Anda di halaman 1dari 7

Penguatan Kader Pos Pembinaan Terpadu Dalam Menjadikan Lanjut Usia Sehat dan Tangguh Melalui Media Sosial

Selama Pandemi Covid-19

1, 2 2 2 2
Rifqatussa’adah , Syahputra , Salma , Elena , Puspita

1
Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI.
2
Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI.

ABSTRAK

Latar Belakang: Coronavirus Disease-19 (COVID-19) adalah penyakit menular yang telah ditetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat dunia oleh
World Health Organization (WHO) per tanggal 30 Januari 2020. Orang lanjut usia (lansia) pada umumnya menghadapi risiko yang lebih tinggi, terutama pada
lansia dengan penyakit komorbid. Dengan angka kematian yang tinggi, faktor risiko dan komorbiditas yang ada menyebabkan lansia sebagai populasi yang rentan
terkena COVID-19. Peningkatan pengetahuan kader posbindu terhadap pencegahan COVID-19, gizi dan psikologis lansia pada masa pandemi penting untuk
dilakukan dengan cara penyuluhan melalui media sosial. Tujuan: Membuat media penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan kader posbindu tentang COVID
19, gizi dan psikologis lansia di wilayah kerjanya dengan menggunakan sosial media. Metode: Desain penelitian ini dianalisis menggunakan uji T berpasangan.
Penyuluhan diberikan melalui group whatsapp untuk 30 kader posbindu di Kelurahan Jatiranggon, Jatisampurna, Bekasi dan penyuluhan diberikan oleh
narasumber yang berkompeten terkait dengan kesehatan dan psikologi lansia di masa pandemi. Serta pengisian pre-test serta post-test melalui Google Form.
Hasil: Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah pemberian penyuluhan, maka ada peningkatan pengetahuan kader posbindu. Nilai rata-rata yang sebelumnya
hanya 69.67 meningkat menjadi 80.67(p=0,002). Kesimpulan: Pemberian penyuluhan dengan menggunakan media WhatsApp grup efektif dalam meningkatkan
pengetahuan kader posbindu. Maka, disarankan pembuatan komunitas kader posbindu sangat diperlukan sebagai sarana untuk bertukar informasi dan ilmu terkait
dengan lansia.

Kata kunci: Kader, COVID 19, media sosial

PENDAHULUAN

Coronavirus Disease-19 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai kedaruratan

kesehatan masyarakat dunia. COVID-19 merupakan penyakit menular yang baru ditemukan pada awal Desember 2019 di Wuhan, Cina. Orang lanjut usia (lansia)

memiliki risiko yang lebih tinggi terkena COVID-19, terutama lansia dengan penyakit komorbid. Seiring dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh, lansia juga

termasuk kelompok rentan terserang penyakit-penyakit menular seperti infeksi saluran pernafasan, diare, dan pneumonia yang merupakan salah satu faktor komorbid

terjadinya COVID-19. Lebih dari 95% kematian akibat COVID-19 terjadi pada usia lebih dari 60 tahun, dan lebih dari 50% terjadi pada usia 80 tahun atau lebih. 8

hingga 10 kematian terjadi pada individu yang memiliki komorbiditas, setidaknya mempunyai satu komorbiditas dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi dan

diabetes, namun juga dengan berbagai kondisi kronis lainnya. (WHO, 2020).

Karena risiko dan komorbiditas yang ada pada lansia, pencegahan penyakit ini harus semakin diperkuat. Oleh karenanya, Kementerian Kesehatan

mensosialisasikan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 pada lansia (Kemenkes, 2020). Dengan tujuan penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan

kader posbindu tentang COVID 19, gizi dan psikologis lansia. Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir dari perkembangan kehidupan setiap manusia (Dewi, 2014).

World Health Organization (WHO) mengkategorikan lansia menjadi 4 kelompok, yaitu middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun), dan very

old (≥ 90 tahun) (Jatmika et al., 2018).


Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian PTM (Penyakit

Tidak Menular) adalah dengan meluncurkan program Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) yang tertuang dalam Juknis Posbindu PTM

yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2012. Juknis tersebut menjadi rujukan bagi masyarakat sebagai bentuk peran serta masyarakat dalam upaya

pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan (Kemenkes, 2012). Minimnya informasi dan edukasi mengenai infeksi COVID-19 kepada lansia

menjadi faktor yang meningkatkan resiko lansia terpapar karena kurangnya pengetahuan dan upaya pencegahannya (Nugraheni & Hartono, 2018). Dengan adanya

permasalahan tersebut, peningkatan pengetahuan kader posbindu terhadap pencegahan COVID-19 serta gizi dan psikologis lansia pada masa pandemi penting untuk

dilakukan dengan cara penyuluhan dan edukasi melalui media sosial.

Media sosial termasuk dalam salah satu media dimana untuk membantu masyarakat dalam memperoleh informasi terkait banyak hal dan media sosial ini

dapat dengan mudah diakses oleh semua orang. Media sosial yang dikenal oleh banyak orang diantaranya yaitu Whatsapp, Twitter, Facebook, Instagram dan

sebagainya (Carl Brusse, dkk, 2014). Penggunaan media sosial di Indonesia saat ini sudah meluas dan saat ini media sosial digunakan sebagai metode dalam promosi

kesehatan. Dengan adanya permasalahan tersebut, peningkatan pengetahuan kader posbindu terhadap pencegahan COVID-19 serta gizi dan psikologis lansia pada masa

pandemi penting untuk dilakukan dengan cara penyuluhan dan edukasi melalui media sosial.

METODE

Metode penyelesaian masalah dilakukan dengan melakukan penyuluhan menggunakan media sosial berupa whatsapp group untuk kader posbindu terkait

kesehatan dan psikologi pada lansia. Hal ini bertujuan untuk menjaga protokol kesehatan dan menghindari kontak langsung antar kader dan narasumber saat masa

pandemi COVID-19. Jumlah kader posbindu yang mengikuti kegiatan tersebut berjumlah 30 orang. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung selama 6 hari mulai dari 28

Desember 2021 sampai 2 Januari 2022.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian ini meliputi beberapa tahapan diantaranya tahap pertama yaitu persiapan dimana dilakukan penyusunan

rencana kerja, persiapan pembuatan media dan google form untuk pretest dan post-test. Tahap kedua yaitu pembuatan media penyuluhan untuk masyarakat, tim beserta

narasumber penyusun materi. Tahap ketiga yaitu tahap pelaksanaan diantaranya pembuatan komunitas kader posbindu melalui media sosial group whatsapp, pemberian

materi penyuluhan oleh narasumber yaitu dr. Yusnita mengenai Gizi Komprehensif Pada Lanjut Usia dan Memahami Psikologis Lanjut Usia oleh Dr. Ade Nursanti,

B.HSc., M.Ed, dilanjutkan sesi diskusi dan tanya jawab dengan narasumber dan dilakukan pre test dan post test.

Hasil pretest dan post-test diukur melalui aplikasi SPSS versi 26 untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan

melalui whatsapp group.

HASIL DAN DISKUSI

Berdasarkan hasil penyuluhan dengan kader posbindu di wilayah kelurahan Jatiranggon, Jatisampurna, Bekasi selama 3 hari didapatkan hasil adanya peningkatan

pengetahuan kader posbindu yang signifikan mengenai kesehatan lansia. Kegiatan dilakukan melalui media sosial grup WhatsApp mulai tanggal 28 Desember 2021 – 2

Januari 2022. Pada pelaksanaan penyuluhan tentang kesehatan dan psikologi lansia dihadiri oleh 30 kader posbindu. Kader posbindu diberikan pretest sebelum

penyuluhan dan dan post-test setelah penyuluhan untuk melihat peningkatan pengetahuan kader melalui WhatsApp group.
Karakteristik kader posbindu ini dalam hal ini diantaranya jenis kelamin, status pernikahan, agama, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan masa kerja

sebagai kader.

