Anda di halaman 1dari 39

Referat

PENANGANAN LUKA BAKAR DARI ASPEK ANESTESI DAN


TERAPI INTENSIF

oleh:

Latipah Binti Latip, S.Ked 0408421719244

Moganashni Ravi, S.Ked 0408421719245

Pembimbing:

dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An,

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat : Penanganan luka bakar Dari Aspek Anestesia dan Terapi Intensif

Disusun oleh :

Latipah Binti Latip, S.Ked 0408421719244

Moganashini Ravi, S.Ked 0408421719245

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode 15 Maret 2017 s.d
18 Juni 2017.

Palembang, Juni 2017

Pembimbing

dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An,

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
Luka Bakar dari Aspek Anestesia dan Terapi Intensif sebagai salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An., selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
referat ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya referat ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini


disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.

Palembang, Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit...............................................................3
2.1.1. Epidermis..................................................................................3
2.1.2. Dermis .....................................................................................4
2.1.3. Hipodermis (subcutaneous tissue)..............................................5
2.2. Batasan...............................................................................................6
2.2.1. Klasifikasi Luka Bakar.............................................................6
2.2.1.1. Berdasarkan Sumber Penyebab....................................6
2.2.1.2. Derajat Luka Bakar......................................................11
2.2.2. Luas Luka Bakar ......................................................................12
2.2.3. Patofisiologi Luka Bakar .........................................................15
2.2.4 Jenis Parut Akibat Luka Bakar .................................................17
2.2.5 Berat Ringannya Luka Bakar....................................................20
2.3. Penilaian Derajat Luka Bakar ............................................................21
2.3.1. Dua Puluh Empat jam pertama (Hari 1) .........................................21
Langkah 1: Survei Primer dan resusitasi pasien Luka Bakar ............25
Langkah 2: Identifikasi Riwayat Perjalanan Penyakit........................25
Langkah 3: Memulai pengobatai Suportif .........................................25
Langkah 4: Menilai Tingkat Keparahan Luka Bakar ........................25
Langkah 5: Perawatan dan Pengendalian Infeksi pada Luka Bakar...28
Langkah 6: Pilihan Cairan Pada Hari Kedua......................................30
Langkah 7: Pengobatan Suportif- Nutrisi ..........................................30
Langkah 8: Mengelola KomplikasI....................................................31
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas
tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.1 Di Indonesia, luka
bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih
sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh
karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang
terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum),
intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan
psikologi.2
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). 1 Kulit adalah organ tubuh terluas yang
menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya
kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian
medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.2
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit.

1
Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang
dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila
lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi
urin berkurang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan
jam.3
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap.
Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan
gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat
jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida
akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan
muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin
terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler
mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh
darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit adalah organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai sawar
mekanis antara lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya, tetapi secara dinamis
juga terlibat dalam mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi lain. Kulit terdiri dari
dua lapisan, epidermis disebelah luar dan dermis disebelah dalam.4

2.1.1 Epidermis
Epidermis terdiri dari banyak lapisan sel epitel. Lapisan epidermis di bagian dalam
terdiri dari sel- sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah diri, sementara sel-sel di
lapisan luar mati dan menggepeng. Epidermis tidak mendapatkan pasokan darah langsungr
dan hanya mendapatkan makanan melalui difus nutrien dari jaringan epidermis di bawahnya.
Sel-sel epidermis berikatan erat satu sama lain melalui pada desmosom titik yang berhubungan
dengan intrasel untuk membentuk suatu lapisan pembungkus kohesif yang kuat. Selama
pematangan sel penghasil kreatinin, terjadi akumulasi filamen-filamen keratin secara progresif
yang saling berikatan silang di sitoplasma. Sewaktu sel-sel di bagian luar mati, yang tertinggal
hanya inti kreatinin fibrosa yang membentuk skuama keras-gepeng dan menjadi lapisan
kreatinisasi protektif-kuat. Skuama pada lapisan keratinisasi paling luar yang terkelupas atau
tanggal akbiat abrasi, secara terus-menerus di ganti melalui pembelahan sel dilapisan
epidermis sebelah dalam. Lapisan kreatinisasinya bersifat kedap udara, cukup kedap air dan
sulit untuk ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini juga berfungsi menahan lewatnya
bahan dalam kedua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Epidermis mengandung empat
jenis sel : 4,5
Sel kreatinosit
Melanosit
Sel langerhans
Sel granstein

Lapisan epidermis ada 6, yaitu:5

1. Stratum dysjunctum
2. Stratum corneum

3
3. Stratum lucidum
4. Stratum granulosum
5. Stratum spinosum
6. Stratum basale

Fungsi epidermis sendiri yaitu :


1. Melindugi dari kekeringan
2. Pelindung dari masuknya bakteri
3. Melindungi dari toksin
4. Menjaga keseimbangan cairan: menghindari kehilangan cairan yang berlebihan
5. Neuronsensori dan interaksi sosial

2.1.2 Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat elstin
(untuk peregangan) dan serat kolagen (untuk kekuatan), serta sejumlah besar
pembuluh darah dan ujung-ujung saraf khusus. Jaringan penyambung padat berbentuk
irregular yg mensupport epdermis dan berikatan dng jaringan subkutan (hypodermis)
Tebal : 0,6 mm 3 mm,pada wanita lebih tipis dibanding pria. 4,5 Pembuluh darah
dermis tidak hanya memasok darah kedermis dan epidermis tetapi, juga berperan
penting dalam mengatur suhu. Kaliber pembuluh-pembuluh darah ini,dan dengan
demikian volume darah yang mengalir didalamnya dapat di kontrol untuk mengubah-
ubah tingkat pertukaran panas antara pembuluh permukaan kulit ini dengan
lingkungan eksternal. Reseptor-reseptor di ujung perifer serat saraf aferen di dermis
mendeteksi tekanan,suhu,nyeri,dan masukkan somatosensorik lainnya. Ujung-ujung
saraf eferen didermis mengontrol kaliber pembuluh darah, ereksi rambut,dan sekresi
oleh kelenjar eksokrin. Dermis dibagi mennjadi :4,5
Superficial yang tipis yang dikenal dengan papilary layer, terdapat fibroblast, serat
elastin dan kolagen tipe 3 serta banyak terdapat kapiler.
Dan bagian yang paling tebal yang dikenal dengan reticular layer,terdapat serat
kolagen tipe 2, terisi matriks ekstrasel yang mengandung dermatan sulfat dan
glikosaminoglikan,sel fibroblas,makrofag,lymfosit dan mast cells. Membentuk

4
garis paralel dengan permukaan tubuh diuat lines of Langer surgical important
minimize scar tissue.

