Anda di halaman 1dari 21

Makalah Komunikasi Terapeutik Keperawatan

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Luri Mekeama.,S.Kep,.M.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2A

Icha Prasnadevi G1B123005


M.Rafly Saputra G1B123023
Zahra Nur Assyifa G1B123041
Dwi Astuti G1B123057
Tiara Eriska G1B123075
Nawal Farhah G1B123091
Putri C. Sinaga G1B123101
Nia Marliana G1B123111
Della Indah G1B123117
Rizka Abella G1B123123
Levinus Dudai G1B123125

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2024
BAB I
Konsep Teori

A. Definisi Remaja

Masa remaja memiliki beberapa istilah, di antarannya ialah Puberteit, Adolescent dan youth.
Pengertian remaja dalam bahasa latin yaitu Adolescere, yang berarti tumbuh menuju sebuah
kematangan. Dalam arti tersebut, kematangan bukan hanya dari segi fisik, tetapi juga
kematangan secara sosial psikologinya. Remaja juga didefinisikan sebagai suatu masa peralihan,
dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Masa ini juga merupakan masa bagi seorang
individu yang akan mengalami perubahan-perubahan dalam berbagai aspek, seperti aspek
kognitif (pengetahuan), emosional (perasaan), sosial (interaksi sosial) dan moral (akhlak)
(Kusmiran, 2011). Menurut WHO dalam Marni (2013), yang dikatakan remaja (adolescence)
adalah mereka yang berusia antara 10 sampai dengan 19 tahun. Pengertian remaja dalam
terminology yang lain adalah yang dikatakan anak muda (youth) adalah mereka yang berusia 15
sampai dengan 24 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja disebut dengan pubertas. Masa pubertas adalah
masa perkembangan dan pematangan organ-organ reproduksi dan fungsinya. Oleh karena itu,
masa remaja sudah dikategorikan ke dalam masa usia reproduksi. Peristiwa penting dalam siklus
reproduksi yang dialami oleh remaja putri adalah terjadinya menstruasi pertama atau yang sering
disebut Menarche. Masa remaja memiliki peran penting terhadap masa depan suatu bangsa,
karena nanti ketika dewasa mereka yang akan melaksanakan pembangunan suatu bangsa.
Sehingga pada masa ini perlu dilakukan pembentukan karakter yang baik, karena masa remaja
sangat rentan mengalami ke goncangan dalam mencari jati diri dan identitas kepribadiannya.
Adolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa.
Pada remaja terjadi perubahan hormo, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara
baik. Pada anak perempuan pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi
pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan
dalam pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi
emosi dan psikis. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja (adolescent) dibagi dalam
3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent. Masing-masing tahapan memiliki karakteristik
tersendiri. Segala sesuatu yang mengganggu proses maturasi fisik dan hormon pada masa remaja
ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan emosi sehingga diperlukan pemahaman yang
baik tentang proses perubahan yang terjadi pada remaja dari segala aspek.(Sari Pediatri 2010; 12
(1): 21-9).

 Remaja awal (10-14 tahun)


Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat. Pikiran
difokuskan pada keberadaannya dan pada kelompok sebaya. Identitas terutama difokuskan pada
perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal. Perilaku seksual remaja pada masa ini
menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal.
Remaja pada masa ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang
tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.

 Remaja pertengahan (15-17 tahun)


Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri maupun orang dewasa
yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui
pemikiran operasional formal, remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan
apa yang dapat dibuat dengan barang-barang yang ada, mengembangkan wawasan, dan
merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas
yang tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai bereksperimen secara
seksual, ikut serta dalam perilaku berisiko, dan mulai mengembangkan pekerjaan di luar rumah.
Sebagai akibat dari eksperimen berisiko , remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan,
kecanduan obat, dan kecelakaan kendaraan bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk tidak
bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai maksimal
mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang tua, guru, maupun figur yang lain.

 Remaja akhir (18-21 tahun )


Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran operasional formal penuh, termasuk pemikiran
mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan, dan seksual. Remaja akhir biasanya lebih
berkomitmen pada pasangan Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat menyelidiki,
dan tidak membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja pada
masa ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang tinggi atas diri
sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persoalan remaja dengan berbagai tantangan
yang dihadapinya serta upaya untuk mengatasinya. Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (library research) dengan pendekatan psikologis analitik dan sosiologis. Sumber
penelitian ini diambil dari kepustakaan sebagai sumber primer yang digali dari materi remaja dan
perkembangannya, pen-didikan karakter remaja, dan program life skills bagi remaja akhir yang
dilengkapi dengan sumber sekunder berupa literatur-literatur lain yang relevan dan menunjang
penelitian ini baik berupa buku, jurnal, surat kabar, majalah, dan sebagainya, antara lain: Orang
Tua sebagai Sahabat Remaja oleh BKKBN Pusat Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja harus dibekali dengan pendidikan keterampilan hidup (lifeskills) yang cenderung
membawa remaja pada pembentukan karakter yang menjadikan remaja semakin sehat dan
bermartabat di masyarakat. Pendidikan keterampilan hi-dup (life skills) meliputi beberapa hal,
antara lain:
 keterampilan fisik yang intinya adalah bagaimana menyeimbangkan antara nutrisi, olah
raga, dan istirahat;
 keterampilan mental yang intinya adalah bagaimana berpikir secara positif
 keterampilan emosional yang intinya adalah bagaimana berkomunikasi dengan orang lain
secara efektif;
 keterampilan spiritual yang intinya adalah bagaimana bersyukur dan berdoa untuk
memperoleh keridhoan Allah Swt.;
 keterampilan vokasional yang intinya adalah bagaimana menjadikan hobi dan bakat
menjadi usaha untuk hidup mandiri; dan
 keterampilan adversity yang intinya adalah bagaimana menghadapi kesulitan hidup
dengan mengubah hambatan menjadi peluang.

