Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KULIT & KELAMIN REFERAT DAN CASE REPORT

TIM KOORDINASI PENDIDIKAN Makassar, Mei 2021


RS IBNU SINA MAKASSAR

ERISEPELAS

Oleh:

Muh Arief Wahyu Adama

111 20202 153

Supervisor :

Dr.dr. Nurelly Waspodo, Sp.KK, FINDSDF, FAADV, SH

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KULIT & KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
refarat dan laporan kasus ini dengan judul “Erisipelas” sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin
Selama persiapan dan penyusunan laporan kasus ini rampung, penulis
mengalami kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran,
dan kritik dari berbagai pihak akhirnya refarat ini dapat terselesaikan serta tak
lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
tulisan ini.
Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan
rahmat yang melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Saya berharap sekiranya makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Makassar, Mei 2021


Hormat Saya,

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

BAB II LAPORAN KHASUS.........................................................................2

2.1 Identitas Pasien.......................................................................................2


2.2 Anamnesis...............................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................4
2.4 Penatalaksanaan.....................................................................................5
2.5 Follow up……….......................................................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................7
3.1 Definisi......................................................................................................7
3.2 Epidemiologi............................................................................................7
3.3 Etiologi .....................................................................................................7
3.4 Patofisiologi ............................................................................................8
3.5 Gejala klinis …….....................................................................................8
3.6 Diagnosis.................................................................................................9
3.6.1 Anamnesis............................................................................................9
3.6.2 Pemeriksaan Fisik................................................................................9
3.7 Penatalaksanaan...................................................................................10
3.8 Diagnosis Banding................................................................................11
3.9 Komplikasi……….................................................................................11
3.10 Pencegahan..........................................................................................11

iv
3.11 Prognosis............................................................................................12
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

v
BAB I

Erisipelas adalah infeksi yang relatif umum pada dermis atas dan

limfatik superfisial. Daerah yang terkena nyeri tekan dan eritematosa

tegang, dengan batas yang jelas dengan limfadenopati regional. Erisipelas

paling sering terjadi pada ekstremitas bawah atau wajah. Kekasih kulit

lokal dikaitkan dengan tanda dan gejala umum seperti malaise, mual,

menggigil, dan demam. Diagnosis didasarkan pada tanda-tanda klinis.(1)

Erisipelas telah didefinisikan dalam 3 cara berbeda. Pertama,

perbedaan antara erisipelas dan selulitis adalah kedalaman infeksinya.

Erisipelas adalah infeksi yang lebih dangkal yang mengenai dermis

superfisial, termasuk limfatik superfisial. Ini berbeda dengan selulitis, yang

melibatkan dermis retikuler lebih dalam dan lemak subkutan. Erisipelas

memiliki batas peradangan yang lebih jelas. Definisi kedua dari erisipelas

hanya mengacu pada selulitis wajah. Definisi ketiga dari negara-negara

Eropa menganggap erysipelas sebagai sinonim untuk selulitis yang

mempengaruhi area kulit manapun.(2)

BAB II

1
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 42Tahun
Alamat :-
Pekerjaan :-
Status Pernikahan :-
Agama :-

2.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama : keluhan bercak merah terang pada kaki kirinya

Deskripsi : Tn. W, laki-laki usia 42 tahun, datang ke Puskesmas Tanjung

Sari dengan keluhan muncul kemerahan di tungkai bawah kirinya sejak

tiga hari yang lalu. Keluhan dirasakan pertama kali setelah 1 minggu yang

lalu pasien pergi ke kolam untuk mengambil tanaman teratai. Empat hari

setelah itu pasien demam dan badan terasa lesu. Keesokan paginya

timbul bercak merah terang pada tungkai bawah kiri, lalu lama kelamaan

bercak merah semakin meluas disertai rasa panas dan rasa nyeri.

Menurut pasien daerah yang gatal digaruk menjadi kemerahan dan lama -

kelamaan menjadi tebal dibandingkan kulit sekitarnya. Pasien juga

mengeluhkan betis kirinya membengkak.

