Anda di halaman 1dari 25

GENETIKA

tentang

“Aplikasi DNA”

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5

SUCI PADILAH (16010051)

IQLAS SARI AS (16010055)

TITA YUNIA ZALNI (16010047)

SELFI MUSTIKA AYU (16010050)

PRODI/SESI : BIOLOGI/B

Dosen Pengampu :
Lora Purnamasari, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Aplikasi DNA” yang disusun untuk memenuhi tugas
matakuliah Genetika.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah kami mampu menambah ilmu untuk pembaca dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin.

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Padang, 12 Desember 2018


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... iii

B. Tujuan masalah......................................................................... iii

C. Rumusan masalah...................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Bidang Pertanian ...................................................................... 1


B. Bidang Peternakan ................................................................... 2
C. Bidang Kedokteran ................................................................... 5
D. Bidang Industri ......................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan dibidang teknologi saat ini sudah berkembang sangat
pesat, banyak penemuan baru tentang biologi molekular, diantaranya yaitu
adanya sistem kloning. Sistem kloning itu sendiri merupakan suatu proses
menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama identik secara genetik.
Pada hewan atau tumbuhan tertentu pengkloningan terbentuk secara alami
yaitu kebiasaan proses hewan atau tumbuhan bereproduksi aseksual.
Sedangkan dalam bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel atau
organisme.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan tersebut, muncullah
ilmu yang mempelajari mengenai pembentukan kombinasi materi genetik yang
baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga
memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan dalam suatu
sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang yang dikenal sebagai
teknologi DNA rekombinan atau biasa disebut rekayasa genetika. Teknologi ini
memungkinkannya diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam
waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara
konvensional serta memadukan sifat dari dua jenis organisme yang berbeda
(organisme transgenik) dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aplikasi DNA bidang pertanian ?
2. Bagaimana aplikasi DNA bidang peternakan ?
3. Bagaimana aplikasi DNA bidang kedokteran ?
4. Bagaimana aplikasi DNA bidang industri ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aplikasi DNA bidang pertanian.
2. Untuk mengetahui apa saja aplikasi DNA bidang peternakan.
3. Untuk mengetahui apa saja aplikasi DNA bidang kedokteran.
4. Untuk mengetahui apa saja aplikasi DNA bidang industri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aplikasi DNA Bidang Pertanian
Pada tumbuhan/tanaman Teknologi produksi tanaman transgenic. Ahli
rekayasa genetik tanaman melakukan transformasi gen dengan tujuan untuk
memindahkan gen yang mengatur sifat-sifat yang diinginkan dari satu organisme
ke organisme lainnya. Beberapa sifat yang banyak dikembangkan untuk
pembuatan tanaman transgenik, contohnya:
a. Gen resistensi terhadap hama, penyakit dan herbisisda,
b. Gen kandungan protein tinggi
c. Gen resistensi terhadap stres lingkungan seperti kadar alumium tinggi
ataupun kekeringan
d. Gen yang mengekspresikan suatu ciri fenotipe yang sangat menarik seperti
warna dan bentuk bunga, bentuk daun dan pohon yang eksotik
Dalam hubungannya dengan pembuatan tanaman transgenik terdapat tiga
komponen penting yaitu:
a. Isolasi gen target. Gen target yang kita inginkan misalnya gen Bt (gen
tahan terhadap penggerek yang diisolasi dari bakteri Bacillus
thurigenensis) diekstrak kemudian dipotong dengan enzim restriksi. Gen
yang sudah terpotong-potong kemudian diseleksi bagian gen mana yang
menyandikan gen Bt dan diisolasi. Potongan gen Bt kemudian disisipkan
ke dalam DNA sirkular (plasmid) sebagai vektor menghasilkan molekul
DNA rekombinan gen Bt. Vektor yang sudah mengandung molekul DNA
rekombinan gen Bt dimasukkan kembali ke dalam sel inang yaitu bakteri
untuk diperbanyak. Sel inang akan membelah membentuk progeni baru
yang sudah merupakan sel DNA rekombinan gen Bt.
b. Proses transfer gen ke tanaman target. Agar sel DNA rekombinan get
Bt dapat terintegrasi pada inti sel tanaman maka diperlukan vektor yang
lain lagi untuk memindahkan gen Bt ke dalam inti sel tanaman. Vektor
tersebut adalah bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini
menyebabkan penyakit tumor pada tanaman. Penyakit ini akan terjadi bila
terdapat luka pada batang tanaman sehingga memungkinkan bakteri
menyerang tanaman tersebut. Luka pada tanaman mengakibatkan tanaman
mengeluarkan senyawa opine yang merangsang bakteri untuk menyerang
tanaman dimana senyawa ini merupakan sumber carbon dan nitrogen dari
bakteri. Akibat masuknya bakteri menyebabkan terjadinya proliferasi sel
yang berlebihan sehingga menimbulkan penyakit tumor pada tanaman.
Kemampuan untuk menyebabkan penyakit ini pada tanaman ternyata ada
hubungannya dengan DNA sirkular (plasmid) Ti (Tumor inducing
plasmid) dalam sel bakteri A. tumefaciens. Sifat yang menyolok pada
plasmid Ti ialah bahwa setelah infeksi oleh A. tumefaciens, sebagian dari
molekul DNAnya berintegrasi dalam DNA kromosom tanaman. Segmen
ini dikenal dengan nama T-DNA (transfer DNA) Metode kerjasama antara
tanaman dan A. tumefaciens ini digunakan oleh ahli rekayasa genetika
tanaman untuk memindahkan gen Bt agar dapat terintegrasi dalam sel
tanaman. Oleh karena itu langkah selanjutnya adalah menyisipkan DNA
rekombinan yang sudah membawa gen Bt ke dalam plasmid Ti dari A.
tumefaciens. Setelah itu A. tumefaciens yang membawa gen Bt
diinokulasikan pada tanaman. Proses inokulasi tersebut dilakukan pada
tanaman target yang sedang diregenerasikan dalam kultur jaringan. Hal ini
memudahkan bagi proses transfer gen Bt ke dalam inti jaringan tanaman
dimana tanaman masih dalam proses pembelahan sel yang sangat aktif .
c. Expresi gen pada tanaman transgenik. Gen yang sudah dimasukkan ke
dalam tanaman target dalam hal ini adalah gen Bt yang mengekspresikan
tanaman transgenik tahan terhadap hama penggerek harus dapat
diexpresikan. Untuk mengetahui apakah gen tersebut terekspresi atau tidak
digunakan penanda yaitu selectable and scoreable marker, dimana apabila
tanaman target dapat tumbuh pada media yang mengandung antibiotika
atau tanaman target menampakan warna khusus (warna biru untuk
penanda gen gus) maka tanaman target itu adalah tanaman transgenic
sehingga setiap tanaman dapat dibuat menjadi varietas unggul yang
membuat hasil tanaman tersebut meningkat, juga ketahanan terhadap hama
penyakit. Kekhawatiran Dampak Organisme atau Pangan Produk
Transgenik Penerapan bioteknologi seperti manipulasi gen pada tanaman
budidaya telah memberikan manfaat yang tidak terbatas. Secara alamiah
tumbuhan mengalami perubahan secara lambat sesuai dengan keberhasilan
adaptasi sebagai hasil interaksi antara tekanan lingkungan dengan
variabilitas genetika. Campur tangan manusia melalui rekayasa genetik
telah mengakibatkan “revolusi” dalam tatanan gen. Perubahan drastis ini
telah menimbulkan kekhawatiran akan munculnya dampak produk
transgenik baik terhadap lingkungan, kesehatan maupun keselamatan
keanekaragaman. Dalam banyak hal bahaya produk transgenik yang
diduga akan muncul terlalu dibesar-besarkan. Tidak ada teknologi yang
tanpa resiko, demikian pula dengan produk rekayasa genetik. Resiko dari
produk transgenik tidak akan lebih besar dari produk hasil persilangan
alamiah. Beberapa resiko pangan transgenik yang mungkin terjadi antara
lain resiko alergi, keracunan dan tahan antibiotik. Pangan transgenik
berpotensi menimbulkan alergi pada konsumen yang memiliki sensitivitas
alergi tinggi. Keadaan itu dipengaruhi sumber gen yang ditransformasikan.
Kasus ini pernah terjadi pada kedelai transgenik dengan kandungan
methionin tinggi, sehingga produknya tidak diedarkan setelah penelitian
menunjukkan adanya unsur alergi. Kekhawatiran keracunan didasarkan
pada sifat racun dari gen Bt terhadap serangga. Kecemasan tersebut tidak
beralasan karena gen Bt hanya aktif bekerja dan bersifat racun bila
bertemu sinyal penerima dalam usus serangga yang sesuai dengan kelas
virulensinya. Gen tersebut tidak stabil dan tidak aktif lagi pada pH di
bawah 5 dan suhu 65° C , artinya manusia tidak akan keracunan gen Bt
terutama untuk bahan yang harus dimasak terlebih dahulu. Kemungkinan
lain adalah resistensi mikroorganisme dalam tubuh menjadi lebih “kuat”.
Kejadian ini peluangnya kecil karena gen yang ditranfer melalui rekayasa
genetik akan terinkorporasi ke dalam genom tanaman. Kekhawatiran
bahaya terhadap keselamatan sumber daya hayati diduga terjadi melalui
