Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNOLOGI TERBARU DALAM KLONING GENETIK

DOSEN PENGAMPU :
Dini Rudini,S.Kep.,Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
NAMA : RINANTI AULIA RAHMAN
NIM : (G1B123079)
PRODI : ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia yang telah diberikan, saya dapat menyusun makalah mengenai “TEKNOLOGI
TERBARU DALAM KLONING GENETIK”
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu. Saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapa pun membacanya. Saya juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada saya untuk membuat tugas makalah ini.

Jambi, 5 Oktober 2023

Rinanti Aulia Rahman


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


A. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
B. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penjelasan Tentang Teknologi CRISPR-Cas 9 Terkait Kloning Genetik.. 3


B. Kerja CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik............................................ 3
C. Aplikasi Teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik...................... 5
D. Status Masa Depan dan Kekhawatiran Etis Teknologi CRISPR- Cas 9 terkait
Kloning genetik.......................................................................................... 7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu rekayasa genetika merupakan salah satu cabang ilmu bioteknologi yang selalu
berkembang seiring dengan penemuan teknologi baru pada bidang tersebut. Kloning
merupakan salah satu teknologi dalam rekayasa genetika yang memungkinkan manusia
untuk membuat duplikat baik dalam skala molekuler bahkan hingga skala individu.

Kloning adalah suatu teknik perbanyakan suatu sekuen gen (DNA) dengan cara
menggabungkan suatu sekuen DNA makhluk hidup dengan DNA makhluk hidup lain.
Penerapan kloning pada hewan dan tanaman telah menjawab banyak pertanyaan dalam
bidang biologi dasar (Reece et.al., 2014). Teknologi ini telah banyak digunakan saat ini
untuk berbagai keperluan antara lain untuk membuat tanaman atau hewan transgenik
sintesis enzim yang digunakan dalam keperluan medis, terapi gen sebagai alternatif
pengobatan, pembuatan protein rekombinan yang dapat digunakan dalam berbagai hal dan
lain sebagainya. Menurut Ayala (2015), teknologi kloning di masa depan akan sangat
bermanfaat dalam pengembangan transplantasi organ, penyembuhan jaringan dan sel
syaraf, dan manfaat di bidang kesehatan yang lain. Akan tetapi teknologi ini seringkali
disalah persepsikan oleh masyarakat awam.

Kloning merupakan topik yang sangat menarik untuk diulas oleh media terutama
dengan ide berupa duplikasi hewan yang sudah dewasa yang mendukung ide lain untuk
duplikasi manusia dewasa (Wulff, 2001). Mayoritas masyarakat mempercayai bahwa
kloning selalu berkaitan dengan perbanyakan makhluk hidup seperti penciptaan manusia
dan hewan buatan. Film dokumenter, film popular, dan penyajian berita mengenai kloning
di media masa sering kali memposisikan teknologi ini sebagai kemajuan yang mengancam
keselamatan manusia atau bisa mengubah struktur sosial manusia dibandingkan dengan
pemberitaan mengenai kebermanfaatanya (Maio, 2006). Hal tersebut menyebabkan
tersebarnya informasi bahwa kloning adalah suatu teknik yang melanggar aturan
kemanusiaan dan agama. Informasi tersebut berkebalikan dengan fakta bahwa
teknologi kloning memiliki banyak manfaat dibandingkan dengan kerugian yang
ditimbulkan. Klotzko (2004) dalam bukunya mencontohkan bahwa teknologi kloning yang
dipercaya menyalahi aturan karena dalam percobaannya mengorbankan banyak sampel
uji, dalam kasus kelainan reproduksi, teknologi kloning jauh lebih aman dibandingkan
dengan reproduksi manusia secara alami. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu sosialisasi
mengenai dasar perkembangan teknologi kloning berdasarkan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan sumbernya dengan media dan teknik komunikasi yang tepat
sehingga masyarakat tidak terjebak mempercayai informasi salah yang telah banyak
beredar mengenai teknologi ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik?
2. Bagaimana cara kerja teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik?
3. Bagaimana aplikasi pada teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik?
4. Bagaimana status masa depan dan kekhawatiran etis pada tekonologi CRISPR-Cas 9
Terkait kloning genetik ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan tentang teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik
2. Mengetahui mengenai cara kerja teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik
3. Mengetahui mengenai aplikasi pada teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik
4. Mengetahui mengenai status masa depan dan kekhawatiran etis pada
teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Tentang Teknologi CRISPR-Cas 9 Terkait Kloning Genetik


