Anda di halaman 1dari 38

1

UJI VIABILITAS BENIH SELADA (Lactuca sativa) PADA

BERBAGAI MEDIA TANAM

MUHAMMAD NASIR

08220140021

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
2

UJI VIABILITAS BENIH SELADA (Lactuca sativa) PADA

BERBAGAI MEDIA TANAM

MUHAMMAD NASIR

08220140021

Skripsi Disusun sebagai Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Muslim Indonesia

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
3

PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING

Judul Skripsi : Uji viabilitas benih selada (Lactuca Sativa) pada berbagai

media tanam

Nama Mahasiswa : Muhammad. Nasir


Stambuk : 08220140021

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Jenjang Program : Strata Satu (S1)

Dasar Penetapan :

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Ir. Hj.St. Sabahannur, M.P.)                                (Ir. Muliaty Galib, M.P.)

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian UMI Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr.Ir. Abd.Haris, M.P Dr. Ir. Suriyanti HS, M.Pd


4

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Nasir

Stambuk : 08220140021

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi :” Uji viabilitas benih selada (Lactuca

Sativa) pada berbagai media tanam” yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya sendiri, bukan merupakan tulisan atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti bahwa skripsi ini bukan merupakan hasil pikiran saya maka saya

bersedia dituntut sesuai dengan peraturan yang berlaku

Makassar, Agustus 2021


Yang membuat pernyataan

Muhammad Nasir
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah dari-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “:” Uji viabilitas benih selada

(Lactuca Sativa) pada berbagai media tanam. Shalawat serta salam penulis haturkan

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman terang

benderang penuh ilmu pengetahuan.

Penyelesaian skripsi ini, didukung oleh banyak pihak berupa moril maupun

materil, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga penyusunan skripsi

dapat dilakukan dengan baik dan lancar sesuai waktu yang ditentukan. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dr. Ir. Hj. Saahannur, M.P. Ir. Muliaty Galib, M.P. selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis

baik dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Abd.Haris, M.P, Dr.Ir. Annas Boceng, M.P, Ir. Andi Ralle, M.P selaku

penguji yang telah banyak memberikan ilmu dan mengarahkan penulis baik dalam

pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Dr.Ir. Abd.Haris selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Dr. Ir. Suriyanti HS, M.Pd

selaku Ketua Jurusan Agroteknologi dan seluruh staf akademik Fakultas Pertanian

atas bantuan serta pelayanannya selama ini.

4. Orang tuaku, Haderah , ananda haturkan banyak terima kasih atas segala jerih

payah dan iringan doanya selama pendidikan.


6

5. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta yang tiada henti memberi dukungan dan

motivasi kepada penulis.

Semoga apa yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Saran dan

Kritik yang konstruktif tetap diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, Agustus 2021

Penulis
7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 9
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 10
Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 10
Hipotesis .......................................................................................................... 10

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Selada .............................................................................................. 11
Syarat Tumbuh Tanaman Selada ..................................................................... 13
Viabilitas Benih ............................................................................................... 14
Media Tanam ................................................................................................... 25

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat ......................................................................................... 18
Bahan dan Alat ................................................................................................ 18
Metode Penelitian ............................................................................................ 18
Pelaksanaan Penelitian...................................................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ................................................................................................................. 21
Pembahasan ..................................................................................................... 21

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................................... 24
Saran ................................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selada adalah jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia.

Konsumennya mulai dari kalangan masyarakat kelas bawah hingga kalangan

masyarakat kelas atas. Selada sering dikonsumsi mentah sebagai lalap lauk makan

yang nikmat ditemani sambal. Masakan asing seperti salad menggunakan selada

untuk campuran, begitu juga hamburger, hot dog, dan beberapa jenis masakan

lainnya. Hal tersebut menunjukkan dari aspek sosial bahwa masyarakat Indonesia

mudah menerima kehadiran selada untuk konsumsi sehari-hari (Haryanto dkk., 1995).

Usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan. Salah

satu usahanya adalah perbaikan gizi. Tinggi rendahnya nilai gizi tergantung jenis

makanan yang dimakan. Makanan yang bergizi terutama mengandung protein,

lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Setiap 100 g berat

basah selada mengandung 1,2 g protein, 0,2 g lemak, 22,0 mg Ca, 25,0 mg Fe, 162

mg vitamin A, 0,04 mg vitamin B, 8,0 mg vitamin C. Dilihat dari permintaan pasar

dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, maka komoditas ini mempunyai

prospek cerah untuk dikembangkan. Dari data Biro Pusat Statistik secara nasional

digambarkan bahwa ekspor selada pada tahun 2014 adalah 294.934 ton dan

mengalami peningkatan 300.961 ton pada tahun (2017).

Cahyono (2005), menyatakan bahwa selada mempunyai nilai ekonomis yang

sangat tinggi setelah kubis krob, kubis bunga dan brokoli. Tanaman selada
9

mengandung mineral, vitamin, antioksidan, potassium, zat besi, folat, karoten,

vitamin C dan vitamin E. Selada bermanfaat bagi tubuh seperti membantu

pembentukan sel darah putih dan sel darah merah dalam susunan sumsum tulang,

mengurangi resiko terjadinya kanker, tumor dan penyakit katarak, membantu kerja

pencernaan dan kesehatan organ-organ di sekitar hati serta menghilangkan gangguan

anemia.

Permintaan pasar (konsumen) terhadap komoditas sayur – sayuran makin

meningkat, dan makin beragam jenisnya. Banyak faktor yang perlu diperhatikan

dalam mengusahakan tanaman agar mendapat hasil yang optimum dan mutu yang

baik, salah satu diantaranya adalah faktor budidaya yaitu melalui pemupukan organik

atau anorganik (Harjadi, 1982).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media perkecambahan yang

optimum dalam pengujian viabilitas benih selada merah dan selada hijau.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam penggunaan

media perkecambahan yang tepat dalam pengujian viabilitas benih selada dan

sebagai pembanding untuk percobaan selanjutnya

Hipotesis

Terdapat satu jenis media perkecambahan yang dicobakan berpengaruh lebih

baik terhadap viabilitas benih selada hijau dan merah


10
11

TINJAUAN PUSTAKA
Selada (Lactuca sativa L.)

Selada (Lactuca sativa L.) adalah salah satu komoditi hortikultura yang

memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Ada beberapa jenis tanaman

selada, yaitu tipe selada kepala atau telur (Head lettuce), selada rapuh (Cos lettuce

atau Romaine lettuce), selada daun (Cutting lettuce atau Leaf lettuce) dan selada

batang (Asparagus lettuce atau Stem lettuce) (Sunarjono, 2008)

Secara botani tanaman selada menurut Haryanto (2003), diklasifikasikan

tanaman dalam Kingdom : Plantae (tumbuhan) , Devisio : Spermatophyta

(menghasilkan biji), Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo :

Asterales, Famili : Asteraceae, Genus : Lactuca, Spesies : Lactuca sativa L.

Gambar 1. Selada (Lactuca sativa L.)

Tanaman selada (Lactuca sativa L) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan

tergolong ke dalam tanaman semusim. Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi

berkisar antara 20 – 40 cm atau lebih. Secara morfologi, organ – organ penting yang

terdapat pada tanaman sebagai berikut (Rukmana, 1994).


12

Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,

bergantung pada varietasnya. Jenis selada keriting, daunnya berbentuk bulat panjang,

berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang

berwarna hijau tua, hijau terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar

dan tulang – tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun selada

umumnya memiliki ukuran panjang 20 – 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih. Selada

juga memiliki kandungan vitamin diantaranya Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C

yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh (Pracaya, 2009).

Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada keriting (selada

daun dan selada batang) memiliki batang yang lebih panjang dan kokoh dengan

ukuran diameter berkisar antara 5,6 – 7 cm (selada batang), 2 – 3 cm (selada daun),

serta 2 – 3 cm (selada kepala). Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang

dan serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah

pada kedalaman 20 – 50 cm atau lebih. Buah selada berbentuk polong. Di dalam

polong berisi biji – biji yang berukuran sangat kecil (Pracaya, 2009) (Pracaya, 2009).

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras, berwarna

coklat, tua, berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1 mm. Biji selada

merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan

tanaman (perkembangbiakan). Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat

dalam satu rangkaian. Bunga memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data

mencapai 80 cm atau lebih. Tanaman selada yang ditanam didaerah yang beriklim

sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah (Kuderi, 2011).


13

Syarat Tumbuh Tanaman Selada

Tanaman selada (Lactuca sativa L.) dapat tumbuh dengan baik pada daerah

yang mempunyai udara sejuk (dataran tinggi). Jika ditanam pada dataran rendah akan

memerlukan pemeliharaan yang intensif. Selada tidak tahan bila terkena sinar

matahari secara langsung, sehingga memerlukan tempat yang teduh. Daerah yang

sesuai untuk penanaman Lactuca sativa L. di ketinggian sekitar 500-2000 mdpl

dengan suhu rata-rata 15-200C. Curah hujan yang dibutuhkan antara 1000-1500 mm

per tahun. Kelembapan sekitar 60-100% dan pH yang diperlukan tanaman Lactuca

sativa L. berkisar antara 6,5-7 (netral). Bila pH terlalu asam, daun Lactuca sativa L.

akan berubah warna menjadi kuning (Adimihardja et al., 2013). Waktu bercocok

tanam yang direkomendasikan adalah pada saat musim akhir penghujan, namun

selada juga dapat ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman

yang cukup (Supriyati and Herlina 2014).

Produktivitas selada yang tinggi dan memiliki kualitas yang tinggi bisa

didapatkan dengan mengacu syarat tumbuh yang dianjurkan, serta dengan

pemeliharaan yang sesuai pula, meliputi seperti suplay unsur hara. Tanaman

sebaiknya mendapatkan unsur hara yang cukup selama pertumbuhannya yang

diberikan secara kontinyu. Unsur hara yang terdapat pada tanah jumlahnya selalu

berkurang karena itu maka dari itu diperlukan penambahan dari luar yaitu dengan

melakukan pemupukan. Selada biasa dikonsumsi dalam keadaan segar/mentah, maka

dari itu budidayanya harus terbebas dari pemanfaatan bahan-bahan kimia, ataupun

pupuk maupun pestisida dari bahan kimia.


14

Syarat penting agar selada dapat tumbuh dengan baik yaitu memiliki derajat

keasaman tanah pH 5-6.5 ( Sunarjono, 2014). Selada dapat tumbuh pada jenis tanah

lempung berdebu, berpasir dan tanah yang masih mengandung humus.Meskipun

demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara dan ber-pH

netral. Jika tanah asam, daun selada akan menjadi berwarna kuning. Karena itu,

sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman (Nazaruddin,

2000).

Viabilitas Benih

Menurut Sadjad (1994), daya kecambah adalah kemampuan benih untuk

berkecambah normal dalam kondisi serba optimum, daya kecambah yang demikian

itu mensimulasikan persentase benih yang mampu tumbuh dan berproduksi normal

dalam keadaan menguntungkan, dengan perkataan lain daya berkecambah juga

merupakan tolok ukur viabilitas.

Viabilitas benih dapat didefenisikan sebagai daya hidup benih ditunjukkan

oleh fenomena pertumbuhannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis

viabilitas. Lebih lanjut ia membagi viabilitas benih kedalaman viabilitas potensial

(Vp) dan vigor (Vg) (Sadjad, 1994). Sedangkan Soetopo (1995), menyatakan bahwa

vibilitas benih yang dicerminkan oleh dua informasi masing-masing daya kecambah

dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih dan gejala

pertumbuhan, dan membandingkan unsur-unsur tumbuh penting dari suatu periode

tumbuh.

Justice dan Bass (1990 dalam IPB, 2010) mengemukakan bahwa vigor

dihubungkan dengan kekuatan benih atau kekuatan kecambah, kemampuan benih


15

untuk menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak

menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme Pengujian viabilitas

benihmerangkum metode langsung atau tidak langsung. Uji langsung dilakukan

melalui potensi tumbuh benih maksimum, daya kecambah benih, kekuatan tumbuh

benih dan kecepatan tumbuh benih. Uji secara tidak langsung berkaitan dengan mutu

benih hidup yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih, yaitu

pernafasan, aktivitas enzim dan permeabilitas kulit (Sadjad, 1980 dalam IPB, 2010)

Media Tanam

Media untuk tanaman secara umum berfungsi bukan hanya untuk menyediakan

unsur hara yang dibutuhkan, tetapi lebih untuk tempat melekatnya akar,

mempertahankan kelembaban dan menyimpan air. Media tanam merupakan salah

satu syarat penting dalam budidaya tanaman, karena media berfungsi sebagai tempat

berpijaknya tanaman, tempat melekatnya akar, mempertahankan kelembaban udara

dan sebagai tempat penyimpanan hara dan air untuk kebutuhan tanaman.

1. Pasir

Pasir adalah jenis media dengan struktur yang lebih kasar dibandingkan tanah.

Media pasir sedikit mengandung bahan organik karena sifatnya sarang. Media pasir

akan lebih membutuhkan air tetapi tanah berpasir tidak mudah memadat dan

menggumpal sehingga memudahkan tanaman untuk dapat mengembangkan akarnya

(Harjdowigeno, 2000 dalam Pudjono, 2005).

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan

fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai
16

media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek

batang tanaman. Keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam

penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori - pori makro) maka pasir

menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan

konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga

mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih

membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang

menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal (Anonim,

2008 c.).

2. Rockwool

Rockwool adalah hasil dari batuan basalt yang prosesnya melalui pamanasan

dengan suhu yang sangat tinggi hingga meleleh dan ketika mencair rockwool

berbentuk serat-serat halus. Rockwool memiliki kelebihan sebagai media tanam yaitu

memiliki ruang pori sebesar 95% (Iqbal, 2016). Media tanam rockwool terdiri dari

substrat partikel yang halus, lembut dan mempunyai drainase yang baik sehingga akar

lebih bebas menyerap air kedalam media tanam. Media tanam rockwool mengandung

unsur hara penting seperti fosfor (P) dan kalium (K), selain itu media tanam rockwool

juga memiliki daya simpan air lebih banyak dibandingkan dengan media tanam

lainnya sehingga media menjadi lembab dan kebutuhan air untuk proses fotosintesis

pada tanaman dapat terpenuhi. Pemilihan jenis media tanam juga tergantung pada

ketersediaan dana, kualitas, dan jenis hidroponik yang akan dilakukan (Lingga,

2005).
17

3. Kapas

Kandungan dominan kapas terdiri atas serat – serat tumbuhan (selulosa).

Sedangkan zat – zat hara lainnnya sangat sedikit. Alasan utama pemakaian kapas

sebagai media tanam adalah karena kapas dapat menjaga kelembapan yang lebih lama

dan lebih baik daripada media tanah, sehingga kacang hijau yang ditanam di media

kapas dapat tumbuh lebih cepat daripada di tanah. Selain itu terkstur kapas yang

lembut sangat cocok untuk akar tanaman kacang hijau yang masih muda dan lemah

sehingga akar muda tersebut dapat berkembang lebih baik untuk jangka waktu

tertentu.

Kekurangannya adalah kapas tidak mengandung unsur – unsur hara yang dapat

mendukung kehidupan tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama. Oleh karena

itu, jika tanaman kacang hijau ingin bertahan hidup lebih lama, maka tanaman

tersebut harus segera dipindahkan ke media lain, tanah misalnya, agar tanaman dapat

tumbuh dengan baik. Lain halnya jika media kapas tersebut diberi unsur – unsur hara

yang dapat menunjang kehidupan tanaman kacang hijau tersebut maka tanaman kapas

dapat tumbuh lebih lama tanpa harus dilakukan pemindahan media tanam.
18

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Bukit Nirwana Permai yang berlangsung mulai

21 – 27 Mei 2021

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah talang plastik, pinset,

penggaris, plastik bening, pulpen, dan buku tulis. Bahan yang digunakan yaitu benih

selada hijau dan merah, pasir, kapas, rockwool.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode rancangan acak

lengkap (RAL), dengan dua faktorial :

S1 : Selada hijau

S2 : Selada merah

M1 : Pasir

M2 : Kapas

M3 : Rockwool

Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 18 unit percobaan

dan setiap unit perlakuan disusun secara acak. Data hasil penelitian dianalisis
19

berdasarkan uji F (0,5%) dan (1%), dan jika terdapat pengaruh yang nyata diuji lanjut

dengan uji BNJ 0,05.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih selada merah dan

selada hijau yang telah diseleksi sebanyak 180 benih

Persiapan Media Kecambah

Media perkecambahan yang digunakan sesua perlakuan, yakni : pasir, rokwool,

kapas dimasukkan ke dalam baskom plastik, disusun sesuai dengan bagan percobaan.

dengan taraf perlakuan dan diberi tanda label.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan menggunakan gelas aqua.


20

Parameter pengamatan

Pengamatan berlangsung selama 7 hari dan untuk melihat respon perlakuan

pengujian viabilitas terhadap benih selada merah dan hijau, maka dilakukan

pengamatan sebagai berikut :

1. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) (%)

Potensi tumbuh maksimum diperoleh dengan menghitung jumlah kecambah

yang tumbuh normal maupun abnormal pada 7 HST (hari setelah tanam). Potensi

tumbuh maksimum dihitung dengan rumus:

𝑃(%) = Ʃ benih yang tumbuh


x 100 %
Ʃ benih yang ditanam

2. Persentase daya kecambah (hst)

Daya kecambah ditentukan dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah

normal selama jangka waktu 7 hari. Dengan menggunakan rumus ISTA (1972) dalam

Kuswanto (1996). Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari secara visual

dengan melihat kriteria kecambah normal yang tumbuh yaitu memiliki akar primer

dan sekunder, hipokotil, kotiledon, daun tegak, epikotil dan plumula dengan rumus :

Daya kecambah = Jumlah benih berkecambah normal


x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan

3. Kecepatan Tumbuh (KCT) (%/etmal)


21

Kecepatan tumbuh dihitung setiap hari selama 7 hari pada benih yang tumbuh

normal. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus:

tn
𝐾𝐶𝑇 = (% 𝐾 ) = ∑ N
( 𝑒𝑡𝑚𝑎𝑙) 0 t
Keterangan:
t = waktu pengamatan ke- i
N = persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
tn = waktu akhir pengamatan (hari ke 7)
1 etmal = 1 hari
22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) (%)

Hasil pengamatan rata-rata potensi tumbuh maksimum dan sidik ragamnya

disajikan pada Tabel Lampiran 1a dan 1b. Sidik ragam menunjukkan bahwa jenis

media perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap potensi tumbuh

maksimal (PTM) .

Tabel 1. Rata-rata Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) (%) benih selada pada
berbagai jenis media tanam
Nilai rata-rata
Perlakuan NP BNJ
Potensi Tumbuh
0,05
Maksimal
S1M1 (selada hijau + pasir) 7,67 a
S1M2 (selada hijau + kapas) 4,00 a
S1M3 (selada hijau + rockwool) 6,00 a 23,9
S2M1 (selada merah + pasir) 10,67 a
S2M2 (selada merah + kapas) 2,00 a
S2M3 (selada merah + rockwool) 20,33a
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf (a,b) yang berbeda berarti nyata pada
taraf uji BNJ (0,05)
Hasil uji BNJ 0,05 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan selada merah

dengan media tanam rockwool menghasilkan potensi tumbuh maksimum lebih tinggi.

Namun berbeda tidak nyata dengan S2M1, S1M1, S1M3, S1M2 dan S2M2.

2. Persentase daya kecambah (hst)


23

Persentase daya kecambah dan sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 2a

dan 2b. Sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media perlakuan perkecambahan

berpengaruh tidak nyata terhadap persentase daya kecambah benih selada merah dan

selada hijau.

105
PERSENTASE DAYA KECAMBAH

100 100 100


100

95
90
90 88
(%)

86,33
85

80

75
S1M1 S1M2 S1M3 S2M1 S2M2 S2M3
Perlakuan

Gambar 2. Rata-rata daya kecambah benih selada merah dan selada hijau pada hari
ke-7 dalam berbagai media perkecambahan
Gambar 1. menunjukkan bahwa persentase daya kecambah terbanyak

cenderung diperoleh pada perlakuan media tanam pasir (S1M1) dan Rokwool (S1M3)

Sedangkan persentase daya kecambah terendah yaitu pada benih selada merah dalam

media tanam kapas (S2M2).

3. Kecepatan Tumbuh (KCT) (%/etmal)

Hasil pengamatan rata-rata kecepatan tumbuh benih selada dan sidik ragamnya

disajikan pada tabel lampiran 3a dan 3b. Sidik ragam menunjukkan bahwa jenis
24

media perlakuan perkecambahan berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan tumbuh

benih selada merah dan selada hijau.

20
18 17,33
KECEPATAN TUMBUH (kct)

16
14
12 10,33
10 9,00
7,33 7,00
8
6
3,67
4
2
0
S1M1 S1M2 S1M3 S2M1 S2M2 S2M3
Perlakuan

Gambar 3. Rata-rata kecepatan tumbuh benih selada merah dan selada hijau dihitung
setiap hari selama 7 hari dalam berbagai media perkecambahan
25

Pembahasan

Potensi tumbuh maksimum merupakan salah satu parameter viabilitas benih

(Sutopo, 2004). Besarnya nilai PTM menunjukkan kondisi viabilitas benih yang

tinggi (Justice dan Bass, 2002). Benih yang disemaikan semakin hari akan semakin

bertumbuh. Sejauh mana benih bertumbuh akan memiliki batas tumbuh benih.

Kemampuan tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi besar tergantung

pada kondisi benih itu sendiri.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis media untuk

menguji viabilitas benih berpengaruh sangat nyata pada potensi tumbuh maksimum

(Tabel Lampiran 1b). Namun berpengaruh tidak nyata pada persentase daya

kecambah dan kecepatan tumbuh benih selada (Tabel Lampiran 2b dan 3b) Hal ini

sejalan dengan penelitian Mugnisjah dan Setiawan (2004), bahwa kemampuan

tanaman untuk dapat mempertahankan mutu benih berbeda-beda jika dipandang dari

individu benih yang membentuk kelompok (lot). Potensi tumbuh maksimum berarti

benih yang dapat tumbuh baik yang normal maupun abnormal pada batas tertentu.

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan berbagai media tanam pada

pengujian viabilitas benih selada dalam proses perkecambahan tidak berpengaruh

nyata (belum terpenuhi). Meskipun demikian dari semua jenis media perkecambahan

yang diujikan, media tanam rockwool menjadi media perkecambahan terbaik pada

benih selada. Dari hasil penelitian (Marlina et al., 2015), Rockwool memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan media tanam yang lain yaitu tidak mengandung
26

patogen penyebab penyakit, mampu menampung air hingga 14 kali kapasitas lapang

tanah, dapat meminimalkan penggunaan disinfektan, dapat mengoptimalkan peran

pupuk, dapat menunjang pertumbuhan tanaman karena rongganya dapat dengan

mudah dilewati akar, serta dapat dipergunakan berulang, sedangkan kekurangan

rockwool adalah harganya yang masih terbilang mahal karena masih impor.

Di sisi lain, densitas pasir dan kapas lebih rendah daripada rockwool maupun

impor, dan secara kualitatif pori-pori pasir dan kapas juga lebih besar daripada

rockwool. Hal ini diduga menyebabkan rendahnya water holding capacity , sehingga

ketersediaan air dalam media pasir dan kapas yang dapat diserap oleh akar tanaman

juga lebih rendah daripada ketersediaannya dalam media rockwool.

Perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian perubahan-perubahan

morfologi, fisiologi dan biokimia. Copeland & Mc. Donald (2001) menyatakan

bahwa perkecambahan benih, secara fisiologis adalah muncul dan berkembangnya

struktur-struktur penting dari embrio benih sampai dengan akar menembus kulit

benih.

Rahmat (2005) mengungkapkan bahwa akar tanaman hendaknya berada pada

suatu lingkungan yang mampu memberikan tunjangan struktural, memungkinkan

absorbsi air dan ketersediaan nutrisi yang memadai. Selain itu, media tanam

memungkinkan drainase dan pH yang baik bagi pertumbuhan benih Susilawati (2007)

yang menyatakan bahwa media tanam yang terlalu banyak air (drainase kurang baik)

dan terlalu lembab dapat menyebabkan tanaman kurang bisa menyerap unsur hara

dengan baik. Selain itu media yang lembab dapat memacu pertumbuhan cendawan

dan menghambat pertumbuhan dan


27

Adapun faktor lain yang mempengaruhi viabilitas benih selada yaitu daya

berkecambah benih yang rendah disebabkan oleh proses imbibisi yang tidak tepat

pada benih sehingga pertumbuhan benih menjadi kecambah normal tidak serempak

dan banyaknya serangan cendawan di media saat benih dikecambahkan. Timbulnya

banyak cendawan kemungkinan diakibatkan oleh mikroorganisme terbawa benih

karena substrat perkecambahan, alat pengecambah benih, dan air yang digunakan

sudah dikondisikan dalam kondisi steril. Ghangaokar dan Kshirsagar (2013)

mengemukakan bahwa mikroorganisme yang merupakan seedborne disease paling

banyak ditemukan pada benih yang tidak mendapatkan perlakuan benih. Adanya

infestasi mikroorganisme ini membuat vigor dan daya berkecambah benih menjadi

rendah.

Kecepatan tumbuh merupakan salah satu indikator vigor. Tingginya nilai KCT

menunjukkan semakin tinggi pula vigor benih tersebut (Sutopo, 2004). Salah satu

tolok ukur vigor kekuatan tumbuh benih adalah kecepatan tumbuh (Kct). Kecepatan

tumbuh dapat dilihat dari laju proses perkecambahan dalam waktu yang lebih singkat.

Menurut Lesilolo (2013) kecepatan tumbuh benih merupakan salah satu

indikasi vigor kekuatan tumbuh benih, benih yang memiliki tingkat kecepatan

tumbuh yang tinggi lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. Hal

ini menunjukkan bahwa benih selada dalam kondisi normal untuk

perkecambahannya membutuhkan suhu yang tinggi dan kondisi yang lembab.

Murniati (2013) menyatakan bahwa suhu dapat berpengaruh terhadap perkecambahan

dalam meningkatkan aktivitas metabolisme


28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, media tanam rockwool, kapas dan pasir tidak

memberikan pengaruh signifikan terhadap perkecambahan benih selada yang

mencakup potensi tumbuh maksimum, persentase daya kecambah, dan kecepatan

tumbuh. Namun, potensi kecambah maksimum selada yang ditanam pada media

rockwool lebih tinggi secara signifikan daripada persentase daya kecambah dan

kecepatan tumbuh selada yang ditanam pada media pasir dan kapas. Hal ini

dikarenakan rockwool mempunyai orientasi serat horizontal dengan densitas berlapis.

Kapasitas rockwool untuk menahan air (water holding capacity) dan kemampuannya

untuk menyediakan aerasi dipengaruhi oleh densitas dan orientasi serat-seratnya.

Saran

Untuk memperoleh pengujian viabilitas benih yang lebih baik dapat dilakukan

penelitian lebih lanjut terkait pengaruh jenis media tanam lainnya atau hubungan

antara komposisi nutrisi untuk memperoleh perkecambahan benih selada yang paling

optimum.
29

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Heny. 2016. Optimalisasi Media Perkecambahan Dalam Uji Viabilitas


Benih Selada Dan Bawang Merah. Universitas Trilogi. Jakarta.

Sutopo, L. 1995. Teknologi Benih. Rajawali, Jakarta. 188 hlm. . 2002. Teknologi
Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 238 hlm.

Prawiranata, W., S. Harran. dan P. Tjndronegoro. 1992. Dasar-dasar Fisiologi


Tumbuhan. Fakultas Matemetika dan Ilmu Alam. IPB Bogor. 247 hal.

Raka, G.N., M. Astiningsih, D.N Nyana,dan K. Siadi. 2012. Pengaruh Dry Heat
Treatment Terhadap Daya Simpan Benih Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.). Journal Agric. Sci. and Biotechnol 1 (1): 1-10. Roberts, E.H.
1972. Viability of Seed. 488 hlm., illus. London.

Sadjad, S. 1980. Teknologi Benih dalam Masalah Vigor. Dasar-dasar Teknologi


Benih. Departemen Agronomi Faperta, IPB. Bogor. 125 hal.

Sadjad, S. E. Muniarti dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komparatif ke Simulatif. Grasindo. Jakarta. 184 hal.

Sutopo, L. 1998. ”Teknologi Benih”. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grfindo Persada. Jakarta.

Tatipata, A., P. Yudono., A. Purwantoro., dan W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian


Aspek Fisiologi Dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam
Penyimpanan. Ilmu Pertanian 11 (2): 76-87

Viera, R.D., D.M. Tekrony, D.B. Egli, M. Rucker. 2001. Electrical conductivity of
soybean seeds after storage in several environments. Seed. Sci. Technol.
29:599-608
30

LAMPIRAN
31

Tabel Lampiran 1a. Potensi Tumbuh Maksimum benih selada hari ke-7 (hst) pada
berbagai media tanam
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata
1 2 3
S1M1 6 4 13 23 7,66
S1M2 2 0 10 12 4
S1M3 7 2 9 18 6
S2M1 9 7 16 32 10,66
S2M2 1 0 5 6 2,00
S2M3 24 12 25 61 20,33
Total 49 25 78 152 50,67

Lampiran 1b. Sidik Ragam Potensi Tumbuh Maksimum benih selada hari ke-7 (hst)
pada berbagai media tanam

F-Tabel
SK DB JK KT F-Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 5 624,44 128,49 5,316** 3,105 5,064
Galat 12 290,00 24,16
Total 17 932,44

Keterangan :
KK (%) 9,702
** Berpengaruh sangat nyata pada uji 5% dan 1%

Tabel Lampiran 2a. Persentase daya kecambah benih selada pada hari ke-7 (hst) pada
berbagai media tanam

Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata
1 2 3
S1M1 100 100 100 300 100
S1M2 93 93 78 264 88
S1M3 100 100 100 300 100
S2M1 100 100 70 270 90
S2M2 97 81 81 259 86,33
S2M3 100 100 100 300 100
Total 590 574 529 1693 564,33
32

Lampiran 2b. Sidik Ragam Daya Kecambah Benih Selada Pada Berbagai Media
Tanam

F-Tabel
SK DB JK KT F-Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 5 656,28 131,26 1,710tn 3,105 5,064
Galat 12 920,67 76,722
Total 17 1576,94

Keterangan :
KK (%) 1,552
tn Berpengaruh tidak nyata pada uji 5% dan 1%

Tabel Lampiran 3a. Kecepatan tumbuh benih selada pada hari ke-7 (hst) pada
berbagai media tanam
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata
1 2 3