beberapa cara seperti 1) terlepasnya organisme transgenik ke alam bebas,
dan 2) tranfer gen asing dari produk transgenik ke tanaman lain sehingga
terbentuk gulma yang dapat merusak ekosistem yang ada sehingga
mengancam keberadaan sumber daya hayati. Perubahan tatanan gen dapat
mengakibatkan perubahan perimbangan ekosistem hayati dengan
perubahan yang tidak dapat diramalkan . Prinsip dasar biologi molekuler
menunjukkan 2 sumber utama resiko yang mungkin timbul.
Pertama, perubahan fungsi gen melalui proses rekayasa genetik.
Penyisipan gen berlangsung secara acak sehingga sulit untuk dikontrol dan
diprediksikan apakah gen tersebut akan rusak atau berubah fungsi.
Kedua, transgen dapat berinteraksi dengan komponen seluler.
Kompleksitas kehidupan organisme mengakibatkan kisaran interaksi
tersebut tidak dapat di ramalkan atau dikontrol. Secara teoritis tanaman
transgenik merupakan bagian dari masa depan karena sampai saat ini
bukti-bukti ilmiah menunjukkan tidak ada alasan “kuat” untuk
mempercayai adanya resiko “unik“ yang berkaitan dengan produk
transgenik. Produk bioteknologi modern sama aman atau berbahayanya
dengan makanan yang dihasilkan melalui teknik-teknik tradisional.
Bagaimanapun di masa yang akan datang, bioteknologi modern berpotensi
sebagai alat untuk menjawab tantangan dan membuka kesempatan dalam
mengembangkan bidang pertanian terutama untuk memperoleh bahan
makanan yang lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik.
Dengan menggunakan rekayasa genetika (digunakan penyinaran
dengan panjang gelombang tertentu pada saat hewan dan tumbuhan masih
dalam bentuk benih) dihasilkan kelapa hibrida, jagung hibrida, sapi bibit
unggul, ayam berkaki pendek namun berdaging tebal, dan
sebagainya.sebagai contohnya adalah jagung. Pada umumnya jagung
dibudidayakan untuk digunakan sebagai pangan, pakan, bahan baku
industri farmasi, makanan ringan, susu jagung, minyak jagung, dan
sebagainya. Di negara maju, jagung banyak digunakan untuk pati sebagai
bahan pemanis, sirop, dan produk fermentasi, termasuk alcohol. Di
Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu,
jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri
lainnya. perbaikan genetik jagung melalui rekayasa genetik akan menjadi
andalan dalam pemecahan masalah perjagungan di masa mendatang.
Seperti diketahui, pemuliaan secara konvensional mempunyai
keterbatasandalam mendapatkan sifat unggul dari tanaman. Dalam
rekayasa genetic jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari tanaman
jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan
tanaman transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang
mempunyai ketahananterhadap hama. Jagung ini setelah proses
transgenic,akan tahan terhadap hama,sebab gen;gen jagung tersebut telah
diteliti dulu sekaligus hasilnya akan meningkat dari jagung organik.
Pada dasarnya prinsip pemuliaan tanaman, baik yang modern
melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi maupun pemuliaan
tradisional sejak zaman Mendel, adalah sama, yakni pertukaran materi
genetik. Baik seleksi tanaman secara konvensional maupun rekayasa
genetika, keduanya memanipulasi struktur genetika tanaman untuk
mendapatkan kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan.
Bedanya, pada zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses
pemuliaan dilakukan dengan ”mata tertutup” sehingga sifat-sifat yang
tidak diinginkan kembali bermunculan di samping sifat yang diharapkan.
Cara konvensional tidak mempunyai ketelitian pemindahan gen.
Sedangkan pada new biotechnology pemindahan gen dapat dilakukan
lebih presisi dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan
dikembangkannya metode-metode DNA rekombinan.
B. Bidang peternakan
Di Bidang peternakan khususnya sapi, bioteknologi reproduksi mulai
berkembang pesat pada tahun 1970-an. Teknologi Inseminasi Buatan berperan
penting dalam rangka peningkatan mutu genetik dari segi pejantan. Sperma beku
dapat diproduksi dan digunakan dalam jumlah banyak cukup dengan memelihara
pejantan berkualitas baik dipusat IB. Perkembangan IPTEK di bidang reproduksi
ternak dapat diaplikasikan di subsektor peternakan untuk meningkatkan populasi,
produksi dan produktivitas ternak baik secara kualitas maupun kuantitas, antara
lain teknologi.
1. Inseminasi buatan (IB)
2. Transfer embrio (TE)
3. Prosessing semen (pemisahan permatozoa X dan Y)
4. Fertilisasi in vitro
5. Teknologi criopreservasi gamet spermatozoa dan ova
6. Pembentukan ternak transgenik, cloning dan chimera.

1. TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN (IB)


Inseminasi Buatan (IB) adalah proses pemasukan semen (mani) ke
dalam saluran reproduksi (kelamin) betina dengan menggunakan alat buatan
manusia. Tujuan penerapan teknologi IB adalah untuk introduksi/ penyebaran
pejantan unggul di suatu daerah yang tidak memungkinkan untuk kawin alam
serta pelestarian plasma nutfah ternak jantan yang diinginkan. Prosedur
inseminasi buatan tersebut meliputi :
Seleksi Pejantan
Pejantan-pejantan unggul diseleksi dari program breeding terencana
dipakai dalam penyediaan semen beku. Seekor pejantan unggul dapat
menghasilkan 25.000 ekor anak per tahun melalui penggunaan semen beku,
sehingga selama hidup dari seekor pejantan unggul dapat diperoleh 150.000
ekor anak (Sumbung, 2002)
Penampungan Semen
Penampungan semen dapat dilakukan dengan cara menggunakan
vagina buatan, elektroejakulator, dan massage (pengurutan). Penampungan
semen yang umum dan rutin dilakukan dalam kegiatan IB adalah menggunakan
vagina buatan. Vagina buatan adalah selongsong karet yang keras dan kuat
kemudian dilapisi dengan karet yang lembut dan diberi pelicin (vaselin), salah
satu ujungnya dilengkapi dengan tabung untuk menampung semen.
Evaluasi Semen
Sesudah penampungan semen, dilakukan evaluasi semen berupa
penilaian keadaan umum (volume, warna, dan konsistensi), motilitas (gerakan
massa dan gerakan individual), konsentrasi dan penilaian morfologik (kelainan
primer dan sekunder).
Pengenceran Semen
Pengenceran semen dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
seperti buffer isotonik yang berisi karbohidrat sebagai sumber energi, protein
pelindung, antibiotik, dan semen yang akan dibekukan ditambah dengan
crioprotectan (glycerol atau dimethylsulphoxide). Semen sapi dapat diencerkan
10 – 75 kali, semen domba 5 – 10 kali, dan semen kambing 10 – 25 kali, tetapi
semen babi dan kuda hanya 2 – 4 kali saja. Satu kali inseminasi diperlukan 10
– 15 juta spermatozoa motil pada sapi, 200 juta pada domba dan kambing, 500
juta pada babi, dan 1.500 juta pada kuda.
Penyimpanan/ Pembekuan Semen
Semen yang telah diencerkan yang tidak dapat langsung digunakan,
dapat disimpan atau dibekukan. Semen dimasukkan ke dalam straw plastik
volume 0,5 cc atau 0,25 cc (mini straw) kemudian dibekukan dalam nitrogen
cair pada suhu –196oC di dalam kontainer.
Thawing/ Pencairan Semen
Semen yang telah dibekukan dapat dicairkan kembali (thawing) pada
temperature tertentu, kemudian langsung diinseminasikan ke dalam cervix atau
corpus uteri. Semen yang sudah dicairkan tidak boleh dikembalikan lagi/
dibekukan tetapi harus segera dideposisikan pada saluran reproduksi betina.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan
Pelaksanaan inseminasi buatan meliputi : deteksi berahi, waktu
optimum untuk inseminasi, tempat deposisi semen, dan metode inseminasi
buatan.
 Deteksi berahi, dapat dilakukan oleh peternak dengan melakukan
pengawasan secara intensif kepada ternak. Sinkronisasi berahi dapat
dilakukan untukmendapatkan kelahiran anak dalam waktu yang
bersamaan, terutama untukmemperhitungkan musim saat kelahiran anak.
 Waktu optimum untuk inseminasi, perlu diketahui agar diperoleh angka
konsepsi yang tinggi.
 Tempat deposisi semen, yang paling baik untuk memperoleh angka
konsepsi paling tinggi dilakukan pada posisi 4 yaitu pada pangkal corpus
uteri di belakang cervix.
 Cara pelaksanaan IB, ada dua metode yaitu metode rektovaginal dan
metode
 spekulum. Metode rektovaginal digunakan pada ternak besar sedang
metode
 spekulum pada ternak kecil (domba dan kambing).
2. TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO
Transfer Embrio (TE) merupakan generasi kedua teknologi reproduksi
setelah inseminasi buatan (IB). Teknologi IB hanya dapat menyebarkan bibit
unggul ternak jantan, sedang pada teknologi TE dapat menyebarkan bibit
unggul ternak jantan dan betina. Walaupun demikian, keuntungan utama yang
dapat diperoleh adalah meningkatkan kemampuan reproduksi ternak betina
unggul. Aplikasi TE memerlukan waktu dan biaya yang relatif lebih singkat
dan murah dalam pembentukan mutu genetika yang dikehendaki, sehingga
teknologi ini dapat mempercepat perbaikan mutu ternak dalam rangka
meningkatkan produktivitas ternak.
Metodologi Transfer Embrio
Pelaksanaan transfer embrio merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang terdiri dari : seleksi donor dan resipien, penyerentakan berahi donor dan
resipien, superovulasi donor, inseminasi buatan, panen embrio, penilaian dan
penyimpanan embrio, dan transfer embrio ke resipien.
Seleksi Donor dan Resipien
Ada dua kriteria yang digunakan untuk seleksi donor pada program
TE, yaitu : (1) mempunyai nilai genetik yang baik (meneruskan sifat-sifat
yang diinginkan), (2) mempunyai sifat yang dapat memproduksi embrio yang
dapat ditransfer kemampuan reproduksinya, nilai jual anak yang tinggi, dan
kondisi kesehatan yang baik.
Penyerentakan Berahi Donor dan Resipien
Keberhasilan TE sangat tergantung pada sinkronisasi berahi sapi
donor dan resipien. Penyerentakan berahi umumnya menggunakan
Prostaglandin F2 (PGF2)
Superovulasi Donor
Sapi adalah ternak uniparous (ternak yang hanya menghasilkan satu
keturunan dalam satu masa kebuntingan), sehingga biasanya hanya sebuah sel
telur terovulasi setiap siklus berahi. Superovulasi (menghasilkan banyak sel
telur yang diovulasikan) pada donor dapat dilakukan dengan pemberian obat
penyubur yakni hormone gonadotropin berupa PMSG atau FSH. Standar obat
yang sering digunakan untuk superovulasi adalah Pregnant Mare’s Serum
Gonadotropin (PMSG). Penyuntikan dengan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) menghasilkan CL dan daya hidup embrio yang lebih baik daripada
perlakuan PMSG.
Inseminasi Buatan
Donor yang telah dirangsang dengan superovulasi, dikawinkan
umumnya dengan cara inseminasi buatan (IB) dengan memakai semen
pejantan unggul. Dosis semen ditingkatkan agar jumlah sel telur yang dibuahi
lebih banyak. Umumnya IB dilakukan dua kali dengan tenggang waktu 12
jam.
Panen/ Koleksi Embrio
Panen embrio dapat dilakukan dengan dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan. Pemanenan embrio melalui pembedahan dilakukan pada ternak
ternak kecil seperti kambing dan domba, sedangkan untuk ternak besar seperti
sapi, kerbau dan kuda kedua cara tersebut dapat dipakai.
Cara memanen embrio tanpa pembedahan dilakukan dengan membilas
uterus dengan cairan phosphate buffer saline (PBS) steril yang dimasukkan
dengan menggunakan kateter Foley yang dilengkapi dengan balon penyumbat
melalui cervix (transcervical). Infusi cairan ini dilakukan dengan gerak
gravitasi, dan bila uterus telah penuh, infus dihentikan dan cairan pembilas
dikumpul melalui kateter yang sama ke dalam gelas penampung. Pembilasan
dilakukan beberapa kali pada kedua tanduk uterus (uterine horn). Dengan
mendiamkan cairan pembilas maka, embrio akan mengendap, dan dengan
mengurangi volume cairan embrio dapat diambil dengan pipet Pasteur.
Transfer Embrio Ke Resipien Transfer embrio dapat dilakukan dengan
pembedahan dan tanpa pembedahan. Metode pembedahan cenderung lebih
tinggi dan lebih konsisten tingkat kebuntingannya, tetapi lebih membutuhkan
tenaga yang terampil. Cara tanpa pembedahan sekarang banyak dipakai,
karena lebih cepat dan sederhana, sedangkan angka kebuntingan yang dicapai
sudah sama dengan tanpa pembedahan.

3. TEKNOLOGI PROSESSING SEMEN (PEMISAHAN


SPERMATOZOA X DAN Y)
Sexing dimulai dengan pengkondisian saluran reproduksi ternak
betina agar lingkungan itu menjadi lebih baik bagi spermatozoa X daripada
spermatozoa Y atau sebaliknya. Selanjutnya pemisahan spermatozoa X dan
spermatozoa Y sebelum dilakukan IB atau IVF (In Vitro Fertilization).
Pembentukan Jenis Kelamin
Keberadaan spermatozoa dalam proses pembentukan jenis kelamin
pada kebanyakan makhluk hidup khususnya mamalia, mempunyai arti
penting, karena spermatozoa menentukan jenis kelamin seekor ternak. Proses
ini melibatkan penggabungan antara kromosom seks yang dibawa oleh
spermatozoa dan kromosom seks yang dibawa oleh ovum (sel telur).
Berdasarkan kromosom seks yang dibawanya, spermatozoa pada mamalia
dapat dibedakan atas spermatozoa pembawa kromosom X /Jantan
(spermatozoa X) dan spermatozoa pembawa kromosom Y / betina
(spermatozoa Y).
Pemisahan Spermatozoa
Beberapa metode pemisahan spermatozoa dapat dilakukan adalah
menggunakan kolom albumin, kecepatan sedimentasi, sentrifugasi dengan
gradient densitas percoll, motilitas dan pemisahan elektroforesis, isoelectric
focusing, teknik manipulasi hormonal, H-Y antigen, flow sorting, dan metode
penyaringan menggunakan kolom Sephadex. Metode yang dianggap paling
valid diantara beberapa metode tersebut adalah metode kolom albumin dan
metode penyaringan menggunakan kolom Shepadex .

4. FERTILISASI IN VITRO
Penelitian akhir-akhir ini dikonsentrasikan terhadap satu paket baru.
Sel telur belum matang (oosit) diambil dari ternak hidup atau ovarium berasal
dari ternak betina yang baru dipotong. Oosit tersebut kemudian dimatangkan
dan dibuahi di laboratorium, dan dikultur sampai pada tahap tertentu dan
selanjutnya ditransfer ke ternak resipien atau dibekukan untuk ditansfer
kemudian. Proses ini dikenal sebagai pematangan in vitro atau fertilisasi
buatan atau dikenal sebagai IVM / IVF (In Vitro Maturation/ In Vitro
Fertilization). Proses pengambilan oosit pada mulanya dikonsentrasi pada
penggunaan ovarium dari rumah potong hewan. Sekarang proses ini diganti
dengan suatu metode menghisap oosit belum matang (ovum pick up) dari
ovarium betina hidup.