Fungsi dermis sendiri yaitu :


Melindungi dari trauma dengan elastisitas, daya tahan dan komponennya.
Menjaga keseimbangan cairan melalui regulasi aliran darah kulit
Termoregulasi melalui control aliran darah.
Faktor pertumbuhan dan arah kontak pada replikasi epidermis dan perbaikan
dermis.

2.1.3 Hipodermis (subcutaneous tissue)


Hypodermis merupakan bagian dalam dari lapisan reticular layer. Jaringan
penyambung jarang terbungkus oleh serabut kolagen, serta banyak mengandung
jaringan lemak terutama bagian perut dan pinggul yg dapat mencapai ketebalan 3 cm
lapisan ini disebut panniculus adiposus.5

,
Kelenjar eksokrin kulit terdiri dari kelenjar dari kelenjar sebasea,yang
menghasilkan sebum, suatu bahan berminyak yang melunakkan dan membuat kulit
kedap air, dan kelenjar keringat, yang mengahsilkan keringat pendingin. Folikel
rambut menghasilkan rambut, yang didistribusi dan fungsinya minimal pada manusia.
Selain itu kulit juga mensintetis vitamin D dengan adanya sinar matahari.4

2.2. Batasan

5
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan
kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir,
sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung
pada tinggi suhu dan lama kontak. Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar
adalah sekitar 44C dengan kontak sekurang-kurangnya 5-6 jam. Suhu 65C dengan
kontak selama 2 detik sudah cukup menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap
air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat
mencapai suhu 47C, air panas yang mempunyai suhu 60C yang kontak dengan kulit
dalam waktu 10 detik akan menyebabkan kehilangan sebagian ketebalan kulit dan
diatas 70C akan menyebabkan kehilangan seluruh kulit. Temperatur air yang
digunakan untuk mandi adalah berkisar 36C-42C. Pelebaran kapiler dibawah kulit
mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35C selama 120 detik, vesikel terjadi pada
suhu 53C57C selama kontak 30-120 detik 6,

2.2.1 Klasifikasi Luka Bakar 7


2.2.1.1. Berdasarkan Sumber Penyebab
Dibedakan atas:
Panas. Termasuk api, radiasi, atau pajanan panas dari api, uap dan cairan panas
serta benda benda yang panas
Bahan kimia. Termasuk berbagai macam asam dan basa.

Listrik. Termasuk didalamnya arus listrik dan sambaran petir.

Cahaya. Luka bakar yang disebabkan oleh sumber cahaya yang kuat atau cahaya
ultra violet, juga termasuk sinar matahari.
Radiasi. Seperti radiasi nuklir, cahaya ultra violet juga termasuk salah satu sumber
penyebab luka bakar karena radiasi.

6
Luka bakar secara kasar dapat dibagi dalam enam kategori: 8

1. Luka Bakar Api

Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api

a. Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api.

b. Bentuk lain dari jenis ini adalah luka bakar cahaya

Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel-partikel
halus suatu benda panas.

Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang
terkena, termasuk rambut.

2. Luka Bakar Kontak

Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas, misalnya
besi panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini dapat memberikan gambaran mengenai
benda panas yang menyebabkan luka bakar tersebut.

3. Luka Bakar Radiasi


Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas

a. Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan

gelombang panas untuk menimbulkan luka bakar.

b. Dapat menimbulkan lepuh dan eritema.

c. Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan

karbonisasi.

4. Luka bakar terjadi bila kulit berhubungan langsung dengan cairan panas
(biasanya air)
a. Air pada 1580F (700C) akan menghasilkan suatu luka bakar derajat tiga
pada kulit orang dewasa, kira-kira dalam satu detik dari kontak; pada 131 0F
(550C), hampir 25 detik untuk menghasilkan luka bakar yang sama
b. Pemanas air hampir seluruh rumah di Amerika berasal dari pengaturan
pabrik kira-kira 1300-1400F, meskipun begitu unit terbaru sekarang
disesuaikan menjadi sekitar 1200F.

7
c. Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe
i. Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidak sengajaan atau
kecerobohan dirumah. Luka bakar imersi akibat kecerobohan dirumah
sering terjadi karena anak kecil ditempatkan didalam kolam atau bak
mandi yang dipenuhi air panas membara, dengan tujuan untuk
mendisiplinkan atau menghukum si anak. Bentuk khas luka bakar dapat
terlihat, sebagai anak yang terrefleksi tenggelam di dalam air.
Disekeliling area dari kulit yang melingkari tiap-tiap daerah lutut tidak
terkena karena anak tersebut dipaksa berjongkok di dalam air. Anak
biasanya dipegang diantara tangannya dan ke bawah pada air membara.
Hasil luka bakar menunjukkan bentuk khas dengan tidak terdapat luka
di bawah lututnya, fosa poplitea dan daerah inguinal.
ii. Luka bakar karena percikan atau tumpahan biasanya tidak disengaja,
disebabkan karena memercikkan, menumpahkan cairan panas ke tubuh.
Luka akibat tumpahan dapat terjadi bila seorang anak kecil
menuangkan pot berisi air panas dari kompor dan cairan tumpah ke
seluruh tubuh. Di beberapa bagian kasus, bentuk dari luka bakar harus
berhubungan dengan cerita, dengan yang paling berat luka bakarnya
dari kulit kepala atau kepala.
iii. Luka bakar hangat biasanya karena ketidaksengajaan. Uap yang sangat
panas dapat menyebabkan luka berat pada mukosa saluran nafas. Pada
beberapa kasus, edema laring masif dapat terjadi, penyebab asfiksia dan
kematian.
5. Luka bakar karena gelombang mikro
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik yang mana frekwensi
berkisar antara 30 300.000 MHz dan panjang antara 1mm sampai 30cm. Radiasi
microwave adalah non-ionisasi, oleh karena itu efek biologi primernya adalah
panas, yang mana memproduksi melalui agitasi molekuler dari molekul polar
seperti air. Pada sistem biologi, oleh karena itu, jaringan dengan komposisis air
yang lebih tinggi (seperti otot) akan menjadi lebih panas daripada jaringan dengan
komposisis air yang lebih rendah (seperti lemak). Standar operasi untuk
microwave di dapur adalah pada 2,450 MHz.

