Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PANJANG

PEMBERIAN OKSIGEN PADA TN. G DENGAN ASMA BRONKHIAL


RUMAH SAKIT UMUM ISLAM YAKSSI GEMOLONG
( 1 Agustus – 26 agustus 2022 )

Disusun oleh:

AMELIA CANDRA CAHYANINGRUM (52021017)

PROGAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO BOYOLALI
 jl.Tentara Pelajar km 7, mudal, Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia,Kec Boyolali,Jawa
Tengah 58111, 
2022/2023

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan presentasi kasus asuhan kebidanan pada pasien ini telah dikonsultasikan
pada pembimbing lahan praktik dan pembimbing akademik dan disetujui untuk
dipresentasikan pada:

Tanggal :

Waktu :
Setelah laporan presentasi telah direvisi sesuai hasil masukan,saran,dan
bimbingan,dari pembimbing lahan praktik dan pembimbing akademik serta disahkan
pada:

Tanggal :
Waktu :
Demikian laporan ini disusun.

Gemolong,……………….2022

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Praktik Pembimbing Akademik

Taufik Mardwi S, SKep Atik Setiyaningsih, SSi.Mkes


NIP. NRP.

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Panjang ini. Laporan ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas “Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
Pemberian Oksigenasi” dengan nassa kanul RSUI YAKSSI. Dalam menyusun laporan panjang
ini,saya banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,saya
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Pembimbing Akademik yaitu Ibu Atik Setiyaningsih, SSi.Mkes
2. Pembimbing Lahan Praktik Bapak Taufik Mardwi S, SKep
3. Serta Perawat yang bertugas dalam bangsal Arroffah Rumah Sakit Umum Islam
YAKSSI
4. Kepada teman teman yang telah mendukung terselesaikan nya laporan ini.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kata sempurna,untuk itu
saya sangat mengharap kan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurna nya
laporan ini.Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Gemolong, 25 Agustus 2022

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................................2

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3

DAFTAR ISI...................................................................................................................................4

BAB I...............................................................................................................................................6

PENDAHULUAN...........................................................................................................................6

Latar Belakang.............................................................................................................................6

RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................7

TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................8

D. MANFAAT PENULISAN......................................................................................................8

BAB II...........................................................................................................................................10

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................10

Definisi Asma Bronkhial...........................................................................................................10

Etiologi.......................................................................................................................................11

Patofisiologi...............................................................................................................................11

Klasifikasi Asma Bronkial.........................................................................................................13

Tanda Gejala Asma Bronkial.....................................................................................................14

Komplikasi.................................................................................................................................15

Faktor Risiko Asma Bronkial....................................................................................................15

PENATALAKSANAAN...........................................................................................................17

BAB III..........................................................................................................................................20

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN................................................................................20

BAB IV..........................................................................................................................................23

4
PENUTUP.....................................................................................................................................23

KESIMPULAN..........................................................................................................................23

SARAN......................................................................................................................................23

DAFTAR PUTAKA......................................................................................................................24

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma bronchial merupakan salah satu jenis asma yang umum terjadi di kalangan
masyarakat. Asma jenis ini disebabkan oleh penyempitan yang terjadi pada saluran nafas,
yang ditandai oleh beberapa gejala, yaitu mengi, sesak nafas, kekakuan dada dan juga
batuk yang berulang.{ http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/11447,(Idea nursing

journal,Rita & Darliana, 2018) }Hendaknya pasien yang mempunyai penyakit asma bronchial ini
diharapkan mempunyai pengetahuan yang baik, agar dapat mengontrol dan juga
menghindari factor pencetus kekambuhan asma tersebut. Factor penyebab asma tersebut
kambuh yaitu olahraga yang berlebihan, polusi udara yang berasal dari asap kendaraan,
asap rokok, debu, dan juga emosi serta stress yang berlebihan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kekambuhan pada pasien asma,
diantaranya yaitu : pengetahuan pasien tentang penyakitnya, kepatuhan minum obat, dan
juga peran dari keluarga.{ http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/
79/75, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2(3), Ferliani, Sundaru, Kusnoe, & Shatri, 2015}.
Pengetahuan pasien tentang penyakit asama berhubungan dengan bagaimana upaya
pasien dalam mencegah dan juga tentang upaya pasien untuk meminimalisir kekambuhan
asma, yang mana apabila pasien mendapatkan penyakit tersebut dari gen atau keturunan
maka minimalnya pasien akan mengerti apa saja pencetus asma tersebut kambuh. Pada
kasus minum obat, jika pasien sudah merasa baik, dan merasa tidak perlu lagi meminum
obat maka kepatuhan minum obat akan terputus, dan yang terakhir yaitu berkenaan
dengan peranan keluarga, peran keluarga disini juga sangat berpengaruh terhadap upaya
pasien untuk mencegah kekambuhan, dikarenakan jika makin banyak keluarga yang
memberikan dukungan atau motivasi untuk pasien, maka pasien juga akan mengontrol
apapun yang menjadi penyebab kekambuhan asma, dan juga pasien akan selalu rutin
untuk meminum obat untuk mencegah kekambuhan.

6
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 angka kematian
penduduk dengan penyakit asma bronchial di Indonesia mencapai 24.773 jiwa dan
menempati urutan ke 19. Menurut data (RISKESDAS, 2013) prevelensi asma bronkhial
di Indonesia mencapai 3,5% dari seluruh penduduk yang ada di Indonesia. Menurut
(Kemenkes RI, 2011) prevelensi penyakit asma bronkhial di Indonesia adalah sebesar
4,5% yang mencakup semua umur penderita asama bronkhial. Kemudian menurut
(Depkes RI, 2009), penyakit asma bronkhial paling banyak terjadi dan dijumpai di negara
maju, karena terdapat banyak polusi udara yang bersumber dari banyaknya asap
kendaraan.
{http://elibrary.almaata.ac.id/id/eprint/1509,( M MUYASAROH – 2019) }.

Penurunan penyakit asma dapat dikatakan berkurang apabila terjadi pengurangan


frekuensi serangan asma, perbaikan inflamasi saluran nafas, perbaikan aktivitas fisik, dan
juga perbaikan fungsi paru. Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
namun masih dapat dikontrol untuk mengurangi atau meminimalisir kekambuhan bagi
penderita.oleh karena itu pengetahuanlah yang harus dimiliki oleh penderita asma agar
dapat mengontol kekambuhan asma tersebut dimanapun dan juga kapanpun. Jika
penderita tidak dapat mengontrol asma tersebut maka dipastikan untuk tahun berikutnya
prevalensi penderita asma di Indonesia akan terus bertambah.
{http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/27,(K Katerine, I Medison, E Rustam - Jurnal
Kesehatan Andalas, 2014)}.

Kekambuhan penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni faktor dari pasien itu
sendiri dan juga factor dari pengobatan. Faktor yang terdapat pada pasien sendiri yaitu
berkenaan dengan kehidupan sehari-hari pasien tersebut bagaimana penderita dapat
mengontrolnya, dan juga upaya mereka untuk meminimalisir kekambuhan asma. Yang
kedua yaitu berkaitan dengan kepatuhan dalam hal pengobatan yang tidak disadari oleh
penderita yang terkadang menyepelehkan hal tersebut. Oleh karena itu kedua hal tersebut
harus berjalan secara beriringan agar dapat memaksimalkan upaya untuk mencegah atau
meminimalisir kekambuhan asma. {https://eprints.umm.ac.id/63391/1/PENDAHULUAN.pdf,
(Sundaru, Koesnoe , Shaftri, & Ferliani, 2015)}

7
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah, dirumuskan masalah Literatur sebagai
berikut:“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Asma
Bronkial Dengan Masalah Keperawatan Ketidak Efektfan Pola Nafas Di Rumah Sakit
Umum Islam YAKSSI Gemolong Tahun 2022 ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
pada Tn.G dengan Asma Brokhial diruang rawat inap RSUI YAKSSI GEMOLONG
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan kebidanan pada pasien Tn. G Asma
bronkial dengan pola napas tidak efektif.
b. Menggambarkan hasil diagnosis kebidanan pada pasien Asma bronkial dengan
pola napas tidak efektif.
c. Menggambarkan hasil rencana asuhan kebidanan pada pasien Asma bronkial
dengan pola napas tidak efektif.
d. Menggambarkan hasil implementasi kebidanan pada pasien Asma bronkial
dengan pola napas tidak efektif.
e. Menggambarkan hasil evaluasi kebidanan pada pasien Asma bronkial dengan
pola napas tidak efektif.
f. Menganalisis hasil pemberian intervensi inovasi dengan konsep Evidance Based
Practice pada pasien asma bronkial dengan pola napas tidak efektif

