Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Pembimbing:
DR. Rifqatussa’adah SKM., M.Kes
1
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
3
4. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, dr. Maya Trisiswanti, MKM, dr. Dini
Widianti, MKK, DiplDK, dr. Dian Mardhiyah, M.KK, dan dr. Maulidya
Sari, M. Epid, DipIDK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
5. dr. Hayfa Husaen, M. Gizi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
Jakarta Pusat.
6. dr. Berlina selaku Ka. Sat Pelaksana UKM Bagian Internal Puskesmas
Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat yang telah membimbing dan memberi
masukan yang bermanfaat selama berada di Puskesmas Kecamatan Johar Baru.
7. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
Jakarta Pusat.
8. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.
Tim penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi tim
penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin
Penulis
4
DAFTAR ISI
5
2.1 Penetapan Prioritas Masalah ........................................................................... 45
2.1.1 Non-Scoring Technique............................................................................ 45
2.1.2 Scoring Technique .................................................................................... 46
2.2 Fishbone Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru
pada Bulan Juli 2019 – Januari 2020 ......................................................... 61
2.3 Mencari Penyebab Masalah yang Paling Dominan ........................................ 62
2.3.1 Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru ........... 62
BAB III....................................................................................................... 63
3.1 Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah ................................................... 63
3.2 Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan
Juli 2019 – Januari 2020 sebanyak 92,64% kurang dari target 95% ......... 64
BAB IV ...................................................................................................... 67
4.1 Menyusun Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah ........................................ 67
4.2 Rencana Pelaksanaan Pemecahan Masalah .................................................... 68
BAB V........................................................................................................ 70
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 70
5.2 Saran........................................................................................................... 70
Daftar Pustaka........................................................................................................72
6
BAB I
1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Johar Baru Secara Geografis
1.1.1 Letak Wilayah
Kecamatan Johar Baru termasuk wilayah kotamadya Jakarta Pusat
memiliki luas wilayah 238,16 Ha, secara administratif terdiri 4 kelurahan, 40 RW
dan 558 RT dengan total penduduk 136.645 jiwa dengan kepadatan penduduk
557/Ha. Kecamatan Johar Baru memiliki 4 Wilayah Kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Johar Baru
2. Kelurahan Kampung Rawa
3. Kelurahan Tanah Tinggi
4. Kelurahan Galur
7
Gambar 1 Batas Wilayah Kecamatan Johar Baru
8
Luas Wilayah Jenis Kelamin Kepadatan
Total Area Penduduk
Kelurahan (Km2) Jumlah (Jiwa/Km2)
Laki-laki Perempuan
9
1.3 Sarana dan Prasarana
Wilayah Kecamatan Johar Baru yang merupakan wilayah yang mempunyai
kepadatan penduduk yang tinggi. Sangat memerlukan sarana dan prasarana yang
memadai untuk menjaga kelangsungan pelayanan prima terhadap pasien. Berikut
merupakan sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas untuk menunjang
pelayanan kepada masyarakat. Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi
seluruh masyarakat dalam wilayah kerja, Puskesmas Kecamatan Johar Baru
memiliki sarana dan prasarana yang cukup. Secara umum sarana dan prasarana
tersebut meliputi:
Tabel 3. Sarana dan Prasarana Khusus Puskesmas
Luas Luas
Nama Tanah Tahun Jumlah
NO Puskesmas (m2) Bangunan Lantai Keterangan
Bangunan
(m2)
1. PKM Kec 1027 2898 2017 6 Bangunan
Johar Baru Permanen
10
1.3.1 Transportasi
Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat dalam
wilayah kerja, Puskesmas Kecamatan Johar Baru mempunyai alat transportasi
sebagai penunjang kegiatan. Dengan rincian sebagai berikut :
11
Kelurahan
No Fasilitas
Kesehatan
Tanah Kampung Galur Johar Jumlah
Tinggi Rawa Baru
3. Puskesmas 1 1 1 3 6
4. Balkesmas/ Bpn - - - - 0
5. Laboratorium - - 1 2 3
6. Dr.Umum Praktek 4 5 5 6 20
7. Dr. Spesialis - 1 - 1 2
Praktek
8. Praktek 24 Jam 1 1 1 7 10
9. Bidaan Swasta 6 5 4 9 24
10. Apotek - - 1 4 5
11. Posyandu 18 24 15 15 72
Jumlah 32 43 33 53 161
1.4 Puskesmas
1.4.1 Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
12
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. (Permenkes
RI No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas).
13
terdepan yang langsung di bawah koordinasi dan pembinaan pemerintah pusat,
yaitu Departemen Kesehatan (nomenklatur Kementerian Kesehatan pada saat itu).
Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memperluas jangkauan pelayanan
kesehatan, dibangun Puskesmas Pembantu (Pustu) di bawah koordinasi dan
pembinaan Puskesmas. Jumlah Pustu sesuai dengan kebutuhan wilayah kerja
Puskesmas (Kecamatan). Di samping Pustu, Puskesmas juga diperkuat dengan
Puskesmas Keliling (Pusling) berupa kendaraan roda empat (4) (di beberapa daerah
berupa kapal/perahu).
