Anda di halaman 1dari 5

Budaya-Gender dan kesehatan ibu

Menurut WHO gender adalah sifat perempuan dan laki-laki seperti norma,
peran, hubungan antara kelompok pria dan perempuan, yang di konstruksi secara
sosial. Gender dapat berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok
masyarakat lainnya, serta dapat berubah seiring waktu. Identitas gender adalah
persepsi seseorang dalam mengidentifikasi diri sebagai perempuan maupun laki-
laki. Sedangkan ekspresi gender merupakan cara individu merepresentasikan
gendernya, melalui cara berpakaian, potongan rambut, suara hingga perilaku.

Gender atau jenis kelamin. Dalam Nasaruddin umar Webster’s New World
Dicktionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dimaknai sebagai perbedaan
yang bersifat sosial budaya dan merupakan nilai yang mengacu pada hubungan
sosial yang memberikan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan
dikarenakan perbedaan biologis yang menjadi kodrat, dan oleh masyarakat dan
menjadi budaya dalam kehidupan bermasyarakat. WHO (world health
organization) memberikan batasan gender sebagai seperangkat peran, perilaku,
kegiatan, dan antribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan. Studi
tetang gender memiliki akar pada antropologi feminis dan untuk alasan ini, istilah
gender sering di salah pahamkan sebagai konsep eksklusif feminis. Studi gender
pada dasarnya memperhatikan konstruksi budaya dari dua makhluk hidup laki-
laki dan perempuan. Mereka menguji perbedaan dan persamaan pengalaman dan
interpretasi keduanya dalam berbagai konteks mengambil artian pundamental atas
presepsi mereka terhadap berbagai jenis hubungan sosial. Ketika jenis kelamin
lebih bersifat biologis dan nature, maka berbeda dengan gender.

Gender secara terminilogi adalah perbedaan yang lebih didasarkan pada


aspek sosiologis dan kultural. Pemahaman yang masih mencampuradukan konsep
jenis kelamin dengan gender di tengah masyarakat melahirkan berbagai implikasi
negatif, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Hal ini disebabkan jenis kelamin
lebih merupakan takdir atau kodrat., sementara gender adalah kontruksi sosial-
budaya yang lebih merupakan ikhtiar manusia. Secara umum gender diartikan
untuk mengindentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-
budaya Kehadiran gerakan yang mengatasnamakan kesetaraan diberbagai
aktivitas kehidupan, baik yang berifat sporadis dan fanatisme, memberikan suatu
kesan tentang bagaimana mensejajarkan antara lakilaki dan perempuan. Sistem
yang masih menjamur dalam lingkungan sosial kemasyarakatan adalah sebuah
sistem patriarki menjadi pemicu ketidaksetaraan itu terjadi. Hal ini menjadi sebab
berbagai teori dan konsep terlahir dan dijadikan bagian untuk memberikan solusi
dari ketidaksetaraan dalam persoalan ini.

Dimasa sekarang gender sangat berkaitan dengan budaya yang dimana


gender dalam kehidupan sekarang harus dilihat dari peran masing-masing dalam
membangun nilai-nilai yang setara. Setara dalam mendapatkan kesempatan dan
setara dalam mendapatkan penghargaan. Jika gender masih dilihat dari sisi yang
konservatif, maka akan terjadi kesetaraan gender yang seakan akan menjadi
perjuangan sepihak perempuan sebagai yang merasa terintimidasi dalam
aturanaturan dan nilai-nilai budaya. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan
pria untuk berpikir, berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan
alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya wanita
diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat
anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi
keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman karena gender dan
kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah hasil
rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan dan
merawat anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”.

Perempuan memiliki hak untuk menikmati standar tertinggi yang dapat


dicapai dalam hal kesehatan fisik dan mental. Kenikmatan atas hak ini penting
untuk kehidupan dan kebaikan mereka serta kemampuan mereka untuk
berpartisipasi dalam seluruh kegiatan masyarakat dan kehidupan pribadi. Karena
perempuanmenonjol dalam sistem perawatan kesehatan, baik sebagai pemberi
perawatan dan sebagai klien, maka terdapat kesalahan persepsi yang meluas
bahwa proyek-proyek kesehatan secara otomatis telah memasukkan upaya
pemberdayaan perempuan. Kesenjangan gender dalam status kesehatan, dalam
akses dan penggunaan pelayanan kesehatan, dan dalam mempertahankan hasil-
hasil usaha kesehatan, menunjukan adanya kebutuhan untuk mengangkat
permasalahan ketidaksetaraan gender dalam reformasi sektor kesehatan.

