Anda di halaman 1dari 3

A.

Faktor Fisika

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba adalah mempengaruhi laju reaksi enzimatis dan
kimia di dalam sel. Semakin meningkat suhu, maka laju reaksi akan semakin cepat. Namun, pada
taraf suhu tertentu, komponen sel akan mengalami kerusakan. Suhu akan meningkatkan
metabolisme sampai pada titik terjadinya denaturasi. Ketika mencapai titik tersebut, fungsi sel akan
menurun sampai ke titik nol. Berdasarkan hal tersebut, ada tiga tingkatan suhu yang memengaruhi
mikroorganisme. Suhu minimum adalah batas terendah bagi suatu mikroba masih dapat hidup,
suhu optimum adalah suhu optimal bagi suatu mikroba untuk melakukan pertumbuhan, dan suhu
maksimum adalah batas tertinggi bagi suatu mikroba untuk dapat hidup (Madigan dkk. 2011).
Berdasarkan bentuk adaptasi terhadap suhu, mikroba diklasifikasikan ke dalam empat, yaitu:

1. Psikrofilik adalah mikroba yang menyukai kondisi dingin.


2. Mesofilik adalah mikroba yang menyukai temperatur sedang. Contoh bakteri mesofilik
adalah Clostridium botulinum.
3. Termofilik adalah mikroba yang menyukai kondisi panas. Contoh bakteri termofilik adalah
Clostridium nigridicans dan Bacillus stearothermophilus.
4. Hipertermofilik adalah mikroba yang menyukai kondisi suhu sangat panas.

Grafik pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba.

Pengaruh ph terhadap pertumbuhan mikroba berkaitan dengan kondisi asam atau basanya
lingkungan suatu mikroba. Jika pH lebih rendah dari 7 (pH netral), berarti kondisi berada dalam
keadaan asam. Sementara itu, nilai pH di atas 7 menunjukkan bahwa kondisi berada dalam keadaam
basa (alkifilik). Jika dilihat dari pH, umumnya bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH netral
(neutrofilik), yaitu 6,5 sampai 7,5. Namun, ada juga mikroba yang tahan pada kondisi pH rendah
atau asam (asidofilik) dan mikroba yang tahan pada kondisi pH tinggi atau basa (alkalifilik) (Tortora
dkk., 2010; Madigan dkk., 2011).
Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme

Grafik pertumbuhan bakteri berdasarkan pH.

Faktor tekanan osmotik berkaitan dengan seberapa tinggi konsentrasi zat terlarut, seperti garam,
gula, dan substansi lain, berada dalam suatu zat pelarut (air). Pengaruh tekanan osmotik terhadap
pertumbuhan mikroba adalah substansi yang terlarut mempunyai afinitas kepada air, membuat air
berasosiasi dengannya sehingga lebih sedikit tersedia untuk organisme. Jika konsentrasi larutan
pada suatu lingkungan melebihi yang berada dalam sitoplasma, air di dalam sel akan keluar. Hal
tersebut akan memberikan ancaman yang serius karena sel bisa dehidrasi sehingga sel tidak dapat
tumbuh. Ketersediaan air diekspresikan dalam bentuk aktivitas air atau diberi simbol aw.
Berdasarkan bentuk adaptasi terhadap tekanan osmotik, mikroba dikelompokkan menjadi halophile,
osmophile, dan xerophile (Madigan dkk., 2011).

Halofilik adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kondisi lingkungan yang konsentrasi garamnya
sangat tinggi, disebut juga sebagai extreme halophile. Terdapat pula mikroba yang termasuk
halotolerant, yaitu jenis yang mampu hidup ketika terjadi pengurangan kadar air, namun mikroba
tersebut dapat tumbuh lebih baik apabila tidak terjadi pengurangan kadar aiar atau penambahan zat
terlarut. Sementara itu, osmophile adalah organisme yang mampu hidup pada kondisi gula yang
tinggi dalam sebuah larutan. Xerophile adalah organisme yang mampu hidup pada kondisi
lingkungan kering (keringnya karena kekurangan air bukan karena tingginya konsentrasi zat terlarut)
(Madigan dkk., 2011).

Sementara itu, oksigen berperan penting bagi mikroorganisme dalam hal respirasi sel. Namun, tidak
semua mikroorganisme membutuhkan oksigen ketika melakukan respirasi sel. Berdasarkan
kebutuhan mikroorganisme terhadap oksigen, maka mikroorganisme dikelompokkan menjadi aerob
obligat, aerob fakultatif, mikroaerophile, aerotolerant, dan anaerob obligat (Madigan dkk. 2011).
Aerob obligat adalah jenis mikroba yang membutuhkan O2 dan tipe metabolismenya adalah
respirasi aerobik. Aerob fakultatif adalah jenis mikroba yang tidak membutuhkan O2, namun
tumbuh dengan baik jika tersedia O2. Tipe metabolisme pada mikroba aerob fakultatif ialah respirasi
aerobik, fermentasi, dan respirasi anaerobik. Mikroaerofil adalah jenis mikroba yang membutuhkan
O2 dalam jumlah yang sedikit, tipe metabolismenya adalah respirasi aerobik. Aerotolerant adalah
jenis mikroba yang tidak membutuhkan O2 dan mengalami pertumbuhan yang lambat jika tersedia
O2. Tipe metabolisme jenis aerotolerant adalah fermentasi. Anaerob obligat adalah jenis mikroba
yang akan letal atau rusak jika tersedia O2 dan tipe metabolismenya adalah fermentasi atau respirasi
anaerobik (Madigan dkk. 2011).

Anda mungkin juga menyukai