Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BIOTEKNOLOGI FARMASI

REKAYASA GENETIKA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 8

ZAENAL G70117019
ISRAMINATI NOVITASARI G70117067
LUSI LESTARI G70117164

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
Rahmat dan Karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
REKAYASA GENETIKA” meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Kami selaku penulis mengucapkan terimakasi kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Bioteknologi Farmasi dan Teman teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dikemudian hari,
Aamiin.

Palu , oktober 2019

penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………………………………..

Kata pengantar …………………………………………………………………………

Daftar isi …………………………………………………………………………….....

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang ……………………………………………………………


B. Rumusan masalah …………………………………………………………
C. Tujuan ………….…………………………………………………………

BAB II : PEMBAHASAN

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku
bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara “Etimologi”kata genetika berasal dari kata genos dalam
bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula
kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genitika
adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh
karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan
persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa
genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat
keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul
didalamnya.
Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri
serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. kita sebagai manusia tidak hidup
autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka.
karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada
tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh
makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita
mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan
hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu
pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan
dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang
biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi
dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan
pelayanan kebutuhan masyarakat.
Rekayasa genetika dalam arti paling luas adalah penerapan genetika untuk kepentingan
manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam
populasi dapat dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula
dimasukkan. Masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit,
yaitu penerapan teknik-teknik genetika molekular untuk mengubah susunan genetik dalam
kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu rekayasa genetika?
2. Apa tujuan rekayasa genetika?
3. Apa yang menyebabkan berkembangnya Rekayasa genetika?
4. bagaimana struktur gen prokariot bagaimana struktur gen eukariot?
5. Prinsip utama ekspresi gen?
6. Bagaimana penerapan rekayasa genetika?
7. Apa dampak dari rekayasa genetika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika.
2. Untuk mengetahui apa tujuan rekayasa genetika.
3. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan berkembangnya rekayasa genetika.
4. Untuk mengetahui bagaimna struktur gen prokariotik dan eukariotik?
5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan rekayasa genetika.
6. Untuk mengetahui dampak dari rekayasa genetika.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rekayasa Genetika


Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya
dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu menghasilkan produk.
Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen.
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi didifinisikan sebagai
teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel
atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus rintangan
reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan
seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan
perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur
DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari
organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan
dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.

2.2 Tujuan Rekayasa Genetika


Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan
produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen,
peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (serangga,
bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan
(untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah,
kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.
Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja
mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan
kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba
prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.
2.3 Penyebab Berkembangnya Rekayasa Genetika
 Ditemukannya enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi endonuklease
 Ditemukannya pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan operon laktosa
pada prokariota
 Ditemukannya perekat biologi yaitu enzim ligase
 Ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam sel mikroorganisme
Sejalan dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika,
bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan
efisiensi kerja bidang ini.

2.4 Struktur Gen Eukariotik dan Prokariotik

a. Struktur gen prokariot


pada prokariot gennya tersusun secara umum atas promoter, bagian struktural dan
terminator.
1. Promoter
Promoter adalah urutan DNA spesifik yang berperan dalam mengendalikan
transkripsi gen struktural dan terletak di daerah upstream (hulu) dari bagian struktural
gen. Fungsi promoter adalah sebagai tempat awal pelekatan enzim RNA polimerase
yang nantinya melakukan transkripsi pada bagian struktural. Pada prokariot bagian
penting promotornya disebut sebagai Pribnow box pada urutan nukleotida -10 dan -35.
Biasanya berupa TATA box. Pribnow box merupakan daerah tempat pembukaan heliks
DNA untuk membentuk kompleks promotor terbuka. Jadi di TATA box itulah DNA
dipisahkan dan kalo di luar TATA box helix DNAnya tetep berikatan

2. Operator
Operator merupakan urutan nukelotida yang terletak di antara promotor dan bagian
struktural dan merupakan tempat pelekatan protein represor (penekan atau penghambat
ekspresi gen). Jika ada represor yang melekat di operator maka RNA polimerase kearah
ekspresi gen tidak bisa berlangsung.

