Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Program Studi D-III Kebidanan Bukittinggi Poltekkes Kemenkes RI Padang merupakan


salah satu institusi pendidikan Kebidanan yang menghasilkan lulusan yang berperan dalam
bidang pelayanan sebagai bidan profesional serta mampu bekerja disemua area yang
membutuhkannya.

Berdasarkan visi misi prodi D-III Kebidanan Bukittinggi Poltekkes Kemenkes RI Padang
Praktik pemberdayaan perempuan berbasis gender ini merupakan implementasi dari
penerapan mata kuliah yang ada di dalam kurikulum institusi Program Studi D-III kebidanan
Bukitinggi yang dilakukan pada semester V (lima). Dengan adanya mata kuliah Praktik
Komunitas Pemberdayaan Perempuan Berbasis Gender ini harapannya adalah mahasiswa
akan dapat melihat keberadaan perempuan di masyarakat dan berperan serta dalam upaya
peningkatan peran serta perempuan dalam setiap aspek kehidupan melalui upaya
pemberdayaan perempuan berbasis gender.

Oleh karena praktik komunitas pemberdayaan perempuan berbasis gender merupakan


salah satu upaya untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mempelajari bagaimana upaya
peningkatan pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan status kesehatan mereka di
masyarakat.

Dalam SDG’s isu gender masih menjadi salah satu agenda pembangunan. Adapun tujuan
pembangunan gender yang ingin dicapai adalah mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan perempuan dan anak perempuan, dengan beberapa target yang ingin dicapai.
 Mencapai kesehatan seksual dan reproduksi dengan semua hakhaknya, dan
mensosialisasikan program penurunan kelahiran dengan cara yang efisien dan sukarela.
 Mencegah dan menghilangkan kekerasan terhadap individu, khususnya perempuan dan
anak
 Memantau dan mengakhiri diskriminasi dan kesenjangan dalam pelayanan publik,
penegakan hukum, akses terhadap keadilan dan partisipasi dalam kehidupan politik dan
ekonomi berbasis gender

Kesetaraan gender terkadang dipahami secara sempit karena hanya menyangkut


perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan
untuk semua, diperlukan pemahaman yang lebih meyakinkan dan bernuansa gender. Untuk
menanggapi berbagai ketidak setaraan gender, kita perlu memahami gender sebagai proses
sosial dan relasional daripada hanya menekankan perbedaan antara perempuan dan laki-laki.
Pemahaman yang diperluas tentang gender dan kesehatan, yang dibentuk oleh hubungan

1
ekonomi, politik dan budaya, memberikan titik awal baru bagi kemajuan pembangunan
berkelanjutan secara ekologis.

Gender harus dipahami dalam konteks lokal yang kompleks dan spesifik. Dengan
menangkap pengalaman yang berbeda dari pria dan wanita, gender dapat dipahami sebagai
dinamis dan berlapis dengan berbagai determinan sosial yang berpotongan ganda yang
berdampak pada kesehatan.

Misalnya, perhatikan perilaku dua wanita dari desa yang sama. Seseorang berjalan
melalui desa, tiba di pusat kesehatan untuk membuat janji dalam dua puluh menit. Perjalanan
lain selama dua jam di sekeliling desa untuk mencapai pusat kesehatan yang sama.
Perempuan pertama adalah kasta atas dan menikah dengan kepala desa; yang kedua adalah
suku, dan suaminya memiliki tuberkulosis yang tidak diobati, sebagian karena kurangnya
sumber daya dan sebagian karena bias gender yang membuat pria enggan untuk mencari
perawatan medis. Pengalaman yang berbeda dari penindasan dan hak istimewa membentuk
kesehatan, kesejahteraan, dan penyakit dari penduduk desa ini. Etnis dan kemiskinan adalah
determinan yang bersinggungan dengan gender dan bersama-sama berkontribusi lebih lama
perjalanan ke pusat kesehatan. Dalam hal ini, wanita suku mungkin memiliki lebih banyak
kesamaan dengan suaminya, dengan siapa ia berbagi perjuangan komunal yang sama,
daripada yang dilakukannya dengan istri kepala.
Secara keseluruhan, SDGs mencerminkan interpretasi gender yang diperluas yang mencakup
berbagai ketidaksetaraan dan menganggap laki-laki serta perempuan. Keadilan gender
didasarkan pada prinsip-prinsip hak asasi manusia dan berpusat pada konsep universalitas.
Pengarusutamaan gender membutuhkan tindakan nyata untuk menghilangkan
ketidaksetaraan dalam kebijakan dan praktik kami. Kami harus memastikan bahwa cakupan
kesehatan universal dan langkah-langkah perlindungan keuangan termasuk mereka yang
paling sibuk dengan pekerjaan dan kurang memerharikan kesehatan. Kita perlu memantau
ketidaksetaraan kesehatan, mengumpulkan data yang mencerminkan pendapatan, jenis
kelamin, usia, ras, etnis, status migrasi, cacat dan tempat tinggal orang. Kita harus
meningkatkan cakupan layanan kesehatan dengan menghapus hambatan lintas sektor.
Komunitas dapat dimobilisasi melalui mekanisme akuntabilitas dan kelompok pembelajaran
partisipatif dan aksi. Secara bersama-sama, langkah-langkah tersebut akan berkontribusi
untuk memenuhi SDG.

Sudah saatnya membangun prestasi gender dan kesehatan wanita yang susah payah
dengan perspektif keadilan sosial yang diperluas. Eksplorasi gender yang bernuansa ini
mewakili tantangan terbesar kami dan harapan terdalam untuk kesehatan, kesejahteraan dan
martabat bagi semua.

Upaya kesehatan masyarakat dengan fokus utamanya adalah upaya kesehatan keluarga
yang meliputi kesehatan suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Kesehatan suami
isteri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka menciptakan keluarga sehat

2
dan harmonis. Kesehatan isteri meliputi kesehatan pra-kehamilan, masa kehamilan,
persalinan, nifas dan masa diluar kehamilan. Kesehatan anak remaja, balita, bayi, neonatus
dan Wanita Usia Subur (WUS).

Dalam rangka mendukung program Safe Motherhood peran tenaga kesehatan sangat
dibutuhkan terutama tenaga kesehatan bidan. Untuk menghasilkan bidan professional,
lulusan D III Kebidanan perlu dibekali pengalaman pratik lapangan dalam Praktik
Pemberdayaan Perempuan Berbasis Gender.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong,
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam
konteks ini diperlukan langkah langkah lebih positif, Selain dari hanya menciptakan
iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi langkahlangkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), sertapembukaan akses kepada
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin
berdaya

Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota


masyarakat, tetapijuga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti
kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain yang merupakan
bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.

Berdasarkan data profil kesehatan, Indonesia masih memiliki banyak permasalahan


kesehatan terkait kebidanan di komunitas. Beberapa di antaranya adalah (1) kurangnya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Hasil SDKI 2012 KRR menunjukkan
bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat
dengan hanya 35,5 % remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun
mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Begitu
pula gejala IMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak
oleh remaja. Meskipun hanya 9,9% perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan
komprehensif mengenai HIV/AIDS. Tempat pelayanan remaja juga belum juga diketahui
oleh remaja. (2) kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan kurangnya
pengetahuan ibu menopause. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif didunia masih rendah.
Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 38
% bayi dibawah usia 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif diseluruh dunia, angka
tersebut juga tidak mengalami kenaikan pada tahun 2015 yaitu hanya 40% keberhasilan
pemberian ASI eksklusif di seluruh dunia.

3
Hasil SDKI cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2017 32%
dan pada tahun2012 meningkat 42% sementara itu pada laporan dinas propinsi tahun 2013
cakupan pemberian ASI pada bayi umur 0-6 bulan yaitu 54,3%.

Sindrom menopause pada saat i i masih dialami oleh wanita di beberapa negara misalnya
Eropa mencapai 70-80%, Amerika 60%, Malaysia 57%, China 18%, Jepang dan Indonesia
10%. Pada tahun 2016 saat ini di Indonesia baru mencapai 14 juta perempuan menopause
atau 7,4% dari total populasi yang ada.

Di Puskesmas Aur Birugo Tigo Baleh Kota Bukittinggi yang memiliki jumlah penduduk
sebanyak 28.348 jiwa. Jumlah kelurahan sebanyak 8 kelurahan ( Kelurahan Belakang Balok,
Kelurahan Birugo, Kelurahan Sapiran, Kelurahan Aur Kuning, Kelurahan Pakan Labuh,
Kelurahan Parit Rantang, Kelurahan Ladang Cakiah, Kelurahan Kubu Tanjung ). Jumlah RW
sebanyak 4 ( Kel. Belakang Balok ), jumlah RT sebanyak 12 ( Kel. Belakang Balok ), jumlah
KK sebanyak 309 KK ( Kel. Belakang Balok ). Dari data cakupan 2017 K1:.. K4..:,
Imunisasi :..., BPT,HB,Hib,Polio,campak,TT,TT1 Bumil, TT2 Bumil ,TT2 ,campak,
DT,cakupan persalinan Nakes,Persalinan non nakes,AKI : dan AKB :

1.2. TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum

Setelah selesai mengikuti pratik Pemberdayaan Perempuan Berbasis Gender di


lapangan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yang bermutu
dan komprehensif kepada keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada upaya
– upaya pemberdayaan perempuan, preventif dan promotif melalui pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat serta upaya safe motherhood sesuai dengan budaya setempat.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengumpulkan data secara lengkap dan sesuai kebutuhan.


2. Melakukan tabulasi data dan memprioritaskan masalah
3. Mampu menganalisis keterbelakangan, sub ordinat dan ketidakberdayaan kaum
perempuan, perbedaan konsep Gender dan Sex, serta fenomena ketidak adilan gender
4. Mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk serta faktor pencetus ketidak adilan gender
yang berkembang di masyarakat
5. Mampu melakukan kajian kritis - kreatif terhadap peran perempuan dalam
pembangunan
6. Mampu melakukan analisis situasi dan masalah kesehatan ibu, bayi, anak balita dan
kespro KB yang partisipatif serta keterkaitannya dengan analisis sosial
7. Mampu mengaplikasikan teknik-teknik partisipatif dalam analisis situasi kesehatan

4
8. Mampu melakukan analisis serta menentukan metode dan teknik pendidikan
pemberdayaan perempuan yang tepat sesuai rancangan perencanaan program dan
kegiatan yang telah disusun
9. Mampu mengaplikasikan metode perencanaan partisipatif tentang pelayanan
kebidanan yang tanggap (resonsif) gender
10. Mampu melaksanakan praktik pendidikan pemberdayaan perempuan di
lapangan/masyarakat
11. Melaksanakan upaya promotif dan preventif pada balita di komunitas.
12. Melaksanakan upaya promotif dan preventif pada wanita selama daur kehidupan
(remaja, pra-nikah, PUS dan menopause)
13. Melaksanakan asuhan pada keluarga yang bermasalah secara intensif
14. Membuat laporan akhir pratikum.

1.3.MANFAAT

Kegiatan Praktik Komunitas Pemberdayaan Perempuan Berbasis Gender memberikan


manfaat nyata bagi semua bagian yang terlibat didalamnya, yaitu Mahasiswa, Institusi
Program Studi Kebidanan Bukittinggi Poltekkes Kemenkes Padang dan Institusi Tatanan
Pelayanan Kesehatan di Masyarakat.

1.3.1. Manfaat Bagi Mahasiswa


1. Terpapar dengan berbagai permasalahan nyata di masyarakat khususnya mengenai
masalah kesehatan reproduksi wanita yang berhubungan dengan pemberdayaan
perempuan.
2. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak di masyarakat.
3. Mendapatkan pengalaman bekerja dalam tim di masyarakat untuk memecahkan
masalah.
4. Menggunakan metodologi yang relevan untuk menganalisis situasi, mengidentifikasi
masalah, menetapkan alternatif pemecahan masalah, merencanakan program
intervensi, menerapkan kegiatan intervensi, melakukan pemantauan kegiatan
intervensi dan menilai keberhasilan intervensi

1.3.2. Manfaat Bagi Institusi Program Studi Kebidanan Bukittinggi


1. Diperolehnya berbagai bentuk, cara aztau pola pendekatan pada masyarakat yang
diterapkan di lapangan sehingga dapat digunakan oleh institusi untuk menyusun
pengembangan kurikulum.
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas pendidikan dengan dilibatkannya tenaga
terampil di lapangan dalam kegiatan praktik komunitas pemberdayaan perempuan
berbasis gender

5
1.3.3. Manfaat Bagi Lahan Praktik/masyarakat
1. Memperoleh rangsangan, masukan, dan motivasi dalam meningkatkan kegiatan/
pelaksanaan program yang ada.
2. Bersama-sama dengan mahasiswa membantu kegiatan manajemen pelayanan
kesehatan reproduksi di masyarakat serta membuat rekomendasi terpilih yang
berhubungan dengan kebijakan kesehatan ibu dan anak di masyarakat
3. Bersama-sama dengan mahasiswa membantu kegiatan operasional khususnya
kesehatan ibu dan anak

1.4. SASARAN
Sasaran kegiatan praktik komunitas pemberdayaan perempuan berbasis gender adalah:
1.4.1 Individu
- Neonatus
- Bayi
- Balita
- Remaja
- Pra-nikah
- Ibu hamil
- Ibu nifas
- Ibu menopause
1.4.2 Keluarga
1.4.3 Kelompok
1.4.4 Masyarakat

1.5. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup praktek komunitas pemberdayaan perempuan berbasis gender adalh upaya
pemeliharaan kesehatan ibu, bayi dan anak di masyarakat yang berfokus pada upaya-upaya
preventif dan promotif melalui pengorganisasian, pengembangan dan pemberdayaan
perempuan serta upaya safe motherhood di masyarakat sebagai upaya untuk mengembangkan
strategi dan langkah perencanaan pelayanan kebidanan partisipatif serta tanggap (responsif)
gender, serta mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

Anda mungkin juga menyukai