Tabel 1.Karakteristik Kader Posbindu

Karakteristik Kategori n = 30 Persentase

Pria 0 0%

Jenis kelamin Perempuan 30 100%

Total 30 100%

Telah menikah 29 97%

Status pernikahan Cerai 1 3%

Total 30 100%

Islam 29 97%

Agama Katolik 1 3%

Total 30 100%

Sekolah Menengah Pertama 5 16%

Sekolah Menengah Atas 13 44%


Pendidikan
Pendidikan yang lebih tinggi 12 40%

Total 30 100%

Ibu Rumah Tangga 25 84%

Pegawai Swasta 3 10%

Status pekerjaan Guru 1 3%

Tenaga Kontrak Kerja 1 3%

Total 30 100,0%

≥ Rp. 5.000.000,00 3 10,0%

Pendapatan < Rp. 5.000.000,00 27 90,0%

Total 30 100,0%

≥3 tahun 20 67 %

Masa kerja sebagai kader <3 tahun 10 33%

Total 30 100,0%
Tabel 1. menunjukkan karakteristik kader Posbindu. 100% kader berjenis kelamin perempuan dan 95% sudah menikah. 97% kader Posbindu beragama Islam. 44%

kader Posbindu menyelesaikan pendidikan SMA. 84% kader Posbindu bekerja sebagai ibu rumah tangga, dengan 90% pendapatannya <Rp. 5.000.000,00. 67% kader

posbindu telah bekerja menjadi kader selama lebih dari 3 tahun.

Dihari pertama penyuluhan kader bergabung dengan panitia untuk selanjutnya diberikan pre test terkait dengan pengetahuan para kader tentang kesehatan

lansia. Pada hari terakhir setelah dilakukan penyuluhan oleh dua narasumber dan sikusi, dilakukan post test untuk melihat apakah ada perubahan tingkat pengetahuan

para kader tentang kesehatan lansia. Berikut hasil pre test dan post test kader posbindu

Tabel 2.Pre Test & Post Test

Pre Test Post Test P

Mean 69.67 80.67 0,002


Berdasarkan tabel
Median 70.00 85.00
2, didapatkan rata- rata nilai pretest
Modus 60 100
69.67 dengan nilai minimal 40 dan

Min 40 30
nilai maksimal 100. Nilai rata-rata post-

Maks 100 100


test 80.67 dengan nilai minimal 30

dan nilai maksimal 100. Nilai terbanyak pada pretest yaitu 60 dan pada post-test 100. Dari nilai pretest dan post-test diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan

setelah dilakukan penyuluhan dan diskusi bersama dua orang narasumber dengan menggunakan media WhatsApp Grup. Dari rata-rata skor awal yaitu 69,67 menjadi

80,67 dan berdasarkan uji T berpasangan didapatkan nilai p=0,002 yang artinya ada hubungan antara peningkatan pengetahuan dengan pemberian penyuluhan dengan

menggunakan media sosial berupa WhatsApp group.

Keberlangsungan kegiatan posyandu lansia secara berkesinambungan tentunya dipengaruhi oleh keberadaan para kader yang berkompeten dan terampil.

Keterampilan para kader lansia diperoleh melalui pengetahuan yang tinggi. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan didapat melalui pelatihan dan pendampingan,

peningkatan kapasitas kader bertujuan untuk meningkatkan strategi dalam pelaksanaan posyandu yang dapat dilakukan pada saat pandemi COVID-19 (Ayu M, 2021).

Selain itu, dengan adanya pelatihan kader memiliki kemampuan dalam melakukan promosi kesehatan dan pelaksanaan posbindu yang lebih baik. Adanya kader yang

terlatih menunjukkan pula kinerja yang lebih baik (Hastuti el al., 2019).