Jika di gambar di atas operator disimbolkan dengan warna ungu yg berada di antara
promotor (merah) dan structural gene (hijau). Selain adanya supresor ada juga yg
namanya enhancer. kalo supresor untuk menghambat nah enhancer kebalikannya, dia
malah meningkatkan transkripsi dengan meningkatkan jumlah RNA polimerase. Namun
letaknya tidak pada lokasi yg spesifik spt operator, ada yg jauh di upstreamatau
bahkan downstream dari titik awal transkripsi.
3. Coding Region (Bagian Struktural)
Gen struktural merupakan bagian yang mengkode urutan nukleotida RNA.
Transkripsi dimulai dari sekuens inisiasi transkripsi (ATG) sampai kodon stop (TAA /
TGA / TAG). Pada prokariot tidak ada sekuens intron (yg tidak dapat diekspresikan)
sehingga semuanya berupa ekson. Namun kadang pada archaebacteria dan bakteriofag
ada yg memiliki intron.
4. Terminator
Dicirikan dengan struktur jepit rambut / hairpin dan lengkungan yang kaya yang
akan urutan GC yang terbentuk pada molekul RNA hasil transkripsi.
Pada jasad prokaryot diketahui ada tiga kelompok utama organisasi gen yaitu :
a. Gen independen adalah gen yang ekspresinya tidak tergantung pada ekspresi gen lain
sehingga gen tersebut tidak akan diekspresikan terus menerus (disebut sebagai ekspresi
konstitutif) selama selnya masih tumbuh.
b. Unit transkripsi adalah sekelompok gen yang secara fisik terletak berdekatan dan
diekspresikan bersama – sama karena produk ekspresi gen – gen tersebut diperlukan
dalam suatu rangkaian proses fisiologi yang sama. Contoh unit transkripsi adalah
rangkaian gen yang mengkode rRNA dan tRNA.
c. Kelompok gen adalah beberapa gen yang secara fisik terletak pada lokus yang
berdekatan dan produk ekspresi gen – gen tersebut diperlukan dalam rangkaian
proses fisiologi yang sama, meskipun masing – masing gen tersebut dikendalikan
secara independen, misalnya kelompok gen yang berperan dalam proses penambatan
nitrogen pada bakteri Rhizobium sp.
d. Operon adalah sekelompok ( gen ) struktural yang terletak berdekatan dan ekspresinya
dikendalikan oleh satu promoter yang sama. Masing – masing bagian structural tersebut
mengkode protein yang berbeda tetapi protein – protein tersebut diperlukan untuk
proses metabolism yang sama. Operon merupakan salah satu cirri khas organisasi gen
pada prokaryot. System operon tidak diketemukan didalam organisasi gen pada
eukaryote. Dengan adanya system operon maka rRNA hasil transkripsi gen prokaryot
bersifat polisistronik karena satu molekul mRNA mengkode lebih dari satu protein.

b. Struktur Gen Eukariot


Secara umum hampir sama dengan prokariot ada promotor, bagian struktural dan
terminator. Perbedaannya hanya pada bagian strukturalnya, terdapat intron dan ekson.
Perbedaan utama antara organisasi gen pada prokaryot dengan eukariot adalah bahwa
bagian struktural gen prokaryot (bakteri) tidak mengandung intron.

Intron adalah sekuens nukleotida yang tidak akan ditemukan “terjemahannya” didalam
rangkaian asam amino protein yang dikode oleh suatu gen. Intron akan ditranskripsi
tetapi kemudian mengalami pemotongan sehingga tidak akan mengalami translasi.
Sekuens nukleotida yang akan diterjemahkan disebut sebagai ekson. Pada genom
eubakteri , diketahui tidak ada intron, tetapi pada genom arkhaebakteri tertentu
diketahui terdapat intron.
Gen pada jasad eukariot dapat dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu :
1. Gen kelas satu, yaitu gen-gen yang mengkode pembentukan rRNA 5,8s,
rRNA 18s, dan rRNA 28s. Ketiga molekul rRNA tersebut digunakan dalam
pembentukan ribosom.
2. Gen kelas II , yaitu gen – gen yang mengkode sintesis semua molekul protein.
Gen – gen tersebut terlebih dahulu akan disalin menjadi molekul rRNA,
selanjutnya mRNA akan ditranslasi menjadi rangkaian asam amino yang
menyusun suatu protein.
3. Gen kelas III, yaitu gen – gen yang mengkode pembentukan molekul tRNA
dan rRNA 5S. Molekul tRNA digunakan untuk membawa asam amino yang
akan disambungkan menjadi molekul protein dalam proses translasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar bagian struktural dari gen pada
eukariot tingkat tinggi tersusun atas ekson (bagian yang mengkode asam–asam amino)
dan intron (bagian yang tidak akan diterjemahkan menjadi urutan asam amino).
Meskipun demikian tidak semua gen eukariot terinterupsi oleh intron. Pada waktu gen
ditranskripsi, sebenarnya bagian intron juga akan ditranskripsikan tetapi selanjutnya
akan dipotong dari transkrip (mRNA) primer. Selanjutnya hanya ekson – ekson saja
yang akan disambungkan menjadi mRNA yang matang (mature mRNA).

