Background: Kekerasan seksual dapat terjadi kepada siapa saja, tidak terkecuali
pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak dianggap sebagai sosok yang
lemah dan tidak berdaya. Kurangnya penegasan hukum juga menjadi faktor
mengapa hal ini masih terjadi. Oleh karena itu, lembaga sosial sangat dibutuhkan
demi melindungi dan menegakkan hak-hak anak agar dapat hidup dan
berkembang secara optimal Case Report: CF (pelapor) melaporkan saudara
kandungnya FD, 34 tahun (terdakwa) yang sengaja membantu saksi FR, 31 tahun
dalam melakukan perbuatan cabul pada RS, 5 tahun (anak kandung dari CF)
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk RS. Atas
kejadian tersebut, CF melaporkan terdakwa ke Polres Jakarta Timur serta
mendapat bantuan dari LBH APIK Jakarta untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Berdasarkan putusan pengadilan, terdakwa dijatuhkan hukuman 6 (enam) tahun
penjara dan denda sebanyak Rp. 50.000.000 atau 2 (dua) bulan penjara bila tidak
bisa membayar. Discussion: Kekerasan seksual pada anak termasuk pelanggaran
moral dan hukum, serta melukai secara fisik dan psikologis. Selain itu, kekerasan
seksual juga dapat menjadi pengalaman traumatis bagi korban. Oleh karena itu,
dibentuklah lembaga sosial seperti KPAI dan LBH APIK untuk membantu dan
melindungi hak anak sebagai korban. Conclussion: Adanya peran KPAI dan LBH
APIK berperan untuk memberikan perlindungan dan pengawasan pada anak
serta memberikan pendampingan dan bantuan hukum bagi anak sebagai korban.
Dengan adanya peran lembaga sosial ini diharapkan kejadian kekerasan seksual
pada anak dapat menurun.
Keyword: kekerasan seksual, anak, lembaga sosial, KPAI, LBH APIK
1
PENDAHULUAN
2
perubahan terhadap pasal-pasal tertentu yang dituangkan dalam Undang-Undang
nomor 35 Tahun 2014.
3
DESKRIPSI KASUS
4
Esok paginya, RS dipanggil kembali oleh FR ke kamarnya dan RS disuruh
berbaring lalu celananya dibuka oleh FR. Setelah itu, FR membuka celananya dan
tidur disebelah RS, selanjutnya FR memegang dan memasukan jari ke lubang
vagina RS. Kemudian, terdakwa FD memberi bantuan kepada FR dengan
memegang kaki RS. Saat itu, FR berkata, “Mampus lu.” dan FD berkata, “Rasain
lu.”
Pihak keluarga CF telah meminta agar CF dan GG (ayah tiri korban) dapat
menyelesaikan masalah ini secara damai dan kekeluargaan. Tetapi CF tidak dapat
menerimanya lantaran sebelumnya CF juga pernah terlibat konflik dengan saudara
kandungnya tersebut. Atas kejadian tersebut, CF dan GG melaporkan terdakwa ke
Polres Jakarta Timur. Selain itu, CF juga melaporkan kasus ini ke LBH APIK
Jakarta Timur. Setelah itu dilakukan Visum et Repertum di Rumah Sakit
Bhayangkara. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
Pada pemeriksaan khusus alat kelamin ditemukan robek lama selaput darah arah
jam tiga sampai dasar akibat kekerasan tumpul. Korban menolak konsultasi
kepada dokter ahli kandungan dan kebidanan. Pada pemeriksaan ke psikolog
didapatkan hasil kecemasan, ketakutan, krisis kepercayaan terhadap orang, emosi
menjadi labil dan kebutuhan rasa aman.
5
DISKUSI
Berdasarkan data KPAI pada tahun 2014 hingga 2016, jumlah kasus
kekerasan seksual pada anak mengalami penurunan. Pada tahun 2014, jumlah
anak sebagai korban kekerasan seksual tercatat sebanyak 656 anak dan menurun
menjadi 120 anak pada tahun 2016.
6
Walaupun jumlah kasus kekerasan seksual ini sempat menurun tetapi
berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2018,
kasus kekerasan seksual pada anak kembali meingkat. Ketua KPAI, Susanto
menyatakan kasus kekerasan terhadap anak hampir terjadi di semua daerah.
Hingga bulan Februari 2018, KPAI telah menerima 223 aduan kekerasan seksual.
14%
44% lingkungan rumah
20%
sekolah
ruang publik
22%
sekolah
Presentase Kekerasan Seksual pada Anak berdasarkan data PUSDATIN sepanjang bulan Januari – Juni 2018
7
pelaku. Tidak ada satupun karakteristik khusus atau tipe kepribadian yang dapat
diidentifikasi dari seorang pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Siapa pun
dapat menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Kemampuan pelaku
menguasai korban, baik dengan tipu daya maupun ancaman, paksaan, kekerasan,
menyebabkan kejahatan ini sulit dihindari. Dari seluruh kasus kekerasan seksual
pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu terjadi dan tak sedikit yang
berdampak fatal. Kekerasan seksual pada anak adalah pelanggaran moral dan
hukum, serta melukai secara fisik dan psikologis. Selain itu, kekerasan seksual
juga dapat menjadi pengalaman traumatis bagi korban (Noviana, 2015).