8
a. Tergantung pada panjang gelombang radiasi, dan ketebalan, orientasi, dan
karakter dari target, apabila ada salah satu atau kombinasi dari tiga hal ini.
i. Gelombang mikro terrefleksi
ii. Gelombang mikro diabsorpsi
iii. Gelombang mikro melewati dikeseluruhan target
b. Surell et al, pada 1987 melaporkan pada suatu studi yang mana piglet anestesi
terekspos pada radiasi gelombang mikro dari sebuah 750watt microwave
rumah tangga, pada energi penuh dalam waktu berkisar 90 120 detik. Studi
ini menunjukkan bahwa:
i. Pada semua kasus, luka bakar memproduksi demarkasi yang sempurna,
luka bakar penuh.

ii. Luka bakar yang mana lebih ekstensif dipermukaan tubuh mendekati
alat pengeluaran (biasanya bertempat diatas dari oven).

iii. Secara mikroskopik kasar menunjukkan penemuan yang konsisten dari


perubahan relatif lemak subkutaneus, selain luka bakar pada kulit diatas
atau di bawah otot (perubahan relatif lapisan jaringan). Arus nuklir
tidak ada.
iv. Mikroskopik elektron tidak memperlihatkan kerusakan seluler atau
organel yang berarti.
c. Hampir luka bakar karena microwave adalah karena ketidaksengajaan,
berkaitan dengan memasukkan tangan kedalam microwave dengan tidak benar-
benar mematikan terlebih dahulu, atau karena ingesti dari cairan panas yang
dipanaskan ke dalam microwave. Pada suatu pelaporan, seorang pria yang
menggunakan tambalan nitro transdermal mengalami luka bakar derajat dua
didekat tambalan itu, ketika dia duduk disebelah oven microwave yang bocor.
Diperkirakan, plastik alumunium yang ada pada tambalan tersebut merupakan
faktor yang menyebabkan kebakaran tersebut.
d. Bentuk tidak biasa dari penyiksaan anak pernah dilaporkan pada tahun
1987 oleh Alexander et al yang mana berhubungan dengan dua kasus terpisah
yang mana seorang bayi perempuan umur 5 minggu, dan seorang anak laki-laki

9
umur 14 bulan yang terbakar karena diletakkan di oven microwave yang
sedang dinyalakan.
6. Luka bakar kimia
adalah diproduksi oleh agen kimia seperti asam kuat dan alkali, sama seperti agen
lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perbaikan yang lebih
lambat daripada luka bakar akibat agen panas.
1. Ekstensi luka tergantung dari:
i. Agen kimianya.
ii. Kekuatan atau konsentrasi dari agen kimianya.
iii. Durasi kontak dengan agen tersebut.
2. Agen alkali:
i. Cenderung lebih menjadi luka berat dibanding agen asam.
ii. Yang dapat menyebabkan luka bakar umumnya memiliki pH >11,5.
iii. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal.
iv. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri, dan merusak kulit dan licin.
3. Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang
mana diikuti dengan eritema dan erosi yang superfisial saja.

Klasifikasi derajat luka bakar berbeda-beda untuk masing-masing negara oleh


karena ini sangat bergantung terhadap manajemen pengobatan yang digunakan oleh
negara tersebut.

10
2.2.1.2. Derajat Luka Bakar 9
1. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial). Luka bakar hanya terbatas pada
lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang
biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 7 hari.
Gambar 1. Luka Bakar Derajat I

2. Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis)


Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel
yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel
rambut. Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam
10 21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat
ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena
adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang
keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi.
Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi:
a. Derajat dua dangkal dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari
dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10- 14 hari.
b. Derajat dua dalam dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan
nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang
memiliki kemampuan reproduksi sel-sel kulit (epitel, stratum
germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan lain sebagainya)
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.

Gambar 2. Luka Bakar Derajat II


11
3. Luka bakar derajat 3.
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau
organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka
untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein
yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula
dan tidak nyeri.

Gambar 3. Luka Bakar Derajat III

2.2.2. Luas Luka Bakar 9


Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus dimana
kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat penting
pengaruhnya terhadap prognosis dan manajemen pengobatannya. Untuk perhitungan
luas luka bakar secara tradisional dihitung dengan menggunakan `Rule of Nines` dari
Wallace. Dikatakan bahwa luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai
presentasi dari total permukaan yang terlibat oleh karena luka termal. Bila permukaan
tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap tiap ekstremitas bagian
atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap
ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%. Lihat gambar

12
Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund
and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut
adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1%.
Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban
dengan api, lamanya pajanan, bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu
terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan
luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi panas ke
kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih cepat
dan dapat menghasilkan luka bakar yang besar dan dalam. Bila bahan yang dipakai
kandungan poliesternya lebih banyak akan menyebabkan luka bakar yang relatif
ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan menghasilkan daerah luka bakar yang
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan pintalan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa bila bahan yang dipakai bertambah berat maka daerah yang terbakar akan
berkurang. Selain itu derajat luka bakar akan berkurang bila pakaian yang dipakai
korban ketat dan mengelilingi tubuh.

13
Gambar 4. Perhitungan Luas Luka Bakar
Wallace Rule of Nines methof for the Assement of Total Body Surface Area
(TBSA) Burned

Tabel 1. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada


Permukaan Tubuh
Struktur Anatomi Area
Permukaan
Kepala 9%
Badan Depan 18%
Punggung 18%
Tiap Kaki 18%
Tiap Lengan 9%
Genitalia/perineum 1%

14
2.2.3 Patofisiologi Luka Bakar
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah
yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar <25%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh, masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan,
maksimal terjadi setelah 8 jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap.
Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan
gejala sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat
jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon
monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat, sehingga hemoglobin tidak
mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing,
mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila dari 60% hemoglobin
terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai
dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini
sulit untuk diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang
mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau
antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar selain berasal dari kulit penderita

15
sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran atas dan kontaminasi kuman di
lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena
kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai macam antibiotik. Perubahan
luka bakar derajat 2 menjadi derajat 3 akibat infeksi, dapat dicegah dengan mencegah
infeksi.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang
berasal dari kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi
kuman Gream negatif. Peudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin
protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada
luka bakar. Infeksi Pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka
bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan
eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang
mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi
keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-
mula derajat 2 menjadi derajat 3. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada
pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga
jaringan yang diperdarahinya mati.
Bila luka bakar di biopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman
dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian
disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti
Staphylococcus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat
darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan
kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyumbat di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat 2 dapat sembuh
dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen
epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat,
atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin menimbulkan
parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku, dan secara estetik sangat jelek.
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami
kontraktur. Bila ini terjadi dipersendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

16
Pada luka bakar dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat
menurun karena kekurangan ion kalium.
Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. Yang di
khawatirkan pada tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai
hematemesis dan/atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga
keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,
metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga
memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama
didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi
sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka
bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar
menyebabkan cacat, terutama bila luka bakar mengenai wajah sehingga rusak berat,
penderita mungkin menderita beban kejiwaan berat.
Jadi, prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.

2.2.4. Jenis Parut Akibat Luka Bakar 11


Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar: Keloid,
Parut hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal tak beraturan
dan membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang berlebihan dalam
lapisan korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas luka. Parut akan tumbuh
di luar lokasi yang luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada
akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Parut Hipertrofik biasanya berwarna
merah, tebal, berbeda dengan keloid, parut hipertrofik berada di luar lokasi dari luka.
Kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi
otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak
atau mengurangi fungsi saraf.

17
1. Keloid
Keloid adalah suatu pertumbuhan yang terlalu cepat dari jaringan parut. Parut
akan tumbuh di luar lokasi luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah
dan pada akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Keloid terjadi ketika tubuh
melanjutkan prosesnya untuk menghasilkan kolagen suatu protein berserat kuat,
setelah luka telah disembuhkan. Parut keloid biasanya tebal, bersimpai, kaku dan gatal
selama proses pembentukan dan perkembangannya.
Keloid yang luas bisa membatasi pergerakan. Apalagi, gesekan dari pakaian atau jenis
friksi lain bisa mengiritasi keloid. Orang-orang berkulit gelap lebih mudah untuk
mengalami Keloid dibanding mereka yang mempunyai kulit berwarna putih dan angka
kejadian terjadinya Keloid berkurang sesuai dengan umur.
Keloid bisa dikurangi ukurannya dengan cryotherapy (pembekuan), tekanan dari
luar, suntikan kortison, suntikan steroid, radiasi atau dengan pembedahan. Jika
suntikan dan tekanan dari luar seperti balut tekan tidak cukup, jaringan parut dapat
dioperasi, hal ini biasanya dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal dan mereka
bisa kembali ke pekerjaan atau sekolah dalam beberapa hari. Dokter anda boleh
merekomendasikan bahwa kamu memakai balut tekan di atas area yang atas selama
satu tahun untuk mencegah Keloid dari kekambuhan. adalah mungkin bahwa prosedur
ini akan perlu untuk diulangi sedikitnya tiap tahun sebab Keloid mempunyai suatu
kecenderungan untuk timbul kembali.
Gambar 5. Keloid

2. Parut Hipertrofik
Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal dan timbul, bagaimanapun juga
mereka berbeda dengan Keloid karena mereka tumbuh di bawah jaringan yang
mengalami luka. Apalagi, Parut Hipertrofik akan tumbuh dari waktu ke waktu.
Pertumbuhannyaini bagaimanapun juga dapat dikurangi dengan bantuan steroid atau
suntikan.

18
Gambar 6. Parut Hipertrofik

Tabel 2. Perbedaan antara keloid dan parut hipertrofik (6)

Keloid Parut hipertrofik


Permulaan Minggu bulan atau tahun
Invasi Meluas ke daerah kerusakan epitel Terbatas pada bekas kerusakan
Penyembuhan Tiada ada regrasi Hilang sendiri
Predileksi Sternum, bahu, pipi, telinga, pinggang Dapat timbul dimanapun
Ras/bangsa Ras kulit gelap/hitam Ras kulit putih
Luka bakar Mungkin Sering
Gatal Jarang Sangat mengganggu

3. Kontraktur
Suatu parut kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang
bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan
mungkin merusak atau mengurangi fungsi saraf. Kontraktur terjadi ketika jaringan
elastis normal digantikan dengan jaringan berserat yang tidak elastis. Hal ini membuat
jaringan tersebut resisten terhadap regangan dan mencegah pergerakan normal area
yang terpengaruh.
Fisioterapi, tekanan dan memperbanyak berlatih dapat membantu mengendalikan
kontraktur. Jika perawatan ini tidak bisa mengendalikan efek kontraktur, pembedahan
mungkin diperlukan. Suatu skin graft atau suatu prosedur penutupan mungkin bisa
dilakukan. Apalagi dokter anda bisa merekomendasikan suatu teknik baru seperti Z-
Plasty atau perluasan jaringan.
Gambar 7. Kontraktur

