Anda di halaman 1dari 8

Manajemen Kesehatan Reproduksi Remaja

Marliana Rahma, Achmad Sanusi, Fachruroji, Nandang Koswara


Email: marliana.rahma@yahoo.com
Prodi S3 Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Nusantara, Indonesia
Jl. Soekarno-Hatta No.530, Sekejati, Kec. Buahbatu, Kota Bandung, Jawa Barat 40286
Telp. 081909888455

Abstrak
Kasus kematian ibu di Kabupaten Subang masih tinggi. Salah satu kantong permasalahannya
terletak pada kelompok remaja. Remaja dengan anemia, remaja dengan kehamilan tidak
diinginkan, remaja dengan pernikahan dini, hingga seks bebas. Akar penyebab dari timbulnya
masalah tersebut adalah kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisi manajemen kesehatan reproduksi remaja di lingkungan
siswi SMP N 2 Subang. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif melalui analisis data berupa wawancara, observasi dan studi dokumen. Informan
pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata
pelajaran biologi, dan siswi SMPN 2 Subang. Lokasi penelitian SMP N 2 Subang.Hasil penelitian
menunjukkan sebagia berikut : (1) Perencanaan belum efektif karena belum merepresentaiskan visi
sekolah berbasis lingkungan sehat (2) Pengorganisasian sudah berjalan dengan efektif, terdapat
pennangung jawab dan struktur organigram (3) Pelaksanaan belum efektif karena ada keterbatasan
media/bahan ajar(4) Pengawasan belum efektif karena tidak ada pengawalan kepatuhan
mengkonsumsi tablet tambah darah (5) Evaluasi berjalan efektif karena melibatkan kepala sekolah,
wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran Biologi dan siswi (6) Faktor
Penghambat terletak pada kurangnya media pembelajaran, kurangnya edukasi dan kurangnya
pengawasan.

Kata kunci: kesehatan reproduksi remaja; manajemen; kematian ibu.

Abstract
The case of maternal mortality in Subang Regency is still high. One of the pockets of the problem
lies in the youth group. Teenagers with anemia, teens with unwanted pregnancies, teens with early
marriage, to free sex. The root cause of the emergence of these problems is the lack of knowledge
of adolescents about reproductive health. The purpose of this study was to analyze the
management of adolescent reproductive health in the students of SMP N 2 Subang. The method in
this study uses a qualitative approach with descriptive methods through data analysis in the form
of interviews, observations and document studies. Informants in this study were principals, vice
principals for curriculum, biology subject teachers, and students of SMPN 2 Subang. The research
location is SMP N 2 Subang. The results of the study show the following: (1) Planning has not
been effective because it has not represented the school's vision based on a healthy environment
(2) Organizing has been running effectively, there are responsibilities and organizational structures
(3) Implementation has not been effective because there are limited media/teaching materials (4 )
Supervision has not been effective because there is no compliance control for consuming blood-
added tablets (5) The evaluation is effective because it involves the principal, vice principal in
curriculum, Biology subject teachers and students (6) The inhibiting factor lies in the lack of
learning media, lack of education and lack of supervision.

Keywords: adolescent reproductive healt; management; maternal mortality.

1. Pendahuluan derajat kesehatan negara, disebut


Angka Kematian Ibu (AKI) demikian karena angka kematian ibu
merupakan salah satu indikator menunjukkan kemampuan dan

122
123
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

kualitas pelayanan kesehatan. seksualitas merupakan masalah yang


Tingginya AKI dan lambatnya pelik bagi remaja, karena masa
penurunan angka ini menunjukkan remaja merupakan masa dimana
bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan seseorang dihadapkan pada berbagai
Anak (KIA) sangat mendesak untuk tantangan dan masalah, baik itu
ditingkatkan baik dari segi masalah perkembangan maupun
jangkauan maupun kualitas lingkungan. Tantangan dan masalah
pelayanannya. [1] ini akan berdampak pada perilaku
Berdasarkan penelitian yang remaja, khususnya perilaku
penulis lakukan pada tahun 2015, seksualnya. Data menunjukkan
kantung masalah kematian ibu bahwa 15 juta remaja perempuan
terbanyak berada pada kelompok usia 15-19 tahun melahirkan setiap
remaja, ironinya kelompok ini tahunnya, sekitar 15-20 % dari
mendapatkan intervensi paling remaja usia sekolah di Indonesia
sedikit dibandingkan dengan sudah melakukan hubungan seksual
kelompok ibu hamil, bersalin dan di luar nikah. Tingginya angka
nifas. Masalah remaja yang banyak hubungan seks pra nikah di
ditemui seperti kehamilan tidak kalangan remaja erat kaitannya
diinginkan, pernikahan dan dengan meningkatya jumlah aborsi
kehamilan usia remaja, seks bebas, saat ini, serta kurangnya
serta anemia pada remaja. Akar pengetahuan remaja akan reproduksi
penyebab timbulnya masalah sehat. Jumlah aborsi saat ini sekitar
tersebut adalah kurangnya 2,3 juta dan 15-20 % diantaranya
pengetahuan remaja tentang dilakukan remaja. Hal ini pula yang
kesehatan reproduksi, sehingga menjadikan tingginya angka
berdampak pada hal-hal yang tidak kematian ibu dan bayi di Indonesia.
diinginkan. [2] [4] [5]

Berdasarkan penelitian yang Provinsi Jawa Barat dengan


dilakukan oleh lembaga populasi remaja sebanyak 8,5 juta
kependudukan PBB, UNFPA pada jiwa, memiliki data problematika
tahun 2017 hampir separuh dari remaja yang cukup tinggi pula.
penduduk di dunia berusia di bawah Sampai saat ini sangat mudah
25 tahun, ini berarti hampir 3 milyar menemukan daerah-daerah
jumlah remaja. Pada sekitar 57 prostitusi, seperti daerah Saritem-
negara berkembang 40 % Bandung yang sebagian besar
penduduknya berusia dibawah 15 pelaku seksulanya adalah remaja
tahun. Saat ini jumlah remaja pada rentang usia 16-18 tahun dan
Indonesia mencapai 65 juta orang jumlahnya bisa mencapai 200 orang.
atau 30 % dari total penduduk Selain itu dikabupaten Subang,
Indonesia, dan sekitar 8,5 juta jiwa prostitusi remaja masih ditemukan
jumlah remaja berada di Jawa Barat. di kecamatan Purwadadi, Ciasem,
[3]
Patok Beusi dan kecamatan
Tingginya jumlah remaja di Pagaden. [6]
Indonesia, disertai pula dengan Fakta menunjukkan bahwa
problematika yang dihadapi oleh sebagian besar remaja tidak
mereka. Dari berbagai permasalahan mengetahui dampak dari perilaku
remaja yang mencuat, masalah seksual yang mereka lakukan.
seksualitas adalah yang paling Seringkali remaja sangat tidak
banyak mendapat sorotan dari matang untuk melakukan hubungan
berbagai kalangan. Masalah seksual terlebih lagi jika harus

