ABDIMAS UNIVERSAL
http://abdimasuniversal.uniba-bpn.ac.id/index.php/abdimasuniversal
DOI: https://doi.org/10.36277/abdimasuniversal.v4i2.215
Received: 08-05-2022
Accepted: 17-07-2022
Abstrak
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, perkembangan sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Individu akan mengalami perubahan fisik, sosial dan psikologis/emosional namun juga merupakan kesempatan baik untuk
bertumbuh dan berkembang. Remaja juga berisiko mengalami permasalahan diantaranya masalah kesehatan reproduksi dan
perkembangan kehidupan seksualitas. Pendekatan melalui aspek biologis dan agama menjadi jembatan yang baik untuk membantu
remaja menghadapi perubahan kehidupan reproduksi dan seksualitas yang penuh tantangan. Tujuan kegiatan ini adalah memberi
pengetahuan dan menumbuhkan sikap yang terarah tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dari segi ilmu pengetahuan dan
pendekatan keagamaan. Bentuk kegiatan adalah penyuluhan. Sasaran kegiatan yaitu remaja usia 11-15 tahun, siswa/i sekolah
menengah pertama berjumlah 24 akun (jumlah peserta 30 siswa) dan dua guru pendamping. Kegiatan berlangsung kurang lebih
selama 60 menit, melalui ruang pertemuan online. Hasil evaluasi kegiatan diketahui tingkat pengetahuan remaja yang diukur
dengan formulir online sebagian besar dalam rentang baik (60%). Keaktifan siswa dalam interaksi selama kegiatan berlangsung
juga menjadi indikator yang baik sebagai respon dimensi sikap peduli pada kesehatan reproduksi. Saran kegiatan selanjutnya
adalah pendidikan kesehatan jiwa untuk menghadapi perubahan hormonal yang mengakibatkan perubahan mental dan perilaku
pada remaja.
Kata Kunci: remaja, kesehatan reproduksi, seksualitas, keagamaan, biologis
Abstract
Adolescence is a transition period from childhood to adulthood, development as preparation for entering adulthood. Individuals
will experience physical, sosial, and psychological/emotional changes, but it is also an excellent opportunity to grow and develop.
Adolescents are also at risk of experiencing problems, including reproductive health problems and the development of sexual life.
Approaches through biological and religious aspects are an excellent bridge to help adolescents face the changing lives of
reproduction and sexuality, which are full of challenges. This activity aims to provide knowledge and foster directed attitudes
about reproductive health and sexuality from a scientific and religious perspective. The form of action is counseling. The target of
the activity is youth aged 11-15 years, junior high school students totaling 24 accounts (the number of participants is 30 students),
and two accompanying teachers. The activity lasted approximately 60 minutes through an online meeting room. The activity
evaluation results showed that the level of knowledge of adolescents as measured by online forms was mainly in the excellent
range (60%). Students' activeness in interactions during the activity is also a good indicator response to the dimension of a caring
attitude towards reproductive health. Suggestions for the following activities are mental health education to deal with hormonal
changes resulting in adolescents' cognitive and behavioral changes.
Keywords: adolescent, reproductive health, sexuality, religion, biology
dengan peningkatan kualitas (Wijayanti & Hidayangsih (2014) menyatakan perilaku berisiko
Nurpratama, 2020). dan permasalahan kesehatan reproduksi remaja
Tahap awal remaja yaitu 12-15 tahun dimana membutuhkan perhatian yang serius karena telah
remaja dalam masa sekolah menengah pertama. menjadi permasalahan yang mengkhawatirkan.
Pubertas sedang terjadi, ada transisi/peralihan serta Pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja masih
perkembangan secara fisik (tubuh/biologis), psikis, dan rendah. Perilaku remaja dalam menjalani hubungan
sosial. Mereka berubah peran dengan meninggalkan dengan pasangannya yang berisiko seperti aktivitas
masa kanak-kanak dan berusaha tidak bergantung pada seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi
orang tua. Kebutuhan pada saat tersebut adalah maupun terjangkit penyakit menular seksual (PMS).
penerimaan terhadap bentuk, kondisi fisik, dan Penelitian Cahyani dkk (2021) menunjukkan terdapat
berkembang melalui pergaulan dengan teman sebaya hubungan antara media informasi dan kebiasaan
(peer group) (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut sosialisasi dengan perilaku seksual berisiko (Cahyani,
dengan masa yang penuh goncangan sekaligus Agushybana, & Nugroho, 2021). Perilaku seks pada
tantangan. Periode terjadinya perubahan fisik, remaja sebesar 59% pria dan 74% wanita sudah
intelektual, dan emosional yang memungkinkan melakukan hubungan seksual pranikah pada usia 15-19
terjadinya kekecewaan dan tekanan dalam diri remaja. tahun (Fadila & Nugroho, 2018). Penelitian lain
Konflik pun terkadang terjadi antara remaja dengan menunjukkan bahwa sebagian besar informan guru
masyarakat sekitarnya. Proses peralihan dari masa kurang memahami kesehatan reproduksi remaja secara
anak-anak menjadi dewasa menjadi lebih sulit karena komprehensif (Fitriana & Siswantara, 2018).
ketidakstabilan dan kurang terprediksinya peran-peran Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
yang diharapkan dengan perubahan yang terjadi pada (PKBI) Jawa Tengah dan Dinas Pendidikan kota
remaja (Monks, J.F., Knoers, P. M., & Haditono, R.S., Semarang mengembangkan sekolah percontohan
2006). (tingkat SMP) yang melakukan uji coba pembelajaran
Siswa SMP ada dalam tahap remaja yang berada kesehatan reproduksi pada siswa-siswinya. Pada saat
pada fase negatif. Sifat negatif di sini meliputi negatif awal minggu uji coba mata pelajaran ini, tidak hanya
dalam prestasi baik jasmani dan mental, dalam sikap siswa yang ragu tetapi juga para guru yang merasa
sosial (menarik diri maupun agresif/menyerang canggung dan gamang karena harus mengajarkan topik
lingkungan) (Yusuf, 2006). Adapun beberapa faktor yang sensitif. Hal ini menunjukkan bahwa seksual dan
yang mempengaruhi kenakalan remaja, yaitu identitas, reproduksi merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan
kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap (Rosalina, 2020).
pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Jaten
pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan merupakan salah sekolah yang representatif karena
kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal (Santrock, memenuhi kriteria sasaran program kemitraan dalam
2003). kegiatan pengabdian masyarakat. Kelompok khusus
Salah satu masalah yang kerap terjadi pada remaja usia remaja berada di sekolah ini, kelompok homogen,
adalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan lokasi strategis yang berlokasi di jalan Solo-
banyak faktor penyebab. Faktor personal, remaja yang Tawangmangu, Kecamatan Jaten, Kabupaten
sedang dalam masa transisi dari anak-anak menjadi Karanganyar. Siswa/i merupakan penduduk dengan
dewasa mengalami pertumbuhan fisik terjadi lebih zonasi Kecamatan Jaten dan sekitarnya. Kecamatan
cepat dibanding kematangan psikologis dan sosial. Jaten adalah wilayah administratif Jaten di Kabupaten
Remaja yang sedang mencari jati diri ini memiliki rasa Karanganyar. Jumlah penduduk di kecamatan Jaten
ingin tahu yang besar mengakibatkan remaja ingin tidak kurang dari 84 ribu jiwa. Di kabupaten
melakukan coba-coba, termasuk dalam hubungan Karanganyar terlapor jumlah remaja 10-14 tahun
seksual yang tidak diimbangi dengan pengetahuan sebanyak 69.762 jiwa dan usia 15-19 tahun sebanyak
yang cukup seputar hubungan seksual dan kehamilan 69.800 jiwa. Jumlah yang tidak sedikit sehingga
pada remaja. Faktor sosial, dalam hal ini pergaulan memerlukan perhatian lebih pada usia remaja ini (BPS
remaja yang dapat mempengaruhi permisifitas Kabupaten Karanganyar, 2020).
seseorang tentang batasan aktivitas apa yang boleh Tim pengusul dari kampus Politeknik Insan
atau dilarang dalam berpacaran. Di sisi lain baik orang Husada Surakarta menilai pentingnya pendidikan
tua maupun guru masih banyak yang merasa tabu dan kesehatan pada remaja jenjang sekolah menengah
canggung untuk membincangkan kesehatan reproduksi pertama menggambarkan beberapa masalah yang
dan seksualitas pada anaknya. Banyak sekolah yang ditemukan yaitu:
belum menerapkan pendidikan kesehatan reproduksi a. Perubahan remaja yang sedang dalam masa transisi
bagi siswa didiknya. Hal ini menjadikan remaja baik fisik, psikis, dan sosial seharusnya
mencari informasi sendiri dari berbagai sumber yang mendapatkan perhatian dari orang tua dan
kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan lingkungan dalam hal ini yaitu sekolah
(Widyastuti, 2015).
Volume 4, Nomor 2, 2022 199 | P a g e
ISSN 2657-1439 (Print), ISSN 2684-7043 (Online)
Abdimas Universal 4 (2), (2022), 198-204
sudah seharusnya menjadi perhatian serius seluruh 1. Diskusi awal 1. Pre test 1. Evaluasi (Post Tes)
2. Identifikasi 2. Pengembangan 2. Rencana tindak lanjut
pihak. Informan guru menyatakan bahwa pendidikan masalah materi bersama mitra
3. Penentuan 3. Pelaksanaan
KRR adalah tanggung jawab orang tua, sekolah, struktur kegiatan Penyuluhan
3.
4.
Penyusunan Laporan
Publikasi
masyarakat, dan pemeritah (Fitriana & Siswantara,
2018). Pendekatan dengan metode yang sesuai dengan Gambar 1. Bagan Alur Kegiatan
usia remaja perlu dilakukan agar pendidikan kesehatan
yang dilakukan mengena dan berkesan sehingga Materi pendidikan kesehatan reproduksi
menghasilkan perubahan sikap dan perilaku pada disampaikan oleh tiga orang dengan pembagian
remaja. sebagai berikut: ketua dan anggota kegiatan
Peran dari banyak pihak akan membantu remaja bertanggung jawab pada isi penyuluhan, anggota 2
mendapatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang membantu sebagai moderator kegiatan. Pada sesi awal
benar mengenai kesehatan reproduksinya. Pendekatan disampaikan apersepsi untuk mengkaji persepsi siswa
keagamaan juga berperan dalam membekali remaja tentang organ reproduksi dan fungsi seksualitas,
untuk memiliki pandangan yang benar menurut ajaran pengalaman terkait perubahan, dan perkembangan seks
agama. Pihak lain yang bersinergi dengan pemerintah yang dialami di masa remaja awal ini.
dan masyarakat yaitu perguruan tinggi jurusan Kegiatan inti adalah pemberian materi tentang
kesehatan sebagai mitra dalam mencerdaskan sumber kesehatan reproduksi dimulai dari 1) anatomi dan
daya manusia, dalam cara pandang ilmu pengetahuan fisiologi organ reproduksi pria dan wanita; 2)
akan memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi. perubahan seksualitas karena perubahan organ
Melalui pendidikan dan pengajaran kesehatan reproduksi dan hormon pada remaja; 3) upaya menjaga
reproduksi dari sudut pandang biologis dan iman akan kesehatan reproduksi dari sudut pandang bidang
memberikan perspektif yang lengkap pada remaja kesehatan; 4) upaya meningkatkan kesiapan remaja
dalam menyikapi perubahan yang terjadi pada untuk menghadapi gejolak kehidupan seksualitas
tubuhnya. Dan pada penyuluhan kesehatan kali ini remaja dari aspek rohani/keagamaan. Evaluasi
terbatas pada lingkup iman kristiani di kelompok kegiatan dilakukan setelah penyampaian materi yaitu
persekutuan siswa kristiani SMP Negeri 1 Jaten. memberikan kesempatan untuk bertanya.
3. Hasil dan Pembahasan antara orang tua dan anak. Pemahaman orang tua
Karakteristik responden yang terlibat dalam tentang seksualitas mencakup dimensi fisik/biologis,
kegiatan ini terdapat pada tabel 1. psikologis, kultural, moral, dan sosial. Materi yang
Tabel 1. dibicarakan yaitu perbedaan gender, etika pergaulan,
Karakteristik Responden (N = 30) tanggung jawab, dan penyakit seksualitas (Lestari,
No Deskripsi Frek. % 2019). Berdasarkan konsep tersebut, maka disepakati
1 Jenis kelamin bahwa pendidikan seksual harus disampaikan secara
Laki-laki 8 27 komprehensif dari berbagai sudut pandang.
Perempuan 22 73
Pengetahuan tentang biologis pada saat pubertas,
Total 30 100
pemahaman tentang perkembangan psikologis pada
2 Usia (tahun)
11-12 9 30 masa remaja, pandangan sosial dan budaya setempat
13-14 12 40 yang dianut tentang seksualitas, semua hal itu wajib
>15 9 30 orang tua punyai. Termasuk, ajaran moral dan agama
Total 30 100 yang akan menjadi benteng pada remaja untuk
Sumber: Data primer akhirnya dapat bersikap “tidak” pada perilaku
membahayakan ke arah seksualitas. Dan sekali lagi,
Berdasarkan Tabel 1, sebagian besar siswa upaya orang tua harus dibarengi dengan dukungan
berjenis kelamin perempuan (73%) dengan rentang lingkungan sosial remaja lainnya, tidak lain adalah
usia paling besar 13-14 tahun (40%) atau pada fase sekolah, dimana remaja menghabiskan hampir
remaja madya (Sarwono, S.W., 2006). Menurut setengah hari kehidupan aktifnya. Menciptakan kondisi
Papalia (2014), perubahan yang dialami remaja adalah sosial yang terarah dan sehat dalam pergaulan dengan
di antara masa anak-anak dan dewasa, pada saat itu teman sebaya juga merupakan tanggung jawab orang
terjadi perubahan fisik (tubuh/biologia), kognitif, dan tua dan pihak sekolah.
kehidupan psikososial. Perubahan intelektual, Pendidikan seksual dari sudut pandang agama
kehidupan emosi, dan kehidupan sosial adalah menjadi bagian penting dari proses pendidikan untuk
perubahan psikologis pada masa remaja ini (Papalia, memperkuat kepribadian. Orang tua bertanggung
D. E., Feldman, R. D., 2014). jawab membimbing agar remaja tidak menyimpang
Berdasarkan data yang diperoleh dari karakteristik perilaku seksnya dengan cara mengajarkan sedini
responden yang sebagian besar dalam usia 13-14 tahun mungkin dan secara terus-menerus sesuai ajaran agama
ini, penulis menghubungkannya dengan berbagai teori dan norma-norma masyarakat. Tujuan akhirnya adalah
telah menyebutkan dalam masa ini remaja mengalami agar remaja dapat menerima seksualitasnya sebagai
perubahan yang dapat menimbulkan gejolak dan bagian integral dalam kehidupan mereka dan dilakukan
tantangan karena perubahan-perubahan yang terjadi secara bertanggung jawab (Marbun & Stevanus, 2019).
pada mereka. Di usia tersebut, untuk remaja Pendekatan dari aspek kesehatan memberi
perempuan mengalami perubahan organ reproduksinya pengetahuan (bagian kognisi) remaja tentang sebab
yaitu mendapatkan menstruasi sebagai tanda pubertas, akibat perubahan-perubahan atau gejolak dalam diri
bahwa ia telah siap memproduksi sel telur. Sekali lagi, mereka, terutama pada masa remaja awal. Harapannya
artinya ini sebuah tantangan besar bagi orang tua dan remaja memiliki perilaku kesehatan yang baik untuk
lingkungan sosial di mana remaja tersebut berada. mencegah terjadinya penyakit atau meningkatkan
Seperti harapan dari PKBI, kehamilan tidak diinginkan risiko gangguan yang diakibatkan karena tidak
harus ditekan dengan bimbingan dan arahan yang memperlakukan serta merawat organ reproduksinya
tepat. dengan benar.
Sebagaimana temuan dalam masyarakat bahwa Kegiatan yang bersinergi seluruh pihak yang
berbicara tentang seksualitas dan reproduksi adalah hal peduli pada kesehatan remaja akan mewujudkan
yang tabu akan menjadi penghambat remaja remaja yang sehat dan kuat. Kampus yang memiliki
mendapatkan pengetahuan yang benar tentang hal-hal program studi kesehatan tentu saja menjadi salah satu
tersebut. Pendekatan dengan metode yang tepat dari bagian yang erat dalam tugas ini. Skema kegiatan
orang tua dari remaja serta memperhatikan situasi yang pengabdian kepada masyarakat diharapkan
kondusif kapan harus membicarakan topik tersebut memberikan manfaat pada kelompok khusus remaja.
dengan anak remaja mereka. Bekerja sama dengan pihak sekolah, Politeknik Insan
Model komunikasi pendidikan seksual orang tua Husada Surakarta mengadakan penyuluhan kesehatan
pada anak remaja dikembangkan untuk mendapatkan seksualitas dan reproduksi pada remaja di SMP Negeri
hasil sesuai harapan. Lestari (2019) dalam 1 Jaten. Oleh karena masih dalam masa pandemi
penelitiannya menemukan bahwa model komunikasi covid-19 dan kegiatan masyarakat dibatasi, maka
orang tua adalah tanpa ada waktu khusus, dengan kegiatan diadakan secara daring. Penggunaan media
memanfaatkan momentum, sehingga terjalin keakraban komunikasi yang tepat akan membantu proses
komunikasi. Pertemuan saat ini tidak lagi terbatas oleh
Volume 4, Nomor 2, 2022 201 | P a g e
ISSN 2657-1439 (Print), ISSN 2684-7043 (Online)
Abdimas Universal 4 (2), (2022), 198-204
Gambar 2. Tangkapan Layar Zoom Meeting Gambar 3. Tangkapan Layar Formulir Google sebagai
Penyuluhan Kesehatan Instrumen Pengukuran Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi pada Remaja
Tabel 2.
Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Pendidikan adalah upaya direncanakan dalam
Reproduksi Post-Penyuluhan pada Tanggal 12
rangka mempengaruhi orang lain dalam konteks
November 2021 (N=30)
Deskripsi Frek. %
individu, kelompok atau masyarakat sehingga
Tingkat pengetahuan melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan.
Baik 18 60 Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan
Cukup 10 33 (Mubarok, 2007) yaitu:
Buruk 2 7 a. Input; sasaran pendidikan (individu, kelompok,
Total 30 100 masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan).
Sumber: Data primer b. Proses; upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain.
Berdasarkan Tabel 2, tingkat pengetahuan setelah c. Output; melakukan apa yang diharapkan atau
mengikuti penyuluhan sebagian besar dalam kategori perubahan perilaku.
baik (60%). Lembar evaluasi dikirimkan melalui Luaran (output) yang diharapkan dari suatu
formulir online yang berisi 10 pertanyaan seputar pendidikan kesehatan disini adalah perilaku kesehatan
materi yang disampaikan, diisi selama 10 menit setelah atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kegiatan penyuluhan. Peserta dengan nilai tertinggi kesehatan atau dapat dikatakan perilaku yang kondusif.
mendapatkan penghargaan berupa voucher pulsa Keberhasilan dalam proses dan hasil penyuluhan
elektronik. Pemberian penghargaan bagi peserta yang tersebut merupakan interaksi dari input dan proses.
mendapatkan nilai tertinggi ini merupakan stimulus Pada proses, narasumber melakukan upaya berupa
yang baik bagi remaja untuk memiliki perhatian dan memberikan pengajaran berupa materi dengan media
keinginan untuk terus belajar tentang kesehatan Microsoft PowerPoint yang menarik dan memberikan
reproduksi yang baik dan benar. pertanyaan interaktif saat menyampaikan materi.
Luaran yang ditunjukkan siswa pada saat penyuluhan
berlangsung adalah sikap yang antusias dibuktikan
dengan aktif bertanya dan koherensi dengan materi
yang disampaikan.
Kegiatan penyuluhan kesehatan terbukti
meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi, yang dalam kegiatan tersebut
mengambil topik anemia pada remaja (Fujiyanti,
Wathaniah, & Asri, 2019). Konten edukatif seperti
video edukasi dan penyuluhan dengan poster dapat
digunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan agar
pengetahuan peserta meningkat (Gannika, L., &
Sembiring, E. E., 2021).
Volume 4, Nomor 2, 2022 202 | P a g e
ISSN 2657-1439 (Print), ISSN 2684-7043 (Online)
Abdimas Universal 4 (2), (2022), 198-204