19
2.2.5. Berat Ringannya Luka Bakar 9
1. Berat = Parah
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih
b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka
d.Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan
soft tissue yang luas
2. Sedang
a. Luka bakar derajat II 15 25%
b. Luka bakar derajat III 2 10% kecuali pada muka, tangan dan kaki
3. Ringan
a. Luka bakar derajat II <15%
b. Luka bakat derajat III <2%

2.2.6. Faktor faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keparahan Luka Bakar 12


Tingkat keparahan luka bakar dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
c. Intensitas panas
Pada kebakaran rumah, biasanya suhu berada pada kisaran di bawah
1200 16000F
d. Durasi terpajan panas
Misalnya, kulit manusia dipanaskan sampai 450C selama 2 jam, maka
kulit akan menjadi hiperemis tanpa terjadi kerusakan epidermis, namun
bila durasi pajanan diperpanjang sampai 3 jam, akan terjadi kerusakan
total atau nekrosis pada epidermis.
e. Pada pelaksanaan pembakaran jenazah (kremasi) orang dewasa, alat yang
digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu selama 1,5 jam dengan suhu
15000F.

20
2.3 Penilaian Derajat Luka Bakar13

Luka bakar adalah merupakan suatu keadaan gawat darurat, jadi setelah hal-hal
diatas dilakukan sebaiknya korban di bawa ke rumah sakit. Berikut adalah hal-hal yang
dilakukan:13

2.3.1 Dua Puluh Empat Jam Pertama (HARI 1)13

Langkah 1: Survei Primer dan Resusutasi Pasien Luka Bakar

A = Airway

Langkah pertama yang dilakukan adalah pembebasan jalan napas dengan


menanyakan nama pasien dan mendengarkan suara serak (horseness).
Pemberian 100% O2 dan saturasi oksigen dipantau dengan menggunakan
pulseoxymetry.
Mengi, takipnea, stridor, dan suara serak menunjukkan impending airway
obstruction karena cedera inhalasi atau edema, dan perawatan segera diperlukan.
Jika pasien tidak bernafas atau mengalami gangguan respirasi atau terdapat
tanda tanda penyumbatan, bersihkan jalan nafas dengan oral / nasal suction
diikuti intubasi orotrakeal dengan stabilisasi posisi setengah duduk pada leher
jika cedera pada tulang belakang merupakan hal yang harus dipertimbangkan.
Risiko obstruksi jalan nafas atas meningkat dengan:
i- Luka bakar inhalasi dahak karsinogenik, rambut hidung hangus
ii- Semua pasien dengan luka bakar di atas lebih dari 35-40% TBSA
iii- Luka bakar yang melibatkan wajah, leher, dan badan bagian atas
Pada kasus ekstensif, intubasi dini jika edema jalan nafas progresif dicurigai
luka bakar atau jika pasien memiliki tanda-tanda penyumbatan jalan nafas.
Intubasi dini juga dilakukan jika pasien memerlukan transportasi yang
berkepanjangan. Pembebasan jalan napas yang benar adalah sangat penting
bagi pasien.
Awetan intubasi fiatoptik harus dilakukan pada kasus yang sulit.

21
B = Breathing

Masalah pernafasan mungkin disebabkan oleh cedera inhalasi asap (smoke


inhation injury), luka bakar dalam pada lingkar dada (deep circumferential
chest burns) atau cedera dada yang terkait (associated burn).

Karbon monoksida (CO) adalah produk sampingan dari pembakaran yang


tidak sempurna. Diagnosis intoxifikasi kadar karbokadhemoglobin adalah
seperti berikut:

- Kurang dari 10% adalah normal.

- Lebih dari 40% adalah berat.

Pengobatan untuk keracunan karbon monoksida adalah menghilangkan sumber


toksifikasi dan memberi 100% oksigen. Oksigen hiperbarik juga digunakan
untuk mengobati kondisi ini. Pasien dengan inhalasi asap sering didapatkan
dengan suara serak, mengi, carbonaceous sputum, luka bakar pada wajah, dan
singed nasal vibrissae.

Penggunaan bronkoskopi dapat menilai proses peradangan seperti eritema,


edema, ulserasi, pelepasan mukosa, dan penonjolan vasculature di samping
infraglottic soot. Penatalaksanaan cedera inhalasi adalah menjaga saluran udara
terbuka dan memaksimalkan pertukaran gas.

Pasien dengan batuk dan jalan napas paten bisa membersihkan sekresi mukus
dengan efektif, upaya harus dilakukan untuk merawat pasien tanpa pemakaian
ventilasi mekanik.

Intubasi menjadi pilihan dini, dan chest physiotherapy dan pengisapan sering
dilakukan untuk menjaga kebersihan paru.

Bronchoscopies diperlukan untuk membersihkan inspissated secretions.

Selain tindakan sebelumnya, humidifiasi yang memadai dan pengobatan tepat


untuk bronkospasme diindikasikan.

Pasien diberikan ventilasi harus sesuai dengan protokol ARDSnet didapatkan


volume tidal rendah (6 mL/kg berat badan ideal). Usahakan agar tekanan
plateau di bawah 30 cmH2O. Luka bakar dalam pada lingkar dinding dada

22
membatasi motilitas dinding dada, jadi tekanan plateau sehingga 40 cm H 2O
bisa ditolerir.

Escharotomi dapat memperbaiki tekanan pernapasan dan saluran napas.

Tabel 3. Fluid Resuscitation Formulas Commonly Used in the United States 16,9

UO, urine output; LR, lactated Ringers Solution; FFP, fresh frozen plasma; NS,
Normal saline; D5W, dextrose 5% (5dextrose/100 m L water); TBSA, Total Body
Surface Area

C = Circulation

Dapatkan akses IV sedapat mungkin dan mulailah memberi cairan:


- Daerah yang tidak terbakar lebih diutamakan.
- Area yang terbakar bisa diterima.
- Akses pusat diperoleh jika keahlian tersedia.
- Cutdowns.
Lakukan resusitasi pada luka bakar (24 jam pertama):
- Kebocoran capillary secara besar terjadi setelah luka bakar major.
- Cairan bergeser dari ruang intravaskular ke ruang interstisial.
- Kebutuhan cairan meningkat dengan tingkat keparahan luka bakar yang
lebih besar (jumlah total luas permukaan tubuh (TBSA), kedalaman
meningkat, cedera inhalasi, associated injuries)
Tingkat cairan IV bergantung pada respon dan tujuan fisiologis:
- Sensorium-nyaman, terangsang.
- Defisit dasar kurang dari 2.
- Goal urin output orang dewasa 0,5 mL / kg / jam.

23
- Goal urin output anak-anak 1 mL / kg / jam; Jika output urine di bawah
kadar, tingkatkan pemberian kenaikan cairan.
- Cairan Ringer Laktat yang dipilih karena bersifat isotonik, murah, dan
mudah disimpan.
Rumus Parkland paling sering digunakan untuk perhitungan cairan:
Berikan 1/2 dari volume yang dihitung pada 8 jam pertama.
Berikan setengah lainnya di 16 jam berikutnya.
Peringatan: Meskipun rumus yang menunjukkan penurunan tingkat cairan
menjadi setengah pada 8 jam, tingkat cairan harus dikurangi secara
bertahap untuk memelihara output urin yang ditargetkan.

Titik akhir resusitasi


Bila tingkat perawatan tercapai (sekitar 24 jam), ganti cairan ke D5 / NS dengan
20 mEq KCl pada tingkat perawatan:
Maintenance fluid rate = basal requirements + evaporative loses
Tabel 4. Rules of Nines for Establishing Extent of Burned Body Surface20
Struktur Anatomi Area Permukaan
Kepala 9%
Badan Depan 18%
Punggung 18%
Tiap Kaki 18%
Tiap Lengan 9%
Genitalia/perineum 1%

Tingkat cairan basal


- Dewasa = 1.500 mL luas permukaan tubuh (BSA) (selama 24 jam)
- Anak (<20 kg) = 2.000 mL BSA (selama 24 jam)
Kehilangan cairan evaporatif
- Dewasa (mL / h) = (25 + persen TBSA terbakar) BSA
- Anak (<20 kg) (mL / h) = (35 + persen TBSA - Bakar) BSA

Peran albumin

24
Umumnya didapatkan hypoproteinemia setelah resusitasi awal, dan penambahan
albumin intravena pada umumnya akan menyebabkan perekrutan cairan interstitial.
Secara keseluruhan, tidak ada perbaikan dalam mortalitas dengan administrasi albumin
walaupun komplikasi yang disebabkan albumin rendah dibandingkan dengan
kristaloid pada pasien luka bakar.

Langkah 2: Identifikasi Riwayat Perjalanan Penyakit


Alergi
Obat-obatan
Kehamilan / penyakit masa lalu
Makan terakhir diambil
Lingkungan (cedera terkait)

Langkah 3: Memulai pengobatan suportif


Nasogastrik tube untuk dekompresi lambung dan memulai awal
Nutrisi enteral
Analgesik infus
Antasida
Profilaksis tetanus

Langkah 4: Menilai Tingkat Keparahan Luka Bakar


Tingkat keparahan luka bakar didikte oleh persentase keterlibatan TBSA,
kedalaman luka bakar, umur, dan cedera terkait:
Tabel 5. American Burn Association Burn Injury Severity Grading System

(Adapted from American Burn Association 14 and Morgan et al. 15, Mac. Lennon et
al.19)

25
Luka bakar 20-25% TBSA memerlukan resusitasi fluida.
Luka bakar 30-40% TBSA bisa berakibat fatal tanpa pengobatan.
Pada orang dewasa, "rules of nine nines" digunakan sebagai indikator kasar
dari persen TBSA.
Gambar 8. Lund-Browder Chart for the Assessment of Total Body Surface
Area Burned10

Abbreviations: Ant, anterior; Post, posterior; PTL, partial thickness loss; FTL, full
thickness loss.
(Adapted from Artz CP, Moncrief JA. The treatment of burns. 2nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1969)18
Pada anak-anak, pengaturan persentase harus yang berbeda kerana
memiliki kepala yang proporsional lebih besar (sampai 20%) dan kaki yang
lebih kecil (13% pada bayi) dibandingkan orang dewasa.
Diagram Lund-Browder meningkatkan keakuratan persen TBSA untuk
anak-anak.

26
Permukaan palmar tangan kira-kira 1% TBSA membantu dalam
memperkirakan persen total luas permukaan tubuh pada anak-anak yang
terkena luka bakar.
Tabel 6. Classification of Burn Based on Depth

(Adapted from American Burn Association7 and Morgan et al.8)

Umur

Kematian meningkat seiring bertambahnya usia.

Anak-anak / orang dewasa muda survive dari luka bakar yang masif.

Anak-anak membutuhkan cairan yang lebih banyak per luka bakar TBSA.

Orang tua mungkin meninggal karena luka bakar kecil (<15% TBSA).

Cedera terkait (Associated Injuries)

Trauma lain meningkatkan keparahan cedera.

Penilaian pasien lebih sulit dengan penggunaan alkohol atau obat-obatan


terlarang.

Peran antibiotik

Ini bisa dimulai nanti bila ada tanda/gejala infeksi.