Saat ini persoalan karakter remaja di Indonesia menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan
itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,
wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka
masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai
persoalan karakter remaja di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun
internasional. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi, paling tidak
mengurangi, masalah karakter remaja yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan
dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif dan kuratif karena pendidikan membangun
generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kualitas remaja dalam berbagai aspek yang dapat
memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah karakter bangsa. Sedangkan yang
bersifat kuratif adalah pendidikan dianggap dapat memperbaiki masalah karakter yang telah
terjadi pada para remaja. Inovasi pola kemitraan peran orang tua di lingkungan keluarga dengan
peran guru di lingkungan sekolah dalam pendidikan karakter bagi remaja diharapkan dapat
mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi saat ini dan untuk mengatasi masalah yang
mungkin muncul dimasa yang akan datang. Karena masalah besar hanya mungkin dapat diatasi
secara bersama-sama dan dengan koordinasi yang bagus.

Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter remaja generasi 4.0 ada
2 macam yaitu faktor pendukung antara lain penanaman nilai-nilai karakter sejak dini di dalam
keluarga, keteladanan dari orang tua, lembaga pendidikan (sekolah) yang memberikan
pembelajaran yang berorientasi pada nilai/karakter, pengajaran yang mendidik oleh guru yang
berkompeten, lingkungan tempat tinggal yang menjunjung tinggi norma-norma adat istiadat di
masyarakat sedangkan faktor-faktor penghambat pembentukan karakter remaja antara lain
ketergantungan smartphone dan pergaulan yang menyimpang.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan terjadi
perubahan fisik yang cepat menyamai orang dewasa, tetapi emosinya belum tentu mengikut
perkembangan jasmaninya. Usia remaja adalah usia yang kritis. Secara biologis alat reproduksi
remaja sudah mencapai kematangan (sudah mengalami mimpi basah untuk laki-laki dan sudah
menstruasi untuk perempuan). Artinya mereka sudah mampu aktif secara seksual. Masa ini masa
yang potensial tetapi terlarang melakukan aktualisasi potensi seksual tersebut seiring dengan
makin dininya awal kematangan alat reproduksi (di bawah lima belas tahun) dan naiknya rata-
rata usia pernikahan pertama (di atas 20 tahun). Mereka dituntut untuk mengendalikan dorongan
seksualnya selama masa tersebut. Pengendalian seperti ini memang sangat diperlukan. Dari sudut
pandang agama, pengendalian seperti ini dimaknai sebagai wujud ketakwaan pada Tuhan.
Sementara dari sudut pandang kesehatan reproduksi, menghindari seks sebelum nikah adalah
cara terbaik untuk mencegah penularan infeksi menular seksual dan kehamilan tidak diinginkan.
Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat konsumsi tembakau
tertinggi di dunia. WHO menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa di sebabkan karena
merokok. Kebiasaan merokok pada pelajar di sebabkan karena kesalahpahaman informasi,
pengaruh iklan dan pengaruh teman. Perilaku merokok berkaitan dengan pengetahuan, sikap
seseorang terhadap rokok dan pendidikan. Harapannya dengan diberikan informasi dan
pendidikan
kesehatan tentang tumbuh kembang remaja dan bahaya rokok pada remaja dapat meningkatkan
pengetahuan sebelum dan sesudah sosialisi. Dilakukan pretest dan posttest untuk mengetahui
pengetahuan remaja tersebut.

B. Komunikasi Terapeutik Pada Remaja


Setiap orang pasti menggunakan komunikasi dalam setiap hubungan, dimana keterampilan
berkomunikasi memegang peranan yang penting dalam kehidupan. Komunikasi merupakan
proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi adalah suatu
proses pertukaran, penyampaian dan penerimaan berita, ide atau informasi dari seseorang ke
orang lain. Lebih kompleks komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan perilaku
komunikator kepada komunikan baik yang disadari maupun tidak disadari, ucapan verbal atau
tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan
untuk mempengaruhi orang lain.
Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan
tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dimana dalam membina hubungan
intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden. 1987, hal 103) sedangkan (Indrawati, 2003)
mengatakan komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar. bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk dalam komunikasi interpersonal dengan titik tolak adanya
saling pengertian antar perawat dengan pasien untuk tujuan tertentu. Persoalan mendasar dan
komunikasi ini adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan
pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003).
Masa remaja merupakan proses peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Berbagai
perubahan terjadi baik dari aspek fisik, kognitif, emosional, sosial serta moral. Pada masa
peralihan ini, remaja cenderung terlibat aktif dalam mencoba aktifitas yang baru, dan
mengembangkan hubungan yang lebih bervariasi dan kompleks dengan individu lainnya (OPA,
2018). Kapasitas individu remaja dalam berpikir secara abstrak dan kritis juga berkembang pada
masa ini. Kemampuan remaja dalam berpikir abstrak seringkali ditunjukan melalui proses
komunikasi yaitu adanya diskusi dan perdebatan baik dengan individu maupun kelompok.
Seiring dengan perkembangan kemampuan komunikasi pada remaja, terdapat prinsip yang harus
diperhatikan dalam berkomunikasi pada remaja khususnya bagi orangtua maupun petugas
kesehatan. Prinsip tersebut yaitu sebagai lawan bicara dari remaja hindari beberapa pertanyaan
yang dapat menimbulkan perasaan malu dan sebisa mungkin untuk menjaga kerahasiaan dalam
komunikasi untuk menghindari timbulnya rasa tidak percaya remaja tersebut.

1. Sikap Terapeutik Berkomunikasi Dengan Remaja :


Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja
banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan adaptasi. Remaja sering
tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan
Hal ini akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutma komunikasi dengan orang
tua atau orang dewasa lainnya.
Terkait dengan permasalahan di atas, maka dalam berkomunikasi dengan remaja
perawat atau orang dewasa lain harus mampu bersikap sebagai "SAHABAT” untuk
remaja. Tidak meremahkan atau memperlakukan dia sebagai anak kecil dan tidak
membiarkan dia berperilaku sebagai orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus.
Walaupun usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan seperti anak kecil.
Remaja sudah mulai menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang berkumpul
bersama teman sebaya ketimbang dengan orangtua. Sikap yang penting untuk
ditunjukkan pada remaja yaitu harus memastikan remaja tersebut merasa aman dan
nyaman dengan keberadaan kita dengan menunjukan rasa peduli disertai sikap tubuh
berupa memeluk dan merangkul ketika remaja merasa sedih maupun down dengan
masalah yang dihadapinya. Hal ini dilakukan agar remaja mengetahui bahwa kita akan
selalu ada untuk memberikan support dengan membantu memecahkan masalah yang
sedang dihadapi, serta melakukan pendekatan terapeutik dengan memeluk merangkul
serta berupaya meluangkan waktu untuk fokus dengan remaja.
Berikut ini sikap perawat, orang tua atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan saat
berkomunikasi dengan remaja.
a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya, pikiran dan sikapnya.
b. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran dan sikapnya.
c. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespon yang
berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional, maka sikap kita
adalah memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya.
d. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat
berbagi cerita suka dan duka, duduk bersama remaja, memeluk, merangkul,
mengobrol dan bercengkrama dengan mereka serta sering melakukan makan
bersama.

2. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Remaja


Melakukan komunikasi dengan remaja merupakan hal penting yang dilakukan untuk
membangun kedekatan dan menjaga hubungan yang baik dengan remaja. Upaya yang dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan ketika berkomunikasi dengan remaja untuk menggali masalah
yang sedang dihadapi remaja tersebut dapat dilakukan dengan beberapa teknik diantaranya :
a. Adanya pihak ketiga, dimana dalam proses komunikasi dapat melibatkan orangtua
ataupun orang terdekat remaja. Pelibatan ini diharapkan dapat membangun rasa
kepercayaan remaja.
b. Bercerita, melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan
diekspresikan melalui tulisan.
c. Memfasilitasi Remaja, adalah bagian cara berkomunikasi yang digunakan berfokus pada
ekspresi maupun respon yang diungkapkan oleh remaja. Setiap ungkapan yang
ditunjukan remaja dapat direspon dengan mendengarkan penuh perhatian dan
menghindari memberikan respon balik yang negatif kepada remaja tersebut.
d. Meminta Menyebut Keinginan, teknik ini dilakukan dengan cara meminta remaja
menyebutkan apa yang dirinya inginkan ataupun harapan dari hal-hal yang telah
diungkapkan dalam upaya penyelesaian masalah yang dihadapi.
e. Pilihan Pro dan Kontra, dilakukan dalam tujuan agar remaja dapat mengambil keputusan
terhadap masalah yang dihadapi. Teknik yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan
alternatif pilihan berupa hal yang positif dan hal yang negatif.
f. Penggunaan skala, penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam
mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penguapan perasaan nyeri, cemas,
sedih, dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya.
g. Menulis, teknik ini dilakukan pada remaja yang sulit untuk mengungkapkan
permasalahan melalui verbal. Petugas kesehatan dapat meminta remaja menuliskan hal
yang membuat dirinya sedih, marah maupun kecewa.

3. Suasana Komunikasi yang Kondusif Pada Remaja


Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana psikologis
antara perawat/orang tua/orang dewasa lain dengan remaja.
a. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan
fikirannya.
b. Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dianut perlu dihargai.
Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan. dapat menjadi kendala dalam
jalannya komunikasi.
c. Suasana Saling Percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanaya akan dapat
membawa hasil yang diharapkan.
d. Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya
dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal remaja perlu diperhatikan, misalnya ekspresi wajah, gerkan
tubuh dan nada suara yang memberikan tanda tentang status emosionalnya.

4. Penerapan Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Remaja


Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya lebih
mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang masalah yang kompleks.
Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan, mengatur
atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan sendiri
tentang hal yang la bicarakan pada.
Contoh respon yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang bisa
menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam, memperingatkan, memerintah,
menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan, menasehati, menyelesaikan masalah,
menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan, mendesak, mengajari, membuat malu,
menyelidiki, mengusut, dan memuji, menyetujui.

Contoh gambar komunikasi terapeutik pada remaja

Berikut hal yang dapat diterapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik kepada remaja
(Anjaswarni, 2016) :
a. Mendengar aktif, artinya tidak hanya sekedar mendengar, tetapi juga berupaya
memahami dan menghargai apapun hal yang diutarakan remaja. Respon yang dapat
diberikan dalam wujud menerima dan merefleksikan emosi yang ditunjukkan, misalnya
dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu merasa marah karena diejek oleh teman sekolah.” ,
“Saya tahu kamu merasa kecewa dengan nilai yang didapat.”
b. Meluangkan waktu, berikan waktu yang cukup dan fokus untuk berkomunikasi dengan
remaja agar komunikasi yang dilakukan efektif. Ketika memang sedang sibuk dapat
berterus terang dan mengajak remaja untuk berkomunikasi setelah kesibukan selesai dan
berupaya menepati janji untuk meluangkan waktu. Hal ini diperlukan agar terbentuknya
rasa percaya remaja bahwa kita memang support dan ada untuk mereka.
c. Tidak Memaksa remaja, ketika dalam proses komunikasi remaja tidak mau terbuka atau
menolak menceritakan lebih jauh permasalahan yang sedang dihadapi, maka kita tidak
perlu memaksakan untuk bercerita, karena dapat membuat remaja merasa tidak nyaman
jika dipaksa untuk berterus terang. Berikan mereka waktu, hingga dengan sendirinya
mampu berterus terang mengungkapkan apa yang sedang dihadapinya. Anak remaja
terkadang sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk
orang tuanya.
d. Memberikan respon, saat remaja sudah mampu terbuka untuk menceritakan segala hal,
kita sebagai orangtua perlu merespon dengan baik dengan mengutarakan perasaan jika
ada perilaku remaja yang kurang tepat tanpa memarahi atau membentak. Misalnya, “Ibu
khawatir sekali kalau kamu tidak langsung pulang ke rumah. Kalau mau main ke rumah
teman, telepon dulu ibu ya, biar ibu tenang dan tidak kepikiran.”
e. Dorong Bicara yang positif, mengajarkan anak remaja untuk lebih banyak berbicara hal
yang positif dalam kehidupannya. Hal positif yang dapat diajarkan seperti
mengungkapkan hal yang tidak disukai dengan lebih baik yaitu “Aku akan erusaha untuk
sembuh, aku pasti bisa”
f. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Sebagai perawat harus bisa tanggap dalam melihat
sinyal-sinyal emosi maupun sinyal negative yang muncul dari bahasa tubuh remaja.

5. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada Remaja


1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara
efektif.
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
3. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi, bila komunikan bersifat pasif atau tertutup
maka komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
4. Usia Tumbuh Kembang Status Kesehatan Anak
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi
tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke
komunikan dengan baik.
6. Lingkungan
Lingkungan juga sangat berperan penting dalam berkomunikasi, semakin bagus atau
indah lingkungan yang ditempati maka dalam berinteraksi akan terasa nyaman dan aman.

6. Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik

Unsur yang terkandung dalam komunikasi terpeutik antara lain : (Potter dan Perry, 2010)
A. Keramahan
Keramahan merupakan bagian dari komunikasi terpeutik. Keramahan diberikan untuk
memberikan kesan pertama yang menarik hati lawan bicara kita.
B. Penggunaan Nama
Pengenalan diri merupakan suatu yang penting agar tidak menimbulkan
keraguan. Memanggil klien dengan nama akan menunjukkan penghargaan terhadap
pasien itu sendiri.
C. Dapat Dipercaya
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang apabila membantu orang lain tidak akan
memberikan keraguan terhadap orang yang dibantunya. Untuk itu seorang perawat harus
menunjukkan kehangatan, konsistensi, reliabilitas, kejujuran, kompetensi, dan rasa
hormat.
D. Otonomi dan Tanggung Jawab
Seorang perawat harus mampu membuat pilihan sendiri dan berani untuk
mempertanggungjawabkan atas pilihan atau keputusan yang diberikan (Townsend, 2003)
E. Asertif
Komunikasi Asertif memungkinkan Anda untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain (Grover, 2005). Sikap asertif akan
memberikan kepercayaan diri sekaligus penghormatan terhadap orang lain.