Teknologi genome editing merupakan metode rekayasa biologi molekuler yang
pendekatannya disinyalir lebih baik dari teknologi manipulasi gen secara transgenesis klasik,
seperti mengintroduksi sifat baru pada tanaman atau hewan dengan rekombinasi genetic
alami dengan cara mengawinkan dengan induk yang lebih baik atau unggul. Genome editing
adalah metode perakitan genetic dimana sebuah sekuens DNA bisa disisipkan, diganti,
dihapus, dan atau dipindahkan dari genom suatu organisme ke organisme lain dengan bantuan
suatu enzim nuclease yang berfungsi seperti gunting molekuler. Tujuan dari metode ini tak
lain adalah mengedit susunan basa DNA pada genom sehingga Ketika diterjemahkan dalam
bahasa asam amino bisa merubah sifat dari organisme tersebut.
Teknologi genome editing generasi awal menggunakan perantara oligonukleotida
(oligonucleotide-mediated mutagenesis, OMM), yang disintesis secara kimiawi dan berfungsi
untuk membantu enzim DNA dalam menemukan situs spesifik gen dan melakukan
penggantian atau penambahan basa DNA. Saat ini, generasi terbaru teknologi genome editing
menggunakan enzim nuclease yang telah dimodifikasi dengan situs terarah (site-directed
nucleases, SDNs; atau site-specific nucleases, SSNs),yang mampu melakukan penargetan
sangat spesifik pada gen yang diinginkan. Pemotongan utas ganda DNA (double strand
breaks, DSBs) oleh enzim SDN akan memicu mekanisme perbaikan/reparasi DNA di dalam
sel tersebut. Jenis reparasi yang dilakukan sel selanjutnya dapat diarahkan untuk
menghasilkan sejumlah modifikasi sekuen DNA, berupa penghilangan sekuen DNA (delesi)
atau penyisipan (insersi) DNA baru dalam berbagai ukuran. Kelompok enzim SDN ada
empat, yaitu meganuclease (MegaN), zinc finger nucleases (ZFNs),transcription activator-
like effector nucleases (TALENs), dan CRISPR/Cas : MegaN adalah endonuclease alami
yang dapat mengenali dan memotong sekuen DNA berukuran besar (12–40 bp).
Para peneliti berusaha untuk menciptakan modul terbaru genome editing dan memiliki
presisi tinggi. Belum lama ini, teknologi tersebut sudah ditemukan dan diberi nama Cluster
Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats associated protein-9 nuclease (CRISPR-
Cas9). Modul teknologi genome editing ini disebut sebagai era penemuan baru dan terbesar
dalam dunia biologi molekuler.
Perkembangan teknologi CRISPR baru-baru ini, semakin mudah untuk merekayasa
genom. Sistem pengeditan genome berdasarkan CRISPR, serta transcription nuclease like
activators (TALENs) dan nuklease zinc finger nuclease (ZFN), menjadi alat yang berharga
untuk penelitian biomedis, penemuan dan pengembangan obat, dan bahkan terapi gen.
Metoda ini secara efektif memasuki sel yang dituju dan melakukan peranannya, sehingga
diperlukan teknologi delivery yang efisien dan aman. Setelah pemotongan terjadi, sel akan
mengalami reparasi DNA secara alami untuk rekombinasi atau induksi insersi dan delesi
(indel). Kelemahan MegaN berupa keterbatasan variasi enzim tersebut dan sekuen targetnya
tidak banyak mencakup lokus-lokus yang penting. ZFNs merupakan protein yang mempunyai
penempelan spesifik sekuen DNA (3 bp). ZFNs dapat mengedit gen spesifik (20 bp DNA)
dari sebuah genom dengan penggabungan 6–8 zinc finger. Protein sintetik ini difusikan
dengan domain katalitik endonuclease FokI untuk menginduksi pemotongan DNA target dan
reparasi DNA. Sementara itu, TALENs adalah enzim restriksi artifisial yang digabungkan
dengan domain katalitik endonuclease FokI dengan monomer yang sesuai dari domain
penempelan DNA yang dapat diarahkan pada sekuen nukleotida tertentu pada genom. Setelah
berada di inti sel, nuclease artifisial akan menempel pada situs target, domain FokI akan
mengalami dimerisasi danmenyebabkan pemotongan DNA utas ganda pada sekuen target.
Apakah sistem CRISPR / Cas9 juga dapat digunakan untuk memanipulasi genom virus
DNA secara efisien, yang mereplikasi secara ekstrachromosomally ke jumlah salinan yang
tinggi, masih harus dipelajari sepenuhnya. Saat ini ini, satu hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem CRISPR / Cas9 memang dapat digunakan untuk memperkenalkan mutasi
dalam gen target dengan efisiensi tinggi dalam genom adenovirus dan virus herpes simpleks
tipe 1 (HSV-1) dalam sel manusia yang baru terinfeksi di dimana virus mengalami replikasi
litik. Namun, masih harus dilihat apakah CRISPR / Cas9 juga dapat memecah genom besar
virus DNA lainnya, terutama dalam sel yang terus-menerus terinfeksi.
Selain itu, metode untuk mengisolasi klon murni dari virus yang diedit untuk karakterisasi
fenotipik belum dijelaskan. Virus Epstein-Barr (EBV) membentuk infeksi persisten seumur
hidup di 95% dari semua orang dewasa. Meskipun tidak menyebabkan penyakit pada
pembawa yang sehat, infeksi EBV secara etiologis terkait dengan berbagai jenis limfoid dan
keganasan epitel, seperti limfoma Burkitt, penyakit Hodgkin, karsinoma nasofaring dan
kanker lambung, pada sebagian kecil individu. Meskipun 0,100 protein virus diekspresikan
selama replikasi EBV produktif, hanya sejumlah transkrip virus yang ditemukan selama
infeksi laten. Untuk menyelidiki bagaimana transkrip-transkrip yang diekspresikan dalam sel
yang terinfeksi secara laten ini dapat berkontribusi pada transformasi seluler dan onkogenesis
yang dipicu EBV, maka diharapkan untuk memperkenalkan mutasi spesifik ke dalam genom
EBV. Ini dicapai pada awalnya dengan rekombinasi homolog dalam sel manusia, yang dalam
beberapa tahun terakhir telah memberi jalan untuk menggabungkan kembali dalam
kromosom buatan bakteri (BAC) yang membawa genom EBV.
Meskipun teknologi BAC sangat efisien dan kuat, ada kendala teknis dan kesulitan yang
membatasi penggunaannya dalam beberapa keadaan. Jika teknologi CRISPR / Cas9 yang
muncul dapat diadopsi untuk pengeditan yang ditargetkan dari genom EBV dalam sel
manusia, itu akan menambah alat baru yang mungkin melengkapi BAC yang bergabung
kembali dalam bakteri. EBV mempertahankan antara lima dan 100 salinan genom sirkular
tertutup kovalen dalam sel yang terinfeksi secara laten. Ini mungkin merupakan tantangan
teknis utama untuk pengeditan yang dilakukan oleh CRISPR / Cas9. Dengan demikian, akan
menarik untuk menentukan apakah genom episom multisopi EBV dalam sel yang terinfeksi
secara laten mungkin rentan terhadap pengeditan yang dimediasi oleh CRISPR / Cas9. Ini
juga akan menarik untuk melihat apakah penanda yang dipilih dapat dimasukkan ke dalam
virus rekombinan selama pengeditan genom EBV yang dimediasi oleh CRISPR / Cas9.

2.2 Cara Kerja CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik


Prinsip kerja dari CRISPR-Cas9 untuk pengeditan gen :
1) sgRNA yang terdiri dari sekuen crRNA yang spesifik menyasar DNA target dan tracrRNA
yang berinteraksi dengan Cas9 protein.
2) Terbentuk ikatan komplek antara sgRNA (single guide RNA) dengan pro mengandung
aktivitas DNA endonuclease.
3) Ikatan komplek tersebut akan menyebabkan dsDNA target terputus.
4) Situs yang terputus tersebut akan diperbaiki olehlewat jalur – non homologous end joining
(NHEJ), proses ini bisa menyebabkan insersi atau penghapusan dari nukleotida yang
menyebabkan rusaknya fungsi gen.
Ada dua komponen utama dalam system CRISPR-Cas9 yaitu protein Cas dan single guide
RNA (sgRNA). Dalam system CRISPR-Cas tipe II, Cas 9 ini merupakan protein penting
yang menjadi karakteristik utama dan system ini yang paling banyak digunakan dalam
penelitian. Hal ini karena CRISPR Cas tipe II ini memiliki komponen yang lebih sederhana
yaitu 3 komponen (Cas9, crRNA dan trRNA) yang lebih mudah diadaptasi dibandingkan
CRISPR-Cas tipe I, III dan IV. Cas 9 berfungsi sebagai enzim yang memotong DNA target di
sekuen yang posisinya dekat dengan situs protospacer adjacent motif (PAM). Sekuen di situs
PAM ini biasanya ditandai dengan 3 basa nukleotida (NGG, dengan N adalah basa nukleotida
yang bisa berupa A: Adenin; T: Timin; C:Cytocine; G:Guanin).
Protein cas9 ini memiliki 2 situs homolog yaitu RuvC dan HNH, yang masing-masing
memotong satu dari untai ganda DNA, yang menghasilkan potongan tumpul (blunt cut) pada
sekuen DNA target. Selanjutnya, sgRNA yang merupakan RNA buatan gabungan dari dua
noncoding RNA yaitu crRNA yang berfungsi sebagai guide yang bisa menyesuaikan dengan
sekuen dariDNA target dan tracrRNA yang berfungsi sebagai scaffold. Cas9 dan sgRNA
dapat dikonstruk dalam satu vector atau bisa menggunakan dua vector yang terpisah dengan
mengkombinasikan dengan jenis promotor dan sekuen dari enzim restriksi lainnya tergantung
dari karakter genom yang ditargetkan. Metode pengeditan dari CRISPR ini, sama dengan dua
teknologi sebelumnya yaitu adanya mekanisme reparasi akibat terpotongnya sekuenDNA
target. Mekanisme reparasi tersebut bisa terjadi secara alami yang bergabung dengan Non-
Homologous End Joining (NHEJ) maupun dengan menggunakan cetakan eksternal yang
diinginkan seperti Homology Repair (HR). Dari mekanisme perbaikan ini maka akan terjadi
insersi basa atau penghapusan nukleotida baru yang menyebabkan terjadinya disfungsi gen.

2.3 Aplikasi Teknologi CRISPR-Cas 9 terkait kloning genetik


Aplikasi CRISPR-Cas 9 Sejak awal kemunculannya, teknologi CRISPR ini telah
membawa angina segar dalam dunia genome editing. Aplikasinya yang sederhana dan relatif
murah telah banyak diterapkan di sel eukariotik, tikus, nematode dan tanaman. Sebagai
contoh nyata Pennisi (2013) melaporkan bahwa 8 bulan sejak kemunculannya di tahun 2007,
teknologi CRISPR ini mampu menciptakan varietas baru dari lalat buah yang memiliki mata
berwarna hitam dengan mengedit gen yang bertanggung jawab terhadap pigmen warna mata
pada lalat buah (Gambar 3). Dalam dunia industri dan therapeutik, penggunaan CRISPR
sangat gencar dilakukan, terbukti dengan dana penelitian yang dikeluarkan mencapai hamper
89 juta dollar pada tahun 2013.Menariknya, publikasi-publikasi ilmiah yang membahas
tentang aplikasi teknik CRISPR ini dalam dunia medis meningkat tajam seperti penggunaan
CRISPR-Cas 9 untuk terapi gen secara in vivo(Ledford, 2015).
Menariknya, publikasi-publikasi tersebut tercatat sebagai terbesar kedua setelah teknologi
induced pluripotent stem sel (iPS) dan diikuti oleh Zinc fingers dan Talens (Ledford, 2015).
Penerapan teknologi CRISPR ini juga menjadi buah bibir dalam dunia pertanian. Setidaknya
pada tahun 2013, ada delapan publikasi ilmiah yang menerapkan teknik ini pada genom
tanaman yaitu di Arabidopsis, tembakau, padi, gandum dan sorgum (Belhaj et al.,2013).
Teknik CRISPR ini diuji dengan assay ekspresi sementara dengan menggunakan transformasi
dari protoplas tanaman serta agroinfiltrasi di jaringan daun. Sebagai contoh pada tahun 2014,
Shan dan koleganya menemukan metode untuk menciptakan mutasi pada padi dan gandum
dengan menggunakan teknik CRISPR ini dengan menggunakan transformasi dari protoplas
dengan masa regenerasi mutan yang relatif cepat selama 13-17 minggu. Menariknya, pada
bulan April 2015, para peneliti melaporkan bahwa mereka berhasil mengedit embrio manusia
dengan menggunakan teknik CRISPR ini.
Meskipun hal ini memunculkan perdebatan di kalangan masyarakat dunia mengenai etis
atau tidak etisnya teknologi CRISPR ini digunakan untuk penelitian pada manusia (Jiang et
al., 2013; Ledford et al.,2015). Dari beberapa contoh aplikasi dan trend dari penggunaan
teknologi CRISPR yang cenderung meningkat dalam dunia penelitian baik biomedis dan
pertanian merupakan bukti nyata bahwa teknik ini merupakan gebrakan baru dalam dunia
genome editing dan biologi molekuler yang tentu saja menimbulkan status pro dan kontra
mengenai status produk yang dihasilkannya di masa depan.
Kemudian Aplikasi Genome Editing Pada Bakteri Asam Laktat Pada tahun 2007,para
peneliti dari Danisco, yang bergerak dalam industry komposisi makanan yang dimiliki oleh
DuPont, melakukan penelitian mengenai bakteri Streptococcus thermophilus yang sangat
penting dalam industry pembuatan yoghurt dan keju. Bakteri ini ternyata menjadi bersifat
lemah, maka diteliti bagaimana caranya menstimullasi agar bakteri ini dapat melawan
serangan virus (fag). Mirip dengan prinsip vaksinasi, jadi bakteri tersebut diekspose dengan
virus agar melawan serangan virus.
Menariknya bakteri tersebut mampu menciptakan kekebalan system imun system yang
memungkinkannya untuk resisten pada serangan virus yang kedua dan seterusnya. Sistem
pertahanan yang ditunjukkan oleh bakteri S. thermophilus tersebut menjadi sangat penting
tidak hanya bagi para ahli makanan dan mikrobiologi tapi para ahli biologi molekuler lainnya
untuk meneliti lebih lanjut. Akhirnya, Danisco dan tim berhasil merubah S.thermophilus yang
resisten terhadap serangan fag dengan menambah atau menghapus spacer DNA yang
bersesuaian dengan fag. Pada saat itu para ahli masih belum memikirkan teknologi tersebut
adalah cara kerja CRISPR dan potensi CRISPR sebagai teknologi genom editing dalam skala
yang lebih besar. Kemudian ahli dari Jerman, Doudna dan Emmanuelle Charpentier (2007)
meneliti lebih jauh dari system CRISPR ini dengan mengaitkan protein lain untuk
mengetahui bagaimana S.thermophilus ini menggunakan DNA spacers dalam system
pertahanan imun mereka.
Kedua ahli ini focus menggunakan system CRISPR ini dengan protein yang disebut Cas9
untuk menyederhanakan system CRISPR dibandingkan dengan yang lain. Bakteri Asam
Laktat untuk fermentasi Tren terbaru dalam menggunakan BAL untuk makanan terkait
dengan memperbaiki sifat-sifat seperti nutrisi (misal produksi vitamin), kualitas organoleptic
(misal pembentukan rasa) atau fungsi teknis (misal pembentukan polisakarida). Bakteri asam
laktat juga merupakan kunci dalam proses fermentasi bahan dasar seperti biji kakao dan biji
kopi yang selanjutnya berpengaruh signifikan pada kualitas produk akhir.

2.4 Status Masa Depan dan Kekhawatiran Etis Teknologi CRISPR- Cas 9
terkait kloning genetik
Mudah dan efisiennya penggunaan teknologi CRISPR ini bukan berarti tanpa hambatan.
Sejak kemunculannya, banyak para peneliti yang memperdebatkan tentang siapa yang berhak
mendapatkan paten dari teknologi ini karena banyaknya pengajuan klaim atas teknologi
ini.Selain itu para peneliti internasional juga mulai memperdebatkan mengenai apakah
produk yang dihasilkan dengan teknologi CRISPR ini masih tergolong sebagai GMO.
Mereka menilai bahwa teknologi genome editing bukan termasuk dalam kategori produk
GMO, karena tidak adanya DNA asing yang dimasukkan dan tidak melibatkan penggunaan
bakteri Agrobacterium yang bersifat pathogen dalam perakitannya (Puchta & Fauser , 2013;
Araki & Ishii, 2015). Dengan kata lain teknik ini meniru proses alami dari sel dan tidak
menyebabkan transformasi gen secara keseluruhan yang merupakan isu sensitif dari produk
GMO. Karena itulah, para peneliti-peneliti internasional berdebat mengenai terminologi
GMO yang dirasa regulasinya tidak lagi valid untuk produk-produk hasil dari teknik genome
editing karena organisme yang dihasilkan lebih disebut sebagai Genetically edited organism
(GEO) (Qaim& Zilberman, 2003). Menariknya, baru baru ini US Department of Agriculture
(USDA) meloloskan jamur hasil dari teknologi CRISPR ini dari regulasi sebagai produk
GMO yang merupakan lampu hijau dari produk hasil genome editing(Waltz, 2016).
Meskipun begitu, kekhawatiran-kekhawatiran mengenai modifikasi genom hasil dari
teknik genome editing ini, yang dimungkinkan tidak bisa dibedakan dengan mutasi alami
yang terjadi di alam dan hasil pemuliaan konvensional seperti pada tanaman atau mutagenesis
kimia atau fisik yang terjadi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran adanya pencemaran plasma
nutfah dari alam dan kekhawatiran akan kestabilan dari gen yang diturunkan ke generasi
selanjutnya. Karena itulah regulasi mengenai GEO ini menjadi topik yang panas di kalangan
pakar peneliti internasional sampai saat ini.
Evaluasi mengenai produk-produk baru dan akhir yang dihasilkan dari teknik genome
editing ini mungkin perlu menjadi perhatian yang serius kedepannya oleh para ahli, agar
masyarakat ter-edukasi dan mampu menentukan pilihan dan sikap yang benar terhadap
produk-produk dari GMO/GEO ini. Namun demikian, terlepas dari adanya kontroversi terkait
regulasi GMO maupun GEO, teknologi CRISPR-Cas9 ini memberikan angin segar bagi para
peneliti, industri dan masyarakat pada umumnya. Karena pada akhirnya, inovasi dan
perkembangan bioteknologi hewan dan tanaman yang dulu sukar diprediksi akan tercerahkan
kedepannya, terutama dengan maraknya isu-isu mengenai pemanasan global dan climate
change yang sekarang banyak diperbincangkan.
Para ilmuwan harus mempertimbangkan banyak masalah etis yang dapat muncul dengan
pengeditan genom, termasuk keamanan. Pertama dan terutama, pengeditan genom harus
aman sebelum digunakan untuk merawat pasien.Beberapa pertanyaan etis lain yang harus
dipertimbangkan oleh para ilmuwan dan masyarakat adalah apakah boleh menggunakan
terapi gen pada embrio ketika tidak mungkin mendapat izin dari embrio untuk perawatan?
Apakah mendapat izin dari orang tua cukup? Bagaimana jika terapi gen terlalu mahal dan
hanya orang kaya yang bisa mengakses dan membelinya? Itu bisa memperburuk kesenjangan
kesehatan antara si kaya dan si miskin. Akankah beberapa orang menggunakan pengeditan
genom untuk sifat-sifat yang tidak penting bagi kesehatan, seperti kemampuan atletik atau
tinggi badan? Apakah itu tidak apa apa? Haruskah para ilmuwan bisa mengedit sel germline?
Suntingan di germline akan diturunkan dari generasi ke generasi.
Kebanyakan orang setuju bahwa para ilmuwan tidak boleh mengedit genom sel germline
saat ini karena keamanan dan komunitas ilmiah di seluruh dunia sedang mendekati penelitian
terapi germline dengan hati-hati karena pengeditan sel germline akan diturunkan dari
generasi ke generasi. Banyak negara dan organisasi memiliki peraturan ketat untuk mencegah
pengeditan germline karena alasan ini. NIH, misalnya, tidak mendanai penelitian untuk
mengedit embrio manusia. Para ilmuwan di seluruh dunia mengadakan konferensi untuk
membicarakan hal ini dan masalah etika serupa pada KTT Internasional tentang Pengeditan
Gen Manusia. Banyak bakteri dan sebagian besar archaea telah mengembangkan sistem imun
adaptif terpandu RNA canggih yang dikodekan oleh lokus CRISPR dan gen (cas) terkait
CRISPR yang menyertainya untuk memberikan kekebalan yang didapat terhadap infeksi
bakteriofag dan transfer plasmid.
Selama proses imunisasi setelah terpapar unsur-unsur genetik penyerang dari phageor
plasmid, fragmen pendek DNA asing diintegrasikan ke dalam pengulangan spacer-spacer
CRISPR dalam kromosom inang sebagai spacer baru, dengan demikian memberikan catatan
genetik infeksi awal yang. memungkinkan tuan rumah untuk mencegah invasi di masa depan
dari penyerang yang sama. Transkripsi selanjutnya dari susunan CRISPR dan pemrosesan
enzim dari transkrip prekursor-CRISPR melalui pembelahan endonukleolitik menghasilkan
RNA CRISPR (crRNA). Pada akhirnya crRNA berisi spacer, segmen pendek RNA yang
melengkapi urutan dari elemen genetik asing, dan 3 ′end berisi sepotong urutan berulang
CRISPR. Pembelahan antara spacer crRNA dan target asing komplementer sequence (proto-
spacer) memicu penghancuran spesifik urutan DNA atau RNA yang diinvasi oleh Cas
nucleases setelah infeksi kedua. Fitur yang menentukan dari sistem CRISPR-Cas adalah
perakitan maturecrRNAs dengan protein Cas ke kompleks efektor-CRRNA untuk
menginterogasi target DNA dan menghancurkan sekuensing urutan dalam asam nukleat
asing.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kloning genetika adalah proses untuk menghasilkan populasi individu yang identik
secara genetik. Teknologi kloning dapat digunakan untuk pengobatan, reproduksi, dan
penggantian. Kloning gen yang menghasilkan salinan gen atau segmen DNA dan kloning sel
punca ataupun sel dewasa dapat diaplikasikan dalam pengobatan. Kloning reproduktif
menghasilkan salinan hewan seutuhnya.
Teknologi CRISPR-Cas9 adalah teknologi rekayasa genetika yang memungkinkan
ilmuwan mengubah DNA banyak organisme, termasuk tumbuhan, bakteri, dan hewan.
Teknologi ini banyak menarik perhatian karena kemudahan penggunaan dan efektifitasnya
yang lebih baik dibandingkan dengan metode rekayasa genetika lainnya. CRISPR-Cas9
adalah sistem rekayasa genetika yang memungkinkan pengeditan DNA secara spesifik,
efisien, dan serbaguna. Teknologi ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu RNA panduan
untuk mencocokkan gen target yang diinginkan dan Cas9 (CRISPR-associated protein 9)
yang berfungsi sebagai enzim pemotong DNA

3.2 Saran
Teknologi kloning pada manusia masih menimbulkan banyak pro-kontra oleh karena itu
perlu diatur dengan rambu-rambu yang rinci atau bahkan mungkin sampai berupa hukum
positif yang mengatur tentang teknologi kloning yang membawa manfaat bagi umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bimantara, A., Tunggali, A. P. P. W., & Rasyid, E. (2020). Pengenalan Teknologi Kloning
Melalui Media Pembelajaran Interaktif “Lakon” pada Siswa SMA di Kota Yogyakarta. Warta
LPM, 24(1), 124-133.
2. Mendel, Y., Kaisermann, J., & Pawlowski, M. Teknik Biologi Molekuler II . Buku
Cambridge Stanford.
3. Bi, Y., Sun, L., Gao, D., Ding, C., Li, Z., Li, Y., Cun, W. & Li, Q. (2014). High-efficiency
targeted editing of large viral genomes by RNA guided nucleases. PLoS Pathog 10,
e1004090. Bo ¨ttcher, R., Hollmann, M.,
4. Merk, K., Nitschko, V., Obermaier, C., Philippou-Massier, J., Wieland, I., Gaul, U.& Fo
¨rstemann, K. (2014). Efficient chromosomal gene modification with CRISPR/cas9 and
PCRbased homologous recombination donors incultured Drosophila cells. Nucleic Acids Res
42, e89. Cai, X., Scha ¨fer, A., Lu, S., Bilello, J. P., Desrosiers, R. C., Edwards, R
5. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-23487-
Modul%208%20bioteknologi%20kedokterah.pdf
6. https://theconversation.com/teknik-rekayasa-dna-crispr-cas9-jadi-inovasi-mutakhir-
bioteknologi-apa-saja-manfaatnya

Anda mungkin juga menyukai