Langkah 5: Perawatan dan Pengendalian Infeksi Pada Luka Bakar

27
Perawatan luka bakar: Terapi saat ini untuk luka bakar dapat dibagi menjadi tiga
tahap berikut: penilaian, manajemen, dan rehabilitasi:
Setelah tingkat dan kedalaman luka telah dinilai dan luka-lukanya telah
dibersihkan secara menyeluruh, masing-masing luka harus ditutup dengan
penutup yang sesuai; Pertama, melindungi lapisan epitel yang rusak. Kedua,
harus oklusif untuk mengurangi hilangnya panas evaporatif. Ketiga, harus
memberikan kenyamanan di atas luka yang menyakitkan.
Pilihan untuk membalut luka harus disesuaikan berdasarkan karakteristik dari
luka yang diobati:
Luka kelas satu adalah minor dengan kehilangan fungsi penghalang minimal
dan dirawat dengan agen topikal untuk mengurangi rasa sakit dan memastikan
agar kulit tetap lembab.
Luka kelas dua dapat diobati dengan membalut lukanya setiap hari dengan
antibiotik. Salep otic seperti sulfadiazin perak digunakan untuk metutupi luka
dengan beberapa lapisan kasa. Di bawah bungkus elastis sebagai alternatif,
luka bisa ditutup dengan sementara dengan penutup biologis atau sintetis
untuk menutup luka. Penutup ini akhirnya menyatu seperti luka
reepithelializes di bawahnya.
Luka bakar tingkat dua dan tiga tidak akan sembuh secara tepat waktu tanpa
Autografting. Jaringan yang terbakar ini berfungsi sebagai nidus karena
peradangan dan infeksi yang dapat menyebabkan kematian pasien. Eksisi awal
dan pencangkokan ini lebih diutamakan, kurangnya kehilangan darah, dan
penurunan panjangnya rawat inap.
Eksisi awal harus disediakan untuk luka tingkat tiga yang biasanya disebabkan
oleh api. Luka bakar tingkat dua yang hebat dapat muncul secara klinis
menjadi tingkat ketiga luka pada 24-48 jam setelah cedera, terutama jika telah
diobati dengan obat topikal antimikroba yang dikombinasikan dengan drainase
luka untuk membentuk pseudoeschar.
Escharotomy: Dengan luka bakar pada tingkat dua dan tiga yang melingkar ke
ekstremitas, peredaran periferal ke anggota badan bisa dikompromikan.
Seluruhnya pada penyempitan eschar harus dilakukan insisi untuk meredakan
penyumbatan aliran darah. Tekanan yang meningkat di kompartemen

28
musculofascial diobati dengan fasciotomi standar untuk menghindari sindrom
kompartemen.
Pengendalian infeksi: Mengurangi infeksi invasif pada luka bakar disebabkan
oleh eksisi awal dan penutupan dan penggunaan antimikroba secara tepat
waktu dan efektif. Antimikroba yang digunakan adalah topikal dan yang
diberikan secara sistemik. Antibiotik topikal mengandungi 11% mafenide
acetate, 1% perak Sulfadiazin, polymyxin B, neomisin, bacitracin, dan
mupirocin:
- Mafenide acetate memiliki spektrum aktivitas yang luas, terutama untuk
pseudomonas dan enterococcusspecies. Sulfida masifida biasanya
dicadangkan untuk luka kecil dengan ketebalan penuh dan luka bakar
telinga untuk mencegah chondritis.
- Perak sulfadiazin, agen topikal yang paling sering digunakan, memiliki
spektrum aktivitas dari perak dan belerang yang menutupi organisme
gram positif, kebanyakan organisme gram-negatif, dan beberapa jamur.
Ini tidak akan menyakitkan pasien saat aplikasi dan mudah digunakan.
- Biji antimikroba berbasis minyak dengan polymyxin B, neomycin, dan
Bacitracin jelas pada aplikasi, tidak menimbulkan rasa sakit, dan
memungkinkan untuk pengamatan luka. Agen ini biasa digunakan untuk
perawatan luka bakar wajah, situs korupsi, situs donor penyembuhan, dan
luka bakar sebagian kecil.
- Mupirocin telah meningkatkan aktivitas melawan bakteri Gram positif,
terutama staphylococcus aureus yang resisten dengan methicillin, dan
bakteri gram-negatif.
- Nistatin dalam bentuk bubuk bisa diaplikasikan pada luka untuk
mengendalikan jamur. Pertumbuhan dan bubuk nistatin dapat
dikombinasikan dengan bahan topikal seperti Polymyxin B untuk
mengurangi kolonisasi bakteri dan jamur
- Tersedia agen untuk aplikasi sebagai perendam termasuk larutan perak
nitrat 0,5%, -0,5% natrium hipoklorit, 5% asam asetat, dan 5% mafenide
asetat larutan. 542 S. Sagar dkk.
- Penggunaan antimikroba sistemik perioperatif juga berperan dalam
penurunan resiko sepsis pada luka bakar sampai sembuh. Organisme

29
umum itu pasti dipertimbangkan saat memilih rejimen perioperatif
spektrum luas termasuk S. Aureus dan spesies pseudomonas, yang lazim
terjadi pada luka.

Langkah 6: Pilihan Cairan Pada Hari Kedua


Dekstrosa 5% dalam air adalah pilihan cairan.

Langkah 7: Pengobatan Supportif-Nutrisi


Dukungan nutrisi paling baik dilakukan dengan nutrisi enteral dini, respon
hipermetabolik terhadap luka bakar. Oleh karena itu, pemberian nutrisi untuk
duodenum atau jejunum harus dimulai sejak awal 6 jam setelah terbakar.
Kebutuhan kalori dibutuhkan untuk menambah berat badan dan mencapai
keseimbangan nitrogen dan telah dihitung dari analisis regresi linier perubahan
berat badan dibandingkan ramuan makanan yang diprediksi pada orang dewasa
dengan kecepatan 25 kkal / kg ditambah 40 kkal /% TBSA untuk 24 jam (Tabel
5.). Kebutuhan protein sekitar 2,5 g / kg dalam estimasi 24 jam nitrogen urea
urin untuk menghitung keseimbangan nitrogen harus diperoleh. Rumus pediatri
dari analisis retrospektif asupan makanan, yang dikaitkan dengan pemeliharaan
berat badan rata-rata di rumah sakit (Tabel 6.).
Profilaksis maag dan trombosis dalam vena harus dimulai kecuali ada
kontraindikasi.

Table 7. Curreri formula for estimating caloric requirement for adult burn patients
Age Formulas
6-60 years 25 kcal/kg/g/day + 40 Kcal/percent burn/day
>60 years 25 kcal/kg/g/day + 65 Kcal/percent burn/day

Tabel 8. Formulas for estimating caloric requirements for pediatric burn patients
Age Formulas
0-1 years 2,100 kcal/m2/dayTBSA/day + 1000 kcal/m2 TBSA burn/day
1-11 years 1,800 kcal/m2/dayTBSA/day + 1,300 kcal/m2 TBSA burn/day
12-18 years 1,500 kcal/m2/dayTBSA/day + 1,500 kcal/m2 TBSA burn/day
Langkah 8: Mengelola Komplikasi

30
Pengelolaan luka bakar yang berhasil melibatkan pengelolaan komplikasi yang
diprediksi.

2.4 Prognosis
Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka yang lebih besar,
usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Adanya trauma inhalasi atau trauma
signifikan lain seperti fraktur tulang panjang dan komorbiditas berat (penyakit jantung,
diabetes, gangguan psikiatri dan keinginan untuk bunuh diri) juga mempengaruhi
prognosis21.

Selain itu juga dapat digunakan metode skoring Baux termodifikasi untuk
memprediksi persentase mortalitas trauma luka bakar. Rumus Baux adalah umur +
persentase area luka bakar + (17 x (trauma inhalasi, 1 = ya, 0 = tidak)22.

BAB III

31
KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan
kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir,
sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif.3
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan derajat
atau kedalaman luka bakar. Berdasarkan sumber di bedakan atas panas, bahan kimia,
listrik, cahaya dan radiasi. Berdasarkan derajat dibagi menjadi derajat satu, dua dan
tiga.7
Luas luka bakar dihitung berdasarkan rumus Rule Of Nine atau Rule of
Wallace. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap-
tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian
belakang adalah 18 5, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%.
Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund
and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut
adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1 %. 20
Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar: Keloid,
Parut hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal tak beraturan
dan membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang berlebihan dalam
lapisan korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas luka. Parut akan tumbuh
di luar lokasi yang luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada
akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Parut Hipertrofik biasanya berwarna
merah, tebal, berbeda dengan Keloid, parur hipertrofik berada di luar lokasi dari luka.
Kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi
otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak
atau mengurangi fungsi saraf.11

Berat Ringannya Luka Bakar14

32
Dibagi menjadi:
1. Berat = Parah
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih
b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka
d. Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan
jaringan lunak yang luas
2. Sedang
a. Luka bakar derajat II 15 25%
b. Luka bakar derajat III 2 10% kecuali pada muka tangan dan kaki
3. Ringan
a. Luka bakar derajat II <15%
b. Luka bakat derajat III <2%

Luka bakar adalah merupakan suatu keadaan gawat darurat, jadi setelah hal-hal
diatas dilakukan sebaiknya korban di bawa ke rumah sakit. Berikut adalah hal-hal
yang dilakukan yang dalam dua puluh empat jam pertama (hari pertama) yang terdiri
dari 8 langkah: Langkah pertama; Survei primer dan resusutasi pasien luka bakar,
Langkah 2: Identifikasi riwayat perjalanan penyakit, Langkah 3: Mulai pengobatan
suportif, Langkah 4: Menilai tingkat keparahan luka bakar, Langkah 5: Perawatan luka
bakar dan pengendalian infeksi, Langkah 6: Pilihan cairan pada hari kedua, langkah 7:
Pengobatan Supportif-nutrisi, dan Langkah 8: Mengelola komplikasi. 13

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3: Luka, Luka Bakar: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88.
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam:
Surabaya Plastic Surgery.
3. James M Becker. 2008. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-12.
4. Sherwood, Lauralee. 2001. Pertahanan Tubuh. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke
Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Marwito. 2011. Kulit/Integumentary System.

6. Cioffi W.G., Rue L.W. 1991. Diagnosis and treatment of inhalation injuries.
Critical Care Clinics of North America. p. 195.

7. Web.MD., 2005-2017. Burn and Electric Shock (http://www.webmd.com/first-


aid/tc/burns-topic-overview#1 diakses pada 12Juni2017)

8. Moenadjat Y., 2003. Luka Bakar: Pengetahuan Klinik Praktis. Edisi ke-2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

9. American Burn Association. 1990. Hospital and prehospital resources for


optimal care of patients with burn injury: guidelines for development and
operation of burn centers.

10. CiHerndorn, DN., 2002. Total Burn Care. 2nd edition. London: Saunders.p.49

11. Moenadjat Y. 2000. Luka Bakar, Penatalaksanan Awal dan Penatalaksanaan


-nya. Ramlim, Umbas R, Panigoro SS, Kedaruratan Non-Bedah dan Bedah,
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

12. Clinical practice Guidelines. Royal Children Hospital Melbourne. 2007.Burns.

13. Rajesh Chawla, Subhash Todi, 2012. ICU Protocols A Stepwise Approach

34
14. American Burn Association. 1990. Hospital and prehospital resources for
optimal care of patients with burn injury: guidelines for development and
operation of burn centers

15. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. 2000. Ambulatory management of burns.
Am Fam Physician.

16. Oliver RI. Burn Resuscitation and Early Management. eMedicine. 2009.
(http://emedicine.medscape.com/article/1277360-overview diakses pada 12
Juni 2017).

17. Artz CP, Moncrief JA. 1969. The treatment of burns. 2nd ed. Philadelphia:
WB Saunders Company
18. Kim R. Harbin., et. al., 2012. Anesthetic Management of Patients With Major
Burn Injury.
19. MacLennon N, Heimbach DM, Cullen BF. 1998.Anesthesia for major ther-
mal injury. Anesthesiology.89(3):749-770.9. Woodson LC. Anesthesia for
acute burn injuries.
20. Adapted from Artz CP, Moncrief JA. 1969. The treatment of burns. 2nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1969
21. Tintinalli JE. 2010. Emergency medicine: a comprehensive study guide. New
York: McGraw-Hill Companies

22. Osler T, Glance LG, Hosmer DW. 2010. Simplified estimates of the
probability of death after burn injuries: extending and updating the baux score.
J Trauma. 68(3):690-7

35

Anda mungkin juga menyukai