TUGAS INDIVIDU
RINGKASAN SEMINAR
OLEH :
NAMA : WA ODE YUMNA ULTAMIL KARNO
NIM : G2U123045
KELAS : IKM B
Pada masa remaja dan dewasa muda sebagai masa pertumbuhan terhadap lingkungan
sosial, budaya, pendidikan, ekonomi. Meningkatnya jumlah remaja kemungkinan besar akan
menimbulkan permasalahan baru. Usia remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi akan mencoba
hal-hal baru. Penundaan pernikahan menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevlensi
hubungan seksual pernikahan dan berisiko tinggi serta menjadi kelompok rentan.
Investasi dalam kesehatan remaja mempunyai potensi untuk keuntungan tiga kali lipat :
Kesehatan remaja telah menjadi fokus dari banyak peneliti terkemuka, yang
mengadvokasi hak-hak seksual dan reproduksi anak perempuan dan pentingnya anak berusia 10
hingga 24 tahun dalam kesehatan global dan pembangunan internasional agenda. Kesehatana
seksual dan reproduksi remaja merupakan komponen kesehatan global yang semakin penting
untuk dipantau perkembangannya.
Meningkatnya Infeksi Menular Seksual seperti HIV dan AIDS pada usia muda dikarenakan
kurangnya informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang diberikan. Peningkatan segala
macam bentuk kekerasan seksual (pemerkosaan, pelecehan, penganiayaan, eksploitasi,
perdagangan manusia, prostitusi paksa, perbudakan seksual, kawn paksa, aborsi paksa,
kehamilan paksa) dan pemaksaan. Yang di iringi dengan meningkatnya penggunaan narkoba dan
rokok. Dengan usia remaja yang rasa ingin tahu akan mencoba hal-hal baru dan kemungkinan
besar akan menimbulkan permasalahan baru. Di Indonesia penelitian terkait masa remaja masih
menjadi berdebatan karena masa remaja dianggap makhluk non-seksual, dan menyebabkan
masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai buaya Indonesia, suku bangsa dan keberagaman
agama serta isu ketidak pekaan gender.
Data membuktikan bahwa remaja usia 10-24 tahun mencapai 66,74 juta atau 24,2% dari
275,77 BPS pada tahun 2023. Tahun 2017 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi masih kurang. Yang didukung dengan mulai berkencan pada usia 15 tahun;
35,3% anak perempuan dan 31,2% anak laki-laki berusia 15-19 tahun mengetahui bahwa anak
perempuan bisa hamil; dengan sekali melakukan hubungan seksual 80% wanita dan 84% pria
sedang menjalin hubungan; 54% wanita dan 46% pria mengatakan mereka melakukan hubungan
seksual pranikah; 12% kehamilan yang tidak diinginkan; 30% dari perkiraan > 2 juta aborsi yang
tidak aman dilakukan oleh remaja perempuan. Komisi nasional perlindungan perempuan (2015-
2020) telah mengidentifikasi kekerasan seksual yang terjadi di semua tingkat pendidikan.
Berasarkan 174 responden dar 79 kampus di 29 kota , di laporkan 89% perempuan dan 4% laki-
laki menjadi korban Kekerasan Seksual.
Starategi global untuk anak perempuan dan kesehatan remaja, tujuan dan terget selaras
dengan SDGs. Bertahan hidup dan mengakhiri kematian yang dapat dicegah, berkembang
memastikan kesehatan dan kesejahteraan, dan memperluas lingkungan yang memungkinkan
mendukung perubahan. Komitmen politik kesehatan remaja di Indonesia yang bertujuan sesuai
SDGs yaitu pilar sosial tercapainya hak asasi manusia dasar yang berkualitas dalam
meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Remaja membutuhkan jendela pendidikan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi
yang komprehensif sebagai pembelajaran jangka panjang. Tujuan dari pendidikan SRH untuk
menbantu genarasi muda mengembangkan pengetahuan, otonomi dan terampilanmeraka, SRH
mencakup informasi tentang anatomi dan fisiologi pubertas, kehamilan, dan MS termasuk HIV
dan AIDS juga membahas hubungan dan emasi yang terlibat dalam pengalaman seksual.
Strategi berbasis sekolah untuk mendukung SRH dalam hal ini yang dimaksud adalah
sekolah-sekolah mengah atas dan perguruan tinggi harus menerapkan SRH dalam lingkup
pembelajaran agar mencegas tindakan kekerasan seksual terkait kesehatan reprosuksi dan seksual
remaja.
Penentangan pendidikan SRH masih menjadi topik yang tabu di kalangan masyarakat
Indonesia, maka dari itu peran keluarga menjadi sangat penting untuk memberkan pengetahuan
dan edukasi kepada rejama.
Judul : Community Mobilization on Dengue In The Era Of Technology Transformation on
Communication
Pada zaman sekarang pencegahan DBD dapat dilakukan dengan cara Penyebaran informasi
yang lebih aktif mengenai kasus demam berdarah di wilayah tersebut melalui saluran media
sosial yang lebih menarik bagi kelompok usia muda, misalnya. – Tiktok, Instagram; Merancang
acara untuk menarik minat generasi muda (misalnya mendirikan COMBI Muda); Berencana
memperluas area pemasangan tanda kasus DBD untuk kewaspadaan berkelanjutan; dan Secara
personal dan Intensif dan berulang kali melakukan kursus untuk tim COMBI di wilayah tersebut.
Judul : Not all ‘normally developing’ children develop equally: the impact of socioeconomic
status on children’s vision, development of vision-related skills, and school readiness
Tidak semua anak yang berkembang secara normal mengalami perkembangan yang sama;
dampak status sosial ekonomi terhadap penglihatan anak, perkembangan keterampilan terkait
penglihatan dan kesiapan sekolah. Visi dan pembelajaran salah satu foktor yang dapat
mempengaruhi kesiapan sekolah adalah status penglihatan anka dan perkembangan penglihatan
normal. Perkembangan saraf, literasi dan kualitas hidup seorang anak dapat dipengaruhi oleh
berkutrangnya penglihatan. Status sosial ekonomi, pembelajaran dan pengembangan fungsi
visual. 45&-68% oarng tua tidak pernah membawa anaknya memeriksa mata secara menyeluruh.
Status sosial ekonomi mempengaruhi pengalaman belajar, perkembangan kognitif, kesiapan
sekolah dan prestasi akademi anak-anak. Anak dengan status sosial rendah lebih mungkin
menderita masalah penglihatan yang tiak terdeteksi.
Dalam rangka pengelolaan dan pengembangan visual, mengarah oada kesiapan sekolah paa
anak usia dini, untuk mengetahui perkembangan mekanika membaca pada anak dilakukan tes
akurasi membaca, kecepatan membaca dan gerakan mata saccade saat membaca.
Judul : Two Decades of Women’s Wellbeing and Gender Based Violence Research: Who
Still Left Behind?
Beban kekerasan secara global, kekerasan dalam rumah tangga: epidemi global yang
terabaikan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia. Beban kekerasan kesehatan global akibat
kekerasan. Menurut data yang didapat kekerasan global mencapai 9,5 trliun/tahun. Kekerasan
kolektif, konflik bersenjata, konflik berbasis negara 167 miliar/tahun. Kekerasan terhadap
perempuan dan anak mencapai 8 trliun/tahun. Dari kekerasan fisik, pembuhunan, kekerasan
dirumah tangga 767 juta wanita dan 290 juta anak.
Membingkai kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dan anak. Masalah
kesehatan global dan hak asasi manusia yang mencapai tingkat epidemi. Undang-Undang yang
mengatur kekerasan terhadap perempuan dan anak. UU No 31/2014 Perlinungan Korban dan
Saksi (perdagangan manusia); UU tahun 2009 tentang Perlindungan Perumpuan dan Anti
Kekerasan Berbasis Gender; UU No 21 tahun 2007 Pemberantasan Perdaganga Orang; UU No
23/2004 Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; KUHP 1999; UU No 23/2002 tentang
perlindungan anak.
Banyak masyarakat yang telah melakukan riset dalam hal wawasan lapangan. Contohnya
K-Box yang jepang dan dselangrarakan oleh sektar 20 orang. Dalam acara-acara akan terbentuk
komunkasi yang baik sesama masyarakat dan membantu mengusulkan jenis gerakan dan koneks
yang baru.
Dalam melakukan kerja lapangan pada beberapa acara yang menghargai pengertian
lapangan dan merasa bahwa pentingnya bidang nyata tidak tergoyangkan. Namun evolusi
teknologi dan performa acara tiak dapat dipisahkan. Ada banyak manfaat yang kita dapat dar
TIK, mempertimbangkan kemingkinan menciptakan empati dan koneksi melalui CT dan
menciptakan masyarakat dengan pendangan baru. Individu, masyarakat dan budaya dibentuk
oleh komunikasi yang beragam.
Judul : “Global Health Problem – Infodemic” Infodemic Management (Thailand
Experience)
Infodemik adalah informasi yang melimpah akurat atau tidak dalam ruang digital dan fisik,
yang menyertai peristwa kessehatan akutt seperti wabah atau epidemi. Dalam contoh engara
thailand menerapkan 4 jenis kegiataan untuk mewujhudkan kesehatan yang baik dalam
pengelolaan infodemik; menddengarkan keprihatinan dan pertanyaan masyarakat;
mempromosikan pemahaman tentag risiko dan saran ahli kesehatan; membangun ketahanan
terhadap misinformasi; dan melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk mengambil
tindakan positif. Dalam hal ini pemerintah memegang peran penting dalam menyebarkan hal-hal
penting kepada masyarakat dan memberkan nformasi yang akurat terkait berita-berita yang
bermunculan apakah hoax atau tidak.
Pemerintah juga berperan penting dalam perkembangan kesehatan yang sedang terjadi
pada saat ini, agar jika wabah seperti COVID terjadi lagi sudah siap dalam menghadapinya. Para
ahli kesehatan harus saling bekerja sama dengan pemerintah dalam mengatasi masalah
kesehatan.