Menurut Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, Pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
5. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat
6. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
7. Hidup dalam lingkungan sehat
8. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
14
puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000
jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
15
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas;
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu dan
cakupan pelayanan kesehatan; dan
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
10. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
11. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif;
12. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
13. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
14. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi;
15. Melaksanakan rekam medis;
16. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan;
17. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
16
18. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
19. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi untuk
menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu
dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang menilai tatanan
sekolah, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat – tempat umum mempunyai
indikator :
a. Tersedianya air bersih
b. Tersedianya jamban yang saniter
c. Tersedianya larangan merokok
d. Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP
2. Pusat pemberdayaan masyarakat, indikatornya :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
b. Tumbuh dan kembangnya LSM
c. Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat
3. Pusat pelayanan Kesehatan strata pertama, meliputi:
a. Promosi kesehatan masyarakat
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )
d. KB ( Keluarga Berencana )
e. Perbaikan gizi masyarakat
f. P2M ( Pemberantasan Penyakit Menular )
g. Pengobatan dasar
17
2. Keadaan geografis
3. Keadaan sarana dan perhubungan
4. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya.
18
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Indikator kecamatan sehat
adalah:
1. Lingkungan sehat.
2. Perilaku penduduk yang sehat.
3. Cakupan kesehatan yang bermutu.
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan.
19
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan
potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Pelaksanaan
kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat
terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap
kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Tabel 6. Upaya Kesehatan Wajib, Kegiatan dan Indikator dalam Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Tahun 2019
Upaya Kesehatan Kegiatan Indikator
Wajib
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Kesehatan Ibu dan ANC Cakupan K1, K4
Anak Pertolongan persalinan Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi
Cakupan imunisasi
20
Upaya Kesehatan Kegiatan Indikator
Wajib
Angka penyembuhan
21
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya
kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan
pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas
kabupaten/kota. Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka
dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab dan wajib
menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi
dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Salah satu upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan di Kecamatan
Johar Baru yaitu Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), kegiatan yang dilakukan antara
lain:
1. Pembinaan
2. Penyuluhan
3. Deteksi dini (skrining kesehatan) pada anak sekolah kelas satu SD sampai
SMA
4. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada anak kelas satu, dua dan tiga
5. Program lomba sekolah sehat pada TK, SD, SLTP dan SLTA
Dokter kecil atau Docil membantu saat pelaksanaan deteksi dini (skrining
kesehatan) dengan melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan.
22
1.5 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Johar Baru
Puskesmas Kecamatan Johar Baru merupakan Puskesmas tingkat
kecamatan yang berada di Jl. Mardani Raya no 36 Johar Baru Jakarta Pusat.
Puskesmas Kecamatan Johar Baru membawahi 5 Puskesmas tingkat kelurahan, 2
Puskesmas terletak di Kelurahan Johar Baru (Johar Baru II, Johar Baru III),
Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi, Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa dan
Puskesmas Kelurahan Galur.
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru membawahi lima
Puskesmas kelurahan di empat kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Johar
Baru, yaitu :
1. Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi meliputi dua wilayah kerja yaitu:
a) Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi beralamat di Jl. Tanah Tinggi IV Gg. 7
b) Puskesmas Kecamatan Johar Baru beralamat di Jl. Mardani Raya no.36 RT
02 / RW 05 Johar Baru
2. Puskesmas Kelurahan Johar Baru meliputi dua wilayah kerja yaitu:
a) Kelurahan Johar Baru II
Puskesmas Kelurahan Johar Baru II beralamat di Jl. Percetakan Negara II
No. 1 RT. 011/06
b) Puskesmas Kelurahan Johar Baru III
Puskesmas Kelurahan Johar Baru III beralamat di Jl. Kramat Jaya Blok E
RT. 06/010
3. Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa
Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa beralamat di Jl. Kampung Rawa
Selatan no. 5
4. Puskesmas Kelurahan Galur
Puskesmas Kelurahan Galur beralamat di Jl.Kampung Rawa tengah Gg IX.
23
Gambar 2 Peta Letak Puskesmas Kecamatan Johar Baru
Tenaga Jumlah
No Puskesmas Ratio
Kesehatan Penduduk
1. Kelurahan Tanah Tinggi 13 48.016 1:3693
2. Kelurahan Johar Baru 27 46.409 1:1718
3. Kelurahan Kampung 13 27.336 1:2103
Rawa
4. Kelurahan Galur 14 23.250 1:1661
Total 67 145.011 1:2164
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Januari - Desember 2019
Sejak bulan Juli 2019 Puskesmas Kecamatan Johar Baru sudah tidak
memiliki wilayah kerja sendiri, sehingga saat ini Puskesmas Kecamatan Johar Baru
menaungi pelayanan kesehatan seluruh penduduk yang bertempat tinggal di
Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Laporan tahunan Puskesmas Kecamatan
Johar Baru merupakan hasil rekapitulasi dari laporan seluruh puskesmas kelurahan
di Kecamatan Johar Baru.
25
akibat malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada
epidemiologinya seperti manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya.
Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit
malaria, dengan sasaran antara lain:
1. Penemuan Penderita
Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus
penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan
penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection)
dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara
teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD=Passive Case Detection) yakni
berdasarkan kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan (puskesmas
pembantu, puskesmas, dan rumah sakit) yang menunjukkan gejala klinis
malaria.
2. Pengobatan Penderita
Kegiatan pengobatan penderita antara lain:
26
a. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 Penduduk
Annual Paracites Incidence (API) adalah jumlah kasus positif malaria per
1000 penduduk pada satu tahun. API ini digunakan untuk menentukan trend
morbiditas malaria dan menentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi
penularan malaria). API juga merupakan salah satu syarat suatu daerah
masuk dalam fase eliminasi yaitu jika API kurang dari 1 per 1000 penduduk.
a) Definisi Operasional Indikator
Jumlah Kumulatif Kabupaten/Kota dengan API < 1
1000 Penduduk
b) Rumus perhitungan pencapaian indikator
Jumlah Kasus Positif Malaria x 100 Penduduk
Jumlah Penduduk
27
c. Surveilans faktor risiko
1. Antraks
Penanganan kasus anthraks di beberapa lokasi masih belum tepat yang
dikhawatirkan malah menjadi penyebab terhadap penyebaran agen penyebab
penyakit, untuk itu perlu adanya SOP. SOP meliputi radius pelaksanaan vaksinasi,
cara mengubur bangkai (kuburan hewan mati antraks dalamnya 2-3 meter),
pembakaran bangkai (yang baik adalah onsite incinerator sampai menjadi abu), dll.
Penggunaan kapur perlu dievaluasi dan disarankan untuk pembakaran ternak
dilakukan dengan incinerator (mobile) sehingga sisa pembakaran adalah dalam
bentuk abu dan hanya perlu waktu 3-4 jam. Apabila menggunakan kayu bakar
28
diperlukan 2 ton kayu dan minyak tanah untuk menjadi abu. Disarakan mobile
incinerator perlu diusahakan di daerah endemis antraks. Sementara itu untuk
dekontaminasi tanah diperlukan formalin 10% sejumlah 50 liter per meter persegi
dalam waktu 1 jam.
Pengendalian Anthraks melalui pengawasan lalu lintas ternak. Lalu
lintas ternak berasal dari daerah yang tidak ada laporan kasus dalam 20 hari
terakhir, SKKH, tidak ada gejala klinis pada hari pengiriman, ternak yg
divaksinasi minimal 20 hari dan maksimal 6 bulan pascavaksinasi dan tidak ada
pemeriksaan lab untuk antraks pada hewan hidup secara scientific base.
Pengendalian anthraks melalui kegiatan surveilans sudah sering
dilakukan tetapi tidak pada tempat yang tepat begitu juga KIE.
Pemberantasan Anhraks harus dilakukan lintas institusi dan sector. Perlu
koordinasi dari berbagai pihak, kemenkes utk obat2, kementan (disposal),
polisi, polri, dll. Pedoman koordinasi KLB atau wabah termasuk anthraks
sedang dibuat oleh Komnas Zoonosis. Masih munculnya penyakit anthraks
dikarenakan masih lemahnya koordinasi, seperti penutupan wilayah tidak
langsung dilakukan. Komitmen pemeritah pusat dan pemerintah daerah sangat
penting tetapi peran masyarakat juga harus ditingkatkan dengan pemberdayaan
2. Leptospirosis
Selain melakukan surveilans rutin Leptospirosis terhadap manusia dan vektor, juga
dilakukan sistem kewaspadaan dini (SKD) untuk daerah endemis Leptospirosis,
seperti daerah rawan banjir, daerah pasang surut, persawahan dan sebagainya. Batas
SKD yaitu kewaspadaan penyakit beserta faktor risikonya untuk meningkatkan
sikap tanggap, kesiapsiagaan upaya pencegahan dan dan penanggulangan KLB
dengan cepat dan tepat. SKD ini merupakan salah satu bentuk surveilans ketat yang
dilaksanakan jika pada analisis surveilans rutin ditemukan kecenderungan
peningkatan jumlah vektor maupun beberapa kondisi rentan lainnya. Beberapa
kondisi rentan yang menyebabkan peningkatan kontaminasi terhadap tanah atau air
permukaan seperti hujan, banjir, dan bencana lainnya, akan meningkat risiko
kejadian Leptospirosis dan dapat menyebabkan KLB.
29
Sedangkan selama musim kering, manusia dan vektor dapat mencari tempat
cadangan air, sehingga dapat juga meningkatkan risiko kejadian Leptospirosis dan
dapat menyebabkan KLB. Kegiatan sosial dan bersifat rekreasi pun dapat membuat
seseorang terpapar lingkungan yang terkontaminasi bakteri Leptospira. Untuk itu,
sangat perlu untuk meningkatkan SKD Leptospirosis dalam menghadapi berbagai
kondisi rentan tersebut. 1. Jenis dan sumber data Surveilans Beberapa variabel data
yang berhubungan dengan pengendalian Leptospirosis adalah sebagai berikut:
A. Data kesakitan dan kematian menurut golongan umur dan jenis kelamin kasus
suspek dan konfirmasi Leptospirosis
B. Data penduduk dan golongan umum dan jenis kelamin
C. Data desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi terdapat kasus suspek dan
konfirmasi Leptospirosis
D. Data Leptospirosis positif pada tikus (dan/atau vektor lain) Di kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi hasil dari kegiatan survei vektor.
Data tersebut dapat diperoleh dari :
1. Laporan rutin Leptospirosis mingguan dan rekap bulanan
2. Laporan KLB/wabah
3. Laporan laboratorium
4. Laporan penyelidikan KLB/wabah
5. Survei khusus
6. Laporan data demografi
7. Laporan data populasi kepadatan tikus dan binatang penular lainnya
8. Laporan data klimatologi
30
dilakukan dengan intensifikasi deteksi dini dan pengobatan dini. Pengalaman
selama hampir 10 tahun penanggulangan kasus Flu Burung pada manusia, sebagian
besar kasus datang ke pelayanan kesehatan terlambat (kurang lebih 5 – 7 hari sejak
sakit), dan perlu peningkatan sensitivitas para dokter dan pelayanan kesehatan
lainnya dalam mendeteksi kasus suspek Flu Burung (Avian Influenza).
4. Rabies
Sasaran:
Menurunkan kematian akibat rabies.
Kegiatan:
1. Koordinasi LS (One Health)
2. Surveilans terpadu
3. Sinergi sumberdaya LS
4. Tatalaksana kasus GHPR
5. Pemenuhan logistik & iperasional
6. Public awereness
7. Pemberdayaan masyarakat
Cara melakukan eliminasi Rabies:
1. Pembentukan tim terpadu
2. Pelatihan vaksinasi HPR
3. Pelatihan tatalaksana KGHPR
4. Penyuluhan kepada masyarakat:
Tipe media (TV lokal, radio, sms gateway dll)
Sasaran: seluruh golongan masyarakat.
Provinsi dengan kasus Rabies tertinggi tahun 2017 adalah:
1. Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat masing-masing 22 orang
2. Sulawesi Utara 15 orang.
3. Sumatera Utara 11 orang
4. NTT 10 orang
31
1.7 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik di Puskesmas Kecamatan Johar Baru
Sasaran kegiatan pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik adalah meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor
dan zoonotik. Pada program pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor
dan zoonotik (P2PTVZ) hanya terdapat data DBD dan Kecacingan pada Puskesmas
Johar Baru. Data lainnya tidak didapatkan karena data hanya berdasarkan kasus.
Sedangkan, malaria, antraks, leptospirosis, avian influenza H5N1, rabies
(zoonosis), filariasis, dan chikungunya (arbovirus) tidak didapatkan kasus pada
tahun ini dan Provinsi DKI Jakarta telah melakukan program eliminasi. Apabila
ditemukan kasus maka ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Tabel 8. Target Program P2PTVZ Juli 2019- Januari 2020
No Program Target 7 bulan
1 POPM Kecacingan >85%
2 Angka Bebas Jentik (ABJ) >95%
3 Penyelidikan Epidimiologi (PE) 100%
4 Fogging Focus 100%
32
bergizi. Dasar utama untuk Penanggulangan Cacingan adalah memutuskan mata
rantai penularan Cacingan. Oleh karena itu, upaya Penanggulangan Cacingan
diarahkan pada pemutusan rantai penularan Cacingan, yaitu kelompok usia balita
dan anak usia sekolah, dengan :
1. Pemberian obat massal pencegahan Cacingan kelompok rentan untuk
menghentikan penyebaran telur cacing dari Penderita ke lingkungan sekitarnya
2. Peningkatan higienis sanitasi
3. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat melalui promosi kesehatan.
Tujuan Penanggulangan cacingan adalah untuk menurunkan prevalensi
cacingan pada anak balita, anak usia pra sekolah dan anak usia sekolah dasar atau
madrasah ibtidaiyah sebanyak 10% secara bertahap dan meningkatkan cakupan
POPM cacingan minimal 75% kelompok umur yang menjadi sasaran dalam
program penanggulangan cacingan adalah balita, anak usia pra sekolah dan anak
usia sekolah.
Cakupan POPM cacingan ini dibuat setiap tahun, dengan perhitungan sebagai
berikut:
Angka pencapaian pengobatan:
c) Anak balita
33
Jumlah balita yang minum obat di kab/kota x 100
Jumlah seluruh anak balita di kab/kota
34
mengendalikan dan mencegah angka kesakitan serta penularan filariasis termasuk
diantaranya dua pilar kegiatan yaitu:
1. Memutuskan mata rantai penularan filariasis dengan Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM) filariasis di daerah endemis sekali setahun selama
lima tahun berturut-turut (obat yang dipakai adalah DEC (Diethylcarbamazine
Citrate) 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg) setiap bulan
Agustus.
2. Mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus filariasis.
Tabel 9. Indikator Target program Kecacingan dan Filariasis
No. Indikator Target
1. Prevalensi kecacingan <10%/kota/kabupaten
2. Eleminasi Filariasis Mikrofilaria <1%/kota
3. 12 bulan – 12 tahun > 85%/tahun
Sumber: Permenkes RI No 15 tahun 2017
Tabel 10. Prekapitulasi Hasil POPM Kecacingan pada Anak Balita, Pra sekolah
dan anak sekolah Bulan Juli 2019 – Januari 2020
Puskesmas Jumlah total Total sasaran yang Cakupan Target
sasaran dapat pemberian
obat cacing obat cacing
(%)
(b) (a) (a/b x 100%)
Kelurahan Johar 7.763 7.431 95,72% > 85%
Baru
Kelurahan 2.990 2.964 99,13% >85%
Kampung Rawa
Kelurahan Galur 2.414 2.405 99,63% >85%
Kelurahan Tanah 6.879 6.779 98,55% >85%
Tinggi
TOTAL 20.046 19.579 99,63% >85%
Sumber: Rekapitulasi Hasil POPM Kecacingan Pada Anak Balita, Pra Sekolah Dan
Anak Sekolah Puskesmas Kecamatan Johar Baru Juli 2019 – Januari 2020
Pada data Puskesmas Kecamatan Johar Baru tidak terdapat kasus Cacingan
dan Filariasis pada bulan Juli 2019 – Januari 2020 dan pelaksanaan POPM Obat
Cacingan dilaksanakan bulan Agustus tiap tahunnya. Di Kecamatan Johar Baru
35
diberikan POPM berupa Albendazole 400 mg, target pemberian POPM memenuhi
target nasional yaitu sebesar 99,63% (target nasional > 85%).
a. Definisi operasional:
Jumlah Kabupaten/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka
mikrofilaria < 1% adalah jumlah kabupaten/kota yang telah selesai melakukan
Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Filariasis selama 5 tahun berturut,
kemudian 6 bulan setelahnya pada pemeriksaan darah jari berhasil menurunkan
angka mikrofilaria (mf rate) menjadi < 1%.
b. Rumus/ cara perhitungan:
Akumulasi jumlah Kabupaten/Kota endemis yang berhasil menurunkan
angka mikrofilaria menjadi < 1%.
38
a. Dilaksanakan di RT yang ada JUMANTIK
b. Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik secara total coverage
c. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap
rumah/bangunan berdasarkan tujuh tatanan
d. Mencatat hasil pemeriksaan jentik dan melaporkan ke Kantor Kelurahan
e. Puskesmas Kelurahan/Kecamatan menganalisa dan melaporkan bulanan ke
Sudin Kesmas
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh NON JUMANTIK:
a. Pelaksana adalah petugas Puskesmas Kelurahan/Kecamatan
b. Menentukan sasaran RW lokasi sekaligus data jumlah rumah/bangunannya
masing-masing
c. Mencatat dan menganalisa hasil pemeriksaan jentik dan per RW
b. Tujuan Khusus
39
2. Langkah Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi
a. Setelah menemukan/menerima laporan adanya penderita DBD, petugas
Puskesmas/Koordinator DBD segera mencatat dalam Buku catatan Harian
Penderita DBD.
b. Menyiapkan peralatan survei, seperti: tensimeter, termometer, senter,
formulir PE, dan surat tugas.
c. Memberitahukan kepada Kades/Lurah dan Ketua RW/RT setempat bahwa
di wilayahnya ada penderita DBD dan akan dilaksanakan PE.
d. Masyarakat di lokasi tempat tinggal penderita membantu kelancaran
pelaksanaan PE.
e. Pelaksanaan PE sebagai berikut:
1. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan
wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita
DBD lainnya (sudah ada konfirmasi dari rumah sakit atau unit
pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita demam saat itu dalam
kurun waktu 1minggu sebelumnya.
2. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan
pemeriksaan kulit (petekie), dan uji torniquet.
3. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan
tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan.
4. Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat
tinggal penderita.
5. Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja, maka PE selain
dilakukan di rumah PE juga dilakukan di sekolah/tempat kerja penderita
oleh puskesmas setempat.
6. Hasil pemeriksaan adanya penderita DBD lainnya dan hasil pemeriksaan
terhadap penderita demam (tersangka DBD) dan pemeriksaan jentik
dicatat dalam formulir PE.
7. Hasil PE segera dilaporkan kepada kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan
40
Kades/Lurah.
8. Bila hasil PE positif (ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya
dan/atau ≥ 3 orang tersangka DBD, dan ditemukan jentik (≥5%),
dilakukan penanggulangan fokus (Fogging, Penyuluhan, PSN dan
Larvasidasi selektif), sedangkan bila negatif dilakukan Penyuluhan, PSN
Larvasidasi selektif (Kemenkes RI, 2013).
41
Tabel 13. Data Penderita DBD Puskesmas Kelurahan di Wilayah Kerja Kecamatan
Johar Baru Bulan Juli 2019 – Januari 2020
Jumlah
Puskesmas Jumlah Jumlah
penduduk Target IR IR
penderita (a) Kasus
(jiwa) (b)
Hidup Mati
Kelurahan 44.302 3 0 3 <20 6,77
Johar Baru
Kelurahan 45.705 2 0 2 <20 4,37
Kampung
Rawa
Kelurahan 26.134 7 0 7 <20 26,78
Galur
Kelurahan 22014 3 0 3 <20 13,6
Tanah
Tinggi
Total 138.155 15 0 15 <20 10,8
Sumber : Bagian P2PTVZ Puskesmas Kecamatan Johar baru Bulan Juli 2019 –
Januari 2020
Dapat diketahui pada Tabel 13 Data Penderita DBD Puskesmas Kelurahan di
Wilayah Kerja Kecamatan Johar Baru Bulan Juli 2019 – Januari 2020, pada
Puskesmas Kelurahan Johar Baru, Kampung Rawa, Galur, Tanah Tinggi memiliki
IR atau angka kesakitan yang kurang dari target yaitu 57,72 per 100 ribu penduduk.
42
tanpa sebab dan ditemukan jentik > 5%. Fogging dilaksanakan dalam radius 200
meter dan dilakukan dua siklus dengan interval + 1 minggu (Depkes, 2007).
Prosedur dan tata laksana pelaksanaan pengasapan atau fogging antara lain sebagai
berikut:
Tabel 14. Rekapitulasi Data Fogging Fokus Kelurahan di Wilayah Kerja
Kecamatan Johar Baru Bulan Juli 2019 – Januari 2020
43
1. Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan Juli
2019 – Januari 2020 sebesar 92,51%
2. Incidence rate penderita DBD Puskesmas Kelurahan di Wilayah Kerja
Kelurahan Galur Bulan Juli 2019 – Januari 2020 26,78%
44
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
45
masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal
Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:
1. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan
melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah
prioritas masalah yang disepakati bersama.
2. Metode Delphi
Masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian
yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk
mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang
terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.
46
bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor
akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas
masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat
dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan
prioritas masalah yang akan diambil.
3. Metode MCUA
Pada metode ini parametet diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunkan dan masalah-masalah
yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima
kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot
penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang
didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai
prioritas masalah.
47
Kriteria yang dipakai terdiri dari:
a. Emergency: Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan
untuk kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai
berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,
maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka
kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya,
masalah imunisasi, maka yang digunakan sebagai parameter adalah angka
kesakitan bayi dan lain sebagainya.
b. Greatest member: Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak
penduduk yang terkana masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah
kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah
prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member
ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan
pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
c. Expanding scope: Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter lain
yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah,
berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak
sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan.
- Bobot 5 : paling penting
- Bobot 4 : sangat penting sekali
- Bobot 3 : sangat penting
- Bobot 2 : penting
- Bobot 1 : cukup penting
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria
ini adalah IR (Incidence Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun
jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
48
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan
oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy yaitu Incidence Rate Demam Berdarah
Dengue di DKI Jakarta tahun sebanyak 28,3/100.000 penduduk.
2. Greatest Member
Greatest Member menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena
49
masalah atau penyakit yang ditunjukan dengan jumlah penduduk.
Tabel 17. Skala Penilaian Greatest Member terhadap Program P2PTVZ di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Johar Baru Bulan Juli 2019 – Januari 2020
Tabel 18. Penentuan Skor Greatest Member terhadap Masalah Program P2PTVZ
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru Periode Juli 2019 – Januari
2020
No Daftar masalah Cakupan (%) Target (%) Selisih (%) Skor
1. Cakupan Angka Bebas 92,64 95 2,36 2
Jentik Puskesmas
Kecamatan Johar Baru
pada bulan Juli 2019 –
Januari 2020 sebanyak
92,64% kurang dari
target 95%
2. Angka Incidence Rate 26,78 20 6,78 3
Puskesmas Kelurahan di
Wilayah Kerja Kelurahan
Galur pada bulan Juli 2019
– Januari 2020 sebanyak
26,78% melebihi target
20%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan skor tertinggi untuk Greatest Member adalah
angka Incidence Rate di Puskesmas Kelurahan di Wilayah Kerja Kelurahan Galur
Periode Juli 2019 – Januari 2020 dengan skor 3.
3. Expanding Scope
50
Expanding Scope menunjukan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain di luar kesehatan, beberapa banyak jumlah
penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan
yang berkepentingan dengan masalah tersebut. Jumlah penduduk diurut
berdasarkan kelurahan yang memiliki penduduk terkecil sampai yang terbanyak.
Tabel 16. Skala Luas wilayah Penilaian Expanding Scope terhadap Program
P2PTVZ Puskesmas Kecamatan Johar Baru Juli 2019 – Januari 2020
17.851 – 37.283 1
37.284 – 56.715 2
56.715 – 76.147 3
76.148 – 95.579 4
95.580 – 115.011 5
51
No Masalah Jumlah Skor
Penduduk
Incidence rate penderita DBD
2. 17,851 1
Puskesmas Kelurahan di
Wilayah Kerja Kelurahan Galur
Bulan Juli 2019 – Januari 2020
27,89% Dengan target
incidence rate sebesar <20%
Total 132.862 6
Tabel 18. Skala Penilaian Expanding Scope berdasarkan luas wilayah terhadap
program PSN di wilayah kecamatan johar baru Juli 2019 – Januari 2020
1 26,20 – 68,36 1
2 68,37 – 110,52 2
3 110,53 – 152,68 3
4 152,69 – 194,84 4
5 194,84 – 237,00 5
Didapatkan range luas wilayah dengan skor tertinggi dengan skor 5 sebesar
542,419 – 653,46 dan terendah dengan skor 1 sebesar 98,25 – 209,292.
52
Tabel 19. Penentuan nilai Expanding Scope berdasarkan luas wilatah
terhadap program PSN di wilayah kecematan johar baru Juli 2019-2020
Luas
No Puskesmas Skor
wilayah
1. Puskesmas Kecamatan
237,00 5
Johar Baru
2. Puskesmas Kelurahan
26,20 1
Galur
Penentuan nilai Expanding Scope berdasarkan luas wilayah terhadap program PSN
didapatkan Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan skor 5, Puskesmas Kelurahan
Galur dengan skor 1.
53
Tabel 21. Hasil penilaian Expanding Scope terhadap program PSN di wilayah
kecamatan johar baru periode Juli 2019- Januari 2020
4. Feasibility
Menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang terdapat di
puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan. Untuk menilai hal tersebut digunakan
sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia, program kerja,
material, serta transportasi yang efektif serta efisien untuk mengatasi masalah
tersebut. Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
54
dapat diselesaikan meliputi:
a. Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya
Manusia). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin
besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap
puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran program
kesehatan di masing-masing wilayah puskesmas.
Tabel 22. Acuan Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk di
Wilayah Kecamatan Johar Baru Periode 2019
Rasio Tenaga Kesehatan dengan
No Jumlah Penduduk Skor
1 1:1661 - 1:2169 1
2 1:2170 - 1:2677 2
3 1:2678 - 1:3185 3
4 1:3186 - 1:3693 4
55
Tenaga Jumlah
No Puskesmas Kesehatan penduduk Rasio Skor
(Jiwa)
Total 67 145.011 1:2164 1
Pada Tabel 23 berdasarkan acuan Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan
Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru Periode Juli
2019- Januari 2020 didapatkan skor tertinggi 4 dan terendah 1.
57
Fasilitas
No Daftar Masalah SDM Tempat Dana Skor
Alat/Obat
Januari 2020 27,89%
5. POLICY
Aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu masalah kesehatan adalah
apakah pemerintah memiliki perhatian terhadap masalah tersebut. Parameter yang
digunakan untuk menilai seberapa perhatian pemerintah adalah kebijakan
pemerintah yang khawatir terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah
tersebut terpublikasi di berbagai media. Parameter tersebut diberikan nilai
berdasarkan parameter yang paling dapat dipahami untuk memberikan informasi
kepada masyarakat serta pendekatan secara personal dengan individu mengenai
kegiatan promosi kesehatan.
Tabel 27. Skala Penilaian Policy terhadap Program P2PTVZ Wilayah Kecamatan Johar
Baru Juli 2019 – Januari 2020
Parameter Score
Penyuluhan
Ada 2
Tidak Ada 1
Kebijakan Parameter
Nasional 2
58
Daerah 1
Tabel 29. Penentuan Masalah menurut Metode MCUA pada Evaluasi P2PTVZ
Juli 2019 – Januari 2020
MS1 MS2
Kriteria Bobot
N BN N BN
Emergency 5 2 10 4 20
Greatest member 4 2 8 3 12
Expanding scope 2 12 24 4 8
Feasibility 3 10 30 10 30
Policy 1 6 6 6 6
Total 78 76
59
1. Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan Juli
2019 – Januari 2020.
2. Incidence rate penderita DBD Puskesmas Kelurahan di Wilayah Kerja
Kelurahan Galur Bulan Juli 2019 – Januari 2020.
60
2.2 Fishbone Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada Bulan Juli 2019 – Januari 2020
Diagram 1. Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Johar Baru pada Bulan Juli 2019 – Januari 2020
61
2.3 Mencari Penyebab Masalah yang Paling Dominan
2.3.1 Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru
Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada
bulan Juli 2019 – Januari 2020 sebesar 92,51% tidak sesuai dengan target ABJ
nasional sebesar 95%, dari diagram fishbone ditemukan tiga akar penyebab
tiga akar penyebab masalah sebagai berikut:
A. Akar penyebab masalah yang ditemukan di input adalah:
1. Kurangnya strategi penempatan petugas yang tepat (Method)
2. Tidak ada masalah (Material)
3. Petugas lalai dalam melaksanakan program PSN(Man)
4. Tidak ada masalah (Money)
B. Akar penyebab masalah yang ditemukan di process adalah:
1. Kurangnya koordinasi dalam jalannya program (Controlling)
2. Cara kerja jumantik yang tidak sistematis (Actuating)
3. Pembagian tugas antar petugas tidak merata (Organizing)
4. Target yang tinggi yang harus dilaksanakan dalam setahun
(Planning)
C. Akar penyebab masalah yang ditemukan dari lingkungan (environment)
adalah kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
pelaksanaan PSN (environment).
Dari tujuh akar penyebab masalah di atas dipilih tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan
hasil diskusi dan justifikasi:
1. Petugas lalai dalam melaksanakan program PSN (Man)
2. Kurangnya koordinasi dalam jalannya program (Controlling)
3. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
PSN (environment).
62
BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
2. Murah biayanya
Diberikan nilai terbesar jika alternatif masalah paling murah biayanya
dan diberikan nilai terkecil jika biaya yang paling mahal untuk dilaksanakan.
3 : Biaya murah (dibawah anggaran)
63
2 : Biaya mencukupi (sesuai anggaran)
1 : biaya sangat mahal (melebihi anggaran)
3.2 Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada
bulan Juli 2019 – Januari 2020 sebanyak 92,64% kurang dari target 95%
Dari tujuh akar penyebab masalah, maka ditetapkan tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung,
juga pemahaman yang cukup. Tiga akar permsalahan yang paling dominan tersebut,
ditetapkan alternative pemecahan masalah sebagai berikut:
64
Tabel 30. Akar Penyebab Masalah dan Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif Pemecahan
No. Akar Penyebab Masalah
Masalah
1. Petugas lalai dalam melaksanakan Memberikan informasi
program PSN (Man) tentang pentingnya program
PSN kepada petugas serta
mengevaluasi setiap
melakukan program PSN
2. Kurangnya koordinasi dalam Menyusun strategi yang tepat
jalannya program (Controlling) untuk mencapai target
cakupan program PSN
3. Kurangnya kesadaran masyarakat Memberikan informasi dan
mengenai pentingnya pelaksanaan edukasi kepada masyarakat
Tabel 31. MCUA Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar
Baru pada bulan Juli 2019 – Januari 2020 sebanyak 92,64% kurang dari target
95%
No Parameter Bobot AL-1 AL-2 AL-3
N BN N BN N BN
1. Mudah dilaksanakan 4 3 12 3 12 3 12
2. Murah biayanya 3 3 9 2 6 3 9
3. Waktu penerapan 2 2 4 2 4 1 2
sampai masalah
terpecahkan tidak lama
4. Dapat memecahkan 1 2 2 2 2 2 2
masalah dengan
sempurna
Jumlah 27 24 25
65
serta mengevaluasi setiap melakukan program PSN.
AL-2: Menyusun strategi yang tepat untuk mencapai target cakupan program PSN.
AL-3: Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai
pentingnya pelaksanaan PSN dalam pencegahan penyakit
66
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN
LINGKARAN PEMECAHAN MASALAH
Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan
Juli 2019 – Januari 2020
Agar dapat melakukan alternative pemecahaan masalah cakupan angka
bebas jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan Juli 2019 – Januari 2020
sebesar 92,51% dengan target ABJ Nasional sebesar 95%yang didapatkan di dalam
BAB III, maka dibuat rencana usulan kegiatan pada tabel 32.
Tabel 32. Rencana Usulan Kegiatan Meningkatkan Cakupan Angka Bebas Jentik
Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan Juli 2019 – Januari 2020
Volume
No. Keputusan Rencana Kegiatan Target Biaya
Kegiatan
67
Volume
No. Keputusan Rencana Kegiatan Target Biaya
Kegiatan
PSN
Kurangnya Masyarakat
kesadaran sadar akan
Melakukan penyuluhan
masyarakat pentingnya
mengenai pentingnya
mengenai pelaksanaan
2 pelaksanaan PSN dalam 6x/tahun Rp. 600.000,-
pentingnya PSN dalam
pencegahan penyakit
pelaksanaan pencegahan
DBD
PSN penyakit
DBD.
(environment).
Kurangnya Tercapainya
Menyusun strategi yang
koordinasi target
tepat sebelum
3 dalam jalannya cakupan 3x/tahun Rp. 150.000,-
dilaksanakannya
program program PSN
program PSN
(Controlling)
68
Tabel 33. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Meningkatkan Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan
Juli 2019 – Januari 2020
Bulan
Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember
No
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada program P2PTVZ di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, didapatkan dua
masalah yang diidentifikasi, selanjutanya didapatkan satu prioritas masalah
selama periode Juli 2019- Januari 2020, yaitu:
1. Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan
Juli 2019 – Januari 2020 sebesar 92,51% tidak sesuai dengan target ABJ
nasional sebesar 95%
5.2 Saran
70
Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan Angka Bebas Jentik Puskesmas
Kecamatan Johar Baru pada bulan Juli 2019 – Januari 2020.
1. Mengusulkan untuk memberikan informasi tentang pentingnya program PSN
kepada petugas
2. Evaluasi saat melakukan program PSN
3. Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya pelaksanaan PSN dalam
pencegahan penyakit DBD
4. Menyusun strategi yang tepat sebelum dilaksanakannya program PSN
71
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Pusat. Kecamatan Johar Baru Dalam Angka
2018. Jakarta: BPS Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Departemen Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2014. Pusat Data dan Informasi dan Informasi Situasi Kesehatan
Ibu. Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
72