Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses
reproduksi. Ruang lingkup kesehatan reproduksi secara nasional, antara lain:
kesehatan ibu dan bayi baru lahir (BBL), keluarga berencana (KB),
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual termasuk PMS
dan HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanggulangan aborsi, kesehatan reproduksi remaja. World Health
Organization (WHO) dalam Nikmah menyatakan bahwa masalah kesehatan
reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban
penyakit yang menyerang para wanita di seluruh dunia.
Remaja secara umum dianggap mencakup individu berusia antara 10 – 19
tahun, sehingga kesehatan repropduksi remaja memperhatikan kebutuhan
fisik, sosial, dan emosional kaum muda. Remaja memiliki masalah yang
berbeda dari orang dewasa, sehingga program kesehatan yang ditujukan
kepada kaum muda harus dirancang secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Kaum muda perlu mengumpulkan pengetahuan dan
mengembangkan keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat terhindar
dari kehamilan yang tidak diinginkan, terlindungi dari infeksi menular
seksual (IMS), dan dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat secara
seksual (Brown, dalam Pendit 2006).
Menteri negara pemberdayaan perempuan bahwa 6 dari 10 wanita yang
belum menikah sudah tidak virgin(perawan). Kenyataan ini diperburuk lagi
dengan temuan BKKBN bahwa diperkirakan sebesar 750.000 sampai
1.000.000 aborsi ilegal di Indonesia pertahun. Berdasarkan survei yang
dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2010 di kota-
kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, diperoleh
bahwa sebanyak 32% remaja putri usia 14-18 tahun pernah melakukan
hubungan seksual. Selaras dengan data yang didapat Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun yang sama, bahkan
hasilnya lebih mencengangkan lagi: Di kota besar seperti Surabaya,
perempuan yang belum menikah sudah kehilangan keperawanan mencapai 54
%, Bandung 47 %, dan Medan 52 %.
Khitan pada wanita sampai saat ini tetap menimbulkan kontroversi di
Indonesia, masih banyak yang melakukannya secara ekstrim. Riskesdas 2013
menyajikan data atau informasi tentang kebiasaan/perilaku Sunat pada anak
perempuan umur 0-11 tahun, Secara nasional, persentase pernah diSunat pada
anak perempuan umur 0-11 tahun sebesar 51,2 persen, dengan umur waktu
diSunat tertinggi ketika umur 1-5 bulan (72,4%), namun ada juga yang
diSunat ketika usia 1-4 tahun (13,9%), dan 5-11 tahun (3,3%). Menurut
provinsi persentase tertinggi di Gorontalo (83,7%) dan terendah di Nusa
Tenggara Timur (2,7%). Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
mengatakan Sunat yang dilakukan terhadap wanita walaupun secara simbolis
dengan menyayat atau mengoleskan kunyit tetap merupakan tindak
kekerasan. Sedangkan sebelumnya pada tahun 2006 Kementerian Kesehatan
telah mengeluarkan larangan Sunat perempuan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan. (Ida, 2005).
Wanita dan anak perempuan yang terberdaya adalah kunci mematahkan
siklus diskriminasi dan kekerasan dan untuk mempromosikan dan melindungi
hak asasi manusia, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi dan hak-hak
reproduksi. (Ida, 2005). Oleh kare itu tujuan makalah ini adalah untuk
membahas hubungan antara mitos keperawanan dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja serta menemukan konsep tentang Sunat
perempuan ditinjau dari aspek gender dan kesehatan reproduksi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hubungan antara mitos keperawanan dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja?
2. Bagaimanakah konsep tentang sunat perempuan ditinjau dari aspek gender
dan kesehatan reproduksi?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan beberapa tujuan dari
penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui budaya kebidanan terkait kebudayaan dalam
kesehatan reproduksi.
2. Untuk mengetahui hubungan antara mitos keperawanan dengan
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.
3. Untuk memahami konsep tentang sunat perempuan ditinjau dari aspek
gender dan kesehatan reproduksi.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat membantu penulis sebagai bidan yang
berperan dalam pelayanan kesehatan untuk mewujudkan hak atas
kesehatan reproduksi dan sebagai tenaga kesehatan untuk meningkatkan
pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita terutama terkait dengan
masalah kebudayaan yang beredar dalam masyarakat.

2. Manfaat Bagi Instansi


Diharapkan makalah ini dapat menambah kepustakaan yang dapat
dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan atau menambah
wawasan dengan masalah kebudayaan dalam kesehatan reproduksi.
3. Manfaat Masyarakat
Diharapkan informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai tambahan
wawasan dan pengetahuan mengenai kebudayaan dalam kesehatan
reproduksi terutama bagi remaja putri sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan dalam masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Khitan pada wanita sampai saat ini tetap menimbulkan kontroversi di


Indonesia, masih banyak yang melakukannya secara ekstrim.
Rumusan masalah penelitian adalah praktik khitan perempuan pada
daerah etnis Bugis, Alasan apa sajakah yang mendorong masyarakat
etnik Bugis melaksanakan Khitan perempuan, dan implikasi khitan
perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Jenis penelitian adalah
kualitatif, yang bersifat natural setting berupa penekanan pada sifat
kealamian sumber data yang menggambarkan hasil temuan di
lapangan secara utuh menggunakan dasar- dasar teori yang ada, desain
penelitian menggunakan grounded research dimana peneliti dapat
mengembangkan semua pengetahuan dan teorinya setelah mengetahui
permasalahan dan data dilapangan. jumlah informan inti tergantung
dari tingkat kejenuhan informasi yang dibutuhkan atau menggunakan
tehnik snowball dalam memperoleh data dan informasi. Jenis data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder melalui kajian
literatur, telaah dokumen, penelusuran internet serta penelusuran data
lontara Bugis.Instrumen utama adalah penulis sendiri, didukung
pedoman wawancara yang disusun dengan mengacu pada
operasionalisme indikator fokus penelitian. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan pendekatan logika induktif, data
disusun/digolongkan dalam pola, tema atau kategori yang
diinterpretasikan dengan memberikan makna, menjelaskan pola,
kategori dan mencari keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penentu dilaksanakannya
makatte adalah kepercayaan dalam konsep agama yang mewajibkan
makkatte bagi anak perempuan dan budaya atau tradisi turun temurun
dari nenek moyang orang Bugis, sedangkan implikasi khitan
perempuan terhadap gender dan kesehatan reproduksi tidak
menimbulkan efek negatif bila praktik makkatte dilakukan secara
steril dan tanpa tindakan yang berlebihan ataupun melukai alat
genitalia externa dan interna.
BAB III

PEMBAHASAN
Menurut penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Mitos Keperawanan
dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 9 Manado”
bahwa Remaja dan permasalahannya yang akhir-akhir ini menjadi sorotan adalah
berkaitan dengan seputar kesehatan alat-alat reproduksi, hubungan dengan pacar,
masalah hubungan seksual sebelum menikah, kehamilan tidak diinginkan, aborsi,
PMS,dll. Sehingga muncullah berbagai masalah yang diantaranya berkembang
mitos keperawanan yang tidak benar dikalangan remaja contohnya bentuk pinggul
dan cara berjalan, perempuan yang masih perawan adalah bila mengeluarkan
darah saat bersebadan pertama kali, perempuan yang tidak perawan kehilangan
harga diri seumur hidupnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara mitos keperawanan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di
SMA Negeri 9 Manado, jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan
cross sectional study yang dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013. Metode
pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling dengan jumlah
sampel 262 siswa/i. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. uji statistik
yang digunakan adalah chi square dan SPSS ver. 20 for Windows. Dari hasil
penelitian didapat 51,5 % responden memiliki mitos keperawanan baik dan 55,7
% memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi remaja yang baik. Terdapat
hubungan mitos keperawanan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
(p value 0,025).
Menurut penelitian yang berjudul “Tradisi Makkatte’ Ditinjau Dari Aspek
Gender Dan Kesehatan Reproduksi Pada Etnis Bugis Sulawesi Selatan” bahwa
khitan pada wanita sampai saat ini tetap menimbulkan kontroversi di Indonesia,
masih banyak yang melakukannya secara ekstrim. Rumusan masalah penelitian
adalah praktik khitan perempuan pada daerah etnis Bugis, Alasan apa sajakah
yang mendorong masyarakat etnik Bugis melaksanakan Khitan perempuan, dan
implikasi khitan perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Jenis penelitian
adalah kualitatif, yang bersifat natural setting berupa penekanan pada sifat
kealamian sumber data yang menggambarkan hasil temuan di lapangan secara
utuh menggunakan dasar-dasar teori yang ada, desain penelitian menggunakan
grounded research dimana peneliti dapat mengembangkan semua pengetahuan
dan teorinya setelah mengetahui permasalahan dan data dilapangan. jumlah
informan inti tergantung dari tingkat kejenuhan informasi yang dibutuhkan atau
menggunakan tehnik snowball dalam memperoleh data dan informasi. Jenis data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder melalui kajian literatur,
telaah dokumen, penelusuran internet serta penelusuran data lontara
Bugis.Instrumen utama adalah penulis sendiri, didukung pedoman wawancara
yang disusun dengan mengacu pada operasionalisme indikator fokus penelitian.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan logika induktif, data
disusun/digolongkan dalam pola, tema atau kategori yang diinterpretasikan
dengan memberikan makna, menjelaskan pola, kategori dan mencari
keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya.. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor penentu dilaksanakannya makatte adalah kepercayaan dalam konsep
agama yang mewajibkan makkatte bagi anak perempuan dan budaya atau tradisi
turun temurun dari nenek moyang orang Bugis, sedangkan implikasi khitan
perempuan terhadap gender dan kesehatan reproduksi tidak menimbulkan efek
negatif bila praktik makkatte dilakukan secara steril dan tanpa tindakan yang
berlebihan ataupun melukai alat genitalia externa dan interna.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan di Indonesia
sangat beragam contoh nya adat istiadat yang meliputi mitos/kepercayaan dan
kebiasaan yang memang dari zaman dahulu sudah melekat di daerah-daerah
tertentu yang ada di Indonesia. Makalah ini bersumber dari artikel/jurnal
penelitian yang mengatakan bahwa dihubungkan dengan hasil penelitian yang
didapat tentang mitos keperawanan yang dikaitkan dengan selaput dara
seperti perempuan yang selaput daranya sudah robek tidak selalu berarti
pernah melakukan hubungan seksual dan sudah tidak perawan didapat tiga
perempat dari jumlah responden menjawab benar yaitu sebanyak 74,4 %.

Praktik khitan atau sunat perempuan (makkatte’’) pada etnis bugis


khususnya pada masyarakat Desa Benteng Tellue Kabupaten Bone yang
masih terus dilaksanakan sampai saat ini karena alasan agama dan budaya
dalam praktiknya tetap selalu memperhatikan unsur keselamatan dan
kesehatan perempuan yang di sunat atau di khitan sehingga issu gender
tentang kekerasan pada perempuan yang terdapat dalam praktik sunat / khitan
perempuan yang dalam bahasa bugis di sebut dengan makkatte’’ tidak terjadi
pada masyarakat bugis.

B. Saran
Disarankan untuk memberikan informasi terkait kebudayaan yang ada di
Indonesia ini dengan perlahan dan melibatkan masyarakat sekitar tentang
kesehatan reproduksi yang baik dan benar. Dari pembahasan pada makalah
ini lebih baik untuk masalah mitos keperawanan dapat diluruskan bahwa
tidak semua selaput darah yang robek itu tidak perawan lagi, bisa saja terjadi
karena faktor lain. Kemudian ke depannya di harapkan sosialisasi dan
dukungan dari petugas kesehatan yang bertanggung Jawab untuk memberikan
pelatihan tehknis kepada Sanro atau Dukun Agar tindakan serta alat yang
digunakan pada proses makkatte’ tidak menimbulkan masalah pada kesehatan
reproduksi perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Sirait, S. U., Pelealu, F. J. O., & Engkeng, S. Hubungan Antara Mitos


Keperawanan dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA
Negeri 9 Manado Relationship between the Myth of Virginity with
Adolescent Reproductive Health Knowledge.

Subriah, S., & Ida, A. S. (2018). Tradisi Makkatte’ditinjau Dari Aspek Gender
Dan Kesehatan REPRODUKSI PADA ETNIS BUGIS SULAWESI
SELATAN. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 11(2), 1-8.

Anda mungkin juga menyukai