REKAYASA GENETIKA
ZAENAL G70117019
ISRAMINATI NOVITASARI G70117067
LUSI LESTARI G70117164
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
Rahmat dan Karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
REKAYASA GENETIKA” meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Kami selaku penulis mengucapkan terimakasi kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Bioteknologi Farmasi dan Teman teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dikemudian hari,
Aamiin.
penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………………..
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika.
2. Untuk mengetahui apa tujuan rekayasa genetika.
3. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan berkembangnya rekayasa genetika.
4. Untuk mengetahui bagaimna struktur gen prokariotik dan eukariotik?
5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan rekayasa genetika.
6. Untuk mengetahui dampak dari rekayasa genetika.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Operator
Operator merupakan urutan nukelotida yang terletak di antara promotor dan bagian
struktural dan merupakan tempat pelekatan protein represor (penekan atau penghambat
ekspresi gen). Jika ada represor yang melekat di operator maka RNA polimerase kearah
ekspresi gen tidak bisa berlangsung.
Jika di gambar di atas operator disimbolkan dengan warna ungu yg berada di antara
promotor (merah) dan structural gene (hijau). Selain adanya supresor ada juga yg
namanya enhancer. kalo supresor untuk menghambat nah enhancer kebalikannya, dia
malah meningkatkan transkripsi dengan meningkatkan jumlah RNA polimerase. Namun
letaknya tidak pada lokasi yg spesifik spt operator, ada yg jauh di upstreamatau
bahkan downstream dari titik awal transkripsi.
3. Coding Region (Bagian Struktural)
Gen struktural merupakan bagian yang mengkode urutan nukleotida RNA.
Transkripsi dimulai dari sekuens inisiasi transkripsi (ATG) sampai kodon stop (TAA /
TGA / TAG). Pada prokariot tidak ada sekuens intron (yg tidak dapat diekspresikan)
sehingga semuanya berupa ekson. Namun kadang pada archaebacteria dan bakteriofag
ada yg memiliki intron.
4. Terminator
Dicirikan dengan struktur jepit rambut / hairpin dan lengkungan yang kaya yang
akan urutan GC yang terbentuk pada molekul RNA hasil transkripsi.
Pada jasad prokaryot diketahui ada tiga kelompok utama organisasi gen yaitu :
a. Gen independen adalah gen yang ekspresinya tidak tergantung pada ekspresi gen lain
sehingga gen tersebut tidak akan diekspresikan terus menerus (disebut sebagai ekspresi
konstitutif) selama selnya masih tumbuh.
b. Unit transkripsi adalah sekelompok gen yang secara fisik terletak berdekatan dan
diekspresikan bersama – sama karena produk ekspresi gen – gen tersebut diperlukan
dalam suatu rangkaian proses fisiologi yang sama. Contoh unit transkripsi adalah
rangkaian gen yang mengkode rRNA dan tRNA.
c. Kelompok gen adalah beberapa gen yang secara fisik terletak pada lokus yang
berdekatan dan produk ekspresi gen – gen tersebut diperlukan dalam rangkaian
proses fisiologi yang sama, meskipun masing – masing gen tersebut dikendalikan
secara independen, misalnya kelompok gen yang berperan dalam proses penambatan
nitrogen pada bakteri Rhizobium sp.
d. Operon adalah sekelompok ( gen ) struktural yang terletak berdekatan dan ekspresinya
dikendalikan oleh satu promoter yang sama. Masing – masing bagian structural tersebut
mengkode protein yang berbeda tetapi protein – protein tersebut diperlukan untuk
proses metabolism yang sama. Operon merupakan salah satu cirri khas organisasi gen
pada prokaryot. System operon tidak diketemukan didalam organisasi gen pada
eukaryote. Dengan adanya system operon maka rRNA hasil transkripsi gen prokaryot
bersifat polisistronik karena satu molekul mRNA mengkode lebih dari satu protein.
Intron adalah sekuens nukleotida yang tidak akan ditemukan “terjemahannya” didalam
rangkaian asam amino protein yang dikode oleh suatu gen. Intron akan ditranskripsi
tetapi kemudian mengalami pemotongan sehingga tidak akan mengalami translasi.
Sekuens nukleotida yang akan diterjemahkan disebut sebagai ekson. Pada genom
eubakteri , diketahui tidak ada intron, tetapi pada genom arkhaebakteri tertentu
diketahui terdapat intron.
Gen pada jasad eukariot dapat dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu :
1. Gen kelas satu, yaitu gen-gen yang mengkode pembentukan rRNA 5,8s,
rRNA 18s, dan rRNA 28s. Ketiga molekul rRNA tersebut digunakan dalam
pembentukan ribosom.
2. Gen kelas II , yaitu gen – gen yang mengkode sintesis semua molekul protein.
Gen – gen tersebut terlebih dahulu akan disalin menjadi molekul rRNA,
selanjutnya mRNA akan ditranslasi menjadi rangkaian asam amino yang
menyusun suatu protein.
3. Gen kelas III, yaitu gen – gen yang mengkode pembentukan molekul tRNA
dan rRNA 5S. Molekul tRNA digunakan untuk membawa asam amino yang
akan disambungkan menjadi molekul protein dalam proses translasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar bagian struktural dari gen pada
eukariot tingkat tinggi tersusun atas ekson (bagian yang mengkode asam–asam amino)
dan intron (bagian yang tidak akan diterjemahkan menjadi urutan asam amino).
Meskipun demikian tidak semua gen eukariot terinterupsi oleh intron. Pada waktu gen
ditranskripsi, sebenarnya bagian intron juga akan ditranskripsikan tetapi selanjutnya
akan dipotong dari transkrip (mRNA) primer. Selanjutnya hanya ekson – ekson saja
yang akan disambungkan menjadi mRNA yang matang (mature mRNA).
Dalam tubuh manusia terdapat banyak gen (unit dasar hereditas dalam kehidupan
organisme) yang nantinya akan terekspresi menjadi fenotip (sifat yang tampak), misalnya rambut
hitam, kulit sawo matang, hidung mancung, dan sebagainya. Bagaimana suatu gen yang
ukurannya sangat kecil dapat menjadikan rambut kita berwarna hitam?
Dalam istilah biologi molekuler kita kenal dengan istilah Dogma Sentral Biologi Molekuler.
Apakah itu? Dogma di sini adalah suatu kerangka kerja untuk dapat memahami urutan transfer
informasi antara biopolymer (DNA, RNA, protein) dengan cara yang paling umum dalam
organisme hidup. Sehingga secara garis besar, dogma sentral maksudnya adalah semua informasi
terdapat pada DNA, kemudian akan digunakan untuk menghasilkan molekul RNA melalui
transkripsi, dan sebagian informasi pada RNA tersebut akan digunakan untuk menghasilkan
protein melalui proses yang disebut translasi.
Transkripsi merupakan proses sintesis molekul RNA pada DNA templat. Proses ini terjadi pada
inti sel / nukleus (Pada organisme eukariotik. Sedangkan pada organisme prokariotik berada di
sitoplasma karena tidak memiliki inti sel) tepatnya pada kromosom.
Hasil dari proses sintesis tersebut adalah tiga macam RNA, yaitu :
Sebelum itu saya akan memaparkan terlebih dahulu bagian utama dari suatu gen. Gen terdiri atas
: promoter, bagian struktural (terdiri dari gen yang mengkode suatu sifat yang akan
diekspresikan), dan terminator.
Sedangkan struktur RNA polimerase terdiri atas : beta, beta-prime, alpha, sigma. Pada struktur
beta dan beta-prime bertindak sebagai katalisator dalam transkripsi. Struktur sigma untuk
mengarahkan agar RNA polimerase holoenzim hanya menempel pada promoter. Bagian yang
disebut core enzim terdiri atas alpha, beta, dan beta-prime.
Tahapan dalam proses transkripsi pada dasarnya terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. Inisiasi (pengawalan)
Transkripsi tidak dimulai di sembarang tempat pada DNA, tapi di bagian hulu (upstream)
dari gen yaitu promoter. Salah satu bagian terpenting dari promoter adalah kotak Pribnow
(TATA box). Inisiasi dimulai ketika holoenzim RNA polimerase menempel pada promoter.
Tahapannya dimulai dari pembentukan kompleks promoter tertutup, pembentukan kompleks
promoter terbuka, penggabungan beberapa nukleotida awal, dan perubahan konformasi RNA
polimerase karena struktur sigma dilepas dari kompleks holoenzim.
2. Elongasi (pemanjangan )
Proses selanjutnya adalah elongasi. Pemanjangan di sini adalah pemanjangan nukleotida.
Setelah RNA polimerase menempel pada promoter maka enzim tersebut akan terus bergerak
sepanjang molekul DNA, mengurai dan meluruskan heliks. Dalam pemanjangan, nukleotida
ditambahkan secara kovalen pada ujung 3’ molekul RNA yang baru terbentuk. Misalnya
nukleotida DNA cetakan A, maka nukleotida RNA yang ditambahkan adalah U, dan seterusnya.
Laju pemanjangan maksimum molekul transkrip RNA berrkisar antara 30 – 60 nukleotida per
detik. Kecepatan elongasi tidak konstan.
3. Terminasi (pengakhiran)
Terminasi juga tidak terjadi di sembarang tempat. Transkripsi berakhir ketika menemui
nukleotida tertentu berupa STOP kodon. Selanjutnya RNA terlepas dari DNA templat
menuju ribosom.
Adapun proses pembuatan insulin dengan menggunakan plasmid pada bakteri sebagai vektor
pengklon (pembawa DNA) sebagai berikut:
a. Pengisolasian vektor dan DNA sumber gen
Rangkaian DNA yang mengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia yang sebelumnya telah
ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium. Vektor yang digunakan berupa plasmid dari bakteri
Escherichia coli. Plasmid merupakan molekul DNA kecil, sirkuler, dapat bereplikasi sendiri dan
terpisah dari kromosom bakteri. Adapun plasmid yang digunakan mengandung gen:
· Amp-R yang terbukti memberikan resistensi pada sel inang terhadap antibiotik amphisilin.
· LacZ yang mengkode enzim β-galaktosidase yang menghidrolisis gula laktosa.
Plasmid ini memiliki pengenalan tunggal untuk enzim restriksi endonuklease yang
digunakan dan urutan ini terletak dalam gen lacZ.
4. Bidang Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah
terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan
lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam
skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah
tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia
meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik
ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen
bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari sumber-
sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba untuk
mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi, peningkatan
jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke lingkungan tidak lagi bisa
didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah, hidrokarbon klorinasi merupakan contoh
utamanya. Para ahli bioteknologi sedang mencoba merekayasa mikroba untuk mendegradasi
senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau
digunakan oleh para manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke lingkungannya.
Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan
manusia yang tentunya memberikan dampak positif bagi kesejahteraan umat manusia, produk
teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang dihasilkannya) telah
memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial apabila ditinjau dari berbagai
sudut pandang. Adapun kontroversi pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat
dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.
1. Aspek Sosial
a. Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan
sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula,
penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan
menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh
mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ
tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang
kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian
juga, xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell
dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran
terhadap norma agama.
2. Aspek Ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman
persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan
tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajat kemanisan jauh lebih tinggi daripada
gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-
pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari
tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari
kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional.
Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan
kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan
pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
3. Aspek Kesehatan
a. Potensi toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul
bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai
contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara
alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa
genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang
semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik,
misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah
ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan
pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang
sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman,
hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya
genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan
kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum
Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya.
Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga
ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi
.
4. Aspek Lingkungan
a. Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau
Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah
hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman
transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat
menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma
nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam
jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada
jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga
larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten
pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme
nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebaiknya untuk penulisan makalah selanjutnya referensi yang digunakan lebih banyak agar
menambah pengetahuan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Robert K. Murray dkk. 1999. Biokimia Harper Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran; Jakarta