Kesetaraan gender adalah wujud kesamaan kondisi laki-laki dan


perempuan dalam memperoleh-hak-haknya sebagai manusia agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Isu kebijakan gender yang
berkembang, antara lain; urusan kehamilan dan kelahiran, sosialisasi pedoman
making pregnancy safer (MPS) ditujukan pada ibu-ibu, strategi nasional
pengingkatan pemberian ASI, safe motherhood (keselamatan ibu pasca
melahirkan), serta dalam hal reproduksi yang dituntut penggunaan alat
kontrasepsi, jumlah anak dan rujukan pelayanan kesehatan. Kesemuanya itu
dianggap tanhya menjadi urusan perempuan saja.

Kesehatan perempuan dipengaruhi oleh status ekonomi dan sosial mereka;


oleh karena itu, peningkatan kesehatan perempuandi antaranya tergantung pada
pada peningkatan standar hidup, pendidikan dan kondisi kerja mereka. Para
perencana harus memahami peran perempuansebagai penyedia dan promotor
perawatan kesehatan preventif maupun kuratif dalam rumah tangga dan
masyarakat. Perempuan harus dilihat sebagai agen perubahan, tidak hanya sebagai
penerima intervensi pembangunan. Salah satu bidang di mana perempuan harus
menjadi fokus utama adalah peningkatan pelayanan secara efektif dari perempuan
ke perempuan dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Bidang ini mencakup
pemantauan dan perawatan prakelahiran dan pascakelahiran, informasi dan
sumber-sumber mengenai perencanaan keluarga, dan perawatan kesehatan
reproduksi secara umum, termasuk informasi mengenai resiko dan perlakuan
terhadap penyakit kelamin menular (STD).

Meskipun terdapat alasan yang kuat untuk memfokuskan pada pelayanan


dari-perempuan-ke -perempuan, peran para kaum laki-laki tidak boleh
diremehkan. Kaum laki-laki memainkan peran pembuatan keputusan utama dalam
pengalokasian sumber daya rumah tangga, dalam keputusan mengenai
perencanaan keluarga, dan dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan. Oleh
karena itu, baik kaum perempuanmaupun kaum laki-laki harus terlibat penuh
dalam proyek yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga, reproduksi
dan masyarakat. Program kesehatan masyarakat yang efektif akan
mengkombinasikan pelayanan dari-perempuan-keperempuan dengan pendekatan
kesehatan keluarga dan program-program yang ditujukan pada kaum laki-laki
lakilakipada seluruh aspek kesehatan keluarga, reproduksi dan kesehatan
masyarakat.

 Pelayanan kesehatan ibu adalah pelayanan untuk menjaga kesehatan ibu


agar mampu melahirkan generasi sehat dan berkualitas serta mengurangi
angka kematian ibu.
 Upaya kesehatan ibu meliputi kegiatan peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan kesehatan ibu.
 Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat, dan obat dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu dan
terjangkau.
 Standar pelayanan untuk menjaga kesehatan ibu berpedoman pada
peraturan perundang-undangan
 Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan
upaya kesehatan ibu.
Daftar pustaka

www.komnasham.go.id-pentingnya-membangun-kesadaran-gender. Di akses pada


19 oktober 2022

Abdul Jalil dan St. Aminah, 2018. GENDER DALAM PERSFEKTIF BUDAYA
DAN BAHASA. Jurnal Al-Maiyyah, Volume 11 No. 2 Juli -Desember 2018

Athiyyah, royhanun. 2016. hubungan kesetaraan gender dengan usaha


menurunkan angka kesehatan bayi dan dan meningkatkan angka kesehatan
ibu HARKAT: Media Komunikasi Islam Tentang Gender dan Anak, 12 (2),
2016, 152-160

Asian development bank. Daftar periksa (checklist) gender

Anda mungkin juga menyukai