2
Sejak pasien mengalami keluhan ini, ia hanya minum parasetamol yang

dibeli di warung sekitar rumahnya. Tetapi pasien merasa keluhannya tidak

membaik sehingga pasien datang ke puskesmas untuk berobat.

Keluhan yang dialami pasien membuatnya sangat terganggu dalam

beraktivitas sehari-hari. Hubungan antar anggota keluarga baik,

penyelesaian masalah dengan diskusi keluarga. Sehari-hari pasien

bekerja sebagai guru ngaji. Kegiatan lainnya yaitu mengurus ternak ikan

nila di kolam ikan miliknya yang terletak di belakang rumah pasien.

Perilaku berobat keluarga memeriksakan diri ke layanan kesehatan jika

keluhan telah menggangu kegiatan sehari- hari. Keluarga pasien berobat

ke puskesmas. Jarak rumah ke puskesmas kurang lebih 5 kilometer.

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.

Sejak pasien mengalami keluhan ini, ia hanya minum parasetamol yang

dibeli di warung sekitar rumahnya. Tetapi pasien merasa keluhannya tidak

membaik sehingga pasien datang ke puskesmas untuk berobat. Pasien

mengaku memiliki kekhawatiran karena penyakitnya terkadang

menganggu aktivitas pasien. Harapan bisa sembuh total dan dapat

melakukan aktivitas tanpa khawatir akan terjadi kekambuhan dan penyakit

menjadi lebih berat.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

3
Pemriksaan umum

kesan :

Gizi : Gizi kesan cukup

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 kali/menit

Pernafasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,5ºC

Stastus dermatologis

Lokasi : Regio ekstremitas inferior sinistra

Ukuran : Plakat

Distribusi : diseminata, generalisata

Efloresensi : tampak makula eritema yang berwarna merah

cerah, berbatas tegas, edematosa, dengan bagian tepi meninggi,

nyeri (+), dan teraba hangat pada area tersebut.

2.4 PENATALAKSANAAN

4
Farmakologi

1. Amoxicillin 500 mg untuk mengobati infeksi diberikan 3 kali sehari

selama 5 hari

2. Parasetamol 500 mg untuk mengatasi nyeri dan demam diberikan 3

kali sehari.

Non Farmakologi

1. Memberikan penjelasan mengenai penyakit erisepilas mengenai

penyebab, perjalan penyakit, gejala, faktor resiko,

pematalaksanaan, komplikasi

2. Menghindari paparan air kotor.

3. Mencuci bagian tubuh yang terkena air kolam setelah pasien keluar

dari kolam.

4. Menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sepatu boot tinggi.

5. Istirahat, tungkai bawah dan kaki kiri ditinggikan (elevasi), sedikit

lebih tinggi daripada letak jantung.

6. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk langsung ke

pelayanan kesehatan jika merasakan keluhan yang sama dan

semakin memberat.

7. Memberikan penjelasan mengenai penggunaan obat

2.5 FOLLOW UP

5
1. Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga mengenai penyakit

erisipelas dan peran serta keluarga dalam memberi dukungan terhadap

pengobatan erisipelas.

2. Memotivasi dan meningkatkan kesadaran keluarga pasien agar tetap

membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke puskesmas

hingga tuntas.

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Defenisi

Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh

streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan

berbagai tegas serta disertai gejala konstitusi.(3)

3.2 Epidemiologi

Meskipun merupakan masalah medis yang umum, beberapa

penelitian memberikan data yang baik tentang kejadian erisipelas. Survei

epidemiologi melaporkan kejadian yang berkisar dari 0,2 / 1000 orang-

tahun sampai 24,6 / 1000 orang-tahun pada populasi yang berbeda. (jurnal5)

Erisipelas lebih sering ditemukan pada usia tua, dengan rerata usia pasien

adalah antara 40- 60 tahun. Lokasi anatomis dari erisipelas paling sering

pada tungkai bawah.(4)

3.3 Etiologi

Streptokokus β-hemolitik grup A dianggap sebagai penyebab

erisipelas yang paling sering, dengan beberapa penelitian terbaru

menunjukkan pentingnya streptokokus grup B, C, dan G,

7
Staphylococcus aureus, dan bakteri lainnya.

Faktor predisposisi erisipelas adalah gangguan penghalang kulit

(dermatofitosis dan ulkus kronis pada kulit), insufisiensi vena, obesitas,

diabetes mellitus, gagal jantung, dan operasi sebelumnya.(1)

3.4 Patofisiologi

Portal of entry terjadinya erisipelas dan selulitis adalah adanya

kerusakan kulit, tetapi perbedaannya adalah pada erisipelas kerusakan

kulit cenderung lebih superfisial bila dibandingkan dengan selulitis.

Beberapa faktor pencetus pada pasien perlu ditanyakan untuk

mengarahkan diagnosis. Hal itu sesuai dengan penelitian sebelumnya

bahwa kaheksia, DM, malnutrisi (anemia), serta kondisi sistemik yang

menurunkan daya tahan tubuh disertai higiene yang kurang akan

meningkatkan kemungkinan infeksi erisipelas dan selulitis.(5)

3.5 Gejala klinis

Erisipelas dengan gejala klinis berupa eritema lokal, berbatas tegas

dengan tepi meninggi, teraba panas dan nyeri, dapat disertai vesikel atau

bula diatasnya dengan cairan seropurulent.(6)

Terdapat gejala konstitusi: demam, malese. Lapisan kulit yang

diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena

itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang

utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan

8
pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai

edema, vesikel, dan bula. Terdapat leukositosis .

Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitar- nya terutama ke

proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi

elefantiasis.(3)

3.6 Diagnosis

3.6.1 Anamnesis

Pasien mengeluhkan bengkak dan kemerahan yang berwarna terang dan

berbatas tegas pada kaki sebelah kiri. Sebelumnya, terdapat luka akibat

garukan yang terjadi sejak 9 hari yang lalu dan dicurigai menjadi port

d’entry. Selain itu, pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus sejak

+20 tahun yang lalu.(7)

3.6.2 Pemeriksaan Fisik

Status dermatologi : Regio cruris sinistra didapatkan effloresensi

makula eritema soliter, batas tegas, bentuk geografika, ukuran 12cm x

20cm di beberapa tempat terdapat erosi multipel, batas tegas, bentuk

geografika, ukuran bervariasi 3cm x 4cm – 4cm x 6cm di atasnya terdapat

krusta coklat kehitaman. Pada perabaan terdapat hangat, nyeri, pulsasi

arteri dorsalis pedis, dan edema. Didapatkan lingkar kaki yang lebih besar

2 cm pada cruris sinistra.(7)

9
3.7 PENATALAKSANAAN

 Sebaiknya tirah baring

 Bagian tubuh terkena diimobilisasi

 Obat pilihap adalah penisilin:

- Benzyl penicillin 600–1200 mg, iv tiap 6 jam minimal 10 hari

- Penisilin G kristal: 1,2 juta IU, kali/24 jam, 10 hari

- Penisilin prokain: 0,6–1,2 juta IU, im, 2 kali/24 jam, 10 hari

- Aminopenisilin: Amoksisilin 3 dd 500mg, Ampisilin dd 250-500mg

7–10 hari, Amoksisilin dengan Klavulanik asid 20 mg/KGBB/hari, 10

hari

 Obat alternatif a. Eritromisin stearat 4 dd 250-500 mg; anak 40

mg/KGBB/hari, 10 hari b. Penicillinase resistant penicillin: 4.

Kloksasilin 4 dd 250–500 mg 10 hari Dikloksasilin 4 dd 250–500 10

hari c. Klindamisin 4 dd 150–300 mg; anak 15 mg/KgBB/hari 10

hari d. Siprofloksasin 2 dd 500 mg 7 hari (untuk anak di atas 13

tahun) e. Sephalosporins. Misalnya Sephaleksin 4 dd 250-500 mg;

anak 40–50 mg/KGBB/hari 10 hari.

PENGOBATAN TOPIKAL

Kompres dengan solusio sodium Kloride 0,9%. Bila lesi kulit kering

dapat diberikan salep yang mengandung Natrium fusidat atau

mupirocin.(8)

10
3.8 DIAGNOSIS BANDING

Selulitis, pada penyakit ini terdapat infiltrat di subkutan.(3)

3.9 Komplikasi

Sebagian besar erisipelas mengalami komplikasi sistemik, misalnya

infeksi ekstra-kutan dan septikemia, yang memerlukan evaluasi darurat

dan sering dirawat di rumah sakit. Hipotesis bahwa erisipelas

berhubungan dengan beragam komplikasi infeksi diluar kulit.(8)

3.10 Pencegahan

1. Memberikan penjelasan mengenai penyakit erisepilas mengenai

penyebab, perjalan penyakit, gejala, faktor resiko, pematalaksanaan,

komplikasi

2. Menghindari paparan air kotor.

3. Mencuci bagian tubuh yang terkena air kolam setelah pasien keluar

dari kolam.

4. Menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sepatu boot tinggi.

5. Istirahat, tungkai bawah dan kaki kiri ditinggikan (elevasi), sedikit lebih

tinggi daripada letak jantung.

6. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk langsung ke pelayanan

kesehatan jika merasakan keluhan yang sama dan semakin

memberat.

7. Memberikan penjelasan mengenai penggunaan obat.(10)

11
3.11 Prognosis

Tidak didapatkan komplikasi kasus erisipelas maupun

selulitis menunjukkan bahwa tepat diagnosis dan terapi, kepatuhan

dan kerjasama yang baik antara pasien dan dokter serta perawat

medik dalam menjalankan proses terapi. Hal itu menunjukkan

prognosis baik pada kedua kasus tersebut bila dilakukan

tatalaksana yang tepat.(5)

12
BAB III

KESIMPULAN

Erisipelas adalah infeksi yang relatif umum pada dermis atas dan

limfatik superfisial.. Erisipelas paling sering terjadi pada ekstremitas

bawah atau wajah. Kekasih kulit lokal dikaitkan dengan tanda dan gejala

umum seperti malaise, mual, menggigil, dan demam. Diagnosis

didasarkan pada tanda-tanda klinis. Penyakit ini didahului trauma, karena

itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang

utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan

pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai

edema, vesikel, dan bula.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sočan K, Sočan M. 2018. Trends in the epidemiology of erysipelas
in Slovenia. Acta Dermatovenerol Alp Pannonica Adriat. 2018 Mar
1;27(1):1-4.
2. Clebak KT, Malone MA. 2018. Skin infections. Primary Care: Clinics
in Office Practice. 1;45(3):433-54.
3. Linuwih Sri. 2019. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin 7 th Edisi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 75
4. Jayanthi AA, Tarini NM, Praharsini IG. Staphylococcus aureus
sebagai agen penyebab infeksi pada kasus erisipelas kruris dekstra
dengan liken simpleks kronikus.
5. Rositawati amalia. Sawitri. 2016. Profil Pasien Erisipelas dan
Selulitis. Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin. Fakultas Kedokteran
Airlangga
6. Meilia Novarina, Rysia. Sawitri, 2015. Profil Pasien Erisipelas dan
Selulitis. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga
7. Iswari Is, Spmk Mk. 2017. Infeksi Staphylococcus Aureus Pada
Kasus Erisipelas.
8. Murtiastutik Dwi, dkk. Penyakit Kulit dan Kelamin 2 nd Edisi,
Departement Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Hal.37
9. Ziyou Ren, PHD, dkk. 2020. Epidemiology of cellulitis/erysipelas.
Departement of medicine, Northwesten University Feinbery School
Of Medicine
10. Zuraida, R., 2020. Penatalaksanaan Erisipelas pada Pasien
Dewasa Usia 42 Tahun Melalui Pendekatan Dokter
Keluarga. MEDULA, 10(3), pp.557-562.

14

Anda mungkin juga menyukai