8
D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi penulis
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu dan menambah wawasan
penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien Asma Bronkhial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien / Keluarga Pasien
Menambah pengetahuan dan keterampilan pasien dalam upaya ,pencegahan dan
perawatan serta pemanfaatan fasilitas Kesehatan dalam merawat diri sendiri atau
anggota keluarga yang menderita Asma Bronkhial.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai refrensi tambahan ilmu pengetahuan umum bagi mahasiswa STIKES
ESTU UTOMO dan mahasiswa yang membutuhkan sebagai bahan bancaan dan
dasar untuk studi lainnya.

c. Bagi Rumah Sakit


Dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam meningkatkan
“Asuhan Kebidanan pada pasien dengan kasus Asma Bronkhial diruang rawat
inap RSUI YAKSSI”

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Asma Bronkhial


Kata “Asma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-engah” atau sukar
bernapas. Menurut “United States National Tuberculosis Association” 1967, Asma
Bronkial adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai
dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama
pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan.
{https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
asma.pdf.,( SA Pelahayati - 2020 }
Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur pasien, status atopi, faktor
keturunan, serta faktor lingkungan.

Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni :


1. Asma bronkial Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain
penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma
bisa datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul
lantaranadanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian
bawah. Penyempitan iniakibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan
2. Asma kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang
tidur
{https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP/article/view/107 , (M Saranani, DYS
Rahayu… - Health Information …, 2019) }

10
B. Etiologi
Menurut the lung Association ada 2 faktor yang menjadi pencetus asma (klinik
citama, 2011):
1. pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya aliran pernafasan dan
mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan tetapi tidak
menyebabkan peradangan seperti :
a. Perubahan cuaca atau suhu udara
b. Rangsangan sesuatu yang bersifat alergi misal; asap rokok, serbuk sari, debu, bulu
binatang, asap, uap, dan olahraga insektisida,polusi udara dan hewan peliharaan .
c. Infeksi saluran pernapasan .
d. Gangguan emosi
e. Kerja fisik atau olahraga yang berlebihan
2. Penyebab (inducer) yaitu sel mast disepanjang bronchi melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrien sebagai respon terhadap benda asing (allergen) seperti serbuk
sari, debu halus yang terdapat didalam rumah atau bulu binatang yang menyebabkan
terjadinya :
a. Kontraksi otot polos
b. Peningkatan pembentukan lender
c. Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronkus yang mengakibatkan peradangan
pada saluran pernafasan dimana hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
{ http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2969/1/Sri%20Adha

%20Pelayati.pdf,( SA Pelahayati - 2020 ) }

11
C. Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan penyakit yang
disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja, sehingga terapi utama pada saat itu
adalah suatu bronkodilator, seperti beta agonis dan golongan metil ksantin saja. Namun,
para ahli mengemukakan konsep baru yang kemudian digunakan hingga kini, yaitu
bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran pernafasan, yang ditandai
dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan terhadap rangsangan
(hyperresponsiveness). Selain itu juga terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan
penurunan kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi
hiperinflasi distal, perubahan mekanis paru-paru, dan meningkatnya kesulitan pernafasan.
Selain itu juga dapat terjadi peningkatan sekresi mukus yang berlebihan.
Secara klasik, asma dibagi dalam dua kategori berdasarkan faktor pemicunya,
yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik atau idiosinkratik. Asma ekstrinsik
mengacu pada asma yang disebabkan karena menghirup alergen, yang biasanya terjadi
pada anak-anak yang memiliki keluarga dan riwayat penyakit alergi (baik eksim, urtikaria
atau hay fever). Asma intrinsik mengacu pada asma yang disebabkan oleh karena
faktorfaktor di luar mekanisme imunitas, dan umumnya dijumpai pada orang dewasa.
Disebut juga asma non alergik, dimana pasien tidak memiliki riwayat alergi. Beberapa
faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat-obatan, stress,
dan olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga. Khusus untuk asma yang
dipicu oleh olahraga dikenal dengan istilah .
( https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1065265,( Z Ikawati - 2016 - Bursa Ilmu,) }.

Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi saluran napas.
Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu respons inflamasi, baik pada asma
ekstrinsik maupun intrinsik, tetapi karakteristik inflamasi pada asma umumnya sama,
yaitu terjadinya infiltrasi eosinofil dan limfosit serta terjadi pengelupasan sel-sel epitelial
pada saluran nafas dan dan peningkatan permeabilitas mukosa(Infodatin, 2017).
(http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/page/41/definisi-asma ,MA
Laksana, K Berawi - Jurnal Majority, 2015) }

Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga pada penderita asma yang ringan. Pada
pasien yang meninggal karena serangan asma , secara histologis terlihat adanya sumbatan
12
(plugs) yang terdiri dari mukus glikoprotein dan eksudat protein plasma yang
memerangkap debris yang berisi se-sel epitelial yang terkelupas dan sel-sel inflamasi.
Selain itu terlihat adanya penebalan lapisan subepitelial saluran fas. Respons inflamasi ini
terjadi hampir di sepanjang saluran napas, dan trakea sampai ujung bronkiolus. Juga
terjadi hiperplasia dari kelenjar-kelenjar sel goblet yang menyebabkan hipersekresi
mukus yang kemudian turut menyumbat saluran napas.

Penyakit asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel inflamasi,


mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel inflamasi utama yang turut
berkontribusi pada rangkaian kejadian pada serangan asma antara lain adalah sel mast,
limfosit, dan eosinofil, sedangkan mediator inflamasi utama yang terlibat dalam asma
adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan beberapa sitokin yaitu :
interleukin .
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari meningkatnya
responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya rangsangan dari luar, yang disebut
alergen. Rangsangan ini kemudian akan memicu pelepasan berbagai senyawa endogen
dari sel mast yang merupakan mediator inflamasi, yaitu histamin, leukotrien, dan faktor
kemotaktik eosinofil. Histamin dan leukotrien merupakan bronkokonstriktor yang poten,
sedangkan faktor kemotaktik eosinofil bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil
menuju tempat terjadinya peradangan yaitu di bronkus .
( https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1065265,( Z Ikawati - 2016 - Bursa Ilmu,) }.

D. Klasifikasi Asma Bronkial


Berdasarkan Penyebabnya
1. Asma Bronkial Ekstrinsik/Alergik/Atopik
a. Asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, tepung sari, makanan dan lain
lain.Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman (seasonal).
b. Memiliki riwayat penyakit alergi pada keluarga. c. Biasanya dimulai sejak kanak-
kanak.
2. Asma Bronkial Non Atopik /Intrinsik/Non Alergenik

13
a. Faktor-faktor pencetus : common cold, infeksi saluran pernapasan atas,
aktivitas,emosi/stress, dan polusi lingkungan. Beberapa agen farmakologi seperti
bahan sulfat (penyedap makanan)
b. Serangan Asma Bronkial ini dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronkitis dan emfisema
c. Pada beberapa kasus dapat menjadi Asma Bronkial campuran d. Biasanya dimulai
ketika dewasa.
3. Asma Bronkial Campuran / Mixed Asma Bronkial
a. Asma Bronkial yang paling sering ditemukan
b. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis Asma Bronkial alergi dan non
alergi.

Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial


(https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2019/01/2009-GINA.pdf,( C Kroegel - Expert
review of clinical immunology, 2009 - Taylor & Francis) }.
1. Asma Bronkial Intermiten
Gejala-gejala kurang dari satu kali perminggu, kekambuhan (eksaserbasi)
sebentar, gejala-gejala di malam hari tidak lebih dari dua kali per bulan, APE (Arus
Puncak Ekspirasi) ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20%.
2. Asma Bronkial Persisten Ringan
Gejala-gejala lebih dari sekali per minggu tetapi kurang dari satu kali per
hari,eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejalagejala di malam hari
lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20-30%.
3. Asma Bronkial Persisten Sedang
Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan
tidur,gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi
dan variabilitas APE > 30%.
4. Asma Bronkial Persisten Berat

14
Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi sering kali, gejala-gejala Asma Bronkialdi
malam hari sering kali, keterbatasan aktivitas fisik, APE < 60% prediksi, variabilitas
APE > 30%.