Pada kasus yang dialami oleh RS, terdakwa FD dan FS merupakan orang
terdekat korban, yaitu paman korban. Tindakan yang dilakukan oleh FD dan FR
merupakan bentuk kekerasan seksual pada anak dibawah umur, mengingat RS
yang masih berusia 5 (lima) tahun. Berdasarkan kejadian, FD dan FR
memperlihatkan film pacaran/porno, melakukan tindakan seksual atau
pemerkosaan, dan menyentuh organ seksual RS hingga menyebabkan adanya
trauma tumpul pada alat kelamin RS. Setelah melakukan perbuatan cabulnya, FR
juga mengancam RS yang mengakibatkan adanya kecemasan, ketakutan, krisis
kepercayaan terhadap orang, emosi menjadi labil dan kebutuhan rasa aman.
8
dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental dan sosial. Hal ini
mencakup perlindungan kekerasan pada anak sebagaimana tercantum pada :
Negara sebagai organisasi tertinggi dan terkuat memiliki andil yang besar
dalam melindungi hak-hak anak yang diwujudkan dengan mengeluarkan
peraturan-peraturan tentang pemberian perlindungan terhadap anak sehingga ada
jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak yang nantinya berdampak pada
kelangsungan kegiatan perlindungan anak serta mencegah penyelewengan dalam
pelaksanaan perlindungan anak. Tindakan perlindungan terhadap anak yang
dilaksanakan oleh pemerintah merupakan bagian dari tujuan negara yaitu untuk
melindungi bangsa dan negara serta demi kesejahteraan umum. (Fitriani, 2016)
9
Apabila kekerasan terhadap anak sudah terlanjur terjadi, kewajiban
masyarakat dalam negara hukum adalah melaporkan kepada pihak berwenang.
Peran masyarakat tidak berhenti hanya sampai pelaporan terhadap anak yang telah
menjadi korban kekerasan, kewajiban lain yang harus dilaksanakan adalah
berperan aktif untuk menghilangkan pelabelan negatif terhadap anak korban
kekerasan dan juga berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial
bagi anak. Elemen masyarakat yang terlibat dalam perlindungan anak juga
melibatkan organisasi-organisasi masyarakat atau lembaga sosial seperti Lembaga
Swadaya Masyarakat, Lembaga Bantuan Hukum, Komisi Perlindungan Anak,
organisasi-organisasi lain yang memiliki kepedulian terhadap perlindungan anak.
10
“Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui :
c. pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik
fisik, mental, maupun sosial; dan
11
(2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat membentuk
Komisi Perlindungan Anak Daerah atau lembaga lainnya yang sejenis
untuk mendukung pengawasan penyelenggaraan Perlindungan Anak di
daerah.”
VISI DAN MISI KPAI
VISI
Meningkatnya efektifitas penyelenggaraan anak demi
terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia
dan sejahtera.
MISI
1. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak.
2. Melakukan pengumpulan data dan informasi tntang anak.
3. Menerima pengaduan masyarakat.
4. Melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
5. Pengawasan terhadap penyelenggara perlindungan anak.
12
g. Memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya
dugaan pelanggaran terhadap undang-undang tentang
perlindungan anak
VISI
Terwujudnya sistem hukum yang adil gender, yang tercermin dalam relasi
kuasa dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.
13
Menguatnya gerakan perempuan sebagai bagian dari gerakan masyarakat
sipil dalam pemberdayaan hukum yang adil gender.
MISI
Melakukan pendampingan dan bantuan hukum bagi perempuan yang
mengalami ketidakadilan, kekerasan dan berbagai bentuk diskriminasi;
Melakukan dan mendorong perubahan kebijakan dan sistem hukum yang
berkeadilan gender
Melakukan pemberdayaan sumber daya hukum masyarakat
Membangun jaringan kerja dengan berbagai organisasi dan mendorong
melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi dengan visi misi serupa;
Mendorong terbentuknya LBH APIK-LBH APIK di berbagai provinsi;
Memperkuat kapasitas lembaga di tingkat Asosiasi LBH APIK Indonesia
dan LBH APIK Daerah
14
memerlukan proses konseling dan pemulihan keadaan psikologis anak,
terutama pada anak korban kekerasan seksual.
a. Telepon
Pelaporan dapat melalui panggilan telepon 24 jam bagi korban
perundungan, pelecehan, dan intimidasi. Mekanisme pelaporan melalui
panggilan telepon 24 jam juga harus mensosialisasikan pada para target
bahwa sistem ini menjamin kerahasiaan orang yang menghubungi.
15
diperlukan. Apabila korban meninggal maka dikirim ke ruang autopsi
untuk pembuatan Visum Et Repertum. (UNICEF, 2007)
16
Sumber: UNICEF Indonesia, 2007
17
Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat rekapan laporan yang
masuk dari puskesmas dan Rumah Sakit di wilayah kerja dengan
menggunakan format Pencatatan kasus KTA untuk kabupaten/kota
(format 2). Selanjutnya format 2 akan dikirim ke Dinas Kesehatan
Propinsi dengan tembusan ke lintas sector terkait setempat yaitu:
Bagian Kesejahteraan Rakyat/Bagian Sosial Pemerintah Daerah,
Kepolisian, Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Berlaku juga bagi Lintas Sektor terkait, sehingga pada akhirnya
dapat dipakai sebagai data dasar dalam perencanaan program KTA
di tingkat Kabupaten/Kota.
3. Di tingkat Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi membuat rekapan hasil laporan dari
semua Kabupaten/Kota dengan menggunakan Format Pencatatan
KTA untuk Propinsi (Format 3) dan mengirimnya ke Direktorat
Bina Kesehatan Anak Depkes RI dengan tembusan ke lintas sektor
terkait setempat yaitu Biro Pemberdayaan Perempuan dan KPAID.
4. Di tingkat Pusat
Rekapan data KTA dari Propinsi akan di analisa untuk bahan dasar
pembuatan kebijakan dan pengembangan program. Selain itu
laporan tersebut akan dikirim ke Meneg Pemberdayaan Perempuan
(KHA) di tingkat Internasional.
Islam sangat menghargai hak setiap insan, termasuk hak pada anak. Di
dalam Al quran digambarkan hak-hak dasar pada manusia, diantaranya hak
perlindungan kehormatan, hak keamanan dan kesucian pribadi, hak keamanan
kemerdekaan pribadi, hak perlindungan hukum dan kesewenang-wenangan serta
hak mendapatkan keadilan. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
18
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS An Nisa 4;58)
Bahkan anak dalam Islam dianggap sebagai pemberian dan karunia dari
Allah SWT yang sangat berharga dalam suatu keluarga, bahkan anak digambarkan
seperti zinatun (hiasan). Sesuai dengan firman Allah SWT :
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi sholeh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan. (Q.S. Al Kahfi 18; 46)
19
Lembaga Sosial Menurut Pandangan Islam
Begitu pula dengan kisah Umar yang pada waktu itu menjabat sebagai
pemimpin rakyat atau umat islam yang memiliki hak penuh terhadap rakyat yang
dipimpinnya, apakah ia akan membawa rakyatnya kepada kedamaian dan
kesejahteraan ataukah akan membawa kepada kehancuran.
20
: سلَّ َم َّ صلَّى
َ ّللا َعلَ ْي ِه َو َ ا قَا َل لنَّ ِبي, ِّللا
َّ ع ْن َع ْب ِد
َ
الر ُج ُل َراعٍ َع َلى َّ َو، فَاإل َما ُم َراعٍ َو ُه َو َم ْسئُو ٌل.ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل
ُ َو ْال َع ْبد،ٌي َم ْسئُولَةَ ت زَ ْو ِج َها َو ِه ِ َو ْال َم ْرأَة ُ َرا ِع َيةٌ َعلَى َب ْي،أ َ ْه ِل ِه َو ُه َو َم ْسئُو ٌل
. أَالَ فَ ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل.س ِي ِد ِه َو ُه َو َم ْسئُو ٌل
َ َراعٍ َعلَى َما ِل
“Dari Abdullah, ia berkata: Nabi saw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin,
dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka seorang imam
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang laki-laki
adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung
jawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun
akan dimintai pertanggung jawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas
harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggung jawabannya. Sungguh
setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya” Sahih al-Bukhori: 4789)
Berdasarkan hadits di atas, maka penting bagi pemimpin untuk
memperhatikan segala aspek yang dipimpin olehnya tanpa terkecuali. Keputusan
seorang pemimpin harus membawa maslahah atau kebaikan bagi masyarakat
karena pemimpin memiliki kekuasaan terhadap apa yang dipimpin olehnya.
Kesimpulan
21
Saran
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan
rahmat dan ridha-Nya, sehingga penyusunan laporan kasus ini dapat terlaksana
dengan baik. Ucapan terima kasih saya berikan kepada dr. Syukrini Bahri, Sp.PK
selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan meluangkan
waktunya agar dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada dr. Ferryal Basbeth Sp.F DFM selaku pengampu, dr. Hj. R.W.
Susilowati, M.Kes dan DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun sebagai koordinator Blok
Elektif. Terima kasih kepada Mbak Uli Pangaribuan dan LBH APIK yang telah
memberikan kesempatan untuk berkunjung dan mengumpulkan data untuk
laporan ini. Terima kasih kepada semua anggota kelompok 4 domestic violence
atas dukungan dan kerjasamanya dalam mengerjakan tugas laporan kasus ini.
22
Daftar Pustaka
http:// lbhapik.or.id/
www.hukumonline.com
https://www.idntimes.com/news/indonesia/linda/223-kasus-kekerasan-seksual-
anak-dalam-dua-bulan-terakhir-1/full
http://manado.tribunnews.com/2018/08/20/pusdatin-komnas-pa-indonesia-catat-
angka-kekerasan-seksual-anak-paling-tinggi
http://risalahmuslim.id
https://guruppkn.com/lembaga-perlindungan-ham
23