7. Pemicu Remaja Mengalami Trauma


Indikasi
Menurut Kymissis (1996) dalam Fleitman (2009) remaja yang mengalami di antaranya:
1. Berbagai kesulitan dengan orang tua dan tekanan kelompok sebaya.
2. Masalah komunikasi dengan lingkungan rumah, sekolah dan sosial.
3. Kekurangan strategi koping dan keterampilan komunikasi.
4. Permasalahan hubungan dengan orang lain seperti orang tua, guru dan sebaya.
5. Perubahan siklus hidup/perkembangan.
6. Remaja yang memerlukan atau menginginkan kepuasan penyesuaian hidup
7. ingin belajar lebih banyak terhadap orang lain atau untuk memecahkan permasalahan
yang serius.
BAB II
Kasus dan Percakapan

Moderator : Putri
Pembuly : Della
: Dwi
: Nafa
Korban : Tiara
Guru : Rafli
Suster 1 : Nia
Suster 2 : Zahra
Suster 3 : Rizka
Ayah : Levinus Dudaii
Ibu : Icha

Tiara, seorang siswi SMA berusia 16 tahun, Tiara sering terkena bully oleh teman
temannya karena fisiknya. Saat pulang sekolah, Tiara sering di bully dan juga di lempari
kertas oleh teman temanya, Tiara di ejek karena penampilannya,selalu dikucilkan dan
diancam , dan bahkan dipermalukan di depan umum, maupun di depan siswa siswi di
kelas lainnya .
Dwi : Sekarang kita ada tugas ga sih?
Della : Ga ada kayaknya
Nafa : Ada... fisika, kalian gak bikin pasti kan ,sama si aku juga blom buat
Dwi : Serius nih???? aduhh mana aku gak bikin lagi
Della : iyaaa mana jam pertama lagi
Mereka bertiga langsung melirik tiara dan mendekati tiara
Dwi : Heh cupu kita liat tugas fisika lo dong
Tiara : Hmmm... tugas, anu di pinjam teman aku dan belum selesai
Della : Pelit banget sih lo
Tiara: Bukan gitu tapi emang lagi di pakai mereka, nanti kalau mereka udah selesai kamu boleh
pinjam
Nafa : Halah bilang aja lo gak mau minjamin (sambil mendorong bahu tiara )
Tiara: Enggak bukan gitu ( sambil melirih )
Bell sekolah berbunyi pak guru pun memasuki kelas dan langsung menagih tugas dari
murid murid nya
Guru : Selamat pagi anak", Sesuai janji bapak hari ini ya kita kumpulkan semua tugas kalian ya
, dan yang tidak bikin silahkan keluar.
Dwi : Haduh mana kita gak bikin lagi ,yok lah keluar
Guru : Kalian lagi kalian lagi emang bandel kalian yah , silahkan keluar dari kelas saya!
Dwi, Della, Nafa : Baik pak (sambil raut wajah kesal)
Dwi, Della dan Nafa keluar dari ruangan kelas sambil menggerutu.
Della : Awas lo cupu, bakalan gua kasih pelajaran (sambil melirik ke arah tiara )
Pada hari itu setelah bell sekolah berbunyi menandakan pulang sekolah. Tiara keluar dari
kelasnya berjalan menuju gerbang sekolah. Baru saja di depan kelas teman temannya
datang menghampirinya . Seketika muka tiara ketakutan karna dia tau teman temannya
akan membulinya.
Dwi : heh tiara ! puas lo kan bikin kita kena hukum
Tiara : ” Aku gak bermaksud gitu “
Della : “Allah gak usah merasa gak bersalah deh, kalau tadi lo minjamin tugas itu, kita
bertiga gak bakalan dihukum kayak tadi .”
Nafa : “Dasar cupu, kampungan ! ” ( sambil mendorong tiara hingga terjatuh )
Tiara terjatuh dan menangis, tidak sampai disitu ketiga teman tiara mengejek dan
melempari tiara dengan kertas
Dwi : huuuu.. dasar dah jelek miskin lagi (hahah)
Della : Rasain tuu, makan tuu kertass ( tertawa sambil melempar kertas kea rah tiara )
Tiara : Apa sih salah aku sama kalian. Kenapa kalian selalu giniin aku ? (sambil menangis )
Dwi : masih bisa nanya salah lo apa, iya ? (hahah)
Nafa :” lo gak salah apa-apa ko cuman kita heran aja kenapa sih ada murid yang cupu kayak lo
gini” ( sambil mencoret wajah tiara seperti badut dengan spidol yang dipegangnya)
Della : udah cupu , jelek , miskin gak tau diri lagi ( tersenyum sinis) ayo guys kita tingalin
aja si cupu ga tau diri ini .
Mereka bertiga pun meninggalkan tiara . dan tiara pun segera pulang kerumahnya. Saat
tiara sampai dirumahnya dia langsung menuju kamarnya , tiara mengurung diri di
kamarnya, tak mau makan dan minum. Disinilah puncak kemarahan tiara yang selama
setahun terkena bully oleh teman temannya. kondisi tiara sekarang depresi dan lemas
sehingga mental nya down . Keluarga tiara sangat khawatir padanya oleh karena itu,
keluarga tiara langsung membawa tiara ke Rumah Sakit. . setiba dirumah sakit Perawat
mulai menangani tiara . Kondisi tiara sangatlah memburuk pada saat itu .
Ibu : suster .. suster tolong periksa anak saya sus
Ayah : iya suster ,anak saya kelihatan sangat lemah sekali dan sulit diajak bicara sus
Suster 3 : Baik bu/ pak ,Bapak dan ibu yang sabar dulu ya pak kami akan menangani anak
bapak .
Suster pun langsung membawa tiara keruangan serta menangani tiara dan berusaha
mengajak tiara berkomunikasi , tapi dengan kondisi tiara yang melemah dan depresi dia
tidak menyahut sama sekali suster tersebut ,hingga pemeriksaan selesai.
Suster 3 : Selamat siang dik,sebelumnya perkenalkan saya suster Rizka yang akan bertugas
menjaga dan memeriksa kondisi adik pada shif pagi ini . Apakah suster boleh tau nama adiknya
siapa
Ibu : Nama anak saya tiara sus
Suster 3 : umur adiknya berapa ?
Ibu : umurnya 16 tahun suster
( sambil mencocok kan gelang pasien ) baik benar ya atas nama tiara umur 16 tahun . Keluhan
apa yang dirasakan adiknya ?
Ibu ; maaf sus , anak saya panas , dan terlihat pusing sus
Suster 3 : Baik ibu disini saya akan melakukan pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi valid tentang kesehatan pasien,waktunya kurang lebih 10 menit sebelum
saya melakukan pemeriksaan apakah ada yang ingin ditanyakan ? ,
Ibu : Tidak ada sus
Suster 3 : Baik jika tidak ada yang ingin ditanyakan, saya akan melakukan pemeriksaan fisik ,
apakah adik bersedia ?
Tiara : ( mengangguk)
Suster 3 : Izin ya adik
Suster melakukan pemeriksaan dari pemeriksaan suhu,nadi,tekanan darah hingga
pernapasannya
Suster 3 : Baik setelah melakukan pemeriksaan , di dapatkan tekanan darah 80/70 Mmhg, suhu
tubuh 38℃, Nadi 50x/menit, pernapasannya 20x/menit , sepertinya anak ibu ini terlalu banyak
pikiran bu.
Ibu : Baik sus, trimakasih ya sus
Suster 3 : Baik ibu , sebelumya saya izin pamit dulu ya bu, , ,nanti ada rekan saya yang datang
untuk membawa obat penurun panas nya dan memantau kondisi adiknya lagi ya bu pada pukul
14.00 WIB. ,kalau ada apa apa keluarga atau adiknya sendiri , bisa menekan tombol yang ada di
sebalah kiri ini ya ,pak,ibu.
Kemudian suster 3 meninggalkan ruangan dan menuju ke nurse station dan bertukar
shif ,selang bebarapa waktu kondisi tiara sudah mulai membaik, tetapi wajahnya masih
saja terlihat murung dan tertekan, lalu suster memasuki ruangan nya.
Suster 1 : selamat siang, saya suster Nia , adik bisa panggil saya, suster Nia. Saya bertugas di
shift siang ini , dan ini rekan saya .
Suster 2 : selamat siang, saya suster Zahra ,saya suster yang bertugas pada shif siang hari ini
Suster 1 : Atas nama siapa adik ? kalau boleh tau
Tiara : nama saya tiara suster
Suster 1 : Umur adik berapa?
Tiara : Umur saya 16 tahun sus (sambil mencocok kan gelang pasien )
Suster 1 : baiklah adik tiara, bagaimana keadaannya sekarang?
Tiara : yahh, seperti inilah sus
suster 2 : maaf dik tiara, bisa dijelaskan maksud dari kata seperti ini, bagaimana ya ?
tiara : begini sus, perut saya masih nyeri dan kepala saya masih berdenyut denyut dan
merasa pusing
Suster 1 : Baik dik, sebelumnya ini untuk obat penurun panasnya diminum setelah makan ya
dik? Apakah adiknya sudah makan ?
Tiara : sudah sus
Suster 2 : Baik dik, jika sudah makan kita langsung minum obat ya dik ,ini dek saya bantu ya dek
( memberikan obat kepeda adiknya )
Setelah selesai minum obat suster pun mencari tau masalah tiara
Suster 2 : Baik dik, apa boleh suster tau kenapa adik bisa sampai seperti ini . gimana kalau adik
menceritakan keluh kesah adik, masalah adik mengenai kenapa adik selalu mengeluh sakit pada
perut.
Tiara : hmmmm...... ( ragu-ragu)
Suster 1 : baiklah, kalau adik belum siap bercerita kepada suster, mungkin nanti kami kembali
lagi beberapa jam kemudian untuk melihat keadaan adik .
Tiara : baik sus...
Beberapa jam kemudian, suster pun datang kembali menemui tiara
Suster 1 : selamat sore dik tiara, gimaana perasaannya sekarang?
tiara: baik sus, nyerinya sudah sedikit berkurang dan saya tidak pusing lagi
suster 1 : Baiklah dik
suster 2 : gimana, udah siap bercerita?
Tiara : sudah sus, saya akan bercerita kenapa saya bisa seperti ini . Suster melihat bagaimana
fisik saya kan?
Suster 2 : iyaa ( sambil mengamati tiara )
Tiara : selama setahun ini, saya sering kena beully oleh teman teman saya, saya di ejek cupu dan
miskin dan saya juga di permalukan di depan umum dan teman teman yang lain, emang ada yang
salah ya suss? Jadi karena fisik saya yang tertekan ini, saya tidak mau makan dan minum saya
tidak peduli lagi dengan penyakit saya . jadi karena itu penyakit saya suka kambuh sus.
Suster 1 : ohh... jadi begitu ya dik (sambil mengelus pundak tiara ). Sekarang suster mengerti
dan merasakan perasaan adik yang sangat tertekan ini. Tetapi sebenarnya adik tidak perlu
mendengarkan omongan mereka karena setiap orang memiliki kelemahan dan kelebihan nya
sendiri.
Suster 2: iya dik, adik itu hebat tapi cuman kurang percaya diri saja sama fisik adik, adik cantik
kok. Karena kecantikan yang sebenarnya adalah hati adik yang tulus. adik cukup menjadi diri
sendiri dan selalu bersyukur. nah, itu saran suster jika teman teman suka bully dan supaya cepat
sembuh dari penyakitnya, adik harus makan yang teratur dan bergizi serta minum obat, agar adik
cepat sembuh. oke?
Tiara : siap sus, sekarang saya lega bisa membagi kesedihan saya pada suster , terima kasih buat
motivasi nya sus saya akan berusaha menjadi diri sendiri dan selalu mengucap syukur. (tiara pun
tersenyum)
Suster 1 : Baik adik, kami izin pergi dulu yadik, jika ada apa apa bisa pencet bel yang disebelah
kiri adik . Semoga cepat sembuh ya dik
Tiara : iya sus,terima kasih suster
Suster 2 : iya dik sama-sama. cepat sembuh yaa dik tiara..
Tiara : iya sus....

Setelah dirawat 2 hari kondisi tiara sudah semakin membaik dan diperbolehkan untuk
pulang.
Diruangan rawat
Suster 1 : Selamat siang adik, masih ingat dengan suster kan dik?, bagaimana keadaannya hari
ini adik? Apakah sudah membaik?
Tiara : siang suster , setelah dirawat selama dua hari dan diberikan pelayanan di sini saya sudah
membaik sus, saya juga sudah percaya diri trimakasih ya sus atas motivasi dan dukungannya
Selama saya di rawat disini.
Suster 1 : baik sama sama adikk ,gitu dong dek harus semangat
Suster 2 : Baik pak/ ibu selain untuk melihat kondisi anak bapak dan ibu tujuan kami kesini ,
kami ingin memberitakuhan bahwa kondisi anak ibu sudah sangat membaik dan sudah bisa
diperbolehkan untuk pulang.
Ayah : Baik terimaksih suster,
Ibu : Terimakasih atas pelayanan ya sus
BAB III
Analisis Kasus

A. Analisis Berdasarkan kasus Pada skenario


Berdasarkan Skenario, kasus yang terjadi adalah Mengenai Bullying pada
Remaja,dimana bullying ini merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan
dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap
orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.Perilaku bullying
juga menyalahgunakan kekuasaan berlangsung terus menerus kepada seseorang yang dirasa
lemah dan fisik berdaya. Berdasarkan kasus Remana berusia 16 Tahun yang merupakan siswa
SMA.Remaja tersebut sering kali ditindas dan dibully ketiga temannya. Karna sedah berkali -kali
dibully Remaja tersebut menjadi murung, menjadi pendiam, tidak percaya diri, takut, cemas,
bakan mengurung diri dikamar. Kondisinya semakin memburuk sehingga Remaja tersebut
dibawa kerumah sakit.

B. Analisis Tindakan Perawat Terhadap Objek (Pasien)


Peran perawat sebagai tenaga kesehatan sangatlah membantu dalam upaya pencegahan
bullying, sebagaimana mestinya peran perawat sebagai advokat dan pendidik. Perawat dapat
melakukan sebuah tindakan berupa pendidikan kesehatan dan upaya untuk pencegahan atau
upaya mengatasi trauma atas tindakan Bullying. Tindakan yang dilakukan perawat pada skenario
perawat menerima pasien dengan baik bersikap ramah dan membantu pasien untuk menangani
masalah yang dialami. Dalam skenario Perawat sudah melakukan tindakan komunikasi
terapeutik yang baik kepada pasien dapat dilihat dari tahap-tahap komunikasi Terapeutik yaitu:
a. Tahap Pra-Orientasi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat sebelum berinteraksi dan
berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan sendiri, serta menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri.
b. Tahap Orientasi
Berdasarkan Teori tahap orientasi merupakan perkenalan yang Dilakukan oleh perawat
saat pertama bertemu dengan Pasien.Perawat memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, agar bisa
lebih terbuka Kepada pasien, dalam tahap ini perawat dan pasien harus Saling membina rasa
percaya, menggali pikiran, serta Merumuskan tujuan bersama untuk mencapai keuntungan bagi
perawat dengan pasien. jika di kaitkan Pada skenario dalam tahap orientasi perawat sudah
melakukan komunikasi dengan baik seperti memberi memberikan salam kepada pasien,
memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien dengan lembut, dan juga menanyakan keadaan
pasien dengan sikap yang penuh perhatian.
c. Tahap kerja
Berdasarkan teori Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. perawat bekerja sama dengan pasien untuk menghadapi masalah yang dihadapi
pasien. Tahap kerja berisi rencana pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat untuk
pasien. Perawat mampu mengnalisa sehingga dapat mengekplorasi, mendengarkan dengan aktif,
refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan.
Pada skenario dalam tahap kerja perawat sudah melakukan komunikasi terapeutik yang baik
seperti Membuat rencana -renacana tindakan untuk mengatasi masalah klien langkah Pertama,
Perawat sudah membina hubungan saling percaya pada pasien.
Langkah yang kedua, perawat mulai Mencari masalah yang dialami oleh pasien dengan
memberikan ruang kepada pasien untuk menyampaikan semua keluh kesahnya secara perlahan .
karena pada langkah ini pasien masih ragu-untuk mengatakan keluh kesah perawat membuat
langkah ke tiga yaitu, Perawat memberikan waktu untuk pasien agar dapat mempersiapkan diri
untuk menceritakan masalah yang dialami.
Langkah ke empat perawat kembali menemui pasien untuk mencari masalah yang dialami
pasien dan mempersilahkan pasien untuk menceritakan masalahnya.Setelah pasien menceritakan
semua keluh kesah dan masalah yang dialami perawat melanjutkan rencana yang berikut nya.
Langkah ke lima yaitu perawat memberikan motivasi dan juga saran kepada pasien dengan
penuh perhatian dan memberikan nasehat kepada pasien agar dapat mengatasi masalah yang
dialami dan pasien menjadi lebih baik.

D. Tahap Terminasi
Merupakan tahap akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Pada terminasi ini
interaksi, lalu perawat dan pasien Membuat kontrak kesepakatan untuk melakukan Pertemuan
selanjutnya dan mengevaluasi keadaan ataupun perasaan pasien.
Komunikasi Terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien pada Skenario sudah
Benar,karena berdasarkan Sumber dari jurnal Adi Husada Nursing dan Jurnal Ilmu Keperawatan
Menyatakan Penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat ini dihubungkan dengan peningkatan
rasa saling percaya antara pasien dan perawat. Dalam memberikan pelayanan kepada
pasien, memberikan asuhan keperawatan, perawat dapat menerapkan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien yang
dilakukan secara sadar ketika perawat dan pasien saling mempengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah pasien serta memperbaiki
pengalaman emosional pasien yang pada akhirnya akan mencapai kesembuhan.komunikasi juga
menjadi hubungan persepsi pasien tentang komunikasi verbal dan nonverbal perawat dengan
tingkat kepuasan pasien. Pada Skenario perawat telah melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan komunikasi terapeutik yang benar perawat juga telah memberikan komunikasi baik
secara Verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal seperti perawat memberikan perhatian
penuh kenapa pasien menanyakan keadaan dan perasaan pasien. Komunikasi non verbal nya
seperti perawat terus mengamati pasien, dan mengelus pundak pasien. Perawat juga sudah
melakukan komunikasi Secara terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya untuk membina
hubungan saling percaya.Dalam skenario Perawat juga mendengarkan semua keluh kesah yang
disampaikan oleh pasien dan juga mampu mengenali perasaan pasien agar terjalinnya
komunikasi terapeutik yang baik dan efektif. Perawat juga memberikan motivasi semangat dan
saran kepada pasien dalam menghadapi masalah yang terjadi ,hingga memastikan pasien benar-
sudah merasa lebih baik dan sembuh setelah mendapatkan tindakan dari perawat seperti
dukungan,motivasi,saran maupun pelayanan dalam kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Pertiwi, M. R., Wardhani, A., Kep, S., Kep, N. M., Raziansyah, S. K., Lucia Firsty, P. K., ... &
Arnianti, S. K. (2022). Komunikasi Terapeutik Dalam Kesehatan. Rizmedia Pustaka Indonesia.

Anjaswarni, T., Kp, S., Kep, M., Anjaswarni, T., Kp, S., & Kep, M. (2016). Komunikasi dalam
keperawatan.

WB Sounders Jakarta. Perusahaan. (1989). Asuhan Keperawatan Berpusat pada Keluarga


Kesehatan Reproduksi Wanita Di Sepanjang Daur Kehidupan 25, 2021
dolescent development (perkembangan remaja)
Jose RL Batubara
Sari pediatri 12 (1), 21-9, 2016 Pembentukan Karakter Remaja Melalui Keterampilan Hidup
Tri Ermayani
Jurnal Pendidikan Karakter 6 (2), 2015
Pendidikan karakter bagi remaja Unang Wahidin Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
2 (03), 256-69, 2017
Peranan orang tua dalam pembentukan karakter remaja generasi 4.0 Siti Fatimah, Febilla Antika
Nuraninda Jurnal Basicedu 5 (5), 3705-3711, 2021

Anda mungkin juga menyukai