E. Tanda Gejala Asma Bronkial


Gejala Asma Bronkial bersifat episodik, seringkali reversible dengan atau tanpa
pengobatan. Gejala awal berupa :
1. Batuk terutama pada malam atau dini hari
2. Sesak napas
3. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar saat menghembuskan napas
4. Rasa berat di dada
5. Dahak sulit keluar
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yang termasuk
gejala yang berat adalah :
1. Serangan batuk yang hebat
2. Sesak nafas yang berat dan tersengal-sengal
3. Sianosis
4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
5. Kesadaran menurun.

F. Komplikasi
Beberapa komplikasi asma bronkial menurut meliputi :
1. Pneumothoraks. Pneumotoraks adalah keadaan dimana adanya udara dalam rongga
pleura yang dicurigai bila terdapat benturan dan tusukan dada.
2. Pneumomediastinum. Pneumomediastinum disebut juga Emfisema Mediastinum
adalah satu kondisi dimana adanya udara pada mediastinum. Kondisi ini disebabkan
oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara luar dari paru-paru, saluran
udara atau usus kedalam rongga dada.
3. Atelectasis Atelektasis adalah pengerutan atau saluran paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara atau akibat dari pernapasan yang sangat dangkal.

15
4. Aspergillosis Aspergillosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan dari
jamur yaitu aspergillus sp.
5. Gagal nafas.
Gagal nafas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan karbondioksida dengan
paru-paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksigen dan pembentukan karbon
dioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkitis. Bronkitis atau radang paru-paru adalah kondisi dimana lapisan bagian
dalam saluran pernapasan yang kecil (bronkiolus) mengalami bengkak.

G. Faktor Risiko Asma Bronkial


Faktor Host (Penjamu)
Faktor host adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat
persinggahan penyakit. Host/Penjamu bisa saja terkena atau tidak terkena penyakit.
1. Genetik
Asma Bronkial timbul karena faktor genetik / keturunan dan lingkungan. Asma
Bronkial tidak dapat timbul semata – mata hanya karena faktor lingkungan, namun
juga harus di latar belakangi oleh adanya bawaan/keturunan yang memiliki Asma
Bronkial. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita alergi. Jika salah satu orangtua menderita alergi, kemungkinan
anaknya menderita alergi adalah 25-50% dan kemungkinan bertambah 50-75% bila
kedua orang tuanya menderita alergi.
2. Hipereaktivitas
saluran napas Asma Bronkial dengan orang normal yang membedakannya adalah
sifat saluran napas pasien Asma Bronkial yang sangat peka terhadap berbagai
rangsangan seperti iritan (debu), zat kimia (histamine, metakolin) dan fisis (kegiatan
jasmani). Sebagian hipereaktivitas saluran napas diduga didapat sejak lahir, tetapi
sebagian lagi didapat.

16
3. Umur
Asma Bronkial dapat terjadi pada semua golongan usia. Sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Pada anak sering timbul pada usia dibawah 4 tahun, masalah pengobatan timbul
justru sesudah usia ini. Karena alasan yang belum diketahui, serangan Asma Bronkial
pada sebagian besar anak akan berkurang dan bahkan menghilang. Bahwa 60% Asma
Bronkial anak akan menghilang pada umur 10 tahun, 75-80% menghilang pada usia
14 tahun.

Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan Asma


Bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau Asma Bronkial yang kambuh lagi
atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa. Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa usia 10-20 tahun mempunyai angka kesembuhan yang paling
tinggi. Semakin meningkatnya usia angka kekambuhan juga semakin besar. Jadi
jangan heran bila Asma Bronkial akan kembali lagi pada usia 60 tahun, meskipun
anda telah bebas Asma Bronkial selama 40 tahun.

pada masa kanak-kanak, penderita Asma Bronkial pada laki-laki lebih banyak
dari pada penderita perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Berdasarkan
penelitian Sihombing di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2007, menunjukkan
bahwa proporsi Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah
perempuan (61,4%) sedangkan proporsi Asma Bronkial pada laki laki (38,6%).
{http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/55649,( DA Purwandari ) }