Volume 8 No 2 Tahun 2021


124
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

menanggung resiko dari hubungan Lembaga pendidikan


seksual tersebut. Remaja seringkali merupakan wahana yang tepat untuk
kekurangan informasi dasar memberikan informasi kepada
mengenai kesehatan reproduksi dan remaja tentang kesehatan reproduksi
akses terhadap pelayanan kesehatan remaja. Kesehatan reproduksi
reproduksi yang terjangkau serta terdapat pada kurikulum Sekolah
terjamin kerahasiaannya. Menengah Pertama kelas IX
Keprihatinan akan jaminan kompetensi inti dan komptensi
kerahasiaan atau kemampuan dasar ilmu pengetahuan alam
membayar, dan kenyataan atau SMP/MTs. Keterampilan Inti 3
persepsi remaja terhadap sikap tidak (KI3) adalah memahami dan
senang yang ditunjukkan oleh menerapkan pengetahuan
petugas kesehatan, semakin (faktual, konseptual, dan
membatasi akses pelayanan lebih prosedural) berdasarkan rasa
jauh, meski pelayanan itu ada. Di ingin tahunya tentang ilmu
samping itu, terdapat pula hambatan pengetahuan, teknologi, seni,
legal yang berkaitan dengan budaya terkait fenomena dan
pemberian pelayanan dan informasi kejadian tampakmata. Dan KI 4
kepada kelompok remaja. Banyak adalah Mengolah, menyaji, dan
diantara remaja yang kurang atau menalar dalam ranah konkret
tidak memiliki hubungan yang stabil (menggunakan, mengurai,
dengan orang tuanya maupun merangkai, memodifikasi, dan
dengan orang dewasa lainnya, membuat) dan ranah abstrak
dengan siapa seyogyanya remaja (menulis, membaca,menghitung,
dapat berbicara tentang masalah- menggambar, dan mengarang)
masalah kesehatan reproduksi yang sesuai dengan yang dipelajari di
memprihatinkan atau yang menjadi sekolah dan sumber lainyang
perhatian mereka. [7] sama dalam sudut pandang/teori.
Pendidikan merupakan salah Turunan dari KI 3 yang berkaitan
satu sarana penyampaian informasi dengan kesehatan reproduksi
kepada individu atau kelompok terdapat pada keterampilan dasar
dengan tujuan memberikan 3.1 yang berbunyi
kesadaran atau pencerahan tentang menghubungkan sistem
pengetahuan dan gambaran dari reproduksi pada manusia dan
sesuatu hal yang telah, sedang dan gangguan pada sistem reproduksi
akan terjadi. Perilaku remaja yang dengan penerapan pola hidup
secara perkembangan biologisnya yangmenunjang kesehatan
telah beranjak matang, yang secara reproduksi, keterampilan dasr 4
alamiah telah siap untuk yang berbunyi menyajikan hasil
bereproduksi, hal ini akan penelusuran informasi dari
berdampak dua hal, pertama berbagai sumber terkait
menghasilkan penyaluran yang kesehatan dan upaya pencegahan
sesuai pada tempatnya atau gangguan padaorgan reproduksi.
[9]
menyimpang. Penyimpangan
individu dalam menyalurkan potensi Kondisi yang ada di SMP N 2
dorongan/hasrat biologisnya itu bisa Subang, materi tentang kesehatan
disebabkan ketidaktahuan atau reproduksi di sekolah masih kurang,
ketidakpahaman tentang pandangan perbincangan mengenai kesehatan
agama dan pengetahuan seksnya. [8] reproduksi masih dianggap tabu,
belum ada media yang relevan untuk

Volume 8 No 2 Tahun 2021


125
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

menyampaikan materi tentang dimana peneliti merupakan


kesehatan reproduksi sehingga instrumen kunci, sedangkan dalam
pencapaian pola hidup sehat teknik pengumpulan data secara
reproduksipun belum optimal, siswa gabungan (triangulasi), analisa
belum mengetahui pentingnya datanya bersifat Induktif/Kualitatif
mengkonsumsi zat besi yang yang lebih menekankan pada makna
terdapat dalam sayuran, siswa belum daripada generalisasi. Data yang
tahu bagaimana seharusnya menjaga sebenarnya yang dimaksud adalah
kebersihan dan alat reproduksi, data yang pasti yang merupakan
siswa belum mengetahui alat nilai. Pendekatan kualitatif
reproduksi perempuan dan laki-laki, merupakan filasafat fenomenologi
dan lain sebagainya. Jika informasi yang menekankan penghayatan,
yang diperoleh siswa kurang, maka pemahaman pada perilaku manusia
akan terdapat korelasi dalam sikap dalam suatu kehidupan. [11]
dan pola hidup siswa dalam menjaga Teknik pengumpulan data
kesehatan reproduksinya. Sehingga dengan melalui wawancara,
akan membantu menghindarkan observasi, dokumentasi, dan
siswa dari hal-hal yang negatif. Akar gabungan Triangulasi. [11]
masalah dari penelitian ini adalah 1) Wawancara
kurangnya pengetahuan dan pola Wawancara: terkait program
hidup sehat reproduksi di SMP di kesehatan reproduksi di sekolah,
Kabupaten Subang, serta belum kendala yang ditemukan sata
mempunyai media yang relevan implementasi program dan
untuk menyampaikan materi rancangan solusi.
kesehatan reproduksi untuk remaja. 2) Observasi
Remaja adalah usia 10-19 tahun, Peristiwa data yang
masa usia ini termasuk kedalam dibutuhkan yang berkaitan dengan
kelompok peserta didik sekolah peningkatan pola hidup sehat
menengah pertama dan sekolah reproduksi di lingkungan siswa
menengah atas. Tujuan penelitian ini SMP Negeri 2 di Subang.
ingin mendeskripsikan manajemen 3) Dokumentasi
kesehatan reproduksi remaja di Dokumentasi yaitu data
Sekolah Menengah Pertama Negeri tertulis yang dibutuhkan adalah
2 Subang, meliputi: (1) yang berkaitan dengan
perencanaan; Manajemen kesehatan reproduksi
(2) pengorganisasian; di lingkungan siswa SMP Negeri
(3) pelaksanaan; Subang.
(4) pengawasan; 4) Triangulasi
(5) evaluasi; Triangulasi adalah teknik
(6) faktor penghambat.[10] pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain.
2. Metode Penelitian Diluar data itu untuk keperluan
Pendekatan penelitian ini pengecekan atau sebagai
adalah kualitatif, atau naturalistic pembanding terhadap data itu
inguiry dengan metode deskriptif 3. Hasil dan Pembahasan
yaitu penelitian yang dilakukan pada Sekolah Menengah Pertama
kondisi yang natural setting. Pada Negeri 2 Subang berlokasi di Jl.
metode kualitatif ini berlandaskan Emo Kurniaatmaja No.3,
pada filsafat postpositivisme, Pasirkareumbi, Kec. Subang,
melalui kondisi yang alamiyah Kabupaten Subang, Jawa Barat

Volume 8 No 2 Tahun 2021


126
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

41214. Sekolah ini mempunyai 30 budaya sekolah yang dapat


kelas yang terdiri dari 10 kelas VII, mengasah peserta didik agar
10 kelas VIII, dan 10 kelas IX. berakhlak mulia.
Jumlah guru yang mengajar mata (3)Mengembangkan potensi peserta
pelajaran IPA sebanyak 3 orang, didik yang kreatif dan inovatif.
termasuk didalamnya adalah mata (4)Meningkatkan prestasi peserta
pelajaran Biologi. Mata pelajaran didik dalam bidang akademis dan
Biologi ini diberikan pada kelas VII, non akademis.(5)Menyelenggaran
VIII dan IX. Visi SMPN 2 Subang pembelajaran yang berkualitas
adalah : Terwujudnya Sekolah yang dengan mengembangkan model dan
Unggul dalam Prestasi dan metode pembelajaran yang aktif,
Berakhlak Mulia serta Berbasis inovatif, kreatif, interaktif, efektif,
Lingkungan Sekolah Sehat. dan menyenangkan. (6)Mewujudkan
Visi tersebut dijabarkan sekolah yang bersih, sehat, rindang,
dengan indikator visi sebagai dan aman.
berikut: (1) Terwujudnya peserta Adapun tujuan SMP Negeri 2
didik yang berahlak mulia (religius, Subang adalah: (1) Menghasilkan
santun, peduli, percaya diri, jujur peningkatan Gain Score
disipilin, dan bertanggung jawab. (2) Achievement (GSA) pada setiap
Terwujudnya lulusan yang cerdas semester atau setiap tahun terhadap
dan kompetitif. (3) Terwujudnya pencapaian ketuntasan kompetensi
kurikulum satuan pendidikan yang untuk semua mata pelajaran, semua
lengkap. (4) Terwujudnya proses jenjang kelas. (2) Menghasilkan
pembelajaran yang aktif, inovatif, peningkatan rata-rata pencapaian
kreatif, efektif dan menyenangkan. GSA pada setiap tahun terhadap
(5) Terwujudnya pendidik dan mata pelajaran yang di Ujian
tenaga kependidikan yang sesuai Nasional-kan berdasarkan pada
Standar Nasional Pendidikan. (6) standar kelulusan yang ditetapkan.
Terwujudnya sarana dan prasarana (3) Menghasilkan peningkatan
pendidikan yang memadai untuk prestasi akademik dan non akademik
semua mata pelajaran. (7) setiap tahunnya dan memberikan
Terwujudnya Pengelolaan penghargaan kepada peserta didik
pendidikan yang sesuai dengan yang berprestasi. (4) Menghasilkan
Standar Nasional Pendidikan. (8) peningkatan kualitas dan kuantitas
Terwujudnya pengembangan media dan peralatan pembelajaran
pembiayaan yang memadai. (9) tiap mata pelajaran untuk semua
Terwujudnya pengembangan jenjang kelas dengan pendekatan
penilaian pendidikan sesuai dengan pembelajaran kontekstual ( CTL ).
Standar Nasional Pendidikan. (10) (5) Menghasilkan peningkatan
Terwujudnya lingkungan sekolah pemanfa’atan dan pemeliharaan
yang aman, rapih, bersih dan fasilitas untuk sebesar-besarnya
nyaman. (11) Terwujudnya sarana dalam proses pembelajaran. (6)
toilet yang memadai sebanyak 25 Menghasilkan peningkatan
buah. prasarana sumber-sumber belajar
Sebagai operasionalisasi visi, yang memadai (perpustakaan,
maka misi SMP Negeri 2 Subang laboratorium IPA dan laboratorium
adalah: (1)Meningkatkan bahasa, pusat pembelajaran audio
penghayatan dan pengamalan visual, internet). (7) Menghasilkan
peserta didik terhadap ajaran agama peningkatan sarana dan prasarana
yang dianutnya. (2)Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler peserta

