Anda di halaman 1dari 22

40

Received December 12nd 2020, Accepted January 18th 2021


DOI: 10.33377/jkh.v5i1.90

INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) BERPENGARUH


TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO
PADA REMAJA DI JAKARTA PUSAT

Veronica Yeni Rahmawati1*), Jehan Puspasari1)


1)
Program Studi DIII Keperawatan, STIKes RS Husada Jakarta, Jakarta Pusat

e-mail : vero@stikesrshusada.ac.id

ABSTRAK

Masalah perilaku seksual berisiko pada remaja dari tahun ke tahun dilaporkan mengalami
peningkatan yang signifikan, hal ini terlihat dari usia pacaran yang masih remaja. Status intelegensi
yang masih terbilang rendah pada remaja, dapat menyebabkan masalah kesehatan khususnya
perilaku menyimpang pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Intelligence Quotient (IQ) dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di Jakarta Pusat. Penelitian
ini menggunakan analitik kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling sehingga didapatkan sampel 147 responden. Responden
penelitian adalah remaja yang berusia 17-19 tahun di Jakarta Pusat. Instrumen yang digunakan
adalah data primer (kuesioner) dan data sekunder (hasil tes IQ oleh lembaga test psikologi yang
legal). Analisis data yang digunakan yaitu uji statistik bivariat menggunakan chi square dan uji
statistik multivariat menggunakan regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara Intelligence Quotient (IQ) dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di
Jakarta Pusat (p=0,000, OR 22, 95% CI 0,561-0,801). Peneliti merekomendasikan peran institusi
pendidikan mengembangkan daya kreativitas remaja dengan menggunakan kemampuan kognitif
untuk meningkatkan kecerdasan intelektual agar terhindar dari perilaku seksual berisiko.

Kata kunci : Intelligence Quotient (IQ), Kognitif, Perilaku seksual berisiko, Remaja,

ABSTRACT

The problem of risky sexual behavior among adolescents from year to year is reported to have
increased significantly, this can be seen from the dating age which is still adolescents. Intelligence
status which is still relatively low in adolescents can cause health problems, especially deviant
behavior in adolescents This study aims to determine the relationship between Intelligence Quotient
(IQ) and risky sexual behavior among adolescents in Central Jakarta. This research used
quantitative analytic with cross sectional design. Sampling using purposive sampling technique in
order to obtain a sample of 147 respondents. Research respondents were adolescents aged 17-19
years in Central Jakarta. The instruments used were primary data (questionnaires) and secondary
data (IQ test results psychological test agency). The data analysis used was the bivariate statistical
test using chi square and the multivariate statistical test using logistic regression. The results
showed that there was a significant relationship between Intelligence Quotient (IQ) and risky sexual
behavior among adolescents in Central Jakarta (p = 0.000, OR 22, 95% CI 0.561-0.801).
Researchers recommend the role of educational institutions in developing adolescent creativity by
using cognitive abilities to increase intellectual intelligence to avoid risky sexual behavior.

Keywords : Adolescents, Cognitive, Intelligence Quotient (IQ), Risky sexual behavior

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
40
41

PENDAHULUAN secara fisik antara lain perubahan


tinggi badan, berat badan dan
Remaja adalah sosok individu dan
perubahan hormonal sedangkan
generasi muda yang sedang dalam
perubahan yang terjadi secara
masa perkembangan. Masa
psikososial antara lain perubahan
perkembangan ini merupakan masa
emosional, kognitif dan social.
perubahan atau peralihan dari masa
Perubahan-perubahan tersebut
remaja menuju batas kedewasaan
dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang meliputi perubahan biologik,
antara lain faktor internal dan faktor
psikologik, dan sosial. Perubahan
eksternal. Faktor internal yang
tersebut menyebabkan perubahan
mempengaruhi perubahan tersebut
perilaku pada mahasiswa. Namun
seperti pengetahuan, gaya hidup,
seringkali perilaku yang dilakukan
pengendalian diri, aktivitas sosial,
mahasiswa ini tidak mencerminkan
rasa percaya diri, dan usia. Sedangkan
suatu kedewasaan. Salah satu
faktor eksternal yang mempengaruhi
tindakan yang akhir-akhir ini
perubahan tersebut antara lain kontak
mendapat banyak sorotan dan
dengan sumber informasi kesehatan,
dijadikan sebagai bahan penelitian
social budaya, nilai dan norma
adalah perilaku seksual berisiko di
sebagai pendukung social untuk
kalangan mahasiswa. Situasi ini
perilaku tertentu dan faktor
terjadi dikarenakan mahasiswa
lingkungan terdiri dari keluarga (pola
kurang mengetahui tentang dampak
asuh, komunikasi, peran,
dari perilaku seks berisiko (Viner,
sosioekonomi dan pendidikan orang
Allen & Patton, 2017).
tua) serta teman sebaya. Hal tersebut
Usia remaja merupakan tahap memerlukan suatu pemantauan dan
pertumbuhan dan perkembangan pengawasan dalam menghadapi
yang ditandai dengan terjadinya perubahan tersebut sehingga tidak
proses transisi dari masa anak-anak terjadi pola perilaku menyimpang di
menjadi dewasa. Pada masa ini usia pertumbuhan dan perkembangan
berbagai perubahan terjadi secara remaja (Jaworska & MacQueen,
signifikan baik secara fisik maupun 2015).
psikososial. Perubahan yang terjadi

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
42

Usia remaja berdasarkan BKKBN Masalah kesehatan yang terjadi pada


menjadikan populasi ini merupakan usia remaja bervariasi bahkan
terbanyak dibandingkan dengan masalah yang timbul bisa didapatkan
agregat usia lain. WHO tahun 2015 dari dampak perilaku menyimpang.
menjelaskan bahwa populasi remaja Survei kesehatan dunia melaporkan
di dunia kurang lebih seperlima dari terdapat sebanyak 68,9% dengan
jumlah total penduduk yang ada atau perilaku berisiko diantaranya perilaku
sebesar 1,2 milyar jiwa. Di Indonesia merokok, perilaku seksual berisiko,
berdasarkan sensus penduduk tahun alcohol, tawuran, kecelakaan
2015 terdapat sebanyak 18% atau bermotor dan obesitas pada remaja
sebanyak 43,5 juta penduduk berusia perempuan (Kipping et al., 2014).
remaja (Kemenkes, 2015). Lebih
Pola perilaku yang menyimpang
lanjut jumlah remaja terbanyak di
sangat dipengaruhi oleh era zaman
DKI Jakarta yaitu 24,8% diikuti Jawa
modern yang menggiring remaja
Tengah 24,7% dan Jawa Timur
untuk mengeksplorasi hal-hal baru
23,2% (Bappenas, 2013). Sementara
termasuk perilaku menyimpang.
di Jakarta Pusat yang merupakan
Salah satu bukti konkritnya yaitu
wilayah dari DKI Jakarta
adanya media internet yang dapat
menyebutkan bahwa populasi remaja
digunakan oleh remaja untuk
terdapat kurang lebih 21% dari total
mengakses berbagai situs salah
jumlah penduduk di DKI Jakarta
satunya situs yang mengandung
(BPS, 2018).
konten pornografi. Ketika seorang
Berdasarkan data tersebut dapat remaja terus-menerus terpapar
diasumsikan bahwa remaja tayangan atau konten yang
merupakan populasi yang memiliki mengandung unsur pornografi maka
peran sangat penting terhadap remaja akan merasa tertantang untuk
perkembangan suatu wilayah namun melakukan hal serupa secara nyata
remaja juga dapat menyumbangkan seperti berhubungan seksual dengan
suatu masalah salah satunya masalah teman perempuan atau laki-laki
kesehatan (Apsari & Purnamasari, (Epstein et al., 2014).
2017).

