Anda di halaman 1dari 71

LINGKAR PEMECAHAN MASALAH

EVALUASI KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT
PERIODE JANUARI 2022 - NOVEMBER 2022

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Anjani Khoirrunnissa Utami 1102017029


Ilham Syahputra 1102015095
Annisa Nur Aini 1102017032
Armain 1102017039
Dysa Ayu Salsabila 1102017077

Pembimbing:

Dr. dr. Erlina Wijayanti, MPH, SpKKLP

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 5 DESEMBER 2022 - 7 JANUARI 2023


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Lingkaran Pemecahan Masalah dengan judul “Evaluasi program Keluarga


Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat
Periode Januari 2022 - November 2022” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk
dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik
Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI.

Jakarta, 01 Januari 2022


Pembimbing

Dr. dr. Erlina Wijayanti, MPH, SpKKLP

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia –Nya kepada tim
penulis sehingga laporan Lingkaran Pemecahan Masalah “Evaluasi program
Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Jakarta Pusat Periode Januari 2022 – November 2022” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya, hingga kepada
umatnya hingga akhir zaman. Aamiin Yaa Rabbal’Alamiin.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber
pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai ilmu kesehatan
masyarakat, semoga dapat memberikan manfaat.
Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing
staf pengajar, dokter dan tenaga medis puskesmas, serta orang-orang sekitar yang
terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. dr. Erlina Wijayanti, MPH, Sp.KKLP selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat. Serta selaku
koordinator dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga
Universitas YARSI
2. dr. Siti Maulidya Sari, Mm. Epid, DipI.DK selaku Kepala Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas YARSI dan staf pengajar Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
3. dr. Maya Trisiswati, MKM, selaku koordinator Kedokteran Keluarga
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas YARSI yang telah
membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat.

3
4. Dr. dr. Fathul Jannah M.Si, Sp. KKLP, dr. Rita Komalasari, MoD, PhD,M,
Kes, DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, DR. Rifqatussa’adah, S.KM,
M.Kes, dan selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberi
masukan yang bermanfaat.
5. dr. Ovi Norfiana, M.K.M selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
6. dr. Dwi Maisa Mawarti selaku penanggung jawab kepaniteraan di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang.
7. Neta Aulia, Amd.Keb selaku Koordinator Keluarga Berencana Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang
8. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan tanah abang,
Jakarta Pusat.
9. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama sehingga
tersusun laporan ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam laporan lingkaran pemecahan masalah


ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu kami mengharapkan saran
kritik yang dapat membangun dalam laporan lingkaran pemecahan masalah ini
untuk perbaikan di kemudian hari. Kami berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi tim penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin Yaa
Rabbal’Alamiin.

Jakarta, 01 Januari 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2


KATA PENGANTAR ........................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 6
1.2 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................................... 7
1.3 Gambaran Umum Kecamatan Tanah Abang .......................................... 15
1.4 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Tanah Abang........................ 21
1.5 Program Keluarga Berencana (KB) ........................................................ 22
1.6 Identifikasi Masalah ................................................................................ 34
1.7 Rumusan Masalah ................................................................................... 35
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH .... 36
2.1 Penetapan Prioritas.................................................................................. 36
2.2 Pemilihan Metode PAHO ....................................................................... 41
2.3 Penentuan Bobot Kriteria ........................................................................ 41
2.4 Prioritas Masalah Terpilih....................................................................... 52
2.5 Kemungkinan Penyebab Masalah dan Akar Penyebab Masalah ............ 52
2.6 Mencari Penyebab Masalah yang Paling Dominan .................................... 57
BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH ...................... 60
3.1 Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah .......................................... 60
3.1 Prioritas Pemecahan Masalah Terpilih ................................................... 64
BAB IV
RENCANA USULAN DAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
PEMECAHAN MASALAH ................................................................. 65
4.1 Menyusun Rencana Usulan Kegiatan ..................................................... 65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 68
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 68
5.2. Saran ....................................................................................................... 69

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk
terbesar keempat setelah Negara China, Negara India, dan Negara Amerika
Serikat dengan jumlah 273.879.750 jiwa pada tahun 2021. Disdukcapil
mengatakan Terdapat kenaikan sebanyak 2.529.861 jiwa dibanding tahun
2020 (Direktorat Jenderal Dukcapil, 2022). Pada dasarnya pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya manusia sulit terlaksana
jika jumlah penduduk tidak terkendali. Oleh karena itu pemerintah berupaya
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan salah satu program
yang dikenal dengan salah satu program yang dikenal dengan Keluarga
Berencana (KB).
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Permenkes, 2014).
Penyelenggaraan program Keluarga Berencana adalah proses, cara, dan
tindakan untuk melaksanakan program Keluarga Berencana oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
Mengacu pada Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, penyelenggara pelayanan
kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) sehingga salah
satu yang termasuk dalam FKTP adalah Puskesmas dengan salah satu upaya
kesehatan yang dilakukan yaitu upaya kesehatan masyarakat termasuk di
dalamnya adalah pelayanan KB (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

6
1.2 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
1.2.1. Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah fasilitas
pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya
(Permenkes No. 43 tahun 2019).
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitasi yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat (Permenkes No. 43 tahun 2019).

1.2.2. Tujuan Puskesmas


Berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang
sehat, dengan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan sehat.
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat (Permenkes No.43 tahun 2019).

1.2.3. Visi dan Misi Puskesmas


a. Visi
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju
terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku
yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

7
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya.

Indikator kecamatan sehat adalah


1. Lingkungan sehat.
2. Perilaku penduduk yang sehat.
3. Cakupan kesehatan yang bermutu.
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan.
b. Misi
Dalam rangka untuk mewujudkan ditetapkan misi pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yang bertujuan guna
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan
pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah
kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan, setidak tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu
berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar dan berusaha untuk
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan

8
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana,
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu
berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan
bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan
yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang
dilakukan Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari sisi
yang bersangkutan (KEPMENKES Nomor
128/MENKES/SK/II/2004).

1.2.4. Fungsi Puskesmas


Menurut Permenkes No. 43 tahun 2019 Puskesmas menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat / UKM tingkat
pertama di wilayah kerjanya.
2. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
3. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
4. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
5. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait.
6. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat.
7. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas.

9
8. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
9. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan.
10. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
11. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Perorangan/UKP tingkat pertama
di wilayah kerjanya
Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
mengenal dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

1.2.5. Peran Puskesmas


Konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dengan ikut serta
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan
realistis, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan
pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam
pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan
kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Permenkes No.75 tahun 2014).

10
1.2.6. Prinsip Penyelenggaraan dan Tugas Puskesmas
1. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
a. Paradigma sehat
b. Pertanggungjawaban wilayah
c. Kemandirian masyarakat
d. Pemerataan
e. Teknologi tepat guna, dan
f. Keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes 75 tahun 2014).
2. Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes
75 tahun 2014). Dalam regulasi dan kebijakan tentang Puskesmas,
ditetapkan bahwa tugas pokok dan fungsi Puskesmas ada empat hal,
yaitu:
a. Sebagai pembina kesehatan wilayah (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 75/2014 tentang Puskesmas dan Peraturan
Pemerintah No. 18/2016 tentang Perangkat Daerah)
b. Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat atau UKM
(Kepmenkes No. 128/2004 dan PMK 75/2014)
c. Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan atau UKP
(Kepmenkes No. 128/2004 dan PMK 75/2014) 4. Melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen Puskesmas (Kepmenkes No.
128/2004).

1.2.7. Strategi Puskesmas


Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan
(Mubarak, 2014) antara lain:
1. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (Comprehensive
Health Care Service).
2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang
menyeluruh (Holistic Approach).

11
1.2.8. Upaya Kesehatan Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan (Permenkes No.
43 tahun 2019). Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi
upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan.
1. Upaya Kesehatan masyarakat esensial meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan keluarga
d. Pelayanan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
2. Upaya Kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat inovatif dan/atau
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia di Puskesmas:
a. Ketuk pintu layani dengan hati
b. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
c. Upaya Kesehatan Kerja
d. Upaya Kesehatan Olahraga

1.2.9. Wilayah Kerja Puskesmas


Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antara
Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesibilitas (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas
secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan

12
oleh bupati setelah mendengar saran teknis dari kantor wilayah
departemen kesehatan provinsi.
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan
berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan
penyelenggaraan. Puskesmas dikategorikan menjadi tiga, yaitu
Puskesmas Kawasan Perkotaan, Puskesmas Kawasan Pedesaan dan
Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil.
1. Puskesmas Kawasan Perkotaan adalah sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a merupakan Puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga)
dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya
pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan
jasa;
b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km,
pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5
km, atau hotel;
c. Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga
memiliki listrik;
d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas
perkotaan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan
perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memprioritaskan pelayanan UKM
b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
Masyarakat
c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau masyarakat
d. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

13
e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan
dan permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan
masyarakat perkotaan.
2. Puskesmas Kawasan Pedesaan sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat
(1) huruf b merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi
kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat)
kriteria kawasan perdesaan sebagai berikut:
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada
sektor agraris.
b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km,
pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius
lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau
hotel.
c. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh
persen).
d. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan
pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat.
b. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
c. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan
pola kehidupan masyarakat pedesaan.
3. Puskesmas Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil sebagaimana
dimaksud Pasal 25 ayat (1) huruf c dan huruf d memenuhi kriteria
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas
yang wilayah kerjanya meliputi kawasan terpencil dan sangat
terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:

14
a. Memberi pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan
kompetensi tenaga kesehatan.
b. Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan
kompetensi dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan
bidan.
c. Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan
kearifan lokal.
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan
pola kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat
terpencil.
e. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
puskesmas dan jejaring puskesmas, dan Pelayanan UKM dan
UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster
dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan
aksesibilitas (Permenkes 43 tahun 2019).

1.2.10. Dasar Hukum


Dasar Hukum Penyelenggaraan Puskesmas adalah:
a. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
b. Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
c. Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
d. Permenkes No. 4 Tahun 2019 Tentang SPM Bidang Kesehatan.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas
f. Permenkes No. 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas

1.3 Gambaran Umum Kecamatan Tanah Abang


1.3.1. Letak Wilayah
Kecamatan Tanah Abang adalah salah satu kecamatan yang terletak
di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat. Kecamatan ini memiliki jumlah
penduduk sebesar 182.548 jiwa dan luas wilayah 92,5 km2 yang terbagi
dalam 29.596 Kepala Keluarga (KK); terbagi dalam 7 kelurahan, 698 RW
dan 64 RT (Profil Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, 2021).

15
Kecamatan Tanah Abang memiliki 7 Wilayah Kelurahan yaitu:
a. Kebon Kacang
b. Kebon Melati
c. Bendungan Hilir
d. Karet Tengsin
e. Pertamburan
f. Kampung Bali
g. Gelora
Batas Wilayah Kecamatan Tanah Abang adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Jl. Jati Baru - Jl. Kebon Sirih, Kecamatan Gambir
b. Sebelah Barat : Kali Grogol Utara - Jl. Palmerah Utara - Jl. KS
Tubun
c. Sebelah Selatan : Jl. Jend. Sudirman, Kodya Jakarta Barat
d. Sebelah Timur : Kali Cideng - Jembatan Dukuh Atas, Kecamatan
Menteng
1.3.2. Keadaan Demografi
Pada tabel berikut dapat esa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah
rumah tangga dan dilihat data mengenai luas wilayah, jumlah kepadatan
penduduk Kecamatan Tanah Abang tahun 2021.

16
Tabel 1.3.2.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Keluaran, Jumlah Penduduk, Jumlah
Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Tanah Abang 2021

Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah Jumlah
No Kelurahan Desa Kelurahan Rumah Penduduk
(km2) Penduduk
Tangga per km2

Kebon
1 7,1 0 1 27.429 4.820 3.864
Kacang

Kebon
2 12,6 0 1 41.409 5.777 3.287
Melati

Bendungan
3 15,8 0 1 27.065 4.789 1.713
Hilir

Karet
4 15,3 0 1 24.397 3.775 1.595
Tengsin

5 Petamburan 9,0 0 1 43.559 5.265 4.839

Kampung
6 7,3 0 1 14.737 4.820 2.019
Bali

7 Gelora 25,4 0 1 3.952 350 156

Jumlah 92,5 0 7 182.548 29.596 1.973


Sumber : Puskesmas Kecamatan Tanan Abang, 2021

Berdasarkan tabel diatas menggambarkan total luas wilayah


kecamatan tanah abang yaitu 92,5 km2, 7 kelurahan, total penduduk
sebanyak 182.548 orang, total rumah tangga sebanyak 29.596, dan
kepadatan penduduk 1.973 per km2.
Pada tabel di bawah, dapat dilihat data mengenai jumlah penduduk
menurut jenis kelamin di wilayah Kecamatan Tanah Abang tahun 2021.

17
Tabel 1.3.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kecamatan
Tanah Abang 2021

Jumlah Penduduk
Desa L+P
Laki - laki Perempuan

Kebon Kacang 13.894 13.535 27.429

Kebon Melati 21.123 20.286 41.409

Bendungan Hilir 13.443 13.622 27.065

Karet Tengsin 12.361 12.036 24.397

Petamburan 22.213 21.346 43.559

Kampung Bali 7.385 7.352 14.737

Gelora 1.961 1.991 3.952

Total 92.380 90.168 182.548


Sumber : Puskesmas Kecamatan Tanan Abang, 2021

Berdasarkan tabel jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin,


jumlah penduduk laki-laki di kecamatan Tanah Abang lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk perempuan yaitu 92.380 penduduk.

Pada tabel berikut dapat dilihat data mengenai jumlah penduduk


menurut usia di wilayah Kecamatan Tanah Abang tahun 2021.

Tabel 1.3.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia di Wilayah Kecamatan


Tanah Abang Tahun 2021

Kelompok Umur Jumlah Penduduk L+P


(Tahun)

Laki - laki Perempuan

0-1 2380 2158 4538

2-4 4372 4239 8611

5-6 3050 3030 6080

7-9 4874 4520 9394

10 - 12 4370 4663 9033WA WEB]

18
13 - 14 3048 2864 5912

15 - 18 5981 5597 11578

19 - 44 38273 37120 75393

45 - 59 17786 17242 35028

60 - 64 3401 3374 6775

> 65 4452 5654 10106


Sumber : Puskesmas Kecamatan Tanan Abang, 2021

Berdasarkan tabel kelompok usia diatas, kelompok laki-laki dan


perempuan usia 19-44 tahun di Kecamatan Tanah Abang jumlahnya paling
banyak yaitu 75.393 penduduk.
Pada tabel berikut dapat dilihat data mengenai fasilitas kesehatan di
wilayah Kecamatan Tanah Abang tahun 2021.

Tabel 1.3.2.4 Data Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Tanah Abang Tahun
2021

No Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Rumah sakit 2

2 Puskesmas 7

3 Poliklinik 28

4 Tempat praktek dokter 24

5 Rumah bersalin 2

6 Tempat praktek bidan 10

7 Apotek 9

8 Posyandu 73

9 Posbindu PTM 24
Sumber : Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, 2021

19
1.3.3 Persebaran Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan, untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan praktek. Gambaran tenaga kesehatan yang mendukung
penyediaan pelayanan yang berkualitas di wilayah Kecamatan Tanah Abang
Tahun 2021. Tergambar pada tabel berikut yang terdiri dari tenaga medis,
tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga gizi dan tenaga teknis lainnya

Tabel 1.3.3.1 Persebaran Tenaga Kesehatan di Wilayah Kecamatan Tanah Abang

Jenis Kelamin
Jenis Profesi L+P
Laki-Laki Perempuan

Dokter Umum 11 23 34

Dokter Gigi 2 8 10

Perawat 11 34 45

Bidan 0 34 34

Kesehatan Masyarakat 1 1 2

Kesehatan Lingkungan 1 5 6

Gizi 0 5 5

Ahli Laboratorium Medik 1 4 5

Tenaga Kefarmasian 2 14 16

Apoteker 2 1 3

Pejabat Struktural 0 2 2

Tenaga Dukungan Manajemen 25 16 41

Total 56 147 203


Sumber : Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, 2021

20
1.4 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
1.4.1. Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang terletak di Kecamatan
Tanah Abang Kota Administrasi Jakarta Pusat tepatnya di Jl. Danau
Toba No.1, RT.1/RW.4, Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang,
Kota Jakarta Pusat. Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
membawahi 2 wilayah Kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Kebon Kacang


2. Kelurahan Bendungan Hilir

Puskesmas Kecamatan Tanah Abang sendiri memiliki 5


puskesmas kelurahan, yaitu Puskesmas Kelurahan Gelora,
Puskesmas Kelurahan Petamburan, Puskesmas Kelurahan Karet
Tengsin, Puskesmas Kelurahan Kampung Bali, Puskesmas
Kelurahan Kebon Melati, sedangkan untuk wilayah Kelurahan
Bendungan Hilir dan wilayah Kelurahan Kebon Kacang bergabung
menjadi 1 di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang sehingga total di
Kecamatan Tanah Abang terdiri dari 5 puskesmas kelurahan dan 1
puskesmas kecamatan.

Tabel 1.4.1. 1 Puskesmas di Wilayah Kecamatan Tanah Abang Tahun 2021

No. Nama Puskesmas Alamat Wilayah Kerja

1. Puskesmas Kecamatan Tanah Jl. Danau Toba No. 1, Kelurahan Bendungan


Abang RT.1/RW.4 Hilir, Kelurahan
Kebon Kacang

2. Puskesmas Kelurahan Gelora Jl. Lapangan Tembak Kelurahan Gelora


Senayan

3. Puskesmas Kelurahan Jl. Petamburan IV Kelurahan


Petamburan Petamburan

4. Puskesmas Kelurahan Karet Jl. Karet Pasar Baru Barat Kelurahan Karet
Tengsin VII/19 Tengsin

5. Puskesmas Kelurahan Jl. Kampung Bali Gg. 23 Kelurahan Kampung


Kampung Bali Bali

6. Puskesmas Kelurahan Kebon Jl. Sabeni Raya, Kelurahan Kebon


Melati RT.20/RW.12, Kb Melati
Sumber : Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, 2021

21
1.4.2 Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
a. Visi Puskesmas Kecamatan Tanah Abang

Puskesmas Kecamatan Tanah Abang menjadi puskesmas terdepan pilihan


utama masyarakat Jakarta.

b. Misi Puskesmas Kecamatan Tanah Abang


1. Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkarakter dan
berkualitas.
2. Memberikan pelayanan prima secara paripurna
3. Meningkatkan sarana dan prasarana yang tepat guna berbasis
teknologi terkini.
4. Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan harmonis.
5. Menjalin kemitraan yang efektif dan berkesinambungan dengan
lintas sektor terkait.

1.5 Program Keluarga Berencana (KB)


Berdasarkan Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020
Tentang Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan, Keluarga
Berencana yang selanjutnya disingkat KB adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. (BKKBN RI, 2020)
Sedangkan menurut Peraturan BKKBN RI No. 9 Tahun 2019
tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan
Usia Subur dalam Pelayanan Keluarga Berencana, program kependudukan,
keluarga berencana, dan pembangunan keluarga yang selanjutnya disebut
Program KKBPK adalah upaya terencana dalam mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas melalui pengaturan kelahiran
anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, serta mengatur kehamilan. (BKKBN
RI, 2019)

22
1.5.1 Tujuan Program

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program


yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan, baik secara
individu maupun sebagai bagian dari keluarga dan komunitasnya. Salah satu
tujuan dari program KB adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan
kualitas reproduksi Indonesia. Tujuan KB terbagi menjadi dua bagian, di
antaranya :

1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran. (Kemenkes RI, 2021)

1.5.2 Manfaat Program

Menjalani program KB sangat bermanfaat bagi pasangan suami


istri, selain membatasi kelahiran, juga bermanfaat mengurangi risiko
penyakit hingga gangguan mental. Penggunaan kontrasepsi juga mencegah
risiko kesehatan terkait kehamilan bagi perempuan, terutama bagi remaja
putri, dan bila kelahiran terpisah kurang dari dua tahun, angka kematian
bayi 45% lebih tinggi dibandingkan bila kelahiran berjarak 2-3 tahun dan
60% lebih tinggi daripada ketika kelahiran berjarak empat tahun atau lebih.
Berikut ini beberapa manfaat KB untuk pasangan suami istri :
1. Menurunkan Risiko Kehamilan
Alat kontrasepsi berfungsi untuk mencegah kehamilan yang tidak

23
diinginkan. Alat kontrasepsi juga berfungsi untuk menurunkan
risiko melahirkan terlalu muda atau 25 terlalu tua. Jika perempuan
yang terlalu tua dan belum menopause melakukan hubungan intim
tanpa menggunakan alat kontrasepsi, ada kemungkinan terjadi
kehamilan. Melahirkan di atas usia 35 tahun akan berisiko pada
wanita dan dapat menyebabkan kematian.
2. Tidak Mengganggu Tumbuh Kembang Anak
Jika anak belum satu tahun sudah memiliki adik, tumbuh
kembang anak akan terganggu. Normalnya jarak anak pertama dan
kedua antara 3-5 tahun. Jika anak belum berusia 2 tahun sudah
mempunyai adik, ASI untuk anak tidak bisa penuh 2 tahun sehingga
kemungkinan mengalami gangguan kesehatan.
Orang tua yang mempunyai dua anak juga akan mengalami
kesulitan membagi waktu. Maka anak yang lebih besar akan akan
kurang perhatian, meski anak masih membutuhkan perhatian penuh
dari kedua orangtuanya.
3. Menjaga Kesehatan Mental
Sebagian wanita kemungkinan mengalami depresi yang
cukup hebat setelah melahirkan. Depresi biasanya hilang jika
mendapatkan dukungan dari pasangan. Jika terjadi kelahiran anak
dengan jarak yang dekat, kemungkinan risiko depresi semakin
besar. Depresi juga dapat terjadi pada ayah karena tidak siap secara
fisik dan mental.
Dua kondisi tersebut bisa dihilangkan dengan melakukan
program Keluarga Berencana. Jika melakukan pengaturan
kehamilan, pasangan suami istri bisa hidup lebih sehat. Bahkan
anak bisa tumbuh secara maksimal dan perencanaan kehamilan
akan berjalan matang.
Selain itu, ternyata KB tak hanya bermanfaat untuk
pasangan suami istri, program Keluarga Berencana juga
bermanfaat bagi anak, namun bukan berarti anak menjalani
program KB. Ini dia beberapa manfaat KB untuk anak

24
a. Dapat mengetahui pertumbuhan anak dan kesehatannya.
b. Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang
cukup.
c. Perencanaan masa depan dan pendidikan yang baik. (WHO,
2020)

1.5.3 Sasaran Program

Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung


dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Sasaran langsung adalah Pasangan 26 Usia Subur (PUS) yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksana
dan pengelola KB dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijakan terpadu dalam rangka mencapai keluarga
berkualitas, keluarga sejahtera. (Handayani, 2010)

Akseptor Keluarga Berencana


Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis -
jenis akseptor KB, yaitu :
1. Akseptor Aktif Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat
ini menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali Akseptor aktif kembali adalah pasangan
usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga)
bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali
menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3
(tiga) bulan berturut–turut dan bukan karena hamil.
3. Akseptor KB Baru Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru
pertama kali menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan

25
usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB dini Akseptor KB dini merupakan para ibu yang
menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB langsung Akseptor KB langsung merupakan para
istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari
setelah melahirkan atau abortus.
6. Akseptor KB drop out 27 Akseptor KB drop out adalah akseptor
yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan.
(Prijatni & Rahayu, 2016)

1.5.4 Program dan Upaya


Dalam program KB ini, terdapat dua kementerian/lembaga yang
memegang peranan penting yaitu Kementerian Kesehatan dan BKKBN.
Bagi BKKBN, upaya yang dilakukan untuk menunjang program KB ini
antara lain dalam bagian penyediaan alat kontrasepsi (alokon), penyediaan
sarana prasarana pelayanan KB melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), dan
pendistribusian alokon ke fasilitas kesehatan. Sedangkan Kementerian
Kesehatan atau Dinas Kesehatan, berperan dalam penyediaan pelayanan
medis pemasangan alokon, peningkatan kuantitas dan kualitas Bidan dan
Dokter, serta penyediaan fasilitas kesehatan pelayanan KB.
Mengacu pada Permenkes RI No.43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, pelayanan KB merupakan salah satu dari 5 UKM
esensial. Pelayanan KB sendiri merupakan salah satu strategi untuk
mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui :
a. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan
b. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan
hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin
selama kehamilan, persalinan dan nifas.

26
c. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang
perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan nifas.
Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care) dalam pelayanan KB,
meliputi pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/
calon pengantin, konseling KB pada ibu hamil/ promosi KB pasca
persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval.

1.5.5 Macam Metode Kontrasepsi di Indonesia


Beberapa jenis alat kontrasepsi tersebut yaitu :
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan
alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir
Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan
spermisida.
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik)
dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal
kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik
dan implant.
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang
tidak mengandung hormon.

27
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
e. Metode Kontrasepsi Darurat Metode kontrasepsi yang dipakai
dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil dan AKDR.

1.5.6 Syarat-Syarat Kontrasepsi


Syarat-syarat kontrasepsi yang baik, meliputi (Prijatni & Rahayu, 2016) :
● Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
● Efek samping yang merugikan tidak ada
● Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
● Tidak mengganggu hubungan persetubuan.
● Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat saat
pemakaiannya.
● Harganya murah agar dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
● Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

1.5.7 Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi


Penyimpanan alat kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan BKKBN No.9 Tahun 2019 Pasal 18 huruf b, yaitu meliputi
kegiatan penataan, pencatatan, dan pemeliharaan alat dan obat kontrasepsi
yang dilakukan di tingkat faskes sesuai standar penyimpanan yang terdiri
atas unsur SDM, sarana dan prasarana dengan mempertimbangkan
karakteristik sediaan farmasi. (BKKBN RI, 2019)
Standar Penyimpanan di tingkat faskes tersebut mengacu pada
Pedoman Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan dari Kementerian

28
Kesehatan menurut tingkatan Faskes masing-masing. Berikut ini adalah
uraian cara penyimpanan alat kontrasepsi. (Kemenkes RI, 2014)

Tabel 1.5.7.1 Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi

Jenis Kontrasepsi Kondisi Penyimpanan Masa


Kaldaluwarsa

Pil Simpan di tempat kering dan jauhkan dari 5 tahun


sinar matahari

Kondom Simpan di tempat kering yaitu suhu > 40 3-5 tahun


C dan jauhkan dari sinar matahari
langsung, bahan kimia, dan bahan yang
mudah rusak

AKDR Lindungi kelembaban, sinar matahari 7 tahun


langsung, suhu 15-30 C

Implant Simpan di tempat kering suhu > 30 C 5 tahun

Suntik KB Simpan pada suhu 15-30 C posisi vials 5 tahun


tegak lurus menghadap ke atas, jauhkan
dari sinar matahari

1.5.8 Hasil Kegiatan Program KB di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang


Pada program KB, terdapat subjek yang menerima program KB
tersebut yang selanjutnya dikatakan sebagai akseptor. Akseptor KB terdiri
dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah akseptor yang baru
mengikuti program KB pertama kali. Sedangkan KB aktif adalah akseptor
yang mengikuti KB terus-menerus yang berdomisili di Kecamatan Tanah
Abang (KB baru – KB drop out). Berikut ini adalah beberapa indikator
pelayanan program KB di puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
Target bulan Januari-November 2022 di dapatkan menggunakan rumus
dibawah ini:
11 × 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐽𝑎𝑛 − 𝑁𝑜𝑣 2022 = =
12

29
Tabel 1.5.8.1 Hasil Kegiatan Program KB Puskesmas Kecamatan
Tanah Abang

No Indikator Target Target Jan-Nov


2022 2022

1 Akseptor KB Aktif ≥ 62,5% ≥ 57,2 %

2 Akseptor KB Pasca Persalinan ≥ 35% ≥ 32 %

3 Akseptor KB yang Mengalami Efek ≤ 20,7% ≤ 19 %


Samping

4 Akseptor KB yang Mengalami ≤3,5% ≤ 3,2 %


Komplikasi

5 Akseptor KB yang Mengalami ≤0,2% ≤ 0,1 %


Kegagalan

6 Akseptor KB yang Drop Out ≤ 23,10 ≤ 21,17 %

7 Akseptor KB jangka Panjang ≥ 26,75 ≥ 24,52 %


(KB IUD, KB Implan, MOW dan
MOP)

1.5.9 Pencapaian Target Cakupan Program KB Se-Kecamatan Periode


Januari 2022 - November 2022
Berikut ini adalah data-data pencapaian target cakupan program KB
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2022 – November
2022 yang didapatkan dari laporan bulanan program Keluarga Berencana
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abng Periode Januari 2022 – November
2022 yaitu sebagai berikut :

30
Tabel 1.5.9.1 Cakupan Akseptor KB Aktif Se-Kecamatan Tanah
Abang Periode Januari 2022 - November 2022
No Wilayah Sasaran Akseptor Capaian Target Target
PUS KB Aktif Jan - Nov Jan - Nov 2022
Jan - Nov Jan - Nov 2022 2022
2022 2022
1 Kec. Tanah Abang 31.033 25.160 81,1 % ≥ 57,2 % ≥ 62,5%
2 Gelora 672 588 87,5 % ≥ 57,2 % ≥ 62,5%
3 Kampung Bali 2.505 2331 93,1 % ≥ 57,2 % ≥ 62,5%
4 Karget Tengsin 4.417 3599 86,8 % ≥ 57,2 % ≥ 62,5%
5 Kebon Melati 7.040 5769 81,9 % ≥ 57,2 % ≥ 62,5%
6 Petamburan 7.405 4946 66,8 % ≥ 57,2 % ≥ 62,5%
Total 62.066 50.320 83,5 % ≥ 57,2 % ≥ 62,5%

Tabel 1.5.9.2 Tabel Cakupan Akseptor KB Pasca Persalinan Se-


Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2022 - November 2022
No Wilayah Persalinan Akseptor Capaian Target Target
Jan - Nov KB PP Jan - Jan - Nov Jan - Nov 2022
2022 Nov 2022 2022 2022

1 Kec. Tanah Abang 1504 1365 90,8 % ≥ 32 % ≥ 35%


2 Gelora 25 24 96,0 % ≥ 32 % ≥ 35%
3 Kampung Bali 104 100 96,2 % ≥ 32 % ≥ 35%
4 Karget Tengsin 227 200 88,1 % ≥ 32 % ≥ 35%
5 Kebon Melati 355 316 89,0 % ≥ 32 % ≥ 35%
6 Petamburan 371 317 85,4 % ≥ 32 % ≥ 35%
Total 3008 2730 92,4 % ≥ 32 % ≥ 35%

31
Tabel 1.5.9.3 Tabel Cakupan Akseptor KB Yang Mengalami Efek
Samping Se-Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2022 -
November 2022
No Wilayah Peserta KB Akseptor Capaian Target Target
Aktif dan KB Yang Jan - Nov Jan - Nov 2022
KBPP Mengalami 2022 2022
Jan - Nov Efek
2022 Samping
Jan - Nov
2022
1 Kec. Tanah Abang 26.525 319 1,2 % ≤19 % ≤ 20,7%
2 Gelora 612 4 0,7 % ≤19 % ≤ 20,7%
3 Kampung Bali 2.431 17 0,7 % ≤19 % ≤ 20,7%
4 Karget Tengsin 3.799 34 0,9 % ≤19 % ≤ 20,7%
5 Kebon Melati 6.085 65 1,1 % ≤19 % ≤ 20,7%
6 Petamburan 5.263 98 1,9 % ≤19 % ≤ 20,7%
Total 53.050 638 8,9 % ≤19 % ≤ 20,7%

Tabel 1.5.9.4 Tabel Cakupan Akseptor KB Yang Mengalami


Komplikasi Se-Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2022 -
November 2022
No Wilayah Peserta KB Akseptor Capaian Target Target
Aktif dan KB Yang Jan - Nov Jan - Nov 2022
KBPP Mengalami 2022 2022
Jan - Nov Komplikasi
2022 Jan - Nov
2022
1 Kec. Tanah Abang 26.525 0 0% ≤3,2 % ≤3,5%
2 Gelora 612 0 0% ≤3,2 % ≤3,5%
3 Kampung Bali 2.431 0 0% ≤3,2 % ≤3,5%
4 Karget Tengsin 3.799 0 0% ≤3,2 % ≤3,5%
5 Kebon Melati 6.085 0 0% ≤3,2 % ≤3,5%
6 Petamburan 5.263 0 0% ≤3,2 % ≤3,5%
Total 53.050 0 0% ≤3,2 % ≤3,5%

32
Tabel 1.5.9.5 Tabel Cakupan Akseptor KB Yang Mengalami
Kegagalan Se-Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2022 -
November 2022
No Wilayah Peserta KB Akseptor Capaian Target Target
Aktif dan KB Yang Jan - Nov Jan - Nov 2022
KBPP Kegagalan 2022 2022
Jan - Nov Jan - Nov
2022 2022
1 Kec. Tanah Abang 26.525 0 0% ≤0,1 % ≤0,2%
2 Gelora 612 0 0% ≤0,1 % ≤0,2%
3 Kampung Bali 2.431 0 0% ≤0,1 % ≤0,2%
4 Target Tengsin 3.799 0 0% ≤0,1 % ≤0,2%
5 Kebon Melati 6.085 0 0% ≤0,1 % ≤0,2%
6 Petamburan 5.263 0 0% ≤0,1 % ≤0,2%
Total 53.050 0 0 ≤0,1 % ≤0,2%

Tabel 1.5.9.6 Tabel Cakupan Akseptor KB Yang Drop Out Se-


Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2022 - November 2022
No Wilayah Peserta KB Akseptor Capaian Target Target
Aktif dan KB Yang Jan - Nov Jan - Nov 2022
KBPP Mengalami 2022 2022
Jan - Nov Drop Out
2022 Jan - Nov
2022
1 Kec. Tanah Abang 26.525 0 0% ≤21,17 % ≤ 23,10
2 Gelora 612 0 0% ≤21,17 % ≤ 23,10
3 Kampung Bali 2.431 0 0% ≤21,17 % ≤ 23,10
4 Karget Tengsin 3.799 0 0% ≤21,17 % ≤ 23,10
5 Kebon Kacang 4.218 0 0% ≤21,17 % ≤ 23,10
6 Petamburan 5.263 0 0% ≤21,17 % ≤ 23,10
Total 53.050 0 0 ≤21,17 % ≤ 23,10

33
Tabel 1.5.9.7 Tabel Cakupan Akseptor KB Jangka Panjang Se-
Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2022 - November 2022
No Wilayah Peserta KB Akseptor Capaian Target Target
Aktif KB Jangka Jan - Nov Jan - Nov 2022
Jan - Nov Panjang Jan 2022 2022
2022 - Nov 2022
1 Kec. Tanah Abang 25.160 6.002 23,9 % ≥ 24,52 % ≥ 26,75
2 Gelora 588 147 25,0 % ≥ 24,52 % ≥ 26,75
3 Kampung Bali 2.331 451 19,3 % ≥ 24,52 % ≥ 26,75
4 Target Tengsin 3.599 874 24,3 % ≥ 24,52 % ≥ 26,75
5 Kebon Kacang 4.011 956 23,8 % ≥ 24,52 % ≥ 26,75
6 Petamburan 4.946 1.129 22,8 % ≥ 24,52 % ≥ 26,75
Total 50.280 12.004 23,8 % ≥ 24,52 % ≥ 26,75

1.6 Identifikasi Masalah


Dari berbagai hasil pencapaian program keluarga berencana yang
dievaluasi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Periode
Januari - N 2022, program-program yang tidak sesuai dengan target yang
ditetapkan yaitu kurang dari target ataupun melebihi target yang selanjutnya
akan dilakukan evaluasi. Program dievaluasi karena adanya masalah pada
program tersebut yaitu belum mencapai atau melampaui target yang sudah
ditetapkan, adanya kemudahan dalam mengakses data serta satu pencatatan
dan pelaporan yang lengkap. Adapun identifikasi masalah yang didapatkan
antara lain:

1. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas


Kecamatan Tanah Abang periode Januari - November 2022 yaitu 23,9%
2. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kampung Bali periode Januari - November 2022 yaitu 19,3%
3. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Karet Tengsin periode Januari - November 2022 yaitu 24,3%
4. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Petamburan periode Januari - November 2022 yaitu 22,8%

34
1.7 Rumusan Masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari berbagai hasil
pencapaian program kegiatan KB yang dievaluasi di Puskesmas Tanah
Abang maka dipilih program yang menjadi masalah dengan cara
menghitung dan membandingkan nilai, kesenjangan antara apa yang
diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed), selanjutnya
dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik
sehingga masalah dapat diselesaikan. Rumusan masalah meliputi 4W1H
(What, Where, When, Whose, How Much). Rumusan masalah dari program
kegiatan KB adalah sebagai berikut :

1. Cakupan pengguna KB angka panjang pada Pasangan Usia Subur di


wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang periode Januari -
November 2022 yaitu 23,9% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %
2. Cakupan pengguna KB jangka panjang pada Pasangan Usia Subur di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Januari -
November 2022 yaitu 19,3% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %
3. Cakupan pengguna KB jangka panjang pada Pasangan Usia Subur di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode Januari -
November 2022 yaitu 24,3% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %
4. Cakupan pengguna KB jangka panjang pada Pasangan Usia Subur di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Petamburan periode Januari -
November 2022 yaitu 22,8% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %

35
BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1 Penetapan Prioritas


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua
permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya, namun karena
keterbatasan sumber daya, dana dan waktu menyebabkan tidak semua
permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan
masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang
harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang
ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya
pengetahuan yang cukup.
Pada BAB I dirumuskan terdapat 18 masalah pada program P2M
di Puskesmas Kecamatan tanah abang. Dikarenakan adanya keterbatasan
sumber daya manusia, dana dan waktu, maka dari semua masalah yang
telah dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk
diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring
perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat
dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota
kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah
meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masala

36
2.1.1. Non – Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang
lazim digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik
ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut
“Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:
a. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini
adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
b. Metode Delphi
Suatu metode dimana sebuah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang
yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para
peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa
masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan
tersebut, menjadi prioritas masalah.

2.1.2. Scoring Technique


Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
teknik skoring antara lain:
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi.
2. Seriousness
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat masalah kesehatan tersebut.
3. Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya.

37
4. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom.

Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima, yang ditulis
dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk
masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan
nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode
ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap
masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas
masalah yang akan diambil.

B. Metode Matematik PAHO


Metode ini dikenal juga sebagai metode PAHO yaitu singkatan dari
Pan American Health Organization, karena digunakan dan
dikembangkan di wilayah Amerika Latin. Dalam metode ini parameter
diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk
penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah.
Kriteria yang dipakai adalah:
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit
yang ditunjukkan dengan angka prevalensi.
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality rate masing-masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk
mengatasi masalah tersebut.
4. Community and political concern

38
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern
atau kegusaran masyarakat dan para politisi
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

C. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


Metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA) merupakan
suatu teknik atau suatu cara yang digunakan untuk membantu tim
dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau alternatif.
Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penentuan prioritas
masalah, atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas
pemecahan masalah.
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan
masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom.
Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi
masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas
masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari:
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang
digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate),
jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang
dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang
dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
2. Greatest Member
Menunjukkan seberapa banyak penduduk yang terkena masalah
kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa
penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence

39
rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member
ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu
kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah
ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain di luar sektor kesehatan. Parameter penilaian
yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi
masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut,
serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang
berkepentingan dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah
seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang
digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding
dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan
bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran
untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk
menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap
masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung
terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai
dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang
concern terhadap masalah tersebut, apakah ada lembaga atau
organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan
tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai
media.
Metode ini memakai lima kriteria yang telah disebutkan
sebelumnya untuk penilaian masalah. Setiap kriteria harus
diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian

40
masalah yang ada, sehingga hasil yang didapat lebih objektif.
Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan
bobot yang akan digunakan. Dalam menetapkan bobot, dapat
dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk
mengetahui kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih
tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang
tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
● Emergency : bobot 5
● Greatest Member : bobot 4
● Expanding Scope : bobot 3
● Feasibility : bobot 2
● Policy : bobot 1

2.2 Pemilihan Metode PAHO


Berdasarkan kriteria yang ada untuk menentukan prioritas masalah,
maka diputuskan menggunakan metode PAHO.

2.3 Penentuan Bobot Kriteria


Dalam metode ini, parameter diletakan pada kolom dan masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakan pada baris. Pengisian dilakukan dari atas
ke bawah. Metode ini memakai 5 kriteria dimana dalam pelaksanaannya
masing-masing kriteria diberi skor 1-5. Setelah diberi skor, masing- masing
masalah dihitung nilai skor akhirnya dengan perkalian antara nilai skor
masing- masing kriteria. Perkalian dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir
antara masalah menjadi kontras, sehingga terhindar dari keraguan apabila
perbedaan skor tersebut terlalu tipis. Masalah yang mempunyai skor
tertinggi, dijadikan sebagai prioritas masalah.

2.3.1 Magnitude Score

Menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau


penyakit tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka
parameter yang digunakan adalah Prevalence Rate. Sedangkan untuk

41
masalah lain, maka magnitude ditentukan dengan cara melihat selisih antara
pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target
yang telah ditetapkan.

Tabel 2.3.1.1 Acuan Magnitude Score Kegiatan Program Keluarga Berencana


Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan tanah abang Februari 2022 – Agustus
2022

Interval Skor

0,22 – 0,72 % 1

0,73– 1,23 % 2

1,24 – 1,74 % 3

1,75 – 2,25 % 4

2,26 – 2,76 % 5

2,77 - 3,27 % 6

3,28 - 3,78 % 7

4,28 - 4,78 % 8

4,79 - 5,29 % 9

5,30 - 5,8 % 10

42
Tabel 2.3.1. 2 Penentuan Magnitude Score terhadap Kegiatan di Wilayah Kerja
Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Februari – Agustus 2022

No Daftar Masalah Target Capaian Selisih Skor


(%) (%) (%)
1 Cakupan pengguna KB angka panjang pada
Pasangan Usia Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang periode ≥ 24,52 23,9 0,62 1
Januari - November 2022 yaitu 23,9% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %
2 Cakupan pengguna KB jangka panjang pada
Pasangan Usia Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode ≥ 24,52 19,3 5,22 9
Januari - November 2022 yaitu 19,3% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %
3 Cakupan pengguna KB jangka panjang pada
Pasangan Usia Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode ≥ 24,52 24,3 0,22 1
Januari - November 2022 yaitu 24,3% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %
4 Cakupan pengguna KB jangka panjang pada
Pasangan Usia Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Petamburan periode ≥ 24,52 22,8 1,72 3
Januari - November 2022 yaitu 22,8% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %

2.3.2 Severity Score

Kriteria ini menggambarkan besarnya permasalahan yang disebabkan


oleh masalah kesehatan, sehingga menimbulkan angka kesakitan dan angka
kematian. Hal ini dapat ditentukan melalui angka Case Fatality Rate apabila
permasalahan yang diukur merupakan suatu masalah penyakit atau
menggunakan angka yang mendekati CFR apabila data tidak tersedia.
Apabila masalah yang akan dinilai adalah masalah lain yang berhubungan
dengan penyakit dapat digunakan angka proxy CFR sebagai gambaran
masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit. Nilai proxy di
dapatkan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi. Parameter

43
yang digunakan dalam penentuan skoring pada parameter ini adalah proxy
Case Fatality Rate yang beupa Angka Kematian Ibu (AKI)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑏𝑢


𝐴𝐾𝐼 = × 100.000 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝

1
𝐴𝐾𝐼 = × 100.000 = 50 = 0,005 %
1.981

Jumlah kematian ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan. Persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan. Pada
tahun tertentu di daerah tertentu. Pada wilayah tanah abang di dapatkan kematian
ibu 1 dan jumlah kelahiran ibu 1.981 didapatkan AKI 50 per 100.000 kelahiran
hidup atau 0,005%.

Tabel 2.3.2.1 Acuan Skoring Severity di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan


Tanah Abang Januari 2022 – November 2022

No. Interval Selisih (%) Skor

1. 0,225 – 1,225 1

2. 1,226 - 2,225 2

3. 2,226 - 3,225 3

4. 3,226 - 4,225 4

5. 4,226 - 5,225 5

Tabel 2.3.2. 2 Penentuan Severity Score terhadap Kegiatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 – November 2022

Target Capaian Total


Selisih Proxy
(%) (%) Nilai
No Daftar Masalah (%) (%) Skor
(a-b)
a (a-b) c
b +c

1. Cakupan pengguna KB angka 0,62


panjang pada Pasangan Usia Subur ≥ 24,52 23,9 0,005 0,625 1

di wilayah kerja Puskesmas

44
Kecamatan Tanah Abang periode
Januari - November 2022 yaitu
23,9% kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

2. Cakupan pengguna KB jangka


panjang pada Pasangan Usia Subur
di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kampung Bali periode
≥ 24,52 19,3 5,22 0,005 5,225 5
Januari - November 2022 yaitu
19,3% kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

3. Cakupan pengguna KB jangka


panjang pada Pasangan Usia Subur
di wilayah kerja Puskesmas
0,22
Kelurahan Karet Tengsin periode ≥ 24,52 24,3 0,005 0,225 1

Januari - November 2022 yaitu


24,3% kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

4. Cakupan pengguna KB jangka


panjang pada Pasangan Usia Subur
di wilayah kerja Puskesmas
1,72
Kelurahan Petamburan periode ≥ 24,52 22,8 0,005 1,725 2

Januari - November 2022 yaitu


22,8% kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

2.3.3 Vulnerability Score

Merupakan penilaian terhadap ketersediaan teknologi, sumber daya, ataupun


obat – obatan yang efektif untuk mengatasi permasalahan. Penilaian dibagi
berdasarkan ada dalam jumlah yang mencukupi, ada namun kurang mencukupi, dan
tidak ada sama sekali. Dikatakan cukup apabila dalam proses berlangsungnya
program hal tersebut tidak menjadi suatu hal yang menghalangi diberi nilai tiga.
Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlahnya kurang atau terlambat datang

45
atau ada namun tidak layak digunakan diberi nilai dua. Dan tidak ada bila tidak
tersedia dan diberikan nilai satu.

Tabel 2.3.3.1 Skoring Ketersediaan Alat terhadap Kegiatan di Wilayah Kerja


Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 – November 2022

No Kategori Ketersediaan Alat Skor

1 Tidak Tersedia 1
Alat
2 Tersedia 2

Tabel 2.3.3.2 Skoring Ketersediaan Obat terhadap Kegiatan di Wilayah Kerja


Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 – November 2022

No Kategori Ketersediaan Obat Skor

1 Tidak Tersedia 1
Obat
2 Tersedia 2

Tabel 2.3.3.3 Skoring Ketersediaan Tempat terhadap Kegiatan di Wilayah Kerja


Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 – November 2022

No Kategori Ketersediaan Tempat Skor

1 Tidak Tersedia 1
Tempat
2 Tersedia 2

Tabel 2.3.3.4 Rasio Jumlah SDM Berbanding Jumlah Penduduk

No Puskesmas SDM (Dokter yang Jumlah Rasio


ada di Puskesmas) Penduduk

1 PKM Kecamatan Tanah Abang 26 27.065 1 : 1.040

2 PKM Kelurahan Petamburan 5 43.559 1 : 8.711

46
3 PKM Kelurahan Karet Tengsin 4 24.397 1 : 6.099

4 PKM Kelurahan Kampung Bali 3 14.737 1 : 4.912

5 PKM Kelurahan Kebon Melati 4 41.409. 1 : 10.352

6 PKM Kelurahan Gelora 2 3.952 1 : 1.976

Tabel 2.3.3.5 Skoring Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap


Kegiatan di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 –
Februari 2022

No Jumlah SDM/Jumlah Penduduk Skor

1 (1 : 1.040) - (1: 1.976) 3

2 (1: 4.912) - (1 : 6.099) 2

3 (1: 8.711) - (1 :10.352) 1

Dengan menggunakan acuan penilaian pada tabel 2.3.3.1; 2.3.3.2; 2.3.3.3; dan
2.3.3.5 maka dirumuskan vulnerability score pada tabel 2.3.3.6

Tabel 2.3.3.6 Penentuan Vulnerability Score terhadap Kegiatan di Wilayah Kerja


Puskesmas se-Kecamatan tanah abang Januari 2022 – November 2022

No. Daftar Masalah Alat Obat Tempat SDM Jumlah

1. Cakupan pengguna KB jangka 2 2 2 1 7


panjang di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang periode Januari -
November 2022 yaitu 23,9 %

2. Cakupan pengguna KB jangka 2 2 2 2 8


panjang di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kampung

47
Bali periode Januari - November
2022 yaitu 19,3%

3. Cakupan pengguna KB jangka 2 2 2 2 8


panjang di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Karet
Tengsin periode Januari -
November 2022 yaitu 24,3%

4. Cakupan pengguna KB jangka 2 2 2 3 9


panjang di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan
Petamburan periode Januari -
November 2022 yaitu 22,8 %

2.3.4 Community and Political Concern Score

Menunjukkan sejauh mana permasalahan tersebut menjadi perhatian


masyarakat dan politisi. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern
pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan
tersebut, serta apakah masalah tersebut terdapat pada peraturan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan ada atau
tidaknya kebijakan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Tabel 2.3.4.1 Scoring Community and Political Concern terhadap kegiatan di


Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 – November
2022

Parameter Skor

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah Pusat 3

Kebijakan Pemerintah Daerah 2

Kebijakan Organisasi (Lembaga Sosial Masyarakat) 1

48
Tabel 2.3.4.2 Penentuan Score Community and Political Concern Score terhadap
Kegiatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan tanah abang Januari 2022 –
November 2022

No. Daftar Masalah Kebijakan Jumlah

1. Cakupan pengguna KB angka


panjang pada Pasangan Usia Pemerintah pusat.
3
Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang periode Januari -
November 2022 yaitu 23,9%
kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

2. Cakupan pengguna KB jangka 3


panjang pada Pasangan Usia Pemerintah pusat.
Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan
Kampung Bali periode Januari
- November 2022 yaitu 19,3%
kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

3. Cakupan pengguna KB jangka 3


panjang pada Pasangan Usia Pemerintah pusat.
Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Karet
Tengsin periode Januari -
November 2022 yaitu 24,3%
kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

4. Cakupan pengguna KB jangka 3


Pemerintah pusat.
panjang pada Pasangan Usia
Subur di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan
Petamburan periode Januari -
November 2022 yaitu 22,8%
kurang dari target yaitu ≥
24,52 %

2.3.5 Affordability Score

Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Bagi negara maju masalah
dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara berkembang seringkali

49
pembiayaan program kesehatan tergantung pada bantuan luar negeri. Penilaian
dibagi berdasarkan menjadi dua yaitu tidak ada dan ada. Program yang tidak
memiliki dana diberi nilai satu dan yang memiliki dana diberi nilai dua.

Tabel 2.3.5.1 Acuan Skoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan Program KB di


Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan tanah abang Januari 2022 – November
2022

No Dana Skor

1. Tidak ada 1

2. Ada 2

Tabel 2.3.5. 2 Penentuan Affordability Score terhadap Kegiatan Program KB di


Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 – November
2022

No. Daftar Masalah Skor

1 Cakupan pengguna KB angka panjang pada Pasangan Usia Subur di 2


wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang periode Januari -
November 2022 yaitu 23,9% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %

2 Cakupan pengguna KB jangka panjang pada Pasangan Usia Subur di 2


wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Januari -
November 2022 yaitu 19,3% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %

3 Cakupan pengguna KB jangka panjang pada Pasangan Usia Subur di 2


wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode Januari -
November 2022 yaitu 24,3% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %

4. Cakupan pengguna KB jangka panjang pada Pasangan Usia Subur di 2


wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Petamburan periode Januari -
November 2022 yaitu 22,8% kurang dari target yaitu ≥ 24,52 %

50
2.3.6 Final score dari masalah program KB di Wilayah Kerja Puskesmas se-
Kecamatan tanah abang Januari 2022 – November 2022

Tabel 2.3.6. 1 Final Score Masalah Program KB di Wilayah Kerja


Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang Januari 2022 – November 2022

Community
Afforda
No. Daftar Masalah Magnitude Severity Vulnerabilty And Political Total
bility
Concern

1. Cakupan pengguna KB 1 1 7 3 2 42

angka panjang pada


Pasangan Usia Subur di
wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang
periode Januari - November
2022 yaitu 23,9% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %

2. Cakupan pengguna KB 9 5 8 3 2 2160

jangka panjang pada


Pasangan Usia Subur di
wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kampung Bali
periode Januari - November
2022 yaitu 19,3% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %

3. Cakupan pengguna KB 1 1 8 3 2 48

jangka panjang pada


Pasangan Usia Subur di
wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Karet Tengsin
periode Januari - November
2022 yaitu 24,3% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %

4 Cakupan pengguna KB 3 2 9 3 2 162


jangka panjang pada

51
Pasangan Usia Subur di
wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Petamburan
periode Januari - November
2022 yaitu 22,8% kurang
dari target yaitu ≥ 24,52 %

2.4 Prioritas Masalah Terpilih


Berdasarkan perhitungan tabel PAHO dari masalah di atas, didapatkan
dua prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena adanya
keterbatasan sumber daya, tenaga, waktu dan dana yaitu:
1. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kampung Bali periode Januari - November 2022 yaitu
19,3% kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score 2.160
2. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Petamburan periode Januari - November 2022 yaitu 22,8 %
kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score 162

2.5 Kemungkinan Penyebab Masalah dan Akar Penyebab Masalah


Pada tahap ini ditentukan adanya penyebab masalah untuk
mendapatkan penyelesaian masalah yang ada terlebih dahulu. Pertama,
dilakukan dengan mencari akar permsalahan dari tiap – tiap masalah yang
dijadikan prioritas. Selanjutnya digunakan diagram sebab akibat yaitu
diagram tulang ikan (fishbone diagram/Ishikawa). Dengan memanfaatkan
pengetahuan serta data – data yang telah didapatkan maka dapat disusun
berbagai penyebab masalah secara teoritis. Penyebab masalah dapat
timbul dari bagian input maupun proses. Input merupakan sumber daya
atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem
adalah:
1) Man : Jumlah petugas, keterampilan, pengetahuan dan motivasi
kerja
2) Money : Jumlah dana yang tersedia

52
3) Material : Jumlah peralatan medis dan jenis obat
4) Method : Mekanisme cara yang digunakan
Sedangkan proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah
input mejadi output. Menurut Terry GR (2006) pada proses terdiri dari
sebagai berikut :
1) Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan (planning) merupakan suatu kegiatan dimana didalam
kegiatan ini terdapat proses pemilihan yang berhubungan dengan
kenyataan-kenyataan yang membuat dan menggunakan asumsi-asumsi
yang berhubungan dengan waktu yang akan datang dalam
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan
penuh keyakinan untuk mencapai hasil-hasil yang dikendaki.
2) Organizing (Pengorganisasian)
Organisasi merupakan suatu kegiatan dalam menentukan,
mengelompokkan dan pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap untuk
mencapai tujuan.
3) Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berkenaan berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai
dengan perencanaan.
4) Controlling (Monitoring)
Pengawasan sendiri bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaannya
berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses berjalannya suatu program
yaitu:
5) Environment (Lingkungan)
Aspek yang ada di luar manajemen Puskesmas yang bisa mengalihkan
program, tetapi Puskesmas tidak dapat mengintervensi.
Masalah prioritas untuk masalah program Keluarga Berencana yang
akan ditetapkan akar penyebab masalahnya melalui diagram fishbone
adalah masalah kelurahan Cakupan pengguna KB jangka panjang di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Januari -

53
November 2022 yaitu 19,3% kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final
score 2.160 dan Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Petamburan periode Januari - November 2022 yaitu
22,8 % kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score 162

54
Gambar 2.5.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan menggunakan Fishbone Cakupan pengguna KB Jangka Panjang di
wilayah kerja puskesmas Kelurahan Kampung Bali pada bulan Januari – November 2022

55
Gambar 2.5.2 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan menggunakan Fishbone Cakupan pengguna KB Jangka Panjang di
wilayah kerja puskesmas Kelurahan Petamburan pada bulan Januari– November 2022

56
2.6 Mencari Penyebab Masalah yang Paling Dominan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan penyebab masalah


yang paling dominan, yaitu dari dua prioritas masalah yang mungkin
dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan
fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data
menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran).
Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab
masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling dominan
adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan dapat menyelesaikan
sebagian besar permasalahan yang ada. Penentuan akar penyebab
masalah yang paling dominan adalah dengan cara diskusi, argumentasi,
justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah
penyebab masalah yang dominan dalam program Keluarga Berencana di
puskesmas Kampung Bali :

1. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja


Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Januari -
November 2022 yaitu 19,3% kurang dari target ≥ 24,52 %
dengan final score 2.160

a) Akar penyebab masalah pada input adalah:


 Method : Kurangnya inovasi dalam pendekatan
penggunaan KB jangka panjang
 Material : Tidak ada masalah
 Money : Tidak ada masalah
 Man : Tidak adanya kebijakan puskesmas untuk
memisahkan data warga yang berdomisili di
luar wilayah kerja puskesmas

57
b) Akar penyebab masalah pada process adalah:
 Planning : Belum adanya rencana pemisahan
data warga yang berdomisili di luar
area kerja Puskesmas Kampung Bali
 Organizing : Kurangnya jumlah staff PKM
 Actuating : Kurangnya kunjungan warga PUS
ke Puskesmas
 Controlling : Keterbatasan jumlah dokter di
wilayah kerja Puskesmas

c) Akar penyebab masalah pada environmet adalah:


 Stigma buruk masyarakat masyarakat terhadap KB
jangka panjang

Dari enam akar penyebab masalah yang paling mungkin diperoleh


penyebab yang paling dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi
sebagai berikut :

1. Belum adanya rencana pemisahan data warga yang berdomisili di luar


area kerja Puskesmas Kampung Bali (Planning)

2. Kurangnya jumlah staf puskesmas (Organizing)

2. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja


Puskesmas Kelurahan Petamburan periode Januari - November
2022 yaitu 22,8 % kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score
162

a) Akar penyebab masalah pada input adalah:


 Method : Kurangnya inovasi dalam pendekatan
penggunaan KB jangka panjang
 Material : Tidak ada masalah
 Money : Tidak ada masalah

58
 Man : Keterbatasan staff puskesmas yang
memberikan penyuluhan mengenai KB
jangka panjang

b) Akar penyebab masalah pada process adalah :


 Controlling : Ketidaksesuaian jumlah dokter penanggung
jawab dan jumlah kunjungan warga ke PKM
 Actuating : Keadaan puskesmas sangat ramai sehingga
edukasi KB kurang maksimal
 Organizing : Tidak ada masalah
 Planning : Tidak ada diskusi antara dokter penanggung
jawab program dengan bidan pelaksana

d) Akar penyebab masalah pada environmet adalah:


 Stigma buruk masyarakat terhadap KB jangka panjang

Dari enam akar penyebab masalah yang paling mungkin diperoleh


penyebab yang paling dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi
sebagai berikut :

1. Keadaan puskesmas sangat ramai sehingga edukasi KB kurang


maksimal (Actuating)

2. Kurangnya inovasi dalam pendekatan penggunaan KB jangka


panjang (Method)

59
BAB III

MENETAPKAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

3.1 Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan,


untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah
yang paling dominan tersebut maka ditentukan beberapa alternatif
pemecahan masalah. Penetapan alternatif pemecahan masalah dengan
menggunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment) yaitu
dengan memberikan skoring 1-5 pada bobot berdasarkan hasil diskusi,
argumentasi dan justifikasi kelompok.
Parameter diletakkan pada baris, sedangkan alternatif diletakkan
pada kolom. Selanjutnya kepada setiap masalah diberikan nilai dari kolom
kiri ke kanan sehingga hasil yang didapatkan merupakan perkalian antara
bobot kriteria dengan skor dari setiap alternatif masalah dan dijumlahkan
tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan masing- masing alternatif
masalah tersebut.

Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah :

1. Mudah dilaksanakan

Diberikan nilai terbesar jika alternatif masalah tersebut paling


mudah dilaksanakan dan diberikan nilai terkecil jika masalah yang
paling sulit dilaksanakan. Diberikan nilai :
● 2 : Mudah dilaksanakan
● 1 : Sulit dilaksanakan

2. Murah biayanya

Diberikan nilai terbesar jika alternatif masalah paling murah


biayanya dan diberikan nilai terkecil jika biaya yang paling mahal
untuk dilaksanakan.

60
● 2 : Biaya murah
● 1 : Biaya mahal

3. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama

Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah tersebut waktu


penerapan sampai masalah terpecahkan dan tidak lama untuk
dilaksanakan, dan diberikan nilai terkecil jika waktu penerapan
sampai masalah terpecahkan lama.
● 2 : Cepat terselesaikan kurang dari enam bulan
● 1 : lama terselesaikan masalah lebih dari enam bulan

4. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna

Diberikan nilai terbesar jika alternatif masalah dapat


memecahkan masalah dengan sempurna dan diberikan nilai terkecil
jika masalah tidak dapat memecahkan masalah degan sempurna.
● 2 : Masalah terselesaikan
● 1 : Masalah tidak terselesaikan

3.1.1 Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja


Puskesmas Kelurahan Kampung Bali Periode Januari - November
2022 yaitu 19,3 % kurang dari target ≥ 24,52 %

Dari 6 penyebab yang paling mungkin diperoleh 2 penyebab


berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya jumlah staf puskesmas (Organizing)

Alternatif pemecahan masalah : Menambah staff puskesmas

2. Data sasaran PUS tidak diperbaharui (Planning) Belum adanya


rencana pemisahan data warga yang berdomisili di luar area kerja
Puskesmas Kampung Bali (Planning)

61
Alternatif pemecahan masalah : Bekerja sama dengan RT dan RW
setempat untuk mengumpulkan data aktual warga sasaran PUS yang
masih berdomisili di Kampung Bali.

Tabel 3.2.1 MCUA Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja


puskesmas Kelurahan Kampung Bali pada bulan Januari – November 2022

AL-1 AL-2
No Parameter Bobot
N BN N BN
1. Mudah dilaksanakan 4 1 4 1 4
2. Murah biayanya 3 1 3 2 6
3. Waktu penerapan sampai masalah 2 2 4 1 2
terpecahkan tidak lama
4. Dapat memecahkan masalah dengan 1 1 1 1 1
sempurna
Jumlah 12 13
Keterangan :

AL-1 : Menambah staff puskesmas (Organizing)

AL-2 : Bekerja sama dengan RT dan RW setempat untuk mengumpulkan data


aktual warga sasaran PUS yang masih berdomisili di Kampung Bali (Planning).

Menggunakan metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai


berikut :

1. Bekerja sama dengan RT dan RW setempat untuk mengumpulkan data


aktual warga sasaran PUS yang masih berdomisili di Kampung Bali.

3.1.2 Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas


Kelurahan Petamburan periode Januari - November 2022 yaitu 22,8 %
kurang dari target ≥ 24,52 %

62
Dari 6 penyebab yang paling mungkin diperoleh 2 penyebab
berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut:
1. Keadaan puskesmas yang ramai sehingga edukasi KB kurang
maksimal (Actuating)
a. Alternatif pemecahan masalah : Bekerja sama dengan RT dan
RW untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara
menyeluruh, tidak hanya pada pasangan PUS atau ibu hamil yang
akan menggunakan KB
2. Kurangnya inovasi pendekatan penggunaan KB jangka panjang
a. Focus group discussion, untuk berbagi pengalaman dengan PUS
yang telah menggunakan KB jangka panjang sebelumnya serta
diskusi mengenai hal apa saja yang menjadi kekhawatiran bagi
calon pengguna KB
b. Membuat konten di media sosial Puskesmas terkait kelebihan
penggunaan KB jangka panjang dan meluruskan isu mengenai
KB jangka panjang yang ada di masyarakat

Tabel 3.3.1 MCUA Cakupan pengguna KB jangka panjang di Wilayah


Kerja Puskesmas Petamburan Pada Bulan Januari – November 2022

AL-1 AL-2 AL-3


No Parameter Bobot
N BN N BN N BN
1. Mudah dilaksanakan 4 2 8 2 8 2 8
2. Murah biayanya 3 2 6 2 6 2 6
3. Waktu penerapan sampai masalah 2 1 2 2 4 1 2
terpecahkan tidak lama
4. Dapat memecahkan masalah dengan 1 1 1 1 1 1 1
sempurna
Jumlah 17 19 17
Keterangan:

AL-1 : Bekerja sama dengan RT dan RW untuk memberikan penyuluhan


kepada masyarakat secara menyeluruh, tidak hanya pada pasangan PUS atau
ibu hamil yang akan menggunakan KB

63
AL-2 : Focus group discussion, untuk berbagi pengalaman dengan PUS yang
telah menggunakan KB jangka panjang sebelumnya serta diskusi
mengenai hal apa saja yang menjadi kekhawatiran bagi calon
pengguna KB

AL-3 : Membuat konten di media sosial Puskesmas terkait kelebihan


penggunaan KB jangka panjang dan meluruskan isu mengenai KB
jangka panjang yang ada di masyarakat

Dari hasil penerapan alternatif pemecahan masalah dengan


menggunakan metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil
sebagai berikut:

1. Focus group discussion, untuk berbagi pengalaman dengan PUS yang


telah menggunakan KB jangka panjang sebelumnya serta diskusi
mengenai hal apa saja yang menjadi kekhawatiran bagi calon pengguna
KB

3.1 Prioritas Pemecahan Masalah Terpilih

Dari hasil penerapan alternatif pemecahan masalah dengan


menggunakan metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Bekerja sama dengan RT dan RW setempat untuk mengumpulkan data
aktual warga sasaran PUS yang masih berdomisili di Kampung Bali.
2. Focus group discussion, untuk berbagi pengalaman dengan PUS yang
telah menggunakan KB jangka panjang sebelumnya serta diskusi
mengenai hal apa saja yang menjadi kekhawatiran bagi calon pengguna
KB

64
BAB IV

RENCANA USULAN DAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


PEMECAHAN MASALAH

4.1 Menyusun Rencana Usulan Kegiatan

Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka sampailah


pada tahap penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini,
diharapkan dapat mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan akar
masalah yang dianggap paling dominan. Perencanaan adalah upaya
menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dianggap paling
penting dan akan dilakukan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan rencana
memecahkan masalah

4.1.1 Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas


Kelurahan Kampung Bali periode Januari - November 2023 yaitu
19,3% kurang dari target ≥ 24,52 %

Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari kegiatan


menaikkan Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Januari - November 2022
yaitu 19,3% kurang dari target ≥ 24,52 % yang didapatkan dalam BAB III,
maka dibuat rencana usulan kegiatan sebagai berikut :

65
Tabel 4.1.1 Rencana Pemecahan Pelaksanaan Program Pengumpulan Data
Aktual PUS di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode
Desember 2022 – Maret
2023

4.1.2 Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas


Kelurahan Petamburan Periode Juli – Desember 2023 yaitu 22,8 % kurang
dari target ≥ 24,52 %

Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari kegiatan


menaikkan Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kampung Bali periode Januari - November 2022 yaitu 19,3% kurang
dari target ≥ 24,52 % yang didapatkan dalam BAB III, maka dibuat rencana usulan
kegiatan sebagai berikut :

66
Tabel 4.1.1 Rencana Pelaksanaan program Focus Grup Discussion
pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Petamburan periode April - Juni 2023

67
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melewati berbagai tahapan proses maka didapatkan program


Kesehatan Keluarga (Keluarga Berencana) di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang yang dievaluasi yaitu dengan 4 masalah yang
teridentifikasi melalui pemilihan prioritas masalah dengan metode scoring
PAHO didapatkan 2 (dua) prioritas masalah pada periode waktu Januari –
November 2022 yaitu :

1. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas


Kelurahan Kampung Bali periode Januari - November 2022 yaitu
19,3% kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score 2.160
2. Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Petamburan periode Januari - November 2022 yaitu 22,8
% kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score 162

Selanjutnya kedua prioritas masalah diatas dicari akar penyebab


masalah yang paling dominan setelah dilakukan identifikasi melalui
pemilihan prioritas masalah dengan metode scoring MCUA maka dapat
disimpulkan akar penyebab masalah yang dominan dan alternatif
pemecahan akar penyebab masalah dominan dari kedua prioritas masalah
sebagai berikut :

 Cakupan Peserta KB jangka panjang di wilayah kerja puskesmas


Kelurahan Kampung Bali periode Agustus 2021 – Februari 2022 yaitu
19,3 % kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score 2.160

68
Dari enam akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan akar masalah
sebagai berikut :

 Kurangnya jumlah staf puskesmas (Organizing)

Alternatif pemecahan masalah : Menambah staff puskesmas


 Data sasaran PUS tidak diperbaharui (Planning) Belum adanya rencana
pemisahan data warga yang berdomisili di luar area kerja Puskesmas
Kampung Bali (Planning)

Alternatif pemecahan masalah : Bekerja sama dengan RT dan RW


setempat untuk mengumpulkan data aktual warga sasaran PUS yang
masih berdomisili di Kampung Bali.

 Cakupan pengguna KB jangka panjang di wilayah kerja puskesmas


kelurahan Petamburan periode Januari - November 2022 yaitu 22,8 %
kurang dari target ≥ 24,52 % dengan final score 162

Dari enam akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan akar masalah
sebagai berikut :
1. Keadaan puskesmas yang ramai sehingga edukasi KB kurang maksimal
(Actuating)
Alternatif pemecahan masalah : Bekerja sama dengan RT dan RW untuk
memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara menyeluruh, tidak
hanya pada pasangan PUS atau ibu hamil yang akan menggunakan KB
2. Kurangnya inovasi pendekatan penggunaan KB jangka panjang
Alternatif pemecahan masalah :
 Focus group discussion, untuk berbagi pengalaman dengan PUS yang
telah menggunakan KB jangka panjang sebelumnya serta diskusi
mengenai hal apa saja yang menjadi kekhawatiran bagi calon pengguna
KB
 Membuat konten di media sosial Puskesmas terkait kelebihan
penggunaan KB jangka panjang dan meluruskan isu mengenai KB
jangka panjang yang ada di masyarakat

69
5.2. Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut
disarankan atau direkomendasikan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan
Kampung Bali dan kelurahan Petamburan :

1. Bekerja sama dengan RT dan RW setempat untuk mengumpulkan data


aktual warga sasaran PUS yang masih berdomisili di Kampung Bali
2. Focus group discussion, untuk berbagi pengalaman dengan PUS yang
telah menggunakan KB jangka panjang sebelumnya serta diskusi
mengenai hal apa saja yang menjadi kekhawatiran bagi calon pengguna
KB.

70
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia


(BKKBN RI). Peraturan BKKBN RI No.18 Tahun 2020 tentang Pelayanan
Keluarga Berencana Pasca Persalinan. Published online 2020.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia


(BKKBN RI). Peraturan BKKBN RI No. 9 Tahun 2019 tentang Pemenuhan
Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur dalam Pelayanan
Keluarga Berencana. Published online 2019.

Handayani. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan; 2010

Kemenkes RI, 2021. Pedoman konseling menggunakan lembar balik alat bantu
pengambilan keputusan ber-KB. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Prijatni I., Rahayu S., 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Republik Indonesia. PP No. 87 Tahun 2004 tentang Perkembangan Kependudukan


dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.
Published online 2004.

WHO, 2020. Family planning/contraception methods. Published Online 9


november 2020

PUSKESMAS Tanah Abang. 2021. Laporan Capaian UKM Esensial Tahun 2021

PUSKESMAS Tanah Abang. 2021. Laporan Capaian UKM Esensial Tahun 2022

71

Anda mungkin juga menyukai