KLONING
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kloning” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Bioteknologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kloning bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dini Fitria, S.Pd., M.Pd, selaku dosen mata
kuliah Bioteknologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah
yang lebih baik lagi.
Penulis,
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, bumi kita banyak mengalami kemajuan dan perubahan yang berkesinambungan
si segala sektor kehidupan. Perkara-perkara baru yang belum dikenal oleh manusia sebelumnya
banyak bermunculan. Bahkan, sebelumnya perkara tersebut tidak pernah terbayang akan menjadi
sebuah keniscayaan, kini menjadi kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi.
Banyak sekali orang atau para ilmuan yang melakukan eksperimen yang menjuru agar
manusia lebih maju. Salah satunya adalah mengkloning. Kloning (klonasi) adalah teknik
membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tentu
baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Pada percobaan kloning ini ilmuan ada yang
gagal ada pula yang berhasil. Dengan mengkloning ini makhluk hidup termasuk manusia bisa
digandakan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih banyak laggi tentang kloning.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kloning?
2. Apa saja pembagian cloning?
3. Apa saja bahan dan alat yang digunakan?
4. Bagaimana proses (cara) mengkloning Manusia, Hewan, dan Tumbuhan?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari kloning?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kloning
2. Mengetahui pembagian kloning
3. Mengetahui apa saja bahan dan alat yang digunakan untuk kloning
4. Mengetahui proses (cara) mengkloning Manusia, Hewan, dan Tumbuhan
5. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari kloning
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kloning
Kloning berasal dari kata “klon” dalam bahasa Yunani yang berarti tangkai. Sebelum
klon sebagai kata benda berarti suatu individu yang dihasilkan secara aseksual, suatu individu
yang berasal dari sel somatik tunggal orang tuanya dan secara genetik dia identik (Mahjudin,
2010). Klon dalam kata kerja adalah suaru populasi sel atau organism yang terbentuk dari
pembelahan yang berulang (aseksual) dari suatu sel atau organisme (Rohman, dkk, 2010).
Kloning terjadi secara alami dalam banyak jenis tanaman yaitu dengan cara vegetatif.
Kloning adalah cara bereproduksi secara aseksual atau untuk membuat salinan atau satu set
salinan organisme mengituki fusi atau memasukkan inti diploid kedalam oosit (Scindel, GE Jr.,
2000 dalam Tong, W F., 2002). American Medical Association mendefinisikan kloning sebagai
produksi dari organisme identik secara genetik memalui sel somatik transfer nuklir, walaupun
definisi yang lebih luas sering digunakan untuk memasukkan produksi jaringan dan organ dari
kultur sel atau jaringan menggunakan sel (Tong, W F., 2002).
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetikindividu
identik yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman bereproduksi
secara aseksual. Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan maupun tumbuhan
melalui proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu induk yang sama. Setiap anggota klon
terseut memiliki jumlah susunan genyang sama sehingga kemungkinan besar fenotifnya juga
sama (Rusda, M, 2003).
Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada hewan amphibi (kodok), dengan
mengadakan transplantasi nukleus kedalam telur kodok dinuklcasi atau dihilangkan inti selnya.
Sebagai donor, digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata
donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masuh dapat
membentuk embrio normal.
B. Pembagian Kloning Gen
Menurut Daulay dan Siregar (2005) cloning dapat dibedakan menjadi 3 macam, berdasarkan
cara kerja dan tujuan pembelahannya yaitu:
1. Kloning Embrional
Kloning embrional adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh kembar identic,
dalam apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan terjadi, beberapa buah sel
dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang dalam
kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat, yang selanjutnya
akan diimplementasikan dalam Rahim agar berkembang menjadi individu baru yang
memililki komposisi materi genetic yang sama dengan klonnya.
2. Kloning DNA Dewasa
Kloning DNA dewasa atau cloning reproduktif adalah di rekayasa genetis untuk
memperoleh duplikat dari suatu individu yang sudah dewasa. Dalam teknologi ini, inti sel
berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan kejutan listrik
agar membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan ke dalam Rahim agar
berkembang menjadi janin.
3. Kloning Tetrapeutik
Kloning ini yaitu dilakukan rekayasa genetis untuk memperoleh sel, jaringan atau organ
dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan kesehatan. Dari embrio
hasil rekonstruksi “DNA sel telur”, diambil sel sel bakalnya yang disebut dengan istilah
batang sel. Stemsell adalah sel bakal yang dapat berkembang menjadi berbagai macam
jaringan atau organ sesuai dengan indicator. Melalui kloning ini dapat dikatakan suplai
jaringan dan organ menjadi tidak terbatas, sehingga seseorang yang membutuhkan
cangkokan jaringan atau organ tidak perlu menunggu lama.
C. Bahan dan Alat yang Digunakan Dalam Kloning Gen
1. Enzim retriksi
Enzim yang berfungsi untuk pemotongan DNA sumber gen dan vector cloning. Enzi mini
merupakan gunting canggih yang digunakan ahli biologi molekuler dalam memanipulasi
DNA.
2. Enzim Ligase
Enzim yang berfungsi sebagai penyambung kembali potongan DNA
3. Vektor
Vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai pembawa atau perantara yang akan
membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan memungkinkan
pelaksanaan replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing tersebut.
4. Inang
Tempat DNA dibiakkan biasanya berupa organisme uniseluler contohnya bakteri.
5. Metode untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang
Memasukkan plasmid (yang merupakan vector yang telah disisipi gen) ke dalam sel
melalui beberapa cara yaitu:
a. Pra-Inkubasi
Sel E. coli calon penerima plasmid dipaparkan kepada ion positif kalsium klorida.
Perlakuan ini memberikan cekaman kepada bakteri yang mengakibatkan membran sel
dan dinding sel bakteri tersebut menjadi permeable terhadap plasmid donor. Proses
ini mengakibatkan E. coli menjadi kompeten untuk menerima plasmid.
b. Inkubasi
Plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E. coli kompeten. Suspensi sel E. coli
kompeten lainnya yang tidak dapat ditambah plasmid digunakan sebagai pengontrol.
c. Kejutan Panas
Sel kompeten ditumbuhkan dalam medium kaya nutrisi untuk memberi kesempatan
penyembuhan setelah mengalami cekaman kejutan. Masa penyembuhan biasanya
berlangsung satu waktu generasi (untuk E. coli bekisar antaara 30-45 menit).
d. Penapisan
Sel kompeten yang telah mengalami penyemmbuhan ditapis pada medium padat yang
mengandung senyawa penapis berdasarkan penanda yang dibawa oleh plasmid.
D. Kloning Manusia
Menurut secara teoretis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap makhluk hidup
sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara sistematis. Keempat tahap itu adaah
isolasifragmen DNA, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor, transformasi, dan seleksi hasil
cloning.
1. Isolasi fragmen DNA
Isolasi fragmen DNA yang spesifik dapat dilakukan dengan metode PCR
(polymerase chainreaction) yaitu teknik amplikasi fragmen DNA yang spesifik secara in
vitro. Secara umumDNA yang digunakan untuk PCR adalah total DNA genom yang
diekstraksi dari sel dan tidakmembutuhkan tingkat kemurnian tinggi. Urutan DNA yang
akan diamplikasi secara spesifik akan ditentukan oleh primer-primer yang tersusun dari
nukleotida (Simbolon, 1994). Material yang diperlukan untuk proses PCR adalah DNA
yang mengandung rangkaian urutan yang akan diperbanyak (duplikasi DNA) yaitu
primer, DNA polimerase dan campuran dari empat macam deoksiribo nukleotida-trifosfat
(dATP, dCTP, dGTP dan dTTP) serta MgCl2(Sambrook, 1989).
3. Transformasi DNA
Transformasi adalah proses pemindahan molekul DNA donor dari lingkungan
luar sel. Vektor kloning yang merupakan pembawa gen yang akan dikloning
ditransformasi ke dalam sel inang. Transformasi dapat dilakukan secara alami maupun
buatan. Pada proses transformasi alami, DNA yang berbentuk untai ganda dan memiliki
untaian basa spesifik terhadap protein membran masuk ke dalam bakteri melewati
membran sel bakteri terhidrolisis. Pada transformasi buatan, sel bakteri dibuat menjadi
sel kompeten secara paksa sehingga selubung sel bakteri bersifat permeabel dan
memungkinkan DNA dapat berikatan. Dengan sel dan masuk ke dalam sitoplasma,
kemudian berinteraksi dengan genom sel bakteri (Stainer, 1986). Sel kompeten adalah sel
inang yang memiliki kompetensi untuk dimasuki vektor kloning. Perlakuan untuk
memasukkan sel kompeten dapat dilakukan dengan menggunakan metode kejutan panas
(heat shock) atau kejutan pulsa listrik (metode electroporation) (Sambrook, 1989).
Menurut Biomol (2010) vektor adalah molekul DNA yang berfungsisebagai wahana atau
kendaraan yang akan membawa suatu fragmen DNAmasuk ke dalam sel inang dan memungkink
an terjadinya replikasi dan ekspresifragmen DNA asing tersebut. Vektor yang dapat digunakan p
ada selinang prokariot, khususnya E. coli, adalah plasmid, bakteriofag, kosmid,dan fasmid. Seme
ntara itu, vektor YACs dan Yeps dapat digunakan padakhamir. Plasmid Ti, baculovirus, SV40, d
an retrovirus merupakan vektor-vektor yang dapat digunakan pada sel eukariot tingkat tinggi.
E. Kloning Hewan
Kloning hewan telah muncul sejak awal tahun 1900, tetapi contoh hewan kloning baru dapat
dihasilkan lewat penelitian Wilmut et al pada tahun 1996 dan untuk pertama kali membuktikan
bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa (Hine, 2004). Menurut
Budidaryono (2009), kloning pada hewan dimulai ketika para pakar biologi reproduksi Amerika,
Briggs dan King, pada tahun 1952 berhasil membuat klon katak melalui teknik Transplanting
Genetic Material dari suatu sel embrional katak ke dalam sel telur katak yang telah diambil
intinya.
Pada tahun 1962, Gurdon melakukan transplantasi nukleus sel usus katak (somatik) yang
telah mengalami diferensiasi ke dalam sel telur katak yang telah diambil intinya. Sel telur berinti
sel intestinum tersebut kemudian berkembang menjadi klon katak (Arnold, 2009). Selanjutnya
pada tahun 1967, Mintz berhasil melakukan transplantasi sel somatik embrional pada stadium
blastula dan morula ke dalam rahim seekor tikus sehingga dihasilkan klon tikus (Budidaryono,
2009).
Banyak peneliti yang melaporkan keberhasilannya membuat hewan klon yang dihasilkan
dari teknik transplantasi inti sel somatik. Beberapa diantaranya adalah kijang, keledai, anjing,
kera dan banyak lagi, seperti sapi jantan bernama Gene yang berhasil dikloning oleh Infigen Inc,
dari sebuah sel fetus pada tahun 1997, kambing bernama Mira yang dikoning dari sel embrionik
oleh Genzyme Transgenic Corporation and Tufts University pada tahun 1998. Pada tahun 2004,
dua ekor kucing diklon dengan menggunakan teknologi transfer kromatin. Kedua kucing tersebut
diberi nama Tabouli dan Baba Ganoush (Anonima, 2009).
Spesies hewan lainnya yang menjadi target kloning adalah hewan-hewan yang sudah
hampir punah, hewan steril, infertil, ataupun hewan mati.
Menurut Rusda (2004), secara garis besar manfaat kloning adalah sebagai berikut. a. Untuk
pengembangan ilmu pengetahuan
Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-
embriologi dan diferensiasi.
b.Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
Seperti sapi unggul yang mana, sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika
dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen
yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.
C. Untuk tujuan diagnostik dan terapi
Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika
thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Sekarang
mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat
blastomer. Jika ternyata salah satu klon blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang
menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer
yang lain, sebelum dikembangkan menjadi blastosit. Contoh lain adalah mengkultur sel pokok
(stem cells) in vitro, membentuk organ atau jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan
yang rusak.
D. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis infertilitas dapat
digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia merupakan kondisi yang
menghancurkan atau membuat frustasi. Salah satu bantuan ialah menggunakan teknik fertilisasi
invitro. (in vitro fertilization = IVF).
Namun IVF tidak dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang
tidak dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma, IVF
tidak akan membantu. Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang
revolusioner sebagai pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma
atau telur. Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah
memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.
Secara umum, kloning dapat dilakukan dengan teknik embryo splitting, blastomere
dispersal, dan nuclear transfer atau somatic cell nuclear transfer.
a. Embryo splitting
Pada teknik ini, kumpulan totipoten praembrio sebelum diletakkan ke dalam resipien,
dipilah menjadi dua, yang kemudian menghasilkan dua embrio identik. Cara ini sering terjadi
secara alamiah, yaitu dalam proses yang menghasilkan kembar identik.
b. Blastomere dispersal
Teknik ini dimulai dengan pemisahan secara mekanik sel-sel individual sebelum
pembentukan blastosit (sel-sel awal membentuk bola yang berisi cairan).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kloning diantaranya adalah
spesies, tipe sel donor inti, modifikasi genetik, ovum resipien, perlakuan terhadap sel donor
sebelum transfer inti, dan teknik transfer inti. Menurut Setiawan (2008), penyebab timbulnya
berbagai masalah dalam kloning hewan adalah adanya kesalahan saat pemrograman material
genetik (reprogramming) dari sel donor. Sedangkan menurut HangBao (2004) faktor penyebab
ketidak efisiensian kloning, yaitu tahapan siklus sel donor, ketidaklengkapan pemprograman
ulang nukleus, dan tipe sel donor yang digunakan. Banyak tipe sel yang telah digunakan untuk
transfer inti, diantaranya adalah sel-sel cumulus dan mural granulose. Walaupun demikian, ada
suatu indikasi bahwa tipe sel dan stadium siklus sel saat transfer inti dapat mempengaruhi
efisiensi kloning. Stadium G0/G1 (gambar 2) menjadi stadium terbaik (Hine, 2004). Selain itu,
apabila salah satu tahap kloning kurang optimal, maka akan berpengaruh pada produksi embrio
atau transfer embrio.
Edwars, et. all. (2003) mengemukakan bahwa sedikitnya ada lima periode kegagalan
kloning hewan, yaitu: (1) masa praimplantasi yang ditandai dengan 16 > 65% dari sel embrio
gagal berkembang menjadi morula atau blastokista; (2) usia fetus 30 – 60 hari dapat terjadi
kematian 50-100% embrio yang ditandai dengan tidak adanya detak jantung embrio, plasenta
hypoplastik, dan sebagian berkembang dengan kotiledon rudimenter; (3) keguguran spontan
pada trisemester kedua kehamilan yang disebabkan oleh janin abnormal dan membran janin
menebal dan mengalami edema; (4) trisemester ketiga (usia janin 200-265 hari) yang ditandai
dengan kematian janin hydrallantois, dan pada beberapa kasus terjadi edema parah; (5) tingkat
keberlangsungan hidup yang rendah setelah kelahiran akibat komplikasi. Embrio yang dihasilkan
setelah kelahiran seringkali mengalami kelainan, seperti obesitas dan kematian pada usia dini.
Menurut Ihwan (2009), kelompok kontra kloning diwakili oleh George Annos, seorang
pengacara kesehatan di Universitas Boston dan kelompok pro kloning diwakili oleh Panos
Zavos. Kelompok kontra berpendapat bahwa kloning akan memberi dampak buruk bagi
kehidupan. Sementara itu, kelompok yang mendukung kloning berpendapat bahwa kloning
sangat dibutuhkan oleh manusia sebab kloning ini dapat digunakan untuk memproduksi organ-
organ tubuh pengganti organ yang rusak. Hal ini sangat bermanfaat dalam bidang kesehatan.
Selain itu, kloning juga diharapkan dapat menjadi alternatif untuk melestarikan hewan langka.
Pada dasarnya, penerapan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai sebuah pertimbangan.
Satu hal yang paling esensi untuk setiap karya cipta adalah apapun bentuk teknologinya, manfaat
yang diperoleh harus lebih besar dari dampak yang ditimbulkannya (Budidaryono, 2009).
Budiningsih (2009) mengemukakan bahwa paling sedikit ada tiga hal yang harus dipenuhi
dalam penerapan teknologi kloning, yaitu sebagai berikut.
1. Prosedur untuk kloning reproduktif hewan harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga tingkat
abormalitas yang terjadi pada hewan yang diklon; termasuk primata, tidak melebihi tingkat yang
diamati yang diamati pada prosedur teknologi reproduksi buatan.
2. Metode baru harus dikembangkan untuk menunjukkan bahwa embrio manusia preimplantasi
yang dihasilkan harus normal dalam hal imprinting dan reprogramming.
3. Metode monitoring harus dikembangkan untuk mendeteksi - secara efektif dan komprehensif -
dampak efek terkait pada kloning embrio preimplantasi dan janin. Selain itu, setiap proyek
kloning hendaknya didahului oleh suatu taksiran yang cermat terhadap bahaya-bahaya yang
mungkin terjadi di dalamnya dan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
E. Kloning Tumbuhan
Menurut Daulay Siregar, (2005) ada beberapa keuntungan atau kelebihan dari Kloning,
yaitu:
1. Proses pembuahan yang dilakukan melalui teknologi ini da-at menolong pasangan-
pasangan yang kurang beruntung untuk mendapatkan keturunan.
2. Manusia dapat melakukan cloning ginjal untuk pencangkokan ginjal bagi mereka yang
mengalami gagal ginjal.
3. Manusia dapat mengkloning tulang sumsum untuk orang yang menderita penyakit
leukemia.
4. Dapat mempelajari mematikan dan menghidupkan sel. Sehingga dari proses cloning ini
akan mampu dalam pengobatan penyakit kanker yang menggerogoti sel-sel tubuh
manusia.
5. Teknologi cloning dapat digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
kelainan genetis pada manusia.
Menurut Daulay Siregar, (2005) beberapa implikasi dari Kloning, yaitu:
1. Proses nilai manusia merupakan hak progatif Allah sendiri. Dengan mengkloning
manusia, maka telah memasuki dan mengintervensi ranah kekuasaan Allah.
2. Para ilmuan yang mengadakan cloning tidak seutuhnya percaya bahwa Allah pencipta
yang paling sempurna terhadap seluruh makhluk.
3. Tuhan telah menciptakan manusia berdasarkan keragaman. Dengankloning keragaman
tersebut akan hilang dengan sendirinya.
4. Penghargaan terhadap hasil kreasi para ilmuwan kloning akan merangsang para ilmuwan
lainnya untuk berlomba-lomba menciptakan kreasi-kreasi baru lainnya tanpa
memperdulikan etika.
5. Untuk pengkloningan manusia, diperlukan sejumlah percobaan yang belum tentu akan
berhasil secara maksimal. Hal ini tentu akan merugikan pihak yang akan menjad ibahan
percobaan tersebut.
6. Kloning akan menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap psikologi manusia
kloning. Tidak ada satu orangpun yang bisa menjelaskan identitas individual dan
hubungan manusia kloning dengan orang yang memesannya.
Kloning adalah proses pembuatan sejumlah besar sel atau molekul yang seluruhnya
identic dengan sel atau molekul asalnya. Cloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode
genetic yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan,
maupun manusia. Bahan alat dalam cloning gen yaitu: enzim endonuclease, restriksi, enzim
ligase, vektors, inang (host) dan metoda untuk memasukkan DNA kedalam sel inang.
Berdasarkan kerja dan tujuan pembuatannya terdapat 3 macam cloning yaitu cloning embrional,
cloning DNA dewasa, dan cloning terapeutik.
Saran:
Semoga makalah kelompok kami dapat diterima dan dimengerti, boleh di kritik untuk
menjadikan makalah kami kedepannya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adrinanto, Darren. 2009. Kloning. (On line), (http: //www.scribd. com / doc / 48563165 /
kloning, diakses Tanggal 26 Maret 2017).
Budiningsih, S. 2009. Kloning dan Etik dalam Kedokteran Reproduksi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Daulay, Saleh Partaonan dan Maratua Siregar. 2005. Kloning dalam PerspektifIslam. (On line),
(http://www.scribd.com/doc/93315193/makalah-kloning, diakses tanggal 26 Maret 2017)
Dwijunianto. 2011. Cloning. (Online),
(http://blog.uad.ac.id/ dwijunianto/2011/12/ 20/ kloning/diakses tanggal 26 Maret 2017).
Edwars, J. L., Schrick, F. N., McCracken, M. D., Van Amstel, S. R., Hopkins, F. M., Welborn,
M. G., Davies, C. J. 2003. Cloning Adult Farm Animals: A Review of the Possibilities and
Problems Associated with Somatic Cell Nuclear Transfer. American Journal of Reproductive
Immunology, Volume 50 tahun 2003: 113-123.
Hangbao Ma. 2004. Technique of Animal Clone. Journal Nature and Science, 2(1), 2004: 29-34
Hine, T. M. 2004. Kloning untuk Menghasilkan Hewan dengan Genotip yang Diinginkan.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Rusda, M. 2004. Kloning. Sumatra Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Setiawan, M., Sardjono, CT., Sandra, F. 2008. Menuju Kloning Terapeutik dengan Teknik
SCNT. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 161/ Vol. 35 No. 2 Maret-April 2008: 72-76.