Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AGROBIOTEKNOLOGI

“PRO DAN KONTRA TANAMAN TRANSGENIK BESERTA


CONTOHNYA”

DITA DINDASARI
08220140031

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini mengenai “Pro dan Kontra Tanaman Transgenik
Beserta Contohnya”
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal agar pembaca lebih mengerti
tentang kelebihan dan kekurangan rekayasa genetika . Terlepas dari semua itu,
saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat, tata bahasa, maupun materinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dalam proses belajar
mengajar dalam bidang pertanian kedepannya.

Makassar, November 2016


   
                                                                          

Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL …….................……………………………………………       i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………       ii
DAFTAR ISI………………………………………….....
……………        iii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………..       1
1.1 Pengertian Transgenik ......…..........….…………..........
….        1
1.2 Proses Transgenik .......................……..…………........
….        2
1.3 Tujuan Transgenik .............….....……..…………........
….        3

BAB II APLIKASI TRANSGENIK …………....…...………........   4


2.1 Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produknya ........ 4

BAB III PRO DAN KONTRA TRANSGENIK ….......................


7
3.1 Pro atau Manfaat Baik Rekayasa Genetika .......….........…
7
3.2 Kontra atau Manfaat Buruk Rekayasa Genetika ..…......... 8
3.3 Contoh-contoh Tanaman Transgenik ..................…........
13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……………........………..


15
4.1 Kesimpulan…………………....................…..……...........        
15
4.2 Saran……………….....……………........………....……....    15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Transgenik
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun
kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau
virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang
mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal
dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara  ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika 
melalui  transformasi gen dari  makhluk hidup  lain ke dalam tanaman yang
tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru  yang memiliki sifat unggul yang
lebih  baik  dari  tanaman sebelumnya.
Secara epistemologi, proses pembuatan tanaman transgenik sebelum 
dilepas  ke masyarakat telah melalui hasil  penelitian  yang panjang, studi 
kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan  yang  ketat,  termasuk melalui
analisis   dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka  panjang. Secara
aksiologi:  berdasarkan  pendapat  kelompok masyarakat  yang pro dan kontra 
tanaman transgenik memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan 
penduduk,  tetapi manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih  besar  manfaatnya
atau kerugiannya
Bagaimana tanaman transgenik dibuat?
Gen yang telah  diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke
dalam  sel tanaman. Melalui  suatu sistem tertentu, sel tanaman yang  membawa
gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen.
Tanaman  pembawa  gen  ini  kemudian  ditumbuhkan secara normal.  Tanaman
inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada  gen  asing  yang  telah
dipindahkan dari makhluk  hidup lain ke tanaman tersebut. Tanaman transgenik
merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen
yang dimasukkan itu -disebut transgene - bisa diisolasi dari tanaman tidak
sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. 
Transgenik per definisi adalah the use of gene manipulation to permanently
modify the cell or germ cells of organism (BPPT,2000). Karena berisi transgene
tadi, tanaman itu disebut genetically modified crops (GM crops). Atau, organisme
yang mengalami rekayasa genetika.
Transgenik umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul
tertentu.  Misalnya, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar
bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt)
penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu.  Gen Bt ini disisipkan ke
rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga mewarisi
sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati.

1.2 Proses Transgenik


Cara seleksi sel transforman akan diuraikan lebih rinci pada penjelasan
tentang plasmid (lihat Bab XI). Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat
terjadi setelah transformasi dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa
pun atau berarti transformasi gagal, (2) sel inang dimasuki vektor religasi atau
berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa
fragmen sisipan atau gen yang diinginkan. Untuk membedakan antara
kemungkinan pertama dan kedua dilihat perubahan sifat yang terjadi pada sel
inang. Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker vektor, maka dapat
dipastikan bahwa kemungkinan kedualah yang terjadi. Selanjutnya, untuk
membedakan antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula perubahan sifat
yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang hanya memperlihatkan salah satu sifat
di antara kedua marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan
ketigalah yang terjadi.
Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan
dengan mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang
pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi
berantai atau polymerase chain reaction (PCR). Penjelasan lebih rinci tentang
teknik PCR dapat dilihat pada Bab XII. Pelacakan fragmen yang diinginkan antara
lain dapat dilakukan melalui cara yang dinamakan hibridisasi koloni (lihat Bab
X). Koloni-koloni sel rekombinan ditransfer ke membran nilon, dilisis agar isi
selnya keluar, dibersihkan protein dan remukan sel lainnya hingga tinggal tersisa
DNAnya saja. Selanjutnya, dilakukan fiksasi DNA dan perendaman di dalam
larutan pelacak. Posisi-posisi DNA yang terhibridisasi oleh fragmen pelacak
dicocokkan dengan posisi koloni pada kultur awal (master plate). Dengan
demikian, kita bisa menentukan koloni-koloni sel rekombinan yang membawa
fragmen yang diinginkan.
Susunan materil genetic diubah dengan jalan menyisipkan gen baru yang
unggul ke dalam kromosomnya.Tanaman transgenik memiliki kualitas lebih
dibanding tanaman konvensional, kandungan nutrisi lebih tinggi, tahan hama,
tahan cuaca, umur pendek, dll; sehingga penanaman komoditas tersebut dapat
memenuhi kebutuhan pangan secara cepat dan menghemat devisa akibat
penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia lain serta tanaman transgenik
produksi lebih baik.
Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman; yaitu
memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap
cekaman hama maupun lingkungan yang kurang menguntungkan; sehingga
tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional, serta
bukan hal baru karena sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat.

1.3 Tujuan Transgenik


Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang
memiliki sifat lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman
transgenik, misalnya jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan
dari tanaman transgenic tersebut umumnya adalah tahan terhadap serangan hama.
Rekayasa genetika seperti dalam pembuatan transgenik dilakukan untuk
kesejahteraan manusia. Akan tetapi, terkadang muncul dampak yang tidak
diinginkan, yaitu dampak negatif dan positifnya sebagai berikiut.

BAB II
APLIKASI TRANSGENIK

2.1 Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produk


Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan
revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai
revolusi gen. Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau
organisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan genetically modified organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi
teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme
transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik. 
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang
dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk
yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
1. Pertanian
Aplikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat
dengan dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan
bakteri Agrobacterium tumefaciens (lihat Bab XI). Melalui cara ini telah berhasil
diperoleh sejumlah tanaman transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-
sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan kematangan buah dan resistensi
terhadap hama dan penyakit tertentu.
Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah
mencapai 1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta
ha. Negara- negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika
Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta
ha), Australia (0,1 juta ha) dan Afrika Selatan (0,1 juta ha). Indonesia sendiri pada
tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik berupa
kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung 687.000
ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa
Tengah), kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi
(Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam
tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi
jalar.

Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh


teknologi DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta
perbaikan kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku
pada sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi,
dan fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA
rekombinan. Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk
sapi (recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine
somatotropine atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak
transgenik yang paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning
domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk
menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi,
kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian.
Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan
hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi
hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat
ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata.
Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan
produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati
yang lebih tinggi.
2. Perkebunan, kehutanan, dan florikultur
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar
karotennya lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula,
telah dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks
yang lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan
serat kapas berwarna yang lebih kuat.
Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang
memiliki struktur kayu lebih baik. Sementara itu, di bidang florikultur antara lain
telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang
lama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga
transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa kesegaran
bunga yang lebih panjang.
3. Kesehatan
Di bidang kesehatan, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan
berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan
dalam upaya penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan
untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah
dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk
industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon
pertumbuhan dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung
jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri
tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi
biasa.
4. Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam
upaya penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi
lingkungan yang sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang
dapat digunakan untuk membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor
pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh,
sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari oleh
metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia
meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa
(merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana
transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk
untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
5. Industri
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim
renet yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik

BAB III
PRO DAN KONTRA TRANSGENIK
Kontroversi tentang benih dan produk tanaman hasil rekayasa bioteknologi
(transgenik) tak kunjung reda. Pro-kontra terus berlangsung. Bahkan, seiring
perkembangan transgenik yang terus melaju pasti, pro-kontra ini semakin seru.
Kedua belah pihak terus bersikukuh pada teori maupun fakta dan argumentasi
masing-masing. Titik temu pandangan kedua pihak, sejauh ini, sama sekali belum
terlihat.
Bagi pihak yang bersikap pro, transgenik adalah terobosan meyakinkan
yang memungkinkan budidaya tanaman lebih efisien, murah, produktif, serta
menghasilkan produk yang kualitatif jauh lebih baik. Sementara kelompok yang
bersikap kontra, dengan nada yang kerap tendensius dan lebih berpijak pada
asumsi ketimbang fakta, berpendirian bahwa transgenik potensial melahirkan
masalah serius menyangkut keseimbangan lingkungan maupun kesehatan
manusia.
Di Indonesia sendiri, kontroversi tentang transgenik ini tak terkecuali
berlangsung ramai. Seperti juga di tingkat internasional, perdebatan seru dan
melelahkan ini belum terlihat menuju titik akhir. Boleh jadi, kontroversi ini
memang tak akan pernah berakhir.
3.1 Pro atau Manfaat Baik Rekayasa Genetika :
1. Rasa, nutrisi dan pertumbuhan yang lebih baik. Manipulasi gen pada
tanaman diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi mereka juga laju
pertumbuhan mereka. Bioteknologi, ilmu genetika makanan rekayasa,
dapat digunakan untuk memberikan rasa yang lebih baik untuk makanan.
2. Resisten terhadap hama dan dapat hidup lebih lama. Benih rekayasa yang
tahan terhadap hama dan dapat bertahan dalam kondisi iklim relatif keras.
Gen tanaman At-DBF2, ketika dimasukkan ke dalam tomat dan tembakau
sel terlihat meningkatkan daya tahan tubuh mereka dengan tanah yang
keras dan kondisi iklim. Bioteknologi dapat digunakan untuk
memperlambat proses pembusukan makanan.
3. Dapat menghasilkan makanan baru. Modifikasi genetik makanan dapat
digunakan untuk meningkatkan nilai obat makanan tersebut, sehingga
membuat vaksin yang dapat dimakan homegrown/inang tersedia.
4. Dapat modifikasi sifat genetic pada manusia. Memanipulasi sifat tertentu
dalam individu.
5. Meningkatkan sifat positif dan menurunkan sifat negative
6. Dapat modifikasi DNA manusia. Gen-gen ini dapat artificial
diperkenalkan ke genotype manusia lainnya. Rekayasa genetika pada
manusia dapat digunakan untuk mengubah DNA individu untuk membawa
perubahan structural dan fungsional yang diinginkan di dalamnya.

3.2 Kontra atau Manfaat Buruk Rekayasa Genetika :


1. Memungkinkan terjadinya pencemaran nutrisi. Rekayasa genetika dalam
makanan melibatkan kontaminasi gen pada tanaman. Tanaman rekayasa
genetika dapat menggantikan gulma alami. Mereka mungkin membuktikan
menjadi berbahaya bagi tanaman alami. Mutasi genetic yang tidak
diinginkan dapat menybabkan alergi pada tanaman.
2. Memungkinkan kandungan Patogen berbahaya. Transfer gen horizontal
dapat menimbulkan pathogen baru. Sementara meningkatkan kekebalan
terhadap penyakit pada tanaman, gen resistensi mungkin akan ditransfer ke
pathogen berbahaya.
3. Dapat mengakibatkan cacat genetik
4. Merugikan keragaman genetik. Rekayasa genetika dapat menghambat
keragaman manusia. Cloning dapat merugikan individualitas. Selain itu,
proses tersebut mungkin tidak terjangkau untuk massa, sehingga membuat
terapi gen, mustahil bagi orang biasa.

Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:
a. Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan
makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan
pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam
rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan
kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak
boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik
parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah
berhasil menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi, baik dari segi
agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga, 
xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta
kloning stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat
dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.
b. Aspek etika dan estetika
Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang
akan diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri
pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak
mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri
yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya
diisolasi dari tinja manusia.
c. Aspek ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah
memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang
dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu
menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada
gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi
masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu
juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik
dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa
atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng
konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh
organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang
lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-
pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
d. Aspek kesehatan
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai
jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik
maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun
menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang
terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab
kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini
menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin.
Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat
mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan
tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada
wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas
transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui
menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi sehingga apabila
digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat diperoleh
kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999
dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung
tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat
menimbulkan penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998
melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi pakan kentang transgenik
memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi. Fenomena yang
serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan
jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai
tersebut diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai
tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut
merupakan tanaman transgenik.
Berikut ini adalah pandangan orang yang pro mengenai produk transgenik yang
salah satunya adalah kloning :
 Tidak ada hasil kloning yang berumur panjang, yang sehat seratus persen,
dan tidak mengalami kerusakan genetik. Ada beberapa ulama yang
menyatakan bahwa : “Kloning manusia itu haram dan harus diperangi
serta dihalangi dengan berbagai cara.” Tetapi, jika kerusakan organ tubuh
bisadiatasi dengan cloning, maka dipersilahkan untuk menempuh prosedur
tersebut. Karena manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya.
 Teknologi rekayasa genetika sebenarnya bukanlah hasil orisinal para
ilmuwan biotek. Dia hasil peniruan proses alamiah yang sudah ada seperti
proses sintesis protein antibodi IgG dalam sel tubuh mamalia yang
merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh dari serangan kuman
penyakit. Berates jenis antibodi IgG dalam tubuh mamlia dikodekan oleh
berbagai gen DNA yang merupakan hasil potong dan tempel
(rekombinasi) alamiah berbagai fragmen DNA di dalam sel. Proses
transfer gen antar-kingdom seperti bakteri Agrobacterium tumefaciens ke
dalam selinangnya sudah terjadi sejak dulu tanpa campur tangan manusia.
Proses inilah yang mengilhami rekayasa genetika tanaman, dengan
memanfaatkan plasmid Agrobacterium sebagai pembawa gen dari sifat
yang ingin dicangkokkan pada suatu tanaman. 
Sebagai contoh, di Negara maju seperti Jepang, di mana masyarakat
konsumennyaterkenal sangat rewel, makanan produk rekayasa genetika memang
kurang mendapat tempat. Akan tetapi, orang Jepang sama sekali tidak
memasalahkan pemanfaatan produk rekayasa genetika dalam bidang lainnya.
Ambil contoh saja pembudidayaan bungan tulip di Jepang menjadi berbagai jenis
dan warna dengan teknologi ini. Demikian pula produk rekayasa genetika lainnya
dalam bidang kedokteran, seperti produk hormone insulin atau interferon. Atau
penggunaan enzim hasil rekayasa genetika selulase atau proteinase pada sabun
cuci.
 Domba Dolly merupakan Domba yang lahir dari proses
kloning(rekayasa genetika). Dengan adanya kloning ini diharapkan aka
nada individu yang memiliki sifat unggul, dolly adalah awal dari
penciptaan individu unggul. Kloning ini juga kita temukan dalam
pembentukan hormone insulin, yang berguna dalam bidang kesehatan.