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
43

Masalah perilaku seksual berisiko adalah berpegangan tangan dengan


pada remaja dari tahun ke tahun lawan jenis sebanyak 64% remaja
dilaporkan mengalami peningkatan putri dan 75% remaja putra,
yang signifikan, hal ini terlihat dari berpelukan sebanyak 17% remaja
usia pacaran yang masih remaja. putri dan 33% remaja pria, cium bibir
Perilaku seksual berisiko yang sebanyak 30% pada remaja putri dan
ditunjukkan remaja dalam konsep ini 50% pada remaja pria dan meraba/
adalah berpegangan tangan dengan diraba sebanyak 5% remaja putri dan
lawan jenis, berpelukan, cium bibir 22% remaja pria (SDKI, 2017).
dan meraba/ diraba. Di Indonesia,
Hal ini juga diungkapkan oleh
berdasarkan Survei Demografi dan
penelitian Ungsianik & Yuliati (2017)
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
menemukan bahwa terdapat sebanyak
2017 ditemukan 45% remaja
47% remaja melakukan masturbasi.
perempuan dan 44% remaja laki-laki
Hasil survey tersebut juga ditemukan
yang berpacaran di usia 15-17 tahun.
data alasan remaja melakukan
Secara garis besar di usia remaja
hubungan seks sebelum menikah
memiliki potensial tinggi untuk
diantaranya yaitu 57,5% remaja laki-
melakukan perilaku seksual berisiko
laki merasa penasaran atau ingin tahu,
dikarenakan usia remaja merupakan
38% remaja perempuan terjadi begitu
karakteristik usia yang ingin mencoba
saja dan 12,6% perempuan karena
hal-hal baru sedangkan life skills
dipaksa oleh pasangan. Oleh karena
belum mencukupi.
itu dapat diasumsikan bahwa remaja
Perilaku seksual berisiko dapat juga saat ini rentan terjadi perubahan
dilihat dari hubungan seks pra nikah status kesehatan akibat dampak dari
remaja. Menurut SDKI tahun 2017, perilaku seksual berisiko.
hubungan seks sebelum menikah
Dampak perilaku seksual berisiko
meningkat dari tahun 2012 hingga
sangat erat kaitannya dengan infeksi
tahun 2017. Pada tahun 2017 SDKI
menular seksual. Control Disease
menunjukkan bahwa sebanyak 14,6%
Centre (CDC) melaporkan hasil
remaja pernah melakukan hubungan
survey beberapa negara di dunia
seksual di luar nikah. Perilaku seksual
terdapat remaja yang menderita
yang ditunjukkan remaja saat ini

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
44

infeksi menular seksual seperti remaja adalah faktor intelegensi.


Chlamydia dan Gonorrhea. Secara Cerdas secara intelegensi pada remaja
berturut-turut dari kedua kasus seperti yang diungkapkan oleh
tersebut mengalami peningkatan yang Mokrysz et al., (2016) adalah
signifikan dari tahun 2014-2017 yaitu bagaimana remaja tersebut memiliki
sebesar 4,0% dan 5,8%. Di kawasan kemampuan dalam mendapatkan dan
benua Amerika, ditemukan penderita mengaplikasikan pengetahuan
Chlamydia dengan jumah tiga kali sehingga tidak dapat dipisahkan dari
lipat lebih banyak pada remaja putri kognisi. Hasil survey yang dilakukan
dibandingkan laki-laki dan usia kepada 6800 remaja berusia 12-25
dominan yaitu 15-24 tahun. tahun yang berada di wilayah
Sementara itu, di kawasan Asia berkembang yaitu Thailand terkait
infeksi menular seksual lebih banyak dengan intelegensinya dilaporkan
ditemukan di Asia Selatan dan Asia bahwa 39% remaja memiliki cerdas
Tenggara dengan jumlah kasus intelegensi tinggi, 37% memiliki
sebanyak 50 juta kasus per tahunnya cerdas intelegensi rata-rata dan
dan salah satu penyumbang angka lainnya memiliki cerdas intelegensi
terbesar di Asia Tenggara adalah di rendah (Noipayak et al., 2016).
negara Indonesia (CDC, 2016). Di
Status intelegensi yang masih
Indonesia, pada bulan Maret-April
terbilang rendah pada remaja, dapat
2017 dilaporkan bahwa
menyebabkan masalah kesehatan
ditemukannya kasus Duh Tubuh
khususnya perilaku menyimpang
Uretra (DTU) atau biasa dikenal
pada remaja. Hal ini senada dengan
dengan kencing nanah sebanyak
penelitian Simak, Fitriyani, &
2.229 kasus dan ulkus genital
Setiawan (2018) yang menjelaskan
sebanyak 363 kasus. Kasus tersebut
bahwa kecerdasan intelegensi pada
lebih banyak ditemukan pada usia
usia remaja dapat memperkuat
remaja sampai dewasa (Dirjen
keputusan seksual seperti menunda
PP&PL Kemenkes RI Triwulan I,
untuk melakukan hubungan seksual
2017).
pertama.
Salah satu faktor yang berperan
penting dalam proses perkembangan

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
45

Penelitian lain menjelaskan hal yang penelitian yang mengamati korelasi


sama dilakukan pada anak SMA antara independen terhadap
terkait dengan hubungan kecerdasan dependen, berdasarkan pendekatan
intelegensi dan kecenderungan atau pengumpulan data yang
perilaku seks pra nikah yang hasilnya dilaksanakan secara bersama-sama
adalah semakin meningkatnya pada waktu yang sama (Masturoh &
kecerdasan intelegensi maka Anggita, 2018). Penelitian ini
kecenderungan perilaku seks dilakukan di perguruan tinggi swasta
pranikah pada anak remaja akan di Jakarta. Sampel pada penelitian ini
semakin rendah (Apsari & adalah mahasiswa berusia 17-19
Purnamasari, 2017). Penelitian ini tahun, dengan menggunakan teknik
berfokus pada Intelegensi Quotient purposive sampling.
(IQ) pada remaja usia 17-19 tahun
Instrumen penelitian yang digunakan
dibandingkan penelitian sebelumnya
adalah kuesioner dan hasil tes IQ oleh
menggunakan responden pada anak
TRUST Psikologi Jakarta. Hasil tes
SMA. Berdasarkan hal tersebut maka
IQ digunakan untuk mengetahui nilai
diasumsikan bahwa masih perlu
IQ mahasiswa saat tes ujian masuk
adanya perhatian secara khusus
perguruan tinggi. Pengukuran
berkaitan dengan kecerdasan
perilaku seksual berisiko diukur
intelegensi remaja sehingga mereka
menggunakan kuesioner Sexual Risk
menyadari bahwa ketika remaja
Survey (SRS) dengan jumlah 23
berada diluar kontrol orang tua
pertanyaan (Turchik & Garske,
terhindar dari perilaku seksual
2009). Lebih lanjut, kuesioner ini
berisiko.
sudah diterjemahkan dan
dimodifikasi oleh 3 peneliti
METODE
sebelumnya yaitu Nurhayati (2011),
Penelitian ini menggunakan analitik Nurmaguphita (2014) dan Simak et
kuantitatif dengan desain cross al., (2018) dengan hanya
sectional. Penelitian analitik adalah menggunakan 19 pertanyaan yang
untuk mencari hubungan antar sudah disesuaikan dengan kondisi
variabel yang akan diteliti (Dharma, remaja di Indonesia.
2011). Desain cross sectional adalah

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
46

Dalam proses penelitian ini Tabel 1


Distribusi Karakteristik Remaja di Jakarta
menggunakan pertimbangan etik. Pusat, Desember 2019 (n=147)

Pertimbangan etik digunakan untuk Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

mencegah munculnya masalah etik Umur


17 tahun 7 4,8
selama penelitian berlangsung, untuk 18 tahun 69 46,9
19 tahun 71 48,3
itu peneliti berupaya untuk Jenis Kelamin
Laki-laki 12 8,2
mengantisipasi dan mengatasi Perempuan 135 91,8
Pendidikan Orang
masalah yang muncul. Terdapat 3 Tua
SD 23 15,6
(tiga) prinsip etik umum yang SMP 20 13,6
SMA 88 59,9
diterapkan untuk mengatasi masalah D3/S1/S2/S3 16 10,9
Pendapatan Orang
etik yaitu non maleficence dan Tua
<= Rp. 3.940.973 86 58,5
beneficence, respect to person, serta >Rp. 3.940.973 61 41,5
Sumber Informasi
justice (Polit & Beck, 2012). Teman Sebaya 46 31,3
Internet 99 67,4
Lain-lain 2 1,4

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Seksual


Berisiko
Hasil penelitian terdiri dari Tidak Berisiko 75 51
Berisiko 72 49
identifikasi karakteristik responden, Kecerdasan
Intelektual
hasil uji analisis bivariat dan Sedang 29 19,7
Cukup 117 79,6
multivariat. Tinggi 1 0,7

Tabel 1 menunjukkan bahwa Pendapatan orang tua menunjukkan


mayoritas umur mahasiswa adalah 19 bahwa sebagian besar <= Rp.
tahun dengan persentase sebesar 3.940.973 dengan persentase sebesar
48,3%. Jenis kelamin mahasiswa 58,5%. Sumber informasi sebagian
sebagian besar adalah perempuan besar dari internet dengan persentase
dengan persentase sebesar 91,8%. sebesar 67,4%. Sebagian besar
Pendidikan orang tua mayoritas mahasiswa memiliki perilaku seksual
menunjukkan tamat SMA dengan tidak berisiko dengan persentase
persentase sebesar 59,9%. sebesar 51%. Mayoritas kecerdasan
intelektual mahasiswa cukup atau
rata-rata dengan persentase sebesar
79,6%.

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
47

Tabel 2
Hubungan antara Intelligence Quotient (IQ) dengan perilaku seksual berisiko pada Remaja di
Jakarta Pusat, Desember 2019 (n=147)
Perilaku Seksual Berisiko
Variabel Tidak Berisiko Berisiko OR (95%CI) p value
n % n %
Intelligence
Quotient
Sedang 61 91 6 9
Cukup 13 16,5 66 83,5 22 (0,561-0,801) 0,000
Tinggi 1 100 0 0

kali untuk memiliki perilaku seksual


Tabel 2 hasil analisis bivariat
tidak berisiko dibandingkan
menunjukkan adanya hubungan yang
mahasiswa dengan Intelligence
signifikan antara Intelligence
Quotient (IQ) sedang (OR=22; 95%
Quotient (IQ) dengan perilaku
CI 0,561-0,801). Hal ini menunjukkan
seksual berisiko (p value=0,000).
bahwa semakin tinggi Intelligence
Mahasiswa dengan Intelligence
Quotient (IQ) maka perilaku seksual
Quotient (IQ) tinggi berpeluang 22
semakin tidak berisiko.

Tabel 3
Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan Orang Tua, Pendapatan Orang Tua dan Sumber
Informasi dengan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja di Jakarta Pusat, Desember 2019
(n=147)

Var. Dependen Perilaku Seksual Berisiko


Var. Independen Tidak Berisiko Berisiko P value
n % n %
Umur
17 tahun 2 28,6 5 71,4
18 tahun 38 55,1 31 44,9 0,377
19 tahun 35 49,3 36 50,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 5 41,7 7 58,3 0,499
Perempuan 70 51,9 65 48,1
Pendidikan Ortu
SD 13 56,5 10 43,5
SMP 11 55,0 9 45,0 0,902
SMA 43 48,9 45 51,1
D3/S1/S2/S3 8 50,0 8 50,0
Pendapatan Ortu
<= Rp. 3.940.973 44 51,2 42 48,8 0,967
>Rp. 3.940.973 31 50,8 30 49,2
Sumber Informasi
Teman Sebaya 18 39,1 28 60,9
Internet 55 52,2 44 47,8 0,125
Lain-lain 2 100,0 0 0,0

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
48

disimpulkan bahwa variabel dominan


Pada tabel 3. berdasarkan hasil uji
yang paling memengaruhi perilaku
bivariat dapat dilihat bahwa tidak ada
seksual berisiko pada mahasiswa
hubungan yang signifikan antara
adalah Intelligence quotient dengan
umur mahasiswa, jenis kelamin,
nilai p value = 0,000 (α<0,05).
pendidikan orang tua, pendapatan
orang tua dan sumber informasi Hasil penelitian ini menunjukkan
dengan perilaku seksual berisiko (p bahwa ada hubungan yang signifikan
value=0,377; 0,499; 0,902; 0,967; antara Intelligence Quotient (IQ)
0,125). dengan perilaku seksual berisiko pada
mahasiswa. Mahasiswa dengan
Tabel 4
Model Seleksi Multivariat Variabel yang Intelligence Quotient (IQ) tinggi
Berhubungan dengan Perilaku Seksual
Berisiko pada Remaja di STIKes RS Husada
berpeluang 22 kali untuk memiliki
Jakarta Pusat (n=147) perilaku seksual tidak berisiko

95,0%
dibandingkan mahasiswa dengan
Confidence Intelligence Quotient (IQ) sedang.
Model t Sig. Interval for B Semakin tinggi Intelligence Question
Lower Upper
(IQ) maka perilaku seksual semakin
Bound Bound
(Constant) 1,246 ,215 -,225 ,991 tidak berisiko. Mahasiswa memiliki
Umur -,405 ,686 -,124 ,082 kecenderungan bersifat high curiosity
Jenis Kelamin ,409 ,683 -,176 ,267
atau memiliki rasa ingin tahu yang
Pendidikan Orang tua ,434 ,665 -,054 ,084
1 tinggi terhadap hal-hal yang
Pendapatan Orang
,206 ,837 -,109 ,134 berhubungan dengan seksualitas.
Tua
Sumber Informasi -,592 ,555 -,093 ,050
Intelligence Quotient 11,239 ,000 ,561 ,801
Seorang mahasiswa yang memiliki
Intelligence Quotient (IQ) tinggi
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan
cenderung mempertimbangkan
hasil uji logistic tahap satu yang
konsekuensi negative dari perilaku
dimasukkan variabel umur, jenis
seksual berisiko daripada mahasiswa
kelamin, pendidikan orang tua,
yang memiliki Intelligence Quotient
pendapatan orang tua, sumber
(IQ) sedang atau cukup. Hal ini
informasi dan Intelligence Quotient
menunjukkan bahwa perilaku seksual
(IQ). Berdasarkan analisis multivariat
berisiko mengacu pada segala sesuatu
yang telah dilakukan, dapat

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
49

yang berkaitan dengan perkembangan England mengenai hubungan antara


kepribadian maupun kecerdasan perilaku seksual dengan
intelektual. ketidakmampuan intelektual pada
remaja. Responden pada penelitian
Hasil penelitian ini sejalan dengan
ini adalah remaja yang memiliki
penelitian yang dilakukan oleh Kahn
Intelligence Quotient (IQ) < 70 atau
& Halpern (2018) di United States
di bawah rata-rata. Hasil penelitian ini
yang melakukan penelitian mengenai
menunjukkan bahwa semakin rendah
hubungan antara kemampuan
Intelligence Quotient (IQ) maka
intelektual dengan perilaku
semakin tinggi perilaku seksual pada
seksualitas pada remaja. Hubungan
remaja.
yang lebih berfokus pada perilaku
seksualitas ini menunjukkan bahwa Semakin tingginya angka hubungan
ada hubungan yang signifikan antara seksual pranikah diikuti dengan
kemampuan intelektual dengan semakin tingginya pula dampak dari
perilaku seksualitas pada remaja. hubungan seksual pranikah tersebut.
Hasil yang sama pula didapatkan Tidak hanya dapat menimbulkan
pada penelitian yang dilakukan oleh gangguan secara fisik, perilaku
Macapagal et al (2011) mengenai seksual berisiko juga dapat
hubungan antara kecerdasan kognitif memengaruhi kondisi mental
dengan dorongan seksualitas pada seseorang (Epstein et al., 2014).
remaja. Berdasarkan penelitian ini
Remaja yang memiliki perilaku
menunjukkan hasil bahwa remaja
seksual berisiko diketahui mengalami
yang memiliki kecerdasan kognitif di
peningkatan dari waktu ke waktu.
atas rata-rata memiliki dorongan
Rendahnya pengetahuan tentang
seksualitas rendah daripada remaja
kesehatan reproduksi dan kontrol dari
dengan kecerdasan rata-rata atau
orangtua dapat membuat remaja
dibawah rata-rata.
berperilaku seksual berisiko. Ada dua
Penelitian lain yang dapat hal penting yang mendasari perilaku
memperkuat hasil penelitian ini seksual pada remaja yaitu harapan
diantaranya penelitian yang untuk menikah dalam usia yang
dilakukan oleh Baines et al (2018) di relatif kecil (umur 20 tahun) dan

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
50

semakin derasnya arus informasi tanggung jawab untuk menyelesaikan


yang dapat menimbulkan rangsangan tugas perkembangannya. Tugas
seksual pada remaja, terutama remaja perkembangan remaja terfokus dari
di daerah perkotaan. masa kanak-kanak dan persiapan
menjadi dewasa, termasuk perilaku
Masa remaja merupakan masa
seksual berisiko. Remaja melakukan
perkembangan psikoseksual dimana
hubungan seksual berisiko mungkin
pada tahap ini perubahan yang sangat
disebabkan oleh adanya dorongan
menonjol adalah ketika terjadi
dari diri sendiri untuk melakukan
kematangan fungsi seksual yang
hubungan seksual, pengalaman yang
ditampilkan melalui perubahan
dilalui mengenai seksual yang
perilaku. Perilaku seksual berisiko
mengakibatkan mereka untuk
merupakan perilaku seksual yang
mengulanginya kembali, faktor
dapat menyebabkan dampak negatif
emosional yang masih labil, dan
seperti kehamilan yang tidak
kurangnya informasi yang benar
diinginkan, aborsi, dan penyakit
tentang kesehatan reproduksi
menular seksual (Kahn & Halpern,
terutama yang berhubungan dengan
2018). Oleh karena itu diperlukan
seksual (Simak et al., 2018).
sebuah kendali yang mampu
mengarahkan perilaku seksual remaja Kecerdasan erat kaitannya dengan
supaya jauh dari hal-hal yang bersifat kemampuan kognitif yang dimiliki
negatif dan membahayakan kesehatan oleh individu (Wraw et al., 2018).
mereka (Macapagal et al., 2011). Menurut Noipayak et al (2016)
Salah satu upaya yang bisa kecerdasan dapat diukur dengan
dioptimalkan untuk mencegah remaja menggunakan alat psikometri yang
memiliki perilaku seksual berisiko biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga
ialah dengan mengembangkan pendapat yang menyatakan bahwa IQ
kognitif atau kecerdasan intelektual merupakan usia mental yang dimiliki
(Mokrysz et al., 2016). manusia berdasarkan perbandingan
usia kronologis.
Usia remaja merupakan masa transisi
dari anak-anak menuju masa dewasa Intelligence Quotient (IQ) atau skor
awal yang masih mempunyai kecerdasan bisa naik dan turun.

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
51

Perubahan IQ itu terkait dengan pada mahasiswa mencerminkan sikap


perubahan struktur otak pada remaja. penuh rasa percaya diri mengenai apa
IQ memiliki hubungan negatif dengan yang berlaku atau apa yang benar bagi
perilaku seksual berisiko pada dirinya. Kepercayaan datang dari apa
remaja. Remaja dengan IQ tinggi yang dilihat atau apa yang diketahui.
berupaya meningkatkan kemampuan Berdasarkan apa yang telah dilihat itu
kognitif untuk mengembangkan diri kemudian terbentuk suatu ide atau
daripada melakukan perilaku seksual gagasan mengenai sifat atau
berisiko yang dapat berdampak buruk karakteristik umum suatu objek.
di masa depannya. Kecerdasan pada Sekali kepercayaan itu telah
masa anak-anak dan remaja sangat terbentuk, maka ia akan menjadi
berkaitan dengan kinerja yang baik di dasar pengetahuan seseorang
masa dewasa. Salah satu kinerja yang mengenai apa yang dapat diharapkan
baik ditunjukkan dengan tidak dari objek tertentu. Penelitian Checa
memiliki perilaku seksual berisiko & Fernández-Berrocal (2015)
(Makharia et al., 2016). menyebutkan bahwa remaja dengan
IQ tinggi memiliki pengetahuan yang
Hormon seksual sudah mulai
baik dan tertarik dengan hal-hal yang
berfungsi pada masa remaja. Hal
dapat mengembangkan kreativitas
tersebut mendorong remaja untuk
remaja. Remaja dengan IQ tinggi
melakukan berbagai jenis perilaku
lebih berfokus pada konsekuensi baik
seksual. Selain itu, faktor modernisasi
dan buruk terhadap dirinya ke depan
membuat gaya hidup remaja saat ini
sehingga remaja dengan IQ tinggi
telah berubah. Akibatnya, remaja
tidak mengambil risiko yang dapat
cenderung tidak terjaga oleh sistem
berdampak buruk bagi dirinya. Kahn
keluarga dan nilai posistif adat
& Halpern (2018) menyatakan bahwa
budaya, sehingga lebih toleransi
remaja dengan IQ tinggi memiliki
terhadap gaya hidup seksual
kontrol diri yang baik dan mampu
pranikah, perubahan orientasi
mengendalikan keinginan untuk
seksual, dan jumlah pasangan
menghindari perilaku seksual
(Sawyer et al., 2018).
berisiko. Mahasiswa yang memiliki

Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi kecerdasan kognitif dibawah rata-rata

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
52

cenderung bersifat aktif dalam pola semakin derasnya arus informasi


interaksi romantik dengan lawan jenis yang dapat menimbulkan rangsangan
dan mudah terangsang sehingga seksual pada remaja, terutama remaja
berpeluang besar untuk memiliki di daerah perkotaan.
perilaku seksual yang tinggi.
Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi
Perilaku seksual berisiko merupakan akan terlihat dari kemampuan
kegiatan seksual yang akan mahasiswa menyerap segala macam
meningkatkan peluang seseorang informasi kemudian mengolah dan
yang melakukannya terkena atau menganalisa untuk menentukan mana
menularkan penyakit menular seksual yang baik dan buruk. Sementara itu
(PMS) atau menyebabkan kehamilan. mahasiswa dengan IQ di bawah rata-
Semakin tingginya angka hubungan rata mudah mengikuti arus informasi
seksual pranikah diikuti dengan yang semakin mudah diakses tanpa
semakin tingginya pula dampak dari mengolah atau menganalisisnya
hubungan seksual pranikah tersebut. sehingga cenderung memiliki
Tidak hanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba hal-hal
gangguan secara fisik, perilaku baru termasuk perilaku seksual
seksual berisiko juga dapat berisiko. Hal ini tentu menjadi
memengaruhi kondisi mental perhatian lebih bagi para orang tua
seseorang (Epstein et al., 2014). untuk lebih memperhatikan dan
mengawasi pergaulan dari para
Remaja yang memiliki perilaku
mahasiswa agar terhindar dari
seksual berisiko diketahui mengalami
dampak perilaku seksual berisiko.
peningkatan dari waktu ke waktu.
Rendahnya pengetahuan tentang Banyak mahasiswa mungkin merasa
kesehatan reproduksi dan kontrol dari dianggap kurang pergaulan jika tidak
orangtua dapat membuat remaja mengikuti gaya hidup yang biasa
berperilaku seksual berisiko. Ada dua dilakukan di usia remaja seperti
hal penting yang mendasari perilaku berpacaran. Mayoritas mahasiswa
seksual pada remaja yaitu harapan yang berpacaran sangat
untuk menikah dalam usia yang memperhatikan penampilan supaya
relatif kecil (umur 20 tahun) dan lawan jenis semakin tertarik. Hal ini

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
53

menyebabkan mahasiswa yang pencarian jati diri memiliki


berpacaran lebih berfokus menjaga kecenderungan untuk mengadopsi
hubungan baiknya dengan lawan jenis sikap dan perilaku lingkungan
tanpa mementingkan perilaku yang sekitarnya. Gaya hidup mahasiswa
dilakukan selama berpacaran semakin hari semakin
misalnya perilaku seksual berisiko mengkhawatirkan diiringi dengan
(Ungsianik & Yuliati, 2017). perkembangan teknologi dan
Konsisten dengan teori psikologi oleh informasi yang bisa diakses dengan
Djamarah (2011) bahwa seorang mudah. Hal ini akan menyebabkan
remaja dapat mengembangkan perilaku menyimpang salah satunya
kebutuhan psikologi melalui adalah perilaku seksual berisiko.
pergaulan atau sosialisasi dengan Pergeseran budaya menyebabkan
teman sebaya. Peranan teman-teman mahasiswa tidak canggung lagi
sebaya terhadap remaja terutama menunjukkan perilaku seksual
berkaitan dengan sikap, pembicaraan, berisiko bahkan di depan umum atau
minat, penampilan dan perilaku. khalayak ramai misal dengan
Remaja sering kali menilai bahwa berpegangan tangan, berciuman
bila dirinya memakai model pakaian kening, berciuman bibir, meraba atau
yang sama dengan anggota kelompok berpelukan. Oleh karena itu, faktor
yang populer, maka kesempatan kecerdasan intelektual dapat menjadi
baginya untuk diterima oleh teman- salah satu tolak ukur terjadinya
teman sebayanya menjadi besar. perilaku seksual berisiko di kalangan
Demikian pula bila anggota remaja (Checa & Fernández-
kelompok mencoba minum alkohol, Berrocal, 2015).
obat-obatan terlarang atau perilaku
Pada penelitian ini sebagian besar
seksual berisiko, maka remaja
mahasiswa menunjukkan adanya
cenderung mengikutinya tanpa
hubungan yang signifikan antara
memperdulikan perasaannya sendiri
intelligence quotient (IQ) dengan
dan akibatnya.
perilaku seksual berisiko. Perilaku
Perilaku mahasiswa mengacu pada seksual berisiko pada mahasiswa
sistem peran. Peran seorang dipengaruhi oleh faktor eksternal
mahasiswa yang sedang dalam proses maupun internal. Salah satu faktor

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
54

internal mahasiswa yang motorik berupa aktivitas fisik yang


memengaruhi perilaku seksual tidak memerlukan banyak pemikiran,
berisiko adalah intelligence quotient berbeda dengan remaja dengan IQ
(IQ) (Baines et al., 2018). Hal ini tinggi lebih banyak menghabiskan
sejalan dengan teori perilaku oleh waktu untuk berpikir (Checa &
Lawrence dalam Terzian, Andrews & Fernández-Berrocal, 2015). Hal ini
Moore (2011) yang menyatakan menyebabkan remaja dengan IQ
bahwa intelligence quotient (IQ) rendah atau di bawah rata-rata
merupakan faktor yang berkontribusi cenderung memiliki perilaku seksual
dalam pembentukan teori sistem berisiko daripada remaja dengan IQ
perilaku manusia. tinggi (Wraw et al., 2018).

Perilaku seksual berisiko remaja Intelligence quotient (IQ) pada


berdasarkan teori perilaku oleh mahasiswa menjadi salah satu
Lawrence adalah suatu proses penanda dalam menganalisa perilaku
interaksi antara faktor perilaku dan seksual berisiko. Ada dua hal penting
faktor diluar perilaku yang saling yang mendasari perilaku seksual
berhubungan untuk menghasilkan berisiko pada mahasiswa yaitu
suatu output yaitu perilaku. Perilaku harapan untuk menikah dalam usia
yang dibentuk akan mendorong yang relative muda (< 20 tahun) dan
individu untuk melakukan suatu hal semakin derasnya arus informasi
karena mereka berpikir tindakan yang yang dapat menimbulkan rangsangan
akan dilakukan terarah pada perilaku seksual pada remaja, terutama remaja
yang dibentuk. Remaja yang masih di daerah perkotaan. Rangsangan
dalam tahap pembentukan identitas tersebut mendorong remaja untuk
dan pencarian jati diri harus melakukan hubungan seksual pra
menghadapi kehidupan sosialnya nikah (Macapagal et al., 2011). Oleh
yang aktif dan dinamis sehingga karena itu peran orang tua sangat
pergaulan remaja sangat dekat dengan penting dalam mendidik, memberikan
perilaku seksual berisiko (Kipping et contoh yang baik, mendampingi,
al., 2014). Remaja yang memiliki IQ mengawasi dan sebagai konselor bagi
rendah atau di bawah rata-rata remaja agar terhindar dari perilaku
cenderung menggunakan kemampuan seksual berisiko yang dapat

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
55

berdampak buruk pada kesehatannya berpengaruh kuat pada pergaulan


(Ungsianik & Yuliati, 2017). remaja.

Perilaku seksual berisiko pada Mahasiswa yang memiliki


mahasiswa sangat beragam antara pengalaman sebelumnya tentang pola
lain meraba atau merangsang romantik atau gaya berpacaran tentu
pasangannya, berciuman bibir, saja telah mengetahui gambaran
berpegangan tangan, berpelukan berpacaran dengan lawan jenisnya
hingga berhubungan seksual. Hasil (Umaroh, Kusumawati & Kasjono,
penelitian ini menunjukkan bahwa 2015). Berpacaran merupakan masa
mayoritas mahasiswa memiliki pendekatan antar individu dari kedua
perilaku seksual tidak berisiko. Hal lawan jenis, yang ditandai dengan
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor saling pengenalan pribadi baik
salah satunya adalah mahasiswa yang kekurangan dan kelebihan dari
menuntut ilmu di perguruan tinggi masing-masing individu. Dalam hal
swasta cenderung fokus untuk ini berpacaran mempunyai dua jenis
mengembangkan kemampuan yaitu pacaran sehat dan pacaran tidak
kognitif, afektif dan psikomotor sehat. Pacaran sehat meliputi pacaran
selama menempuh studi di kampus sehat secara fisik, psikis, dan sosial.
daripada mencoba hal-hal yang Sementara itu, pacaran tidak sehat
diyakini dapat berpengaruh buruk meliputi kissing, necking, petting dan
pada kehidupannya seperti perilaku intercourse. Mahasiswa pada
seksual berisiko. Hal ini sejalan umumnya mengharapkan hubungan
dengan penelitian yang dilakukan dengan lawan jenisnya dapat selalu
oleh Goldenberg et al (2019) di langgeng hingga ke jenjang
United States pada kelompok remaja pernikahan sehingga gaya berpacaran
yang berperilaku seksual mereka dapat dikatakan kebablasan.
menyimpang yaitu gay memiliki Hasil penelitian ini menunjukkan
tingkat kecerdasan kognitif yang bahwa ada hubungan yang signifikan
rendah. Remaja yang memiliki IQ antara IQ dengan perilaku seksual
tinggi maupun rendah berpotensi berisiko. Hal ini sejalan dengan
memiliki perilaku seksual berisiko penelitian yang dilakukan oleh
dikarenakan faktor lingkungan sangat Terzian et al (2011) menunjukkan

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
56

bahwa IQ rendah merupakan salah Mahasiswa laki-laki cenderung lebih


satu faktor yang memengaruhi dominan daripada mahasiswi
perilaku seksual berisiko pada perempuan. Jenis kelamin mahasiswa
remaja. IQ rendah merupakan salah tidak menunjukkan adanya hubungan
satu faktor individu yang sulit untuk dengan perilaku seksual berisiko. Hal
diubah sehingga banyak studi ini bertolak belakang dengan
menunjukkan bahwa IQ rendah penelitian yang dilakukan oleh
rentan memiliki perilaku seksual Mahmudah et al (2016) bahwa jenis
berisiko. kelamin memengaruhi perilaku
seksual berisiko pada remaja. Ada
Penelitian lain yang dilakukan oleh
norma yang lebih longgar bagi laki-
Nursal (2008) menyebutkan faktor-
laki dibanding perempuan, akibatnya
faktor yang memengaruhi perilaku
laki-laki berpeluang lebih besar
seksual berisiko adalah usia, jenis
melakukan berbagai hal
kelamin, pendidikan orang tua,
dibandingkan perempuan. Laki-laki
pendapatan orang tua dan sumber
cenderung lebih bebas dibandingkan
informasi. Perilaku seksual berisiko
perempuan (Apsari & Purnamasari,
pada remaja dipengaruhi oleh faktor
2017). Orang tua lebih protektif pada
internal maupun eksternal remaja.
remaja perempuan daripada laki-laki
Faktor internal dari remaja yang
sehingga dapat dipahami jika laki-laki
memengaruhi perilaku seksual
memiliki peluang lebih besar untuk
berisiko ialah usia, jenis kelamin,
berperilaku seksual berisiko
tingkat pendidikan, pengetahuan,
dibanding perempuan. Namun seiring
sikap dan gaya hidup (Ungsianik &
dengan berkembangnya teknologi
Yuliati, 2017). Faktor-faktor seperti
serta kemudahan remaja mengakses
pendapatan keluarga, status social
berbagai informasi maka remaja laki-
ekonomi dan sumber informasi akan
laki maupun perempuan sama-sama
memengaruhi perilaku seksual
memiliki perilaku seksual berisiko.
berisiko (Sitohang et al., 2018). Hal
ini berkaitan dengan pola perilaku Pendidikan orang tua pada mahasiswa
remaja dalam menghadapi perubahan sebagian besar memiliki tingkat
baik secara fisik, psikologis maupun pendidikan yang tinggi. Status
emosional. pendidikan yang tinggi tidak

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
57

menunjukkan adanya hubungan Jadi pendapatan orang tua bukan


dengan perilaku seksual berisiko. Hal merupakan faktor yang ada
ini bertolak belakang dengan hubungannya dengan perilaku
penelitian Simak et al (2018) bahwa seksual berisiko pada remaja. Hal ini
tingkat pendidikan orang tua dapat bertolak belakang dengan penelitian
memengaruhi perilaku seksual yang dilakukan oleh Umaroh et al
berisiko pada remaja. Pendidikan (2015) yang menunjukkan bahwa
yang tinggi dapat mengendalikan atau pendapatan orang tua memengaruhi
mengontrol diri-sendiri dalam pola perilaku seksual berisiko pada
perilaku yang berkembang di remaja. Remaja dengan pendapatan
masyarakat salah satunya perilaku orang tua yang tinggi memungkinkan
seksual berisiko (Terzian et al., 2011). mendapatkan lebih banyak uang saku
Tingkat pendidikan yang tinggi untuk kesehariannya. Hal ini
mampu menyerap berbagai macam menyebabkan peluang bagi remaja
informasi dengan baik serta mampu menggunakan uang sakunya tidak
mengolah dan menganalisis untuk hanya untuk kebutuhan pokok tetapi
diyakini sebagai hal yang baik atau juga dapat digunakan untuk
benar. Perilaku seksual berisiko pada kepentingan yang lain misalnya pergi
remaja tidak dipengaruhi oleh bersama pacar dan lain-lain. Namun
pendidikan orang tua dikarenakan saat ini seiring adanya pregeseran
faktor lingkungan yang membentuk budaya menyebabkan remaja laki-
pergaulan remaja. laki maupun perempuan cenderung
berperilaku seksual berisiko secara
Pendapatan orang tua tidak
terbuka di depan umum tanpa
memengaruhi perilaku seksual
mengeluarkan uang.
berisiko pada mahasiswa. Pendapatan
orang tua yang rendah tidak Sumber informasi remaja dalam hal-
memengaruhi perilaku seksual hal yang terkait dengan reproduksi
berisiko pada remaja. Remaja dengan atau seksual sebagian besar dari
pendapatan orang tua yang tinggi internet. Hasil penelitian ini
maupun rendah sama-sama memiliki menunjukkan bahwa tidak ada
perilaku seksual tidak berisiko atau hubungan yang signifikan antara
tidak berbeda perilaku seksualnya. sumber informasi dengan perilaku

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
58

seksual remaja. Hal ini bertolak seksual berisiko pada remaja. Faktor
belakang dengan penelitian yang paling dominan yang memengaruhi
dilakukan oleh Hasanah et al (2020) perilaku seksual berisiko adalah
yang menunjukkan bahwa ada intelligence quotient (IQ).
hubungan antara sumber informasi
Saran terhadap pelayanan
dengan perilaku seksual berisiko.
keperawatan maternitas adalah
Terbukanya akses informasi tentang
pemberian promosi kesehatan bagi
seks bebas di masyarakat merupakan
remaja yang memiliki IQ cukup dan
faktor penyebab, karena remaja selalu
sedang dengan menggunakan
punya keinginan lebih untuk mencari
pendekatan kognitif yang berfokus
informasi mengenai seks. Sumber
pada peningkatan kesadaran diri
informasi yang mereka akses
remaja terkait dengan perilaku
diperoleh melalui internet, yang
seksual berisiko. Sementara bagi
berpengaruh terhadap pergaulan
remaja yang memiliki IQ rendah
remaja dengan lawan jenis yang
memerlukan perhatian khusus berupa
akhirnya menjerumuskan remaja
pendampingan dan pengawasan
pada perilaku seksual berisiko.
dengan melibatkan orang tua dalam
KESIMPULAN DAN SARAN pergaulan remaja. Institusi
Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan juga dapat berperan
terdapat hubungan antara intelligence mengembangkan program edukasi
quotient (IQ) dengan perilaku seksual kesehatan reproduksi yang kreatif dan
berisiko pada remaja. Remaja dengan inovatif terkait mata ajar keperawatan
intelligence quotient (IQ) tinggi maternitas mengenai seksualitas yang
memiliki peluang 22 kali memiliki komprehensif yang mencakup
perilaku seksual tidak berisiko seluruh permasalahan remaja yang
dibandingkan remaja dengan disesuaikan dengan tingkat
intelligence quotient (IQ) rendah. pertumbuhan dan perkembangan
Selain itu, faktor lain seperti umur, remaja. Penelitian selanjutnya dapat
jenis kelamin, pendidikan orang tua, meneliti terkait Intelligence Quotient
pendapatan orang tua dan sumber (IQ) ditambahkan nilai budaya, sikap,
informasi tidak memiliki hubungan teman sebaya dengan perilaku seksual
yang signifikan dengan perilaku berisiko pada remaja dan keluarga

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
59

dengan menggunakan pendekatan Hasanah, D. N., Utari, D. M.,


Chairunnisa, & Purnamawati, D.
dan metode berbeda yaitu penelitian
(2020). Faktor Internal Dan
kualitatif dengan desain Eksternal Yang Mempengaruhi
Perilaku Seksual Pranikah
fenomenologi ataupun etnografi.
Remaja Pria Di Indonesia
(Analisis SDKI 2017).
Muhammadiyah Public Health
DAFTAR PUSTAKA
Journal, 1(1).
Baines, S., Emerson, E., Robertson, https://jurnal.umj.ac.id/index.ph
J., & Hatton, C. (2018). Sexual p/MPHJ/
activity and sexual health among
young adults with and without Jaworska, N., & MacQueen, G.
mild/ moderate intellectual (2015). Adolescence as a unique
disability. BMC Public Health, developmental period. J
18(667). Psychiatry Neurosci, 40(5).
https://doi.org/10.1186/s12889- https://doi.org/10.1503/jpn.1502
018-5572-9 68

Checa, P., & Fernández-Berrocal, P. Kahn, N. F., & Halpern, C. T. (2018).


(2015). The Role of Intelligence “The Relationship Between
Quotient and Emotional Cognitive Ability and
Intelligence in Cognitive Experiences of Vaginal, Oral,
Control Processes. Front. and Anal Sex in the United
Psychol, 6(1853). States.” J Sex Res, 55(1), 99–
https://doi.org/10.3389/fpsyg.20 105.
15.01853 https://doi.org/10.1080/0022449
9.2016.1247149.
Epstein, M., Bailey, J. A., Manhart, L.
E., Hill, K. G., & Hawkins, J. D. Kipping, R. R., Smith, M., Heron, J.,
(2014). Sexual Risk Behavior in Hickman, M., & Campbell, R.
Young Adulthood: Broadening (2014). Multiple risk behaviour
the Scope Beyond Early Sexual in adolescence and socio-
Initiation. J Sex Res, 51(7), 721– economic status: findings from a
730. UK birth cohort. European
https://doi.org/10.1080/0022449 Journal of Public Health, 25(1),
9.2013.849652. 44–49.
https://doi.org/10.1093/eurpub/c
Goldenberg, T., Stephenson, R., & ku078
Bauermeister, J. (2019).
Cognitive and Emotional Macapagal, K., Janssen, E., Fridberg,
Factors Associated with Sexual D. J., Finn, P. R., & Heiman, J.
Risk-Taking Behaviors among R. (2011). The Effects of
Young Men who Have Sex with Impulsivity, Sexual
Men. Archives of Sexual Arousability, and Abstract
Behavior, 48(4), 1127–1136. Intellectual Ability on Men’s
https://doi.org/10.1007/s10508- and Women’s Go/No-Go Task
018-1310-8 Performance. Arch Sex Behav,
40(5), 995–1006.

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
60

https://doi.org/10.1007/s10508- Nurhapipa, Alhidayati, & Ayunda, G.


010-9676-2 (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku
Mahmudah, Yaunin, Y., & Lestari, Y. Seksual. JOMIS (Journal Of
(2016). Faktor-Faktor yang Midwifery Science), 1(2).
Berhubungan dengan Perilaku https://core.ac.uk/download/pdf/
Seksual Remaja di Kota Padang. 230774295.pdf
Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2).
http://jurnal.fk.unand.ac.id Nurhayati. (2011). Hubungan Pola
Komunikasi dan Kekuatan
Makharia, A., Nagarajan, A., & Keluarga Terhadap Perilaku
Singh, Y. (2016). Effect of Seksual Beresiko Pada Remaja
environmental factors on di Wilayah Desa Tridaya Sakti
intelligence quotient of children. Kecamatan Tambun Selatan
Industrial Psychiatry Journal, Kabupaten Bekasi. Jurnal
25(2), 189–194. Keperawatan Komunitas
https://doi.org/10.4103/ipj.ipj_5
2_16 Nurmaguphita, D., Hamid, A. Y. S.,
& Mustikasari. (2016). Pola
Miller, K. S., Forehand, R., & Asuh Berhubungan Dengan
Kotchick, B. A. (2018). Perilaku Seksual Beresiko Pada
Adolescent Sexual Behavior in Remaja Di Kecamatan Pundong
Two Ethnic Minority Samples: Kabupaten Bantul, DIY. Jurnal
The Role of Family Variables. Kesehatan “Samodra Ilmu,”
Journal of Marriage and 7(1).
Family, 61(1). https://docplayer.info/71695900
https://doi.org/10.2307/353885 -Pola-asuh-berhubungan-
dengan-perilaku-seksual-
Mokrysz, C., Landy, R., Gage, S.,
beresiko-pada-remaja-di-
Munafò, M., Roiser, J., &
kecamatan-pundong-kabupaten-
Curran, H. (2016). Are IQ and
bantul-diy.html
educational outcomes in
teenagers related to their Sawyer, S. M., Azzopardi, P. S.,
cannabis use? A prospective Wickremarathne, D., & Patton,
cohort study. Journal of G. (2018). The age of
Psychopharmacology, 30(2), adolescence. The Age of
159–168. Adolescence, 2(3), 223–228.
https://doi.org/10.1177/0269881 https://doi.org/10.1016/S2352-
115622241 4642(18)30022-1
Noipayak, P., Rawdaree, P., Simak, V. F., Fitriyani, P., &
Supawattanabodee, B., & Setiawan, A. (2018). The
Manusirivitthaya, S. (2016). Age Relationships between Risky
at menarche and performance Sexual Practices and Spiritual
intelligence quotients of Intelligence of Adolescents in
adolescents in Bangkok, Indonesia. Comprehensive Child
Thailand: a cross-sectional and Adolescent Nursing, 42(1).
study. BMC Pediatrics, 16(87). https://doi.org/10.1080/2469419
https://doi.org/10.1186/s12887- 3.2019.1578298
016-0624-8
Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021
(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
61

Sitohang, Y. S., Shaluhiyah, Z., & Ungsianik, T., & Yuliati, T. (2017).
Widagdo, L. (2018). Faktor- Pola Asuh Orang Tua
Faktor Yang Berhubungan Berhubungan Dengan Perilaku
Dengan Praktik Orang Tua Seksual Berisiko Pada Remaja
Dalam Menghadapi Perilaku Binaan Rumah Singgah. Jurnal
Seksual Pada Remaja Keperawatan Indonesia, 20(3),
Tunagrahita Ringan Di SLB 185–194.
Kota Semarang. JURNAL https://doi.org/10.7454/jki.v20i3
KESEHATAN MASYARAKAT, .623
6(5).
Viner, R. M., Allen, N. B., & Patton,
Terzian, M. A., Andrews, K. M., & G. C. (2017). Puberty,
Moore, K. A. (2011). Preventing Developmental Processes, and
Multiple Risky Behaviors Health Interventions. In Child
among Adolescents: Seven and Adolescent Health and
Strategies. Brief Research to Development (Third Edit). The
Results Child Trends, 24. World Bank.
https://www.childtrends.org/wp https://doi.org/10.1596/978-1-
- 4648-0423-6/pt2.ch9
content/uploads/2011/09/Child_
Trends- Wraw, C., Der, G., Gale, C. R., &
2011_10_01_RB_RiskyBehavio Deary, I. J. (2018). Intelligence
rs.pdf in youth and health behaviours in
middle age. Intelligence, 69, 71–
Umaroh, A. K., Kusumawati, Y., & 86.
Kasjono, H. S. (2015). https://doi.org/10.1016/j.intell.2
Hubungan Antara Faktor 018.04.005
Internal Dan Faktor Eksternal
Dengan Perilaku Seksual
Pranikah Remaja Di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 10(1), 65–75.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/ind
ex.php/jkma/article/viewFile/16
5/160

Jurnal Kesehatan Holistic/ Volume 5/ Nomor 1/ Januari 2021


(ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)

Anda mungkin juga menyukai