Salah satu tugas kader yaitu memotivasi dan menggerakkan masyarakat. Tugas ini sangat mempengaruhi masyarakat untuk berperan dalam kegiatan

posbindu, dengan adanya pengetahuan kader yang baik dapat pula meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posbindu (Hastuti et al., 2019).

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Angkit dkk tahun 2021 didapatkan dampak fisik pada lansia saat pandemi COVID-19 sangat besar. Aktivitas

fisik lansia menjadi berkurang, sehingga menjadikan badan menjadi kaku-kaku dan kurang bugar dikarenakan adanya pembatasan sosial. Meskipun pembatasan

COVID-19 bertujuan untuk melindungi lansia yang rentan terhadap infeksi, program pemerintah dengan pembatasan sosial dan kontak fisik juga dapat berdampak

negatif pada kesehatan fisik dan mental lansia (Aubertin-Leheudre & Rolland, 2020).

Dengan adanya pembatasan sosial tersebut membuat para kader posbindu menjadi kebingungan untuk tetap menjalankan tugasnya, yaitu salah satunya

memberikan edukasi agar lansia tetap sehat dan tangguh terutama di masa pandemi ini. Dengan kehadiran teknologi maju saat ini tentunya memudahkan kita untuk

saling berkomunikasi. Media sosial terbukti dapat menjangkau komunitas yang lebih luas, apalagi dimasa pandemi dimana adanya kebijakan pembatasan sosial.
Media sosial memiliki potensi yang besar untuk kita dapat melakukan promosi kesehatan dan intervensi kesehatan lainnya. Tidak hanya itu, media sosial

juga dapat menyentuh sasaran pada setiap levelnya karena media sosial dapat menjadi alat yang unggul dengan jangkauan dan interaktivitas yang luas. Era digital yang

dikenal dengan Web 2.0 atau Health 2.0 atau Medicine 2.0 menjadikan masyarakat sehat dan membuat pasien lebih mengandalkan internet daripada dokter sebagai

sumber informasi kesehatannya. Media sosial yang populer terbukti efektif dan ampuh untuk menyebarluaskan informasi kesehatan serta mendukung upaya promosi

kesehatan. Adapun media sosial yang dapat digunakan yaitu YouTube, Facebook, MySpace, Twitter, dan Second Life. Serta image sharing, mobile technology salah

satunya Whats App (Leonita E et al., 2018).

Dewi dkk, tahun 2019 yang melakukan deteksi dini pneumonia pada anak dibawah 5 tahun yang dilakukan kepada ibu dengan hasil bahwa media

Whatsapp efektif dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam upaya deteksi dini pneumonia pada anak dibawah 5 tahun. Whatsapp menjadi salah satu aplikasi yang

banyak digunakan oleh masyarakat karena memberikan kemudahan menyampaikan pesan dalam bentuk teks maupun video serta memiliki fitur yang lengkap yang

membuat penyampaian informasi menjadi sangat mudah dan menarik dalam kondisi pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita melakukan protokol kesehatan ketat.

Hal tersebut di dukung oleh Mason dkk. tahun 2015 tentang penggunaan pesan teks untuk berhenti merokok dengan penggunaan smartphone pada remaja

perkotaan. Peneliti menggunakan 5 hari pesan yang dikirim dan dibalas secara otomatis. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan dalam jumlah konsumsi

rokok setelah 30 hari intervensi pada kelompok eksperimen (p <0.01) dan peningkatan niat untuk tidak merokok. Sejalan dengan hasil penelitian Nayak dkk. tahun

2018 bahwa dengan aplikasi Whatsapp terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada pengetahuan dan kesadaran tentang tembakau dan kanker mulut. Whatsapp

dapat secara efektif digunakan sebagai saluran untuk menyediakan pendidikan kesehatan pada efek tembakau dan kanker mulut (Nayak et al., 2018).

Penggunaan media online sebagai saluran untuk edukasi kesehatan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media online adalah

penyebaran informasi yang cepat dan bentuk konten yang disajikan bervariasi seperti teks, foto, audio, video. Selain itu, para mengguna media online bisa saling

berinteraksi dari mana saja dan kapan saja. Di sisi lain penggunaan media online sebagai saluran edukasi kesehatan memiliki kekurangan yaitu sasaran intervensi perlu

memiliki perangkat yang mendukung dan koneksi internet yang stabil dan penggunaan media online dalam jangka panjang dapat menyebabkan mata lelah dan

gangguan kesehatan mata (Leonita & Jalinus, 2018).

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Komunitas kader posbindu sangat diperlukan sebagai sarana untuk bertukar informasi dan ilmu terkait dengan lansia

2. Pemberian penyuluhan dengan menggunakan media sosial sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan kader posbindu

3. Kader posbindu dan lansia perlu memiliki komunitas, adanya pembatasan sosial membuat komunitas yang efektif saat masa pandemi Covid-19 dengan

sarana media sosial

4. Kader posbindu, lansia dan keluarga lansia diharapkan dapat mengakses informasi terkait kesehatan lansia melalui media sosial

DAFTAR PUSTAKA
Angkit Kinasih, Hidayat, Theresia Pratiwi Elingsetyo Sanubari. 2021. Lansia Sehat di Masa Pandemi: Aktivitas Fisik Selama Pandemi Covid-19. KESKOM. Jurnal

Kesehatan Komunitas Universitas Kristen Satya Wacana. 2021;7(2) : 221-225

Ayu, M.S, Parisudha, a, et al. 2021. Peran Kader Posyandu Sebagai Pendamping Lansia di Masa Pandemi COVID-19. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian

kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN: 2686-2964.

Brusse C, Gardner K, McAulla D, Dowden M. Social Media and Mobile Apps for Health Promotion in Australian Indigenous Populations: Scoping Review. J Med

Internet Res. 2014;16(12).

Dewi NWEP, Sawitri AAS, Muliawan P. The effectiveness of WhatsApp video to increase knowledge of pneumonia early detection among mothers of children under

five years. Public Health Prev Med Arch. 2019 Jul;7(1):60.

Hakim N. L. 2020. Pelindungan Lanjut Usia Pada Masa Pandemi COVID-19. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Jurnal Bidang Kesejahteraan Sosial. p13-18

Hastuti, N. M., Pupitasari, R., & Sugiarsi, S. (2019). Peran Kader Kesehatan Dalam Program Posbindu Penyakit. MATERNAL, III(2), 57–61.

Kemenkes, R. I., 2012, Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Jakarta.

Khanna V, Sambandam SN, Gul A, Mounasamy V. “WhatsApp”ening in orthopedic care: a concise report from a 300-bedded tertiary care teaching center. Eur J

Orthop Surg Traumatol 2015 255. 2015 Jan;25(5):821–6.

Leonita, E., & Jalinus, N. (2018). Peran Media Sosial Dalam Upaya Promosi Kesehatan: Tinjauan Literatur. INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi,

18(2), 25–34.

Mason MJ, Campbell L, Way T, Keyser-Marcus L, Benotsch E, Mennis J, et al. Development and outcomes of a text messaging tobacco cessation intervention with

urban adolescents. Subst Abus. 2015;36(4):500–6.

Mubarroh, Nadya & Susanto, Indra & Mustar, Yetty. (2021). Aktivitas fisik dan aspek kekhawatiran lansia pada masa pandemi Covid-19. Altius: Jurnal Ilmu Olahraga

dan Kesehatan. 10. 97-111. 10.36706/altius.v10i1.14140.

Nayak PP, Nayak SS, Sathiyabalan D, Aditya N, Das P. Assessing the Feasibility and Effectiveness of an App in Improving Knowledge on Oral Cancer-an

Interventional Study. J Cancer Educ. 2018 Dec;33(6):1250–4.

Nugraheni, W. P., & Hartono, R. K., 2018, Strategi penguatan program posbindu penyakit tidak menular di kota Bogor, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(3), 198–

206.

Anda mungkin juga menyukai