Pembuatan kloning gen untuk insuli adalah sel pancreas. Dengan
adanya pembuatan gen insuli ini akan sangat membantu manusia
dalam menangani penyakit diabetes. Bisa dibayangkan bila ilmu ini
dikembangkan dengan benar, mungkin bukan Cuma diabetes saja yang
bias diobati.
 Adanya bayi tabung dan bayi super ini memberikan harapan baru bagi
pasangan suami istri yang tidak memungkinkan punya anak bias punya
anak. Sel terlur yang telah di buahi secara in vitro dimasukkan kembali
ke dalam rahim ibu. Bila tidak memungkinkan, dimasukkan ke dalam
rahim bukan istri suami(inang). Selain bayi tabung, dikenal juga bayi
super. Merupakan bayi dengan sifat unggul diperoleh dari sel sperma
bukan suami yang merupakan orang yang unggul(sperma enstin dll)
sehingga dihasilkan keturunan yang baik dan berkualitas.
Berikut ini adalah pandangan orang yang kontra mengenai produk transgenik
yang salah satunya adalah kloning :
 Kebanyakan dikalangan mereka mengemukakan bahwa keberhasilan
kloning manusia akan mengakibatkan sendi kehidupan keluarga menjadi
terancam hilang atau hancur. Oleh karena itu manusia yang lahir melalui
proses cloning tidak dikenal siapa ibu dan bapaknya, atau dia adalah
percampuran antara dua wanita atau lebih. Sehingga tak diketahui siapa
ibunya dan akan sulit dilacak keberadaan bapaknya, ketika anak hasil
pengkloningan itu membutuhkan salah satu dari figur ayah atau ibu,
ataupun figur keduanya. Dan kalau itu berulang terus, maka bagaimana
kita dapat membedakan seseorang dari yang lain, yang juga mengambil
bentuk dan rupa yang sama? – ujar Syaikh Muhammad Ali al-juzu,
seorang Mufti kelahiran Lebanon yang beraliran Islam Suni.
 Apabila dikatakan perbuatan tercela, kenapa tidak diprotes dari dulu?
Sebelum teknologi transgenic ada, orang sudah melakukan berbagai kawin
silang untuk membentuk hibrida. Hasil pertanian yang kita makan adalah
benih hibrida hasil pemuliaan. Berbagai ras anjing yang ada sekarang
muncul akibat kawin silang dan pemuliaan dan umpama anjing-anjing itu
tidak diketahui selain dari fosilnya, maka orang mungkin mengira itu
adalah spesies yang berbeda. Dan sebenarnya hasil kawin silang itu tentu
saja jauh lebih banyak yang “gagal”, buruk dan tidak diketahui orang.
Hanya sedikit yang bagusnya yang kemudian terus dikembangkan dan
dijual untuk berbagai keperluan. Bahkan semenjak zaman dahulu orang
sudah menyilangkan kuda dan keledai menghasilnya Baghal yang mandul
dan tidak ada ulama yang protes dengan hal ini. Disamping itu bila
rekayasa dikatakan tidak ilmiah, maka sebenarnya virus-virus dan bakteri
tanah pun melakukan pemindahan gen dari satu spesies ke spesies yang
lain. Dan kalau mutasi terjadi pada sel kelamin, bias diturunkan. Namun
mereka melakukannya secara acak. Dalam kenyataannya hasil kawin
silang juga menghasilkan kondisi yang tidak dipastikan, dan seringkali
hasilnya aneh-aneh juga. Dalam rekayasa genetika setidaknya orang tahu
gen apa yang dirubah atau yang dapat diperkirakan. Sedangkan dalam
kawin silang, sulit diramal ekspresi fenotip yang akan terjadi.
 Adanya bayi tabung dan bayi super sangatlah tidak etis mengatur kelahiran
seorang anak manusia seperti tersebut. Manusia memiliki akal budi dan
etika yang melarang perzinahan. Jika menggunakan sel sperma yang
bukan suami kita walaupun Cuma sel spermanya apakah ini bukan
perzinahan? Walaupun tujuannya untuk mendapatkan bayi yang super.
3.3 Contoh – Contoh Tanaman Transgenik
Jenis Tanaman Rekayasa Genetik
Padi Mengandung provitamin Gen dari tumbuhan narsis,
A (beta-karotena) dalam jagung, dan bakteri Erwinia di
jumlah tinggi sisipkan pada kromosom padi.
Jagung, Kapas, Tahan (resisten) terhadap Gen toksin Bt dari bakteri
Kentang hama Bacillus
thuringiensis ditransfer ke
dalam tanaman.
Tembakau Tahan terhadap cuaca Gen untuk mengatur
dingin pertahanan pada cuaca dingin
dari tanaman Arabidopsis
thaliana atau dari sianobakteri
(Anacyctis nidulans)
dimasukkan ke tembakau.
Tomat Proses pelunakan tomat Gen khusus yang disebut anti
diperlambat sehingga senescens ditransfer ke dalam
tomat dapat disimpan tomat untuk menghambat
lebih lama dan tidak enzimpoligalakturonase (enzim
cepat busuk.  yang mempercepat kerusakan
dinding sel tomat). Selain
menggunakan gen dari
bakteri E. coli, tomat
transgenik juga dibuat dengan
memodifikasi gen yang telah
dimiliknya secara alami.
Kedelai Mengandung asam Gen resisten herbisida dari
oleat tinggi dan tahan bakteri Agrobacterium galur
terhadap herbisidaglifosa CP4 dimasukkan ke kedelai
t. Dengan demikian, dan juga digunakan teknologi
ketika disemprot molekular untuk meningkatkan
dengan herbisida pembentukan asam oleat
tersebut, hanya gulma di
sekitar kedelai yang akan
mati.
Ubi Jalar Tahan terhadap penyakit Gen dari selubung virus
tanaman yang tertentu ditransfer ke dalam ubi
disebabkan virus. jalar dan dibantu dengan
teknologi peredaman gen
Kanola Menghasilkan minyak ka Gen FatB dari Umbellularia
nola yang mengandung californica ditransfer ke dalam
asam laurat tinggi tanaman kanola untuk
sehingga lebih meningkatkan kandungan asam
menguntungkan untuk laurat.
kesehatan dan secara
ekonomi. Selain itu,
kanola transgenik yang
disisipi gen
penyandi vitamin E juga
telah ditemukan
Pepaya Resisten terhadap virus Gen yang menyandikan
tertentu, selubung virus PRSV
contohnya Papaya ditransfer ke dalam
ringspot virus (PRSV).  tanaman pepaya
Melon Buah tidak cepat busuk.  Gen baru dari bakteriofag T3
diambil untuk mengurangi
pembentukan
hormon etilen (hormon yang
berperan dalam pematangan
buah) di melon
Bit Gula Tahan terhadap Gen dari
herbisida glifosat dan glu bakteri Agrobacterium galur
fosinat.  CP4 dan
cendawan Streptomyces
viridochromogenesditransfer
ke dalam tanaman bit gula

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Masih banyak lagi pro dan kontra dari masyarakat yang membahasa
mengenai produk hasil rekayasa genetika. Munculnya pro dan kontra tersebut
berdasarkan sudut pandang orang masing-masing dan sejauh mana dia mengetahui
topik tersebut.
Menurut saya, tindak percobaan rekayasa genetika boleh dilakukan, tapi
ilmiah saja tidak cukup karenan diperlukan etika yang memihak kepentingan
orang banyak. Perlu diakui bahwa hakikatnya tidak ada teknologi tanpa risiko,
walaupun demikian konsumen perlu tahu kemungkinan apa yang dapat terjadi
apabila seseorang menggunakan teknologi atau produk teknologi itu.
Kesimpulannya, perang antara yang pro dan kontra terhadap produk hasil
rekayasa genetika bias dikatakan sebagai perang yang berdasarkan dugaan dan
perasaan semata-mata. Sampai sekarang tak ada data ilmiah yang jelas-jelas
mengatakan produk tersebut tidak aman.

4.2   Saran
Setelah membaca makalah di atas maka penulis menyarankan agar kita
lebih berhati-hati dalam melakukan setiap percobaan apalagi mEnyangkut gen dan
segala rekayasanya karena bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Metode Pembentukan Keragaman Genetika.


(online) http://pttipb.wordpress.com/category/04-pembentukan-
keragaman-genetik-dan-pengujiannya.  Diakses tanggal 16 November
2016
Anonymous.2008.http://bioteknews.blogspot.com/2008/01/apa-benar-kedelai-
transgenik-berbahaya.html. Diakses 16 November 2016
Bernabetha, dkk.
2006. TanaanTransgenik.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/620612914
4_1411-7924.pdfDiakses tanggal 16 November 2016
Dinata, Deden. 2009. Bioteknologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Deswina, Puspita. 2009. Pengkajian Pelepasan Tanaman Padi Transgenik di
Indonesia  “Assesment on Release of transgenic rice plant in
Indonesia”. Diakses tanggal 16 November 2016
Febriana, Mariani. 2004. Kloning
Manusia.http://warmada.staff.ugm.ac.id/Articles/ERteks-FTUGM-
080504.pdfDiakses tanggal 16 November 2016
Hamid, Huzaifah. 2009. Makalah Genetika Dasar. Http:
//zaifbio.wordpress.com/2009/06/12/makalah-genetika-dasar. Diakses
tanggal 15 November 2016
Imawan, 2012. Implementasi Rekayasa Genetika dalam Tehnik Pencangkokan
DNA Manusia terhadap Organisme Tumbuhan Sebagai Impian Revolusi
Ilmiah Abad Ke-21 Diakses tanggal 15 November 2016
Joe, Indra. 2009. Ilmu Genetika. http://indra-joe.blogspot./2009/04/30/ilmu-
genetka.html. Diakses tanggal 15 November 2016
  

Anda mungkin juga menyukai