2.5 Ekspresi Gen


Ekspresi gen adalah proses dimana informasi dari gen yang digunakan dalam sintesis
produk gen fungsional. Produk-produk ini seringkali protein, tetapi dalam non-protein coding
gen seperti gen rRNA atau gen tRNA, produk adalah RNA fungsional. Proses ekspresi gen
digunakan oleh semua kehidupan yang dikenal - eukariota (termasuk organisme multisel),
prokariota (bakteri dan archaea) dan virus - untuk menghasilkan mesin makromolekul untuk
hidup.
Proses Ekspresi Gen dalam Organisme

Dalam tubuh manusia terdapat banyak gen (unit dasar hereditas dalam kehidupan
organisme) yang nantinya akan terekspresi menjadi fenotip (sifat yang tampak), misalnya rambut
hitam, kulit sawo matang, hidung mancung, dan sebagainya. Bagaimana suatu gen yang
ukurannya sangat kecil dapat menjadikan rambut kita berwarna hitam?

Dalam istilah biologi molekuler kita kenal dengan istilah Dogma Sentral Biologi Molekuler.
Apakah itu? Dogma di sini adalah suatu kerangka kerja untuk dapat memahami urutan transfer
informasi antara biopolymer (DNA, RNA, protein) dengan cara yang paling umum dalam
organisme hidup. Sehingga secara garis besar, dogma sentral maksudnya adalah semua informasi
terdapat pada DNA, kemudian akan digunakan untuk menghasilkan molekul RNA melalui
transkripsi, dan sebagian informasi pada RNA tersebut akan digunakan untuk menghasilkan
protein melalui proses yang disebut translasi.

Transkripsi merupakan proses sintesis molekul RNA pada DNA templat. Proses ini terjadi pada
inti sel / nukleus (Pada organisme eukariotik. Sedangkan pada organisme prokariotik berada di
sitoplasma karena tidak memiliki inti sel) tepatnya pada kromosom.

Komponen yang terlibat dalam proses transkripsi yaitu :


 DNA templat (cetakan) yang terdiri atas basa nukleotida Adenin (A), Guanin (G), Timin
(T), Sitosin (S)
 enzim RNA polimerase
 faktor-faktor transkripsi
 prekursor (bahan yang ditambahkan sebagai penginduksi).

Hasil dari proses sintesis tersebut adalah tiga macam RNA, yaitu :

 mRNA (messeger RNA)


 tRNA (transfer RNA)
 rRNA (ribosomal RNA)

Sebelum itu saya akan memaparkan terlebih dahulu bagian utama dari suatu gen. Gen terdiri atas
: promoter, bagian struktural (terdiri dari gen yang mengkode suatu sifat yang akan
diekspresikan), dan terminator.

Sedangkan struktur RNA polimerase terdiri atas : beta, beta-prime, alpha, sigma. Pada struktur
beta dan beta-prime bertindak sebagai katalisator dalam transkripsi. Struktur sigma untuk
mengarahkan agar RNA polimerase holoenzim hanya menempel pada promoter. Bagian yang
disebut core enzim terdiri atas alpha, beta, dan beta-prime.

Tahapan dalam proses transkripsi pada dasarnya terdiri dari 3 tahap, yaitu :

1. Inisiasi (pengawalan)

Transkripsi tidak dimulai di sembarang tempat pada DNA, tapi di bagian hulu (upstream)
dari gen yaitu promoter. Salah satu bagian terpenting dari promoter adalah kotak Pribnow
(TATA box). Inisiasi dimulai ketika holoenzim RNA polimerase menempel pada promoter.
Tahapannya dimulai dari pembentukan kompleks promoter tertutup, pembentukan kompleks
promoter terbuka, penggabungan beberapa nukleotida awal, dan perubahan konformasi RNA
polimerase karena struktur sigma dilepas dari kompleks holoenzim.

2. Elongasi (pemanjangan )
Proses selanjutnya adalah elongasi. Pemanjangan di sini adalah pemanjangan nukleotida.
Setelah RNA polimerase menempel pada promoter maka enzim tersebut akan terus bergerak
sepanjang molekul DNA, mengurai dan meluruskan heliks. Dalam pemanjangan, nukleotida
ditambahkan secara kovalen pada ujung 3’ molekul RNA yang baru terbentuk. Misalnya
nukleotida DNA cetakan A, maka nukleotida RNA yang ditambahkan adalah U, dan seterusnya.
Laju pemanjangan maksimum molekul transkrip RNA berrkisar antara 30 – 60 nukleotida per
detik. Kecepatan elongasi tidak konstan.

3. Terminasi (pengakhiran)

Terminasi juga tidak terjadi di sembarang tempat. Transkripsi berakhir ketika menemui
nukleotida tertentu berupa STOP kodon. Selanjutnya RNA terlepas dari DNA templat
menuju ribosom.

2.6 Penerapan Rekayasa Genetika Dalam Kehidupan Manusia


Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam
berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Penerapan rekayasa
genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai produk yang dapat meningkatkan
kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya. Produk teknologi tersebut berupa
organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan Genetically Modified Organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi
teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya,
melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh
kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan
organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
1. Bidang Pertanian dan Peternakan
Teknik bioteknologi tanaman di bidang pertanian telah dimanfaatkan terutama untuk
memberikan karakter atau sifat baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika
tanaman memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk
perbaikan sifat tanaman. Beberapa contoh aplikasi rekayasa genetika di bidang pertanian adalah
mengembangkan tanaman transgenik yang memiliki sifat: 1) toleran terhadap zat kimia tertentu
(tahan herbisida); 2) tahan terhadap hama dan penyakit tertentu; 3) mempunyai sifat-sifat khusus
(misalnya tomat yang matangnya lama, padi yang memproduksi beta-karoten dan vitamin A,
kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, kentang dan pisang yang berkhasiat obat, dll.); 4) dapat
mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke
tanaman sehingga tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri); dan 5) dapat menyesuaikan
diri terhadap lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin, dan tanah dengan kandungan garam
tinggi).
Teknologi pemindahan gen atau transformasi gen untuk mendapatkan tanaman transgenik
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Contoh transfer gen secara
langsung adalah perlakuan pada protoplas tanaman dengan eletroporasi atau dengan
polyethyleneglycol (PEG), penembakan eksplan gen dengan gene gun atau di vortex dengan
karbit silikon. Teknik pemindahan gen secara tak langsung dilakukan dengan bantuan bakteri
Agrobacterium tumefaciens.
1) Metode elektroporasi.
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah
elektroporasi dari protoplas, perlakuan polythyleneglycol (PEG) pada protoplas dan kombinasi
antara dua perlakuan tersebut diatas. PEG memudahkan presipitasi DNA dan membuat kontak
lebih baik dengan protoplas, juga melindungi DNA plasmid mengalami degradasi dari enzim
nuklease. Sedangkan elektroporasi dengan perlakukan listrik voltase tinggi meyebabkan
permeabilitasi tinggi untuk sementara pada membran sel dengan membentuk pori-pori sehingga
DNA mudah penetrasi kedalam protoplas. Integritas membran kembali membaik seperti semula
dalam beberapa detik sampai semenit setelah perlakuan listrik. Jagung dan padi telah berhasil
dengan sukses ditransformasi melalui elektorporasi dengan efisien antatar 0,1 – 1 %. Salah satu
kelemahan penggunaan protoplas sebagai eksplan untuk transformasi adalah sulitnya regenerasi
dari protoplas, dan variasi somaklonal akibat panjang periode kultur
2) Karbid silikon (silicon carbide)
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi tanaman
tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung, dan turfgrass adalah penggunaan karbid
silikon (silicon carbide). Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur dengan serat
silicon carbide dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan kedalam tabung
Eppendorf, kemudian dilakukan pencampuran dan pemutaran dengan vortex. Serat karbid
berfungsi sebagai jarum injeksi mikro (micro injection ) untuk memudahkan transfer DNA
kedalam sel tanaman. Metode ini telah digunakan dan menghasilkan tanaman jagung transgenik
yang fertil.
3) Penembakan partikel (Particle bombardment)
Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan metoda gene gun
atau particle bombardment. Metode transfer gen ini dioperasikan secara fisik dengan
menembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau jaringan tanaman. Dengan cara partikel
dan DNA yang ditambahkan menembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan
tersebar dalam secara independen. Telah didemonstrasikan bahwa teknik ini efektif untuk
metransfer gen pada bermacam–macam eksplan. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang
bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama proses penembakan
berlangsung. Penggunaan particle bombardment membuka peluang dan kemungkinan lebih
muda dalam memproduksi tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar
ditransformasi dengan Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi, jagung, dan
turfgrass..
4) Metode transformasi yang dilakukan atau diperantara oleh Agrobacterium tumefaciens.
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media vektor
Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk melakukan transformasi tanaman,
terutama tanaman kelompok dikotil. Bakteri ini mampu mentransfer gen kedalam genom
tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf disc) atau bagian lain dari
jaringan tanaman yang mempunyai potensi beregenerasi tinggi.
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen spesifik DNA
plasmid Ti disebut T-DNA (transfer DNA ) yang berpindah dari bakteri ke inti sel tanaman dan
berintegrasi kedalam genom tanaman. Karena Agrobacterium tumefaciens merupakan patogen
tanaman maka A. tumefaciens yang digunakan sebagai vektor untuk transformasi tanaman adalah
jenis bakteri yang plasmid Ti telah dilucuti virulensinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang
ditransformasi oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu
tanaman sehat hasil rekayasa genetik.
Teknik transformasi melalui media vektor Agrobacterium pada tanaman dikotil telah
berhasil dengan baik tetapi sebaliknya tidak umum digunakan pada tanaman monokotil. Namun
beberapa peneliti telah melaporkan bahwa beberapa strain Agrobacterium berhasil
metransformasi tanaman monokotil seperti jagung dan padi
Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai 1,7
ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara- negara yang
melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta
ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta
ha). Indonesia sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan
transgenik berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung
687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah),
kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah).
Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia
adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi jalar.
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya
penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui
revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang
dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk
pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup
nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk
pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi DNA
rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas pakan dan
bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing, blue tongue
pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi
menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant
bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan
ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan dunia
adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.

2. Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur


Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih
tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan
karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik
yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat dan juga ketahanan tanaman
terhadap hama, dengan mengintroduksi gen Bt yang berhubungan dengan ketahanan serangga
hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal
yang bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga
hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang
berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang
menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein kristal
atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan isolasi Bt yang
mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal
yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman
pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena
mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan serangga dan mudah terurai sehingga tidak
menumpuk dan mencemari lingkungan.
Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur
kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas Uji Terbatas Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghasilkan tanaman sengon (Albazia falcataria) transgenik
pertama di dunia pada tahun 2010 lalu. Kayu sengon bernilai ekonomis yang digunakan untuk
tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan rumah tangga, pagar, hingga pulp dan
kertas. Akar tunggangnya yang kuat, sehingga baik ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena
erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah (Sengonisasi) di sekitar daerah aliran sungai
(DAS). Tanaman sengon transgenik yang mengandung gen xyloglucanase terbukti tumbuh lebih
cepat dan mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman kontrol. Tanaman ini berpotensi
tumbuh lebih cepat saat dipindah ke lapangan.
Florikultur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga.
Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau tanaman untuk kebun,
bunga segar untuk industri potong-Bunga dan dalam pot untuk digunakan dalam ruangan.
Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan budidaya tanaman dan di Floristry dengan
menggunakan teknik biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta berbagai produksi hasil
tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru bagaimana cara menghasilkan tanaman dengan
kualitas yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan mereka untuk melawan dampak
lingkungan. Di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan
masa kesegaran bunga yang lama serta lebih tahan terhadap serangan hama. Demikian pula, telah
dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang
diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.

3. Bidang Farmasi dan Industri


Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat
dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan
sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam
penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi
penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih
efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon
ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan
cara kultivasi biasa. Dengan mentransfer gen untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam
bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat
memproduksi protein dalam jumlah besar, yang secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat
sedikit.
1) Pembuatan insulin melalui proses rekayasa genetika
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula
darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga
sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan sekresi
guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar
tubuh, dapat berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen.
Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin
(diabetes tipe I). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai
polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam
amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.

Adapun proses pembuatan insulin dengan menggunakan plasmid pada bakteri sebagai vektor
pengklon (pembawa DNA) sebagai berikut:
a. Pengisolasian vektor dan DNA sumber gen
Rangkaian DNA yang mengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia yang sebelumnya telah
ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium. Vektor yang digunakan berupa plasmid dari bakteri
Escherichia coli. Plasmid merupakan molekul DNA kecil, sirkuler, dapat bereplikasi sendiri dan
terpisah dari kromosom bakteri. Adapun plasmid yang digunakan mengandung gen:
· Amp-R yang terbukti memberikan resistensi pada sel inang terhadap antibiotik amphisilin.
· LacZ yang mengkode enzim β-galaktosidase yang menghidrolisis gula laktosa.
Plasmid ini memiliki pengenalan tunggal untuk enzim restriksi endonuklease yang
digunakan dan urutan ini terletak dalam gen lacZ.

1.Penyelipan DNA ke dalam vector


 Plasmid maupun DNA manusia dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang
sama dimana enzim ini memotong DNA plasmid pada tempat restriksi tunggalnya dan
mengganggu gen lacZ.
 Mencampurkan fragmen DNA manusia dengan plasmid yang telah dipotong
 Penambahan enzim ligase untuk membentuk ikatan kovalen antara keduanya.
2. Pemasukan plasmid ke dalam sel bakteri
 Plasmid yang telah termodifikasi dicampurkan dalam kultur bakteri
 Bakteri akan mengambil plasmid rekombinan secara spontan melalui proses transformasi
namun tidak semua bakteri yang akan mengambil plasmid rekombinan yang diinginkan
3. Pengklonaan sel dan gen asing
Bakteri hasil transformasi ditempatkan pada medium nutrient padat yang mengandung
amphisilin dan gula yang disebut X-gal. Amphisilin dalam medium yang akan memastikan
bahwa hanya bakteri yang mengandung plasmid yang dapat tumbuh karena adanya resistensi dari
amp-R. Sedangkan X-gal akan memudahkan identifikasi koloni bakteri yang mengandung gen
asing yang disisipkan. X-gal ini akan dihidrolisis oleh β-galaktosidase menghasilkan produk
berwarna biru, sehingga koloni bakteri yang mengandung plasmid dengan gen β-galaktosidase
utuh akan berwarna biru.
Tetapi jika suatu plasmid memiliki DNA asing yang diselipkan ke dalam gen lacZ-nya
maka koloni sel yang mengandung DNA asing ini akan berwarna putih karena sel tersebut tidak
bisa menghasilkan β-galaktosidase untuk menghidrolisis X-gal.

4. Identifikasi klon sel yang membawa gen yang diinginkan


Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA rekombinan
diidentifikasi menggunakan probe asam nukleat. Probe adalah rantai RNA atau rantai tunggal
DNA yang diberi label isotop radioaktif atau bahan fluorescent dan dapat berpasangan dengan
basa nitrogen tertentu dari DNA rekombinan. Pada langkah pembuatan insulin ini probe yang
digunakan adalah RNAd dari gen pengkode insulin pankreas manusia. Untuk memilih koloni
bakteri mana yang mengandung DNA rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri pada
kertas filter lalu disinari dengan ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan dan telah
diberi probe akan tampak bersinar.
Setelah mengidentifikasi klon sel yang diinginkan, kemudian ditumbuhkan dalam kultur
cair dalam tangki besar dan selanjutnya dengan mudah mengisolasi gen tersebut dalam jumlah
besar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai probe untuk mengidentifikasi gen yang serupa
atau identik di dalam DNA dari sumber lain.
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang
digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard cheese)
yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme
transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa makanan,
pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak
menggunakan produk organisme transgenik.

4. Bidang Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah
terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan
lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam
skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah
tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia
meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik
ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen
bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.

Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari sumber-
sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba untuk
mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi, peningkatan
jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke lingkungan tidak lagi bisa
didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah, hidrokarbon klorinasi merupakan contoh
utamanya. Para ahli bioteknologi sedang mencoba merekayasa mikroba untuk mendegradasi
senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau
digunakan oleh para manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke lingkungannya.

2.6 Dampak dari Penerapan Rekayasa Genetika

Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan
manusia yang tentunya memberikan dampak positif bagi kesejahteraan umat manusia, produk
teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang dihasilkannya) telah
memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial apabila ditinjau dari berbagai
sudut pandang. Adapun kontroversi pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat
dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.
1. Aspek Sosial
a. Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan
sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula,
penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan
menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh
mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ
tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang
kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian
juga, xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell
dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran
terhadap norma agama.

b. Aspek etika dan estetika


Penggunaan bakteri E. coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan
produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian
masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri
yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.

2. Aspek Ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman
persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan
tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajat kemanisan jauh lebih tinggi daripada
gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-
pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari
tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari
kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional.
Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan
kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan
pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.

3. Aspek Kesehatan
a. Potensi toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul
bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai
contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara
alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa
genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang
semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik,
misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah
ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan
pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang
sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman,
hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya
genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan
kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum
Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya.
Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga
ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi
.

b. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan


WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru,
baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan
penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang
terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah Neisseria
gonorrhoeae (GO). Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan
spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan
bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan
adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut
dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar
protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat
diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999 dilaporkan ada
sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan dan kondom dari bahan karet
transgenik.
Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit
pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang
diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi. Fenomena
yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan jagung pipil dan
bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut diimpor dari negara-negara yang
telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman
tersebut merupakan tanaman transgenik.

4. Aspek Lingkungan
a. Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau
Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah
hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman
transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat
menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma
nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam
jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada
jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga
larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten
pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme
nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.

b. Potensi pergeseran gen


Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun
ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya
cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena
semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya.
Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan
struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.

c. Potensi pergeseran ekologi


Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya
tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau
lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut.
Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal
sebagai gangguan adaptasi.
Tanaman transgenik dapat menghasilkan protease inhibitor di dalam sari bunga sehingga lebah
madu tidak dapat membedakan bau berbagai sari bunga. Hal ini akan mengakibatkan gangguan
ekosistem lebah madu di samping juga terjadi gangguan terhadap madu yang diproduksi.

d. Potensi terbentuknya barrier species


Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier species
yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah
terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.

e. Potensi mudah diserang penyakit


Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar
yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini
mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih disukai oleh
serangga.
Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan
mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak cendawan
dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain, terjadi
peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik tahan
herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida
yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi
lingkungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rekayasa genetika merupakan penerapan teknik-teknik genetika molekuler untuk


mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang
diarahkan pada kemanfaatan tertentu. Dasar dari pengembangan teknologi DNA Rekombinan
adalah ditemukannya mekanisme seksual pada bakteri. Perangkat yang digunakan dalam teknik
DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi, enzim ligase, vektor, pustaka genom, serta enzim
transkripsi balik
Tahapan-tahapan yang umum digunakan dalam teknologi DNA rekombinan adalah isolasi
DNA, pemotongan molekul DNA, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor, transformasi sel
inang, pengklonaan vektor pembawa DNA rekombinan, dan identifikasi klon sel yang membawa
gen yang diinginkan.
Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim
restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA, vektor untuk
menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup dimana vektor yang sering digunakan
diantarnya plasmid dan bakteriofag, pustaka genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA
yang telah diklonkan, serta enzim transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA
(cDNA).
Adapun penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan manusia yaitu di bidang pertanian,
peternakan, perkebunan, kehutanan, florikultur, farmasi, industri, lingkungan, hukum dan
forensik.

3.2 Saran
Sebaiknya untuk penulisan makalah selanjutnya referensi yang digunakan lebih banyak agar
menambah pengetahuan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Edi, Syahmi. 2014. Pengantar Bioteknologi. Medan: FMIPA UNIMED

Smith, John E. 1990. Prinsip Bioteknologi. Jakarta: Gramedia


Subra, Rao. 1994. Rekayasa Genetika. Jakarta: UI-Press
Welsh, James R.1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga
Chu G. 1997. Double Strand break Repair. J Biol Chem.

Marians KJ. 1992. Prokaryotic DNA replication. Annu Rev Biochem

Robert K. Murray dkk. 1999. Biokimia Harper Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran; Jakarta

Triwibowo Yuwono. 2005. Biologi Molekuler. Penerbit Erlangga; Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai