Anda di halaman 1dari 6

TREND DAN ISSUE DALAM KEPERWATAN SERTA PERAN PERAWAT

JIWA

Disusun oleh :

Nama : Brigita

Tingkat : 2B

Tugas : Keperawatan Kesehatan Jiwa 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


 TREN DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN

 Definisi Trend dan Issu Keperawatan


Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak
orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak,
trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis
keperawatan. Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan
orang adalah Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu
tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dalam etis keperawatan.

Tingkat Kecanduan Media Sosial pada Remaja


Rizki Aprilia, Aat Sriati, Sri Hendrawati

Aktivitas penggunaan media sosial di Indonesia didominasi oleh kalangan


remaja. Media sosial memberikan dampak negatif pada remaja, salah satunya adalah
kecanduan. Hal tersebut dapat mengganggu berbagai kegiatan, termasuk
belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecanduan media sosial
pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa-siswi SMAS Plus Al-Falah kelas X, XI dan XII yang tinggal
bersama orang tua jumlah 72 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan total sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan instrumen yang
dibuat oleh Sahin (2018) dan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja atau sebanyak 51,4% mengalami kecanduan
media sosial tingkat rendah, hampir setengah dari remaja atau sebanyak 48,6%
mengalami kecanduan media sosial tingkat tinggi. Kecanduan media sosial pada remaja
penting untuk segera diatasi agar tidak semakin mengalami peningkatan. Oleh karena
itu, disarankan bagi pihak sekolah untuk mengetahui tentang jiwa terkait pencegahan
kecanduan media sosial yaitu dengan pendidikan kesehatan penggunaan media sosial
yang baik dan dampak negatif kecanduan media sosial. Hasil survei yang dilakukan
Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2017) menyatakan bahwa pertumbuhan


pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin mengalami
peningkatan.Tahun 2017 merupakan tahun dengan jumlah pengguna internet tertinggi,
yaitu sebanyak 143,26 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia yaitu sekitar 262
juta orang. Angka tersebut meningkat 10,56 juta jiwa, jika dibandingkan dengan
pengguna internet pada tahun 2016. Jumlah pengguna internet tertinggi berada di pulau
Jawa, tepatnya sebanyak 86,3 juta orang atau sekitar 58,08%. Durasi penggunaan media
sosial per hari yaitu 1-3 jam (43,89%), 4-7 jam (29,63%) dan lebih dari 7 jam (26,48%).
Konten media sosial yang sering dikunjungi menurut survei Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (2016) yaitu facebook (54%), instagram (15%), youtube (11%),
google (6%), twitter (5,5%) dan linkedin (0,6%).Media sosial dapat diakses oleh
berbagai kalangan masyarakat, salah satunya adalah remaja yang merupakan pengguna
tertinggi media sosial yaitu dengan persentase 75,50% (Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia, 2017). Masa remaja merupakan masa transisi dari kanakkanak
menuju dewasa dengan berbagai perubahan baik secara biologis, kognitif dan
sosioemosional.

Jika dilihat dari perubahan sosioemosional yang dialami remaja, yaitu lebih
mementingkan teman sebayanya dan muncul permasalahan pada orang tuanya
(Santrock, 2007). Hal ini menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan
dengan masa perkembangan lainnya. Hal tersebut menyebabkan masa remaja menjadi
sangat penting untuk diperhatikan. Tahapan yang sangat penting dilalui oleh remaja
yaitu ketika pada masa remaja tengah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini remaja
berada pada tahap masa pencarian identitas diri, sangat membutuhkan peran teman
sebaya, berada dalam kondisi kebingungan karena belum mampu menentukan aktivitas
yang bermanfaat serta memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal yang
belum diketahuinya (Sarwono, 2011). Pada penggunaan media sosial, remaja usia
tengah cenderung menggunakannya untuk memenuhi keingintahuan terhadap berbagai
hal yang terdapat di media sosial dan juga remaja menggunakan media sosial karena
media sosial sedang menjadi trend di kalangan teman sebayanya. Hal tersebut didukung
oleh penelitian Andarwati (2016) terkait penggunaan media sosial pada siswa kelas XI
SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong tinggi, yaitu sebanyak 76% siswa berada pada
kategori tinggi pemakaian media sosial. Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan
bahwa lebih dari sebagian responden pada remaja tengah (siswa SMA) yaitu sebanyak
43 orang (50,6%) berada pada kategori tinggi dalam pemakaian media sosial (Ariani,
Elita & Zulfitri, 2009).

Kebanyakan dari remaja beranggapan bahwa semakin aktif dirinya di media sosial,
maka mereka akan semakin dianggap keren dan gaul. Sedangkan, remaja yang tidak
memiliki media sosial biasanya dianggap kurang gaul atau ketinggalan jaman (Suryani
& Suwarti, 2014). Padahal remaja sebagai salah satu pengguna media sosial masih
belum mampu memilah aktivitas yang bermanfaat. Mereka juga cenderung mudah
terpengaruh terhadap kehidupan sosial yang ada di media sosial, tanpa memikirkan
dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari aktivitasnya (Ekasari & Dharmawan,
2012). Penggunaan media sosial membawa dampak positif yaitu memberikan banyak
kemudahan bagi remaja, seperti sebagai media sosialisasi dan komunikasi dengan
teman, keluarga ataupun guru, media diskusi terkait tugas di sekolah dengan teman dan
mendapatkan informasi terkait kesehatan secara online (O’Keeffe et al., 2011).
Sedangkan menurut Oetomo (2007) media sosial memfasilitas remaja untuk dapat
belajar berbisnis dalam mencari uang melalui e-commerce.Media sosial memang
memberikan banyak dampak positif bagi remaja, tetapi juga memberian dampak negatif
bagi kehidupan remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja tidak mampu dalam
mengontrol penggunaan media sosial (Daviz, 2001). Jika remaja tidak mampu dalam
mengontrolnya, maka waktu dalam penggunaannya akan meningkat dan dapat
menyebabkan kecanduan terhadap media sosial (Thakkar, 2006).

 PERAN PERAWAT JIWA


1. Peran perawat kesehatan jiwa dalam pelaksanaan program.  

Perawat kesehatan jiwa memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung.
Peran  yang pertama adalah memberikan tindakan keperawatan pada keluargadan
penderita. Perawat kesehatan jiwa menyatakan pernah memberikan tindakan
keperawatan kepada keluarga dan penderita. Namun, tindakan ke- perawatan yang
diberikan tidak setiap hari atau bersifat situasional dikunjungi. Contoh tindakan
keperawatan yang dilakukan perawat adalah mengajak keluarga untuk memandikan
penderita, mengajarkan penderita cara menangani halusinasi, mengarahkan keluarga
agar tidak membiarkan penderita sendirian, memberikan penderita kesibukan serta
memberikan arahan kepada keluarga untuk memberikan obat secara teratur kepada
penderita.

2. Peran perawat sebagai pendidik.  

Sebagai pendidik, peran perawat yang pertama adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan jiwa kepada keluarga. Berdasarkan hasil FGD, perawat kesehatan jiwa
memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada keluarga seperti menyarankan keluarga
agar memperlakukan penderita dengan baik, mengarahkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan dasar penderita, misalnya mandi, makan, mengajak penderita untuk
berkomunikasi, mengajak penderita bersosialisasi ke lingkungan sekitar penderita,
mengajak penderita untuk berkomunikasi, atau memberikan kesibukan pada penderita

3. Peran perawat sebagai koordinator kegiatan. 

Sebagai koordinator kegiatan, perawat berperan dalam memetakan kasus pasung.


Perawat berperan dalam ikut serta dalam pemberdayaan mantan penderita gangguan
jiwa. Selain melepaskan dan merawat penderita, kegiatan perawat kesehatan jiwa yang
lain adalah bersama-sama tim RSJ Provinsi NTB, Dinas kesehatan Kota Mataram, serta
institusi pendidikan yang berada di Kota Mataram melakukan pemberdayaan terhadap
mantan penderita.
Peran Sebagai Edukator

Peran ini dilakukan untuk:

-Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi


kesehatanya.

-Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien

DAFTAR PUSTAKA

Education: Konsep, teknologi dan aplikasi internet pendidikan. Yogyakarta: Andi


Offset.

[2/3 23.24] Vithalia Bar2: Muna, R.F., & Astuti, T.P. (2014). Hubungan antara kontrol
diri dengan kecenderungan kecanduan media sosial pada remaja akhir. Empati-E
Journal UNDIP, 3(4), 1–9.
Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai