11 percobaan acak menyimpulkan bahwa
pengobatan dengan terbinafine atau naftifine menghasilkan tingkat kesembuhan
yang sedikit lebih tinggi dari pengobatan dengan azol. Luliconazole, antijamur azol
memiliki tindakan fungisida terhadap spesies trichophyton mirip dengan atau lebih
dari itu dari terbinafine. Nistatin tidak efektif untuk pengobatan infeksi dermatofit.
Naftifine hidroklorida gel juga ditemukan efektif baik untuk jenis tinea pedis
interdigital dan moccasin.11
Selain antijamur, burrow (aluminium asetat 1% atau aluminium subasetat 5%)
wet dressing, diterapkan selama 20 menit 2-3 kali / hari, dapat membantu jika
terjadi vesikulasi atau maserasi.11
2. Sistemik
Terapi topikal kurang efektif dibandingkan antijamur oral untuk pengobatan
tinea pedis, dan pengobatan oral biasanya diberikan selama 4- 8 minggu. Dalam
review sistematis, khasiat antijamur oral terbinafine ditemukan lebih efektif
daripada griseofulvin, sedangkan khasiat terbinafine dan itrakonazol serupa.1,10,11
Dosis yang dapat diberikan adalah:
- Terbinafine 250 mg/hari untuk 2 minggu
- Itraconazole 200 mg, 2 kali sehari untuk 1 minggu, atau 200 mg per hari untuk 3
minggu, atau 100 mg per hari untuk 4 minggu. Untuk dosis anak diberikan 5 mg/kgbb/hari
untuk 2 minggu.
16
- Fluconazole 150 mg/minggu untuk 4 minggu1,10,11
17
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien mengeluhkan timbul bercak Tinea Pedis adalah penyakit yang juga
kemerahan di sela-sela antara jari IV dan V dikenal dengan istilah athlete’s
kaki kiri. Bercak tersebut kering dan gatal. foot. Penyakit ini menyebabkan munculnya
Bercak tersebut semakin lama semakin kerak, kulit yang bersisik/berkerak atau
meluas dan kulit kaki menjadi bersisik dan melepuh, serta rasa gatal pada area kaki
pecah-pecah. yang terinfeksi.
TATALAKSANA : Farmakologi
1. NaCl 0,9% + kassa steril (untuk
Sebuah metaanalisis dari 11 percobaan
kompres)
acak menyimpulkan bahwa pengobatan
2. Naftifine hidroklorida gel
dengan terbinafine atau naftifine
3. Terbinafine 250 mg/hari
menghasilkan tingkat kesembuhan yang
4. Itraconazole 2 X 200 mg
sedikit lebih tinggi dari pengobatan dengan
18
azol. Nistatin tidak efektif untuk
pengobatan infeksi dermatofit. Naftifine
hidroklorida gel juga ditemukan efektif
baik untuk jenis tinea pedis interdigital dan
moccasin.
Nonfarmakologi
1. Tidak menggaruk atau mengelupas
luka
2. Untuk menjaga kebersihan diri,
terutama kaki yang sedang mengalami
sakit
3. Hindari penggunaan sepatu tertutup
selama proses pengobatan dan
mempercepat proses penyembuhan
19
BAB IV
KESIMPULAN
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan
telapak kaki. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada laki-laki usia dewasa dan jarang pada
perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu
dan berkaos kaki disertai berada di daerah tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan
jamur makin subur. Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum (umumnya),
Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum.
Gambaran klinis dapat dibedakan berdasarkan tipe interdigitalis, moccasion foot, lesi
vesikobulosa, dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood dan ditemukan adanya hifa bersepta atau
bercabang, arthrospore, atau dalam beberapa kasus, sel budding menyediakan bukti infeksi
jamur. Diagnosis banding dapat berupa, psoriasis, dermatitis kontak, dishidrosis pada kaki,
keratoma, kandidiasis, dan eritrasma. Penatalaksanaan yang dapat diberikan adalah untuk
topikal, terbinafine atau naftifine menghasilkan tingkat kesembuhan yang sedikit lebih
tinggi dari pengobatan dengan golongan azol, sedangkan untuk sistemik antijamur oral
terbinafine dan itrakonazol ditemukan lebih efektif daripada griseofulvin. Salah satu
pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga agar kaki tetap dalam keadaan
kering dan bersih, hindari lingkungan yang lembab dan pemakaian sepatu yang terlalu
lama.
20
DAFTAR PUSTAKA
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ diseases of the skin. 11th ed.
Elsevier. US. 2011. p293-295.
9. Claire JC, Patricia MB. Tinea Pedis (athelete’s foot). The health care of
homeless person. Boston. 2012. p151-154.
10. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology. 2nd ed. Elsevier. USA.
2008.
11. Sahoo AK, Mahajan R. Management of tinea corporis, tinea cruris, and tinea
pedis: A comprehensive review. Indian Dermatol Online J. 2016 Mar-Apr;
21
7(2): 77–86.
22