Volume 8 No 2 Tahun 2021


127
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

didik. (8) Menghasilkan lingkungan Menghasilkan peningkatan sumber


sekolah yang asri, aman, rapi, bersih pembelajaran dan bahan ajar yang
dan nyaman serta kondusif untuk baik secara kualitas maupun
terwujudnya sekolah sehat. (9) kuantitas. (20) Menghasilkan
Menghasilkan kompetensi pendidik perangkat penilaian yang lengkap
dan tenaga kependidikan sesuai dan variatif untuk semua mata
Standar Nasional Pendidikan. (10) pelajaran semua jenjang kelas. (21)
Menghasilkan penyelenggaraan Menghasilkan peningkatan
monitoring dan evaluasi kinerja penyelenggaraan model evaluasi,
tenaga pendidik dan tenaga Penilaian Harian (PH), Penilaian
kependidikan. (11) Menghasilkan Tengah Semester (PTS), Penilaian
implementasi Manajemen Berbasis Akhir Semester (PAS), Penilaian
Sekolah (MBS) dengan indikator Akhir Tahun (PAT), Ujian Sekolah
pencapaian sekolah/manajemen (US) dan Ujian Nasional (UN).
mampu mandiri/otonom, transparan, (1) Perencanaan program
akuntabilitas melakukan kesehatan reproduksi belum efektif,
partisipasi/kerjasama, kontinuitas untuk mewujudkan visi sekolah
mengenai program, keuangan, hasil- berbasis lingkungan sehat, kegiatan
hasil program sekolah. (12) yang dilakukan belum optimal.
Menghasilkan struktur dan Kurikulum yang berkaitan dengan
keorganisasian sekolah sesuai kesehatan reproduksi terdapat pada
dengan kebutuhan sekolah beserta mata pelajaran Biologi yang
tupoksi dan pedoman kerjanya dipelajari oleh kelas IX. Kerjasama
yang bertanggung jawab. (13) dengan lintas sektor dalam hal ini
Menghasilkan penyelenggaraan adalah UPTD Puskesmas sudah
monitoring evaluasi setiap tahunnya dilakukan berupa pemberian tablet
mengenai kinerja sekolah. (14) tambah darah, penyuluhan tidak
Menghasilkan peningkatan jalinan terjadwal. (2) Pengorganisasian
kerjasama dengan sumber-sumber berjalan efektif, ada guru
penyandang dana baik tetap maupun penanggung jawab mata pelajaran
tidak tetap (orang tua peserta didik) biologi yang memegang setiap
dan sumber lain yang dapat kelas, tercantum struktur
menghasilkan dana. (15) organigram. Dalam hal kerja sama
Menghasilkan usaha nyata sekolah dengan puskesmas terrdapat guru
dalam produksi sekolah (koperasi, penanggung jawab yang menerima
kantin). (16) Menghasilkan jalinan tablet tambah darah dari puskesmas
kerjasama dengan alumni dan didistribusikan kepada walikelas
penggalang dana dalam masaing-masing untuk kemudian
mepublikasikan program sekolah. diberikan kepada siswi. (3)
(17) Menghasilkan perangkat Pelaksanaan berjalan belum efektif.
kurikulum tingkat SMP Negeri 2 Penyampaiakn mata pelajaran yang
Subang yang lengkap dan berkaitan dengan kompetensi inti
berwawasan global. (18) dan kompetensi dasar yang
Menghasilkan penyelenggaraan berkaitan dengan kesehatan
proses pembelajaran yang aktif, reproduksi belum optimal
inovatif, kreatif, efektif dan dilaksanakan mengingat guru belum
menyenangkan dengan pendekatan mempunyai bahan ajar yang efektif
pembelajaran kontekstual dalam memberikan materi kesehatan
(Contextual Teaching and Leraning) reproduksi. Pemberian tablet tambah
pada semua mata pelajaran. (19) darah diberikan kepada siswi secara

Volume 8 No 2 Tahun 2021


128
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

sekaligus, 1 strip, padahal yang 5. Daftar Pustaka


diminum hanya 1 tablet per minggu [1] Direktorat Bina Kesehatan
(4) Pengawasan belum efektif, Anak. Direktorat Jenderal
dalam penyampaian materi Bina Gizi dan KIA, Modul
kesehatan reproduksi belum efektif Pelatihan Pelayanan
karena berkiatan dengna minimnya Kesehatan Peduli Remaja
bahan ajar sehingga dalam (PKPR) bagi Konselor
memberikan pengawasan kepada Sebaya. Kementerian
peserta tentang pemahaman mereka Kesehatan RI.
menjadi kurang efektf. Pengawasan
dalam pemberina tablet tambah [2] R. Marliana, “Hubungan
darah belum efektif karena tidak ada antara pengetahuan
kontrol dna pencatatan rekam jejak seksualitas dengan Perilaku
siswi terhadap kepatuhan konsumsi Seksual Remaja di SMA
tablet tambah darah (5) Evaluasi Negeri 1 Subang,” J. Bidan
cukup efektif karena sudah Midwife J., vol. IV, no. 1,
melibatkan kepala sekolah, wakil 2018.
kepala sekolah bidang kurikulum, [3] Direktorat Bina Kesehatan
guru mata pelajaram biologi dan Anak, Direktorat Bina
siswa itu sendiri (6) Faktor Kesehatan Masyarakat, Buku
Penghambat : kurangnya media dan Pemantauan Kesehatan
abhaan ajar dalam menjelaskan Remaja. Kementerian
materi tentang kesehatan reproduksi, Kesehatan RI, 2010.
kurangnya edukasi kepada siswi
tentang pentingnya konsumsi tablet [4] H. Adi, Seksualitas Remaja.
tambah darah, tatacara Kolokium Internal Sekolah
mengkonsumsi, serta efek samping Tinggi Psikologi Yogyakarta,
yang mungkin terjadi. Perlu 2014.
pengawasan yang ketat dalam [5] BKKBN, “Kebijakan
mengawal kepatuhan siswi untuk Program KB dan Kesehatan
mengkonsumsi tablet tambah darah. Reproduksi dalam
Mendukung Pencegahan dan
4. Kesimpulan Penanggulangan HIV dan
Perencanaan program AIDS.”
kesehatan reproduksi belum efektif,
pengorganisasian sudah berjalan [6] Direktorat Bina Kesehatan
dengan efektif, pelaksanaan berjalan Anak, Direktorat Jenderal
belum efketif, pengawasan belum Bina Gizi dan KIA, Modul
efektif, evaluasi cukup efektif, Pelatihan Pelayanan
faktor penghambat berkiatan dengan Kesehatan Peduli Remaja
bahan ajar yang kurang, edukasi (PKPR) bagi Konselor
yang kurang dan pengawasan yang Sebaya. Kementerian
kurang. Kesehatan RI, 2015.
[7] Infodatin, Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. Pusat
Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.

Volume 8 No 2 Tahun 2021


129
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

[8] L. Rinta, “Pendidikan [10] Sulistianingrum, Gambaran


Seksual Dalam Membentuk kecakapan hidup (life skill)
Perilaku Seksual Positif Pada pada Remaja SMP
Remaja Dan Implikasinya Muhammadiyah 2 di
terhadap Ketahanan Surakarta. Fakultas Ilmu
Psikologi Remaja,” J. Kesehatan. Universitas
Ketahanan Nas., vol. 21, no. Muhammadiyah Surakarta,
3, pp. 163–174, 2015. 2016.
[9] Sarmin, “Konselor Sebaya: [11] Sugiyono, Metode Penelitian
Pemberdayaan Teman Pendidikan: Pendekatan
Sebaya dalam Sekolah Guna Kualitatif dan R&B, I.
Menanggulangi Pengaruh Bandung: Alfa Beta, 2006.
Negatif Lingkungan,” Brill.
J. Ris. dan Konseptual, vol.
2, no. 1, 2017, [Online].
Available:
http://www.jurnal.unublitar.a
c.id/ index.php/brilliant.

Volume 8 No 2 Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai