Hubungan Antara Faktor Internal dan Faktor Eksternal dengan Perilaku Seks Bebas
Pada Usia Remaja (SMA) di Kawasan Rural
Oleh :
Hilda Nuruzzaman
101614153009
Abstrak
Perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan
risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi termasuk peningkatan ancaman dari
HIV/AIDS. KPAI 2013, sebanyak 32% usia 14-18 di kota besar di Indonesia pernah
berhubungan seksual pranikah dan 62,7% remaja kehilangan perawan saat masih duduk di
bangku SMP, bahkan 21,2% diantaranya melakukan tindakan aborsi. hal ini sangat
mengkhawatirkan dan membahayakan kondisi kesehatan reproduksi remaja Indonesia.
Remaja berperilaku seksual berisiko dikarenakan minimnya pengetahuan terkait dengan
kesehatan reproduksi, pendidikan moral dari keluarga atau lingkungan sekitar. Bertujuan
untuk mengetahui hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan perilaku seks bebas
pada usia remaja (SMA) di daerah rural. Metode yang digunakan dengan studi literatur yang
berasal dari jurnal, textbook, artikel ilmiah serta browsing via internet. Hasilnya terdapat
hubungan antara faktor internal (pendidikan, pengetahuan, sikap dan gaya hidup) dan faktor
eksternal (media informasi, peran dan tempat tinggal) pada usia remaja (SMA) dengan
perilaku seksual bebas di daerah rural . Guna meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan
gaya hidup maka intansi Pendidikan dan dinas Kesehatan terkait seharusnya meningkatkan
wawasan siswa tentang seks pranikah.
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang kental akan budaya ketimurannya.
Dimana setiap perilaku dan tindakan individunya akan dinilai baik atau tidaknya oleh
masyarakat yang ada di sekitarnya. Dari penilaian masyarakat tersebut maka muncul lah
istilah norma. Norma adalah patokan perilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan
dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang. Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah
kelompok masyarakat, yang pada kelanjutannya.
Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan yang adaptif untuk
membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun dalam pencarian jati
dirinya.Ada kesan pada remaja jika seks itu menyenangkan, salah satu bentuk pengungkapan
rasa cinta kepada pasangannya sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini
tentang seks jika seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba. Terlebih lagi jika remaja
tersebut tumbuh dalam lingkungan yang mal-adaptif, hal tersebut akan mendorong terciptanya
perilaku amoral yang dapat merugikan remaja itu sendiri. Terlebih lagi jika remaja tersebut
mendapatkan informasi yang salah mengenai seks.Informasi tersebut dapat berasal dari media
internet maupun dari teman-temannya. Sehingga akhirnya mereka mengadopsi begitu saja
norma-norma yang belum pasti kebenarannya.
Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-
nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga,
adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang
disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya
revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan karir. Berbagai hal
tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit,
terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman
yang meningkat terhadap HIV/AIDS.
Tingginya kasus HIV/AIDS khususnya pada kelompok umur remaja salah satu
penyebabnya adalah pergaulan bebas. Semakin banyak penderita HIV/AIDS memberikan
gambaran bahwa cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul di antara
remaja.
Menurut Sugianto 2011, sejak lebih dari satu decade terakhir ini telah terjadi
perubahan dalam pandangan dan prilaku seks di kalangan remaja di Indonesia dan hasil
penelitian telah menunjukan adanya perubahan tersebut. Pola pergaulan menjadi semakin
bebas yang di dukung oleh fasilitas, aktivitas seksual mudah dilakukan, bahkan muah
berlanjut menjadi hubungan seksual.
Ironisnya, disisi lain masyarkat khususnya remja tidak menerima pendidikan seks
yang benar dan bertanggung jawab atau pengetahuan mengenai maslah reproduksi yang sehat.
Sehingga, timbul akibat buruk yaitu adnya penularan penyakit menular seksual (PMS)
termasuk AIDS, kehamilan pranikah, dan kehamilan tidak diinginkan, serta pengguguran
kandungan dikalangan remaja, dan lain sebagainya.
Data Kemenkes RI 2017, pada propinsi Jawa Timur terjadi peningkatan yang tinggi
dalam jumlah kasus baru HIV dari tahun 2015 sampai 2016 yakni 4.155 menjadi 6.513.
Propinsi Jawa Timur pada tahun 2016 memiliki 213.991 kunjungan ke layanan konseling HIV
dan didapatkan 3,1% positif HIV dan menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS
tahun 2015 pada kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan.
Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 55% dan pada perempuan sebesar 32%.
Data SDKI 2012, sekitar 6 dari 10 responden remaja laki-laki yang pernah memiliki
pasangan seksual pra- nikah dan mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) mengatakan
kehamilan terse- but diaborsi secara sengaja maupun spontan. Sedangkan persentase kasus
AIDS sebanyak 3,1% pada kelompok umur 15-19 tahun dan 32,9% pada kelompok umur 20-
29 tahun. Data survei terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
pada tahun 2010 menyebutkan sebanyak 5.912 wanita di umur 15–19 tahun secara nasional
pernah melakukan hubungan seksual (Munir, 2010).
Terjadinya perilaku seksual pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh perubahan
pandangan yang tampak saat remaja mulai memasuki masa pacaran. Masa pacaran telah
diartikan menjadi masa untuk belajar melakukan aktivitas seksual dengan lawan jenis, mulai
dari ciuman ringan, ciuman maut, saling masturbasi, seks oral, bahkan sampai hubungan
seksual. Berdasarkan hasil survei kesehatan reproduksi remaja yang diselenggarakan BKKBN
tahun 2010 perilaku pacaran permisif yang dilakukan oleh remaja antara lain berpegangan
tangan saat pacaran (92%), berciuman (82%), rabaan petting (63%) (Ningtyas, 2012).Menurut
hasil survei KPAI 2013, pemicu remaja pernah melakukan hubungan seks pranikah yakni
muatan pornografi yang diakses di internet.
Dalam hubungan dengan status pacaran, para remaja sudah permisif untuk melakukan
gaya pacaran yang menjurus pada perilaku seksual pranikah. Hal yang serupa dapat terjadi
pada remaja yang menjalani hubungan dengan status bertunangan di mana status bertunangan
memiliki tingkatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan status pacaran.
Hal ini perlu ditangani dengan serius dengan cara memberikan Pendidikan seks
dengan melibatkan pemerintah, puskesmas setempat, sekolah, polisi setempat, diharapkan
dengan pendidikan seks ini akan menambah pengetahuan dalam pencegahan seks pranikah
dan memberikan keyakinan kepada mereka untuk percaya diri serta mengatakan tidak pada
seks pranikah
Dilihat dari data-data di atas bahwa ternyata hubungan seks pranikah pada remaja
sudah tersebar dimana-mana, mulai dari kota besar hingga kota kecil di Indonesia. Begitu
banyaknya resiko yang di timbulkan akibat tindakan atau prilaku seks pranikah pada remaja,
maka perlu adanya upaya-upaya pencegahan (Preventif) serta adanya tindak lanjut terhadap
permasalahan ini. Sehingga prilaku seks pranikah dapat di cegah dengan mengubah
pandangan dan pola fikir remaja untuk bertindak positif terhadap permasalahan-
permasalahanya (dorongan seksualnya). Oleh karenanya penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dalam lingkup wilayah kecil tingkatan Sekolah Mengah Atas (SMA).
Metode
Metode yang digunakan dengan studi literatur yang berasal dari jurnal, textbook,
artikel ilmiah serta browsing via internet. Literatur yang digunakan adalah tema tentang seks
bebas atau seks pranikah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari beberapa literatur didapatkan hasil
ada hubungan antara faktor internal (tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan gaya hidup)
dan faktor eksternal (media infor- masi, peran dan tempat tinggal) dengan perilaku seksual
pranikah remaja. Dewasa ini perilaku seksual pranikah remaja banyak dilakukan di daerah
urban namun seiring berjalannya waktu daerah rural semakin menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahun maka dari itu perlunya penelitian lebih lanjut tentang seks pranikah di daerah
rural untuk mencari tau penyebab utamanya.
Saran
Untuk pendidik SMA dapat memberikan konseling dan kegiatan penyuluhan berlanjut
mengenai seks pranikah sehingga pengetahuan siswa mengenai bahaya seks terus meningkat
yang di harapkan nantinya sikap siswa di tunjukan dengan sikap yang baik dan positif, artinya
semakin tidak mendukung seks pranikah dengan tujuan menekan angka kejadian seks bebas
di kalangan remaja. Hal ini dapat diwujudkan dengan menambahkan meteri tentang kesehatan
reproduksi pada mata pelajaran Biologi, ekstrakulikuler bimbingan konseling (BK), Sekolah
juga disarankan memberikan informasi yang intensif kepada siswanya tentang kesehatan
reproduksi supaya dapat meningkatkan pemahaman remaja, sehingga mereka akan berpikir
dengan cermat sebelum melakukan tindakan-tindakan yang beresiko tertular HIV/AIDS.
Selain itu untuk memperbaiki sikap remaja dapat diperbaiki melalui teman sebaya dengan
melakukan diskusi kelompok. Remaja lebih terbuka untuk membicarakan masalah kesehatan
reproduksi dan HIV/AIDS dengan temannya daripada dengan orang tua. Dengan membekali
remaja pengetahuan dan sikap yang positif, diharapkan dapat mempengaruhi teman-teman
sebayanya dalam membentuk sikap dan perilaku yang bertanggung jawab.
Diharapkan sikap para siswa didalam pergaulannya, hendaknya dapat menempatkan
diri secara baik dengan teman sebaya, pergaulan dengan lingkungan dan masyarakat. Aktif
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, serta menjalin komunikasi yang baik dan terbuka secara
timbal balik dengan guru, orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat dan lain-lain.
Pada intasi kesehatan yang berkaitan di harapkan adanya kontribusi serta kerjasama
dengan pihak pendidikan terkait sebagai suatu tindakan preventif terhadap suatu kejadian
penyakit pada remaja. Perlu diadakannya kegiatan rutin u
Selain itu perlu adanya partisipasi dari keluarga maupun masyarakat dalam
meningkatkan pengetahuanj siswa tentang seks pranikah sehingga diharapkan sikap atau
prilaku siswa tidak mengarah pada prilaku negative.
Daftar Pustaka
Darmasih ,R 2009, Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja SMA
Di Surakarta, Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta Skripsi.
Depkes RI, 2005, Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas, Jakarta”
Direktorat Kesehatan Keluarga Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
Fitriana, NG 2012, ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Seks Pranikah dengan Perilaku
Seksual pada Siswa SMK X Semarang’, Jurnal Komunikasi Kesehatan.
Handayani, S, Setyawan, F 2015, ‘Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Seks Pranikah Pada
Siswa SMAN 1 Kandanghaur Indramayu’, Jurnal Kesehatan Masyakarat, vol 1,no.2,
hh.1-5
Kasturi, 2005, ‘Hubungan Seks Pranikah Remaja Surakarta’, Jurnal Penduduk dan
Pembangunan, Vol.5
Kemenkes RI, 2014, Situasi dan Analisis HIV-AIDS, Jakarta Selatan, Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI, 2017, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016, Jakarta, Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lestary, H & Sugiharti 2011, ‘Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia menurut Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007’, Jurnal Kesehatan
Reproduksi.
Rahayu, N, Yusad ,Y, Lubis ,RM 2013, ‘ Pengaruh
Kegiatan Penyuluhan dalam
Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) terhadap Pengetahuan dan Sikap
Remaja tentang Seks Pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri
Indrapura Tahun 2013’. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi.
Salisa A 2010, Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif Kualitatif
Terhadap Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta), Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret Skripsi
Setyadani, AS 2013, ‘Perilaku Kesehatan Reproduksi Pada Anak Jalanan dengan Seks Aktif
di Kota Semarang’, Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.9, no.2
Sugiarto, 2011, ‘Hubungan pengetahuan siswa tentang seks bebas dengan sikap siswa
terhadap seks bebas di SMP Negeri 1 sindang indramayu’, Indramayu, Universitas
Wiralodra Indramayu. Tidak diterbitkan.
Sutono, 2013, Reproductive Health Knowledge and Adolescent Dating Behavior In D.I
Yogyakarta Area, Jogjakarta:Universitas Gajah Mada Skripsi
Suwarni, L 2009, ‘Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual
Remaja SMA di Kota Pontianak’, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
Suwarni, L, Selviana, 2015, ‘Inisiasi Seks Pranikah Remaja dan Faktor yang Mempengaruhi’,
Pontianak, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.10, no.2
Thomson, , Currie, C., Todd, J., & Elroen, R 1999, ‘Change in HIV/AIDS Education,
Knowledge and Attitude among Scottish 15-16 year old, 1990-1994; Finding From
The WHO; Health behavior in School Children Study (HBSC)’, Health Education
Reseach.