17
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol sehingga
penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu :
1. penatalaksanaan asma jangka panjang
2. penatalaksanaan asma akut/saat serangan.
a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol
dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada
saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan
diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.
b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa
Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:
1) Mengatasi gejala serangan asma
2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
3) Mencegah terjadinya kekambuhan
4) Mencegah kematian karena serangan asma

Program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu :


1) Edukasi Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan energi pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2) Menilai dan monitor berat asma secara berkala Penilaian klinis berkala antara 1-6
bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada
penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi

18
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
3) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4) Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang Penatalaksanaan asma
bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
{http://repository.poltekeskupang.ac.id/1008/1/Karya%20Tulis%20Ilmiah-dikonversi.pdf ,(RE
Seran - 2019 )}.

Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :


1) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas,
terdiri atas pengontrol dan pelega.
2) Tahapan pengobatan
a. Asma Intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu sedangakan alternatif
lainnya tidak ada.
b. Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian diberikan
Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau ekivalennya), untuk alternati
diberikan Teofilin lepas lambat, kromolin dan leukotriene modifiers.
c. Asma Persisten Sedang, medikasi pengontrol harian diberikan Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid (400-800 ug BD/hari atau ekivalennya), untuk alternatifnya
diberikan glukokortikosteroid ihalasi (400-800 ug Bd atau ekivalennya) ditambah
Teofilin dan di tambah agonis beta 2 kerja lama oral, atau Teofilin lepas lambat.
d. Asma Persisten Berat, medikasi pengontrol harian diberikan ihalasi
glukokortikosteroid (> 800 ug Bd atau ekivalennya) dan agonis beta 2 kerja lama,
ditambah 1 antara lain : Teofilin lepas lambat, Leukotriene, Modifiers,
Glukokortikosteroid oral. Untuk alternatif lainnya Prednisolo/ metilprednisolon
oral selang sehari 10 mg ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah
Teofilin lepas lambat.
e. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi
kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma

19
jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistik/ memungkinkan bagi penderita
dengan maksud mengontrol asma.
a) Menetapkan pengobatan pada serangan akut Pengobatan pada serangan akut
antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4 jam, alternatifnya Agonis beta 2
subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila
mungkin Kortikosteroid sistemik.
b) Kontrol secara teratur . Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal
yang penting diperhatikan oleh dokter yaitu:
a. Tindak lanjut (follow-up) teratur
c) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila diperlukan Pola
hidup sehat
d) Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun terdapat
salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah execrise, akan tetapi
tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan olahraga. Senam asma
Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena
melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya, selain manfaat lain
pada olahraga umumnya.
e) Berhenti atau tidak pernah merokok
f) Lingkungan kerja Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat
menimbulkan asma.

20
BAB III

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tanggal masuk : 14 Agustus 2022 Jam : 15.25


NO.RM : 168194
A. DATA SUBYEKTIF
Nama pasien : Tn.G
Jenis Kelamin : Laki- laki
Tanggal lahir / Umur : 31 Desember 2022
Alamat : Sidorejo Rt 12,Tlogotirto,Sumberlawang
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Kawin
Status Pasien : Rawat Inap
Keluhan Utama : Sesak di ulu hati,

B. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN UMUM
KU : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
BB : 57 kg
TB : 164 cm

TTV
Tekanan Darah : 138/ 92
Nadi : 89
Respirasi : 24
Suhu : 36,4
SPO : 89 %

21
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HB : 15,7 g/dl
GDS :-
Kolestrol :-
Golongan Darah :B
Antigen Covid : Negative

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratarium
Rontgen
Scanning

E. ANALISA
Pasien Tn. G usia 66 tahun dengan Asma Bronkhial

F. PLANNING
PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGENASI DENGAN NASAL KANUL TN.G
Pemberian oksigen dengan nasal kanul adalah alat bantu pernafasan yang diletakkan pada
lubang hidung untuk mendukung kebutuhan oksigen pada TN.G Pemberian oksigen dengan
nasal kanul pada TN.G untuk memudahkan TN.G bernapas. Berikut prosedur pemberian
oksigenasi pada TN.G
1. Mencuci tangan
2. Memakai handscoon
3. Menjelaskan pada pasien Tindakan yang akan dilakukan pada pasien
4. Mendekatkan alat pada pasien
5. Atur posisi pasien

6. Sambungkan selang O2 dengan oksigen

7. Flowmeter di coba di punggung tangan lalu di tutup Kembali

8. Pasang nasal kanul pada hidung pasien

22
9. Buka flowmeter kembali dengan ukuran sesuai instruksi dokter

10. Memberi tahu pasien bahwa tindakan telah selesai

11. Rapikan alat dan pasien

12. Lepas handscoon

13. Mencuci Tangan

23
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diporeleh dalam laporan kasus ini adalah bahwa
penyakit Asma bronchial merupakan salah satu jenis asma yang umum terjadi di
kalangan masyarakat yang disebabkan oleh penyempitan yang terjadi pada saluran
pernafasan , dengan ditandai oleh beberapa gejala seperti mengi, sesak nafas, kekakuan
dada dan juga batuk yang berulang . Sehingga pasien perlu adanya pasuka okasigen yang
cukup . Pengetahuan tentang penyakit asma bronchial sangat bermanfaat untuk
mengontrol serta menghindari pemicu kekambuhan asma. Maka dari itu pasien yang
mempunyai asma hendaknya janganlah berolahraga,atau melakukan kegiatan yang berat .

B. SARAN
1. Memberikan pasien ketenangan dan istirahat yang cukup agar pasien tidak lelah
sehingga dapat mengurangi risiko kekambuhan penyakitnya.
2. Keluarga sebaiknya mendukung pengobatan pasien secara psikis, fisik, dan material
sehingga meringankan beban pikiran dan tenaga pasien. Terutama mengingatkan
untuk menghindari faktor-faktor pencetus penyakitnya.
3. Pasien harus rutin berolahraga yang ringan serta ikut menjaga dirinya agar terhindar
dari paparan faktor pencetus penyakitnya, terutama yang sudah diketahui pasien dan
pernah menimbulkan kekambuhan serangan terhadap diri pasien.
4. Pasien agar lebih mendekatkan diri kepada tuhan dengan rutin melakukan
persembahyangan 3 x sehari sehingga memberikan perasaan tenang, nyaman dan
damai di kehidupan pasien yang sudah senja.

24
DAFTAR PUTAKA

TRIANA, E. S. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL).

Astuti, R., & Darliana, D. (2018). Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan
kekambuhan asma bronkhial. Idea nursing journal, 9(1).

Ferliani, F., Sundaru, H., Koesnoe, S., & Shatri, H. (2015). Kepatuhan Berobat pada
Pasien Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-Faktor yang Berhubungan. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, 2(3), 140-150.

MUYASAROH, M. (2019). HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN,


SIKAP, DAN PERILAKU IBU DALAM PERAWATAN PENDERITA ASMA
BRONKHIAL DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA
ANAK (Doctoral dissertation, Universitas Alma Ata Yogyakarta).

Katerine, K., Medison, I., & Rustam, E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Asma dengan Tingkat Kontrol Asma. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(1).

Navisa, N. (2020). UPAYA PASIEN DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN


PENYAKIT ASMA BRONKHIAL (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Malang).

Pelahayati, S. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Asma


Bronkhial Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas di Rumah
Sakit Umum Daerah Pandan Tahun 2020.

25
Saranani, M., Rahayu, D. Y. S., & Ketrin, K. (2019). Manajemen Kasus Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Tuberkulosis Paru. Health Information: Jurnal
Penelitian, 11(1), 26-32.

Pelahayati, S. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Asma


Bronkhial Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas di Rumah
Sakit Umum Daerah Pandan Tahun 2020.

Laksana, M. A., & Berawi, K. (2015). Faktor–Faktor Yang Berpengaruh pada


Timbulnya Kejadian Sesak Napas Penderita Asma Bronkial.  Jurnal Majority, 4(9),
64-68.

Kroegel, C. (2009). Pedoman Global Initiative for Asthma (GINA): 15 tahun


penerapan. Tinjauan ahli imunologi klinis , 5 (3), 239-249.

Purwandari, D. A. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S DENGAN


MASALAH ASMA BRONCHIAL PADA TN. S DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS
MAGELANG UTARAKOTA MAGELANG.

Seran, R. E. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. A. L Dengan Gagal Ginjal


Kronik Di Ruangan Kenanga RSUD. Prof. Dr. WZ Johannes Kupang  (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

26

Anda mungkin juga menyukai