 
5. TEKNOLOGI CRIOPRESERVASI GAMET (SPERMATOZOA DAN
OVA)
Criopreservasi adalah suatu penyimpanan gamet dalam waktu lama
yang dilakukan dalam bentuk beku pada suhu -196 oC (dalam nitrogen cair)
dalam media dengan penambahan crioprotectan. Pada saat tersebut sel dalam
keadaan “ditidurkan”, sehingga metabolisme sel terhenti, tetapi masih
mempunyai kemampuan hidup setelah sel tersebut “dibangunkan” kembali
dengan mencairkan dan mengkultur pada kondisi tertentu secara optimum.
Prinsip terpenting dari criopreservasi adalah pengeluaran sebagian
besar air intraselluler dari sel-sel sebelum membeku. Cryoprotectan
digunakan untuk menghindari terbentuknya kristal-kristal es besar yang dapat
merusak sel dan mencegah keluarnya air terlalu banyak yang sehingga dapat
merusak sel (sel-sel retak karena kekeringan). Crioprotectan intraselluler
seperti gliserol, dimethylsulfoxide (DMSO), etilen glikol, dan 1,2
propanadiol, sedangkan crioprotectan ekstraselluler yaitu polivinil pirolidon
(PVP), gula dengan molekul besar sukrosa dan raffinosa, protein dan
lipoprotein, kuning telur, serum darah dan susu.
6. PEMBENTUKAN TERNAK TRANSGENIK
Transfer materi genetik dengan teknologi rekombinan DNA
merupakan suatu metode penemuan baru untuk menghasilkan ternak
transgenik. Ternak transgenic memperlihatkan bermacam-macam fenotipe
baru melalui ekspresi molekul DNA eksogen. Ternak transgenik dihasilkan
dengan injeksimikro gen ke dalam pronukleus sesaat setelah fertilisasi dan
sebelum terjadi pembelahan pertama zigot, selanjutnya ditanam di dalam
rahim induk pengganti.
Transfer gen (transgenik) artinya penyatuan stabil dari suatu gen dari
spesies lain atau bangsa ternak lain dalam satu spesies, sehingga gen itu
berfungsi pada ternak penerima dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Ternak transgenic adalah seekor ternak DNA keturunannya telah
ditingkatkan melalui penambahan atau penggantian DNA dari sumber lain
melalui rekombinan DNA.
7. CLONING
Pada Embrio Awal Manipulasimikro embrio (micromanipulation)
merupakan cloning dalam pembentukan kembar identik pada saat ini tidak
hanya terbatas pada hewan laboratorium, tetapi juga telah berhasil pada
ternak pelihara. Kembar buatan identik telah berhasil dilakukan dengan
pembelahan embrio (splitting embrio). Pembelahan embrio ini dilakukan
dengan menggunakan suatu pisau pembelah mikroskopis untuk menembus
zona pelucida (selaput pelidung embrio). Embrio yang berumur 7 hari dibelah
menjadi dua bagian yang terdiri atas kira-kira 64 sel. Separuh dari hasil
belahan itu kemudian dibungkus kembali dengan pembungkus alam yang
terpisah (suatu zona pelucida dari embrio yang kurang baik atau yang tidak
dibuahi).
Pembungkus yang kuat namun lentur (zona pelucida) yang
menyelimuti bola sel, memungkinkan penempatan embrio di dalam uterus
induk lain untuk dititipkan selama jangka waktu bunting.
8. PEMBENTUKAN TERNAK CHIMERA
Ternak chimera dibentuk dengan cara meramu blastomer berbagai
jenis ternak. Sel-sel dari beberapa embrio dapat digabungkan dalam suatu
zona pelucida untuk menghasilkan seekor hewan yang merupakan kombinasi
dari beberapa hewan yang telah digabung. Misalnya anak sapi chimera
dihasilkan dengan menggabungkan blastomer dari Bos taurus (sapi Eropah)
dan Bos indicus (sapi India), kemudian dialihkan ke resipien untuk dikandung
sampai lahir. Demikian pula antara domba dan kambing, dengan prosedur
yang sama telah dilahirkan turunan berbadan domba berwajah kambing.
Komposisi tubuh maupun fenotipe ternak chimera ditentukan oleh jumlah
blastomer dari masing-masing jenis yang telah diramu.
C. Bidang Kedokteran
Perkembangan tes DNA bermula ketika penemuan tentang bersatunya
ovum dan sperma untuk dapat terjadinya embrio dan individu baru yang
dikemukakan oleh sarjana Belanda Regnier de Graff pada tahun 1672 . l.
Spallanzani kemudian pa tahun 1785, melakukan penemuan, yaitu tidak akan
terjadi pembuahan dan pertumbuhan embrio pada katak jika cairan mani yang
telah tersaring spermanya dicampur dengan telur betina jenis yang sama.
a) Tes DNA untuk Kepentingan Forensik
Tes DNA dapat mengidentifikasikan kesalahan seseorang dengan
tingkat kepaatian yang tinggi, di karenakan dasar sukuen DBA setiap
individu itu unik. Pada penerapan forensik ini, teknologi DNA yang
digunakan adalah analisis RFLP. Hasil daripada analisis tersebut, yaitu
potongan fragmentasi yang dipisahkan dengan electrophoresis. Metode
ini digunakan untuk membandingan sampel DNA.
b) Tes DNA Untuk Kepentingan medis, Industri Farmasi dan Obatan-
Obatan.
Bioteknologi modern telah memberikan kontribusi besar untuk
bidang kedokteran. Kegunaan besar terdapat pada dagnosis kesalahan
gen manusia dan penyakit lainnya, khususnya terapi gen manusia dan
pengembangan vaksin dan obat-obatan lainnya, yaitu:
a) Diagnosis Penyakit
Bagian baru dari diagnosis penyakit menular telah dibuka oleh
taknologi tes DNA, secara khusus penggunaan PCR dan DNA untuk
melacak patogen yang sulit untuk dilakcak. Contohnya karena dasar
sukuen dari DNAHIV telah diketahui, maka PCR dapat digunakan
untuk menguatkan dan mendeteksi DNAHIV didalam darah atau
sampel jaringan otot. Hal ini merupakan cara terbaik untuk
mendeteksi infeksi lainnya.
b) Terapi Gen Manusia
Setiap gen manusia itu memiliki pekerjaan sendiri- sendiri untuk
menumbuhkan karakter. Tetapi ada beberapa gen yang berinteraksi
atau dipengaruhi gen lain untuk menumbuhkan karakter.

.
D. Bidang Industri
            Teknologi rekayasa genetika dalam bidang industri lebih banyak
diaplikasikan dalam industri farmasi untuk menciptakan banyak produk farmasi
yang sebagian besar merupakan protein. Protein tertentu yang pada kondisi
alaminya hanya dapat diproduksi dalam jumlah sedikit atau hanya dapat
diproduksi oleh organisme tertentu dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dan
cepat dengan cara mentransfer gen tertentu ke mikrobia seperti bakteri, virus,
fungi, dan jenis sel lainnya yang dapat dikultur. Keuntungan penggunaan
mikrobia sebagai penghasil produk dalam industri yaitu mikrobia dapat
dikulturkan dengan cepat dalam lahan kecil untuk menghasilkan produk dalam
jumlah banyak dan waktu yang singkat.
            Secara prinsipnya, mikrobia dimodifikasi dengan dua cara. Cara yang
pertama adalah dengan menyisipkan gen tertentu yang pada awalnya tidak
dimiliki mikrobia tersebut, sehingga mikrobia tersebut menjadi memiliki
kemampuan untuk mensintesis protein yang dikode oleh gen asing tersebut. Cara
yang kedua adalah dengan memasukkan promoter dan sekuen kontrol gen lain
yang sangat aktif ke dalam DNA vektor, sehingga mikrobia mampu mensintesis
produk yang diinginkan dalam jumlah yang lebih banyak (meningkatkan ekspresi
gen). Produk-produk industri farmasi yang dihasilkan melalui rekayasa genetik
pada mikrobia ini antara lain hormon-hormon terapis, enzim, antibiotik, dan
vaksin.

Hormon dan protein terapis


            Produksi hormon-hormon terapis melalui mikrobia mulai dikembangkan
karena adanya berbagai masalah kesehatan, khususnya berkembangnya penyakit-
penyakit degeneratif, baik yang merupakan penyakit genetis atau bukan. Salah
satu penyakit yang banyak diderita masyarakat modern adalah diabetes tipe I,
yaitu penyakit dimana tubuh tidak dapat mensintesis hormon insulin dalam jumlah
cukup untuk pengaturan kadar gula darah. Karena ketidakmampuan tubuh untuk
mensintesis, maka satu-satunya cara pengobatan adalah dengan menginjeksikan
sumber insulin dari luar tubuh, yaitu menggunakan insulin dari ternak seperti babi
ataupun dari cadaver.
            Penggunaan insulin dari cadaver dan hewan menimbulkan banyak
masalah. Selain jumlahnya yang terlalu sedikit untuk mengobati banyak penderita
diabetes tipe I, insulin dari hewan juga berpotensi untuk menimbulkan reaksi
alergik karena ketidakcocokan struktur insulin tersebut. Karena masalah yang ada,
produksi insulin kemudian dialihkan ke cara lain, yaitu dengan merekayasa
mikrobia agar dapat menghasilkan insulin manusia.
            Mikrobia yang digunakan untuk mensintesis insulin manusia adalah
Escherichia coli. Pertama-tama gen pada manusia yang mengkode insulin dan
kloning vektor pUC19 dipotong menggunakan enzim restriksi SalI menghasilkan
sticky ends pada daerah gen LacZ pada plasmid. Kemudian fragmen DNA yang
membawa gen insulin dan vektor disambungkan menggunakan enzim ligase,
menghasilkan sejumlah plasmid rekombinan dan juga plasmid yang gagal
terekombinasi. Plasmid kemudian diintegrasikan kedalam sel E. coli melalui
proses transformasi dan kemudian dikulturkan. Proses seleksi transforman
kemudian dilakukan dengan melihat ekpresi gen resistensi antibiotik dan gen
LacZ untuk menentukan transforman yang mana yang sukses menerima plasmid
rekombinan. Koloni transforman rekombinan kemudian dikulturkan untuk
memproduksi insulin yang akan diekspresikan oleh gen insulin manusia yang
telah disisipkan (Pommerville, 2010). Hormon insulin manusia sintesis, yang
sebagai produk farmasi dinamai dengan Humulin, mulai dipasarkan oleh
perusahaan farmasi Eli Lilly sejak tahun 1982.
            Permasalahan yang sama juga melatarbelakangi rekayasa genetik mikrobia
untuk memproduksi hormon pertumbuhan manusia (hGH). Pada awalnya untuk
mengobati hipopituarisme, kelainan berupa kekerdilan akibat kekurangan hGH,
hGH diekstraksi dari pituitari cadaver. Suatu perusahaan farmasi, Genentech,
kemudian berhasil mensintesis hGH dengan menggunakan expression host bakteri
E. coli dan kemudian dipasarkan dengan nama Protropin sejak tahun 1985. Pada
tahun 2003, perusahaan farmasi Pfizer memasarkan hGH dengan nama Somavert
(Wittmann, 2010).
            Produk farmasi penting lainnya yang dihasilkan dengan rekayasa genetik
adalah protein yang disebut dengan Tissue Plasminogen Activator (tPA). Protein
ini berfungsi untuk membantu melarutkan darah yang membeku dan menurunkan
resiko serangan jantung yang berikutnya jika diberikan sesegera mungkin setelah
serangan pertama (Campbell dan Reece, 2005). Produk tPA rekombinan
dipasarkan oleh Genentech dengan nama Alteplase sejak tahun 1985 (Wu-Pong
and Rojanasakul, 2008).
Antibiotik dan Vaksin
            Produk farmasi lain yang dihasilkan melalui rekayasa genetik adalah
berbagai macam antibiotik yang digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikrobia. Berbeda dengan
rekayasa genetik untuk mensintesis hormon dan protein terapis yang dilakukan
dengan cara menyisipkan gen tertentu yang kemudian akan diekspresikan oleh
expression host, antibiotik memang merupakan produk sampingan dari mikroba
secara alami. Rekayasa genetik dilakukan dengan cara menyisipkan promoter dan
sekuen kontrol gen yang sangat aktif sehingga jumlah produk yang diinginkan
dapat ditingkatkan.
            Fungi Acremonium chrysogenum adalah mikrobia yang digunakan dalam
industri antibiotik penicillin N dan cephalosporin. Kedua antibiotik ini merupakan
produk yang dibentuk dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim bifungsional DAOC
ekpandase-hidroksilase dan DAC asetiltransferase. Kedua enzim ini dikode oleh
gen cefEF dan cefG yang kemudian diamplifikasi dan diperkuat ekspresinya
dengan menggunakan promoter aktif sehingga dapat menghasilkan produk yang
lebih banyak hingga 50% (Hofrichter, 2010).
            Antibiotik lainnya yang disintesis oleh fungi yang diproduksi dalam
industri farmasi adalah erythromycin. Erythromycin adalah antibiotik yang
disintesis oleh Saccharopolyspora erythrae yang digunakan untuk mengobati
infeksi oleh Streptococcus, Staphylococcus, Mycoplasma, Ureaplasma,
Chlamydia, dan Legionella. Peningkatan sintesis erythromycin dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan metabolisme oksigen. Metabolisme oksigen dapat
ditingkatkan dengan mengekspresikan gen haemoglobin bakteri Vitreoscilla
(vhb). Rekayasa genetik pada Sac. erythrea dengan memasukkan gen vhb yang
dikontrol dengan promoter PermE menggunakan vektor pETR432
memperlihatkan hasil produksi erythromycin 60% lebih banyak daripada wild
strain Sac. erythrea (Brunker et. al., 1998).
            Produk lainnya yang dihasilkan melalui rekayasa genetik adalah vaksin.
Vaksin merupakan varian atau derivat patogen tidak berbahaya yang merangsang
sistem imun untuk melawan patogen tersebut. Teknik DNA rekombinan dalam
produksi vaksin digunakkan dalam 2 cara. Cara pertama yaitu dengan mensintesis
protein khusus yang secara alami terdapat pada permukaan patogen untuk
kemudian memicu respon imunitas terhadap jenis protein tersebut. Cara kedua
adalah dengan memodifikasi genom dari patogen sehingga patogenitasnya
melemah dengan teknik penyambungan gen. Cara yang kedua biasanya lebih
efektif karena dapat memicu respon dari sistem imun yang lebih baik (Campbell
dan Reece, 2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah aplikasi DNA ini
adalah pemanfaatan DNA yang diaplikasikan kebanyakan dengan rekayasa
genetika membuat banyak keuntungan dari berbagai bidang kehidupan.
Diantaranya kedokteran, peternakan, pertanian dan industri
DAFTAR PUSTAKA

Afifatun. 2008. Transformasi Plasmid DNA Metode Elektroporasi.


http://afie.staff.uns.ac.id. Diakses tanggal Januari 2011

Aidya.2011. Ligasi dan Transformasi DNA. http://aidya73.wordpress. com.


Diakses tanggal 4 Januari 2011

Anonymous.2010.Tanaman Transgenik. http://www.wikipedia.org. Diakses tgl 2


Januari 2011.

Bioscience.2010. Transformasi Ekspresi Gen Asing Dalam Sel Bakteri.


http://sciencebiotech.net. Di Akses tanggal 4 Januari 2011.

Edi, Listanto. 2011. Sains dan Teknologi.http://listantoedy.wordpress.com.


Diakses tanggal 2 Januari 2011

Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suryo. 2005. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wildan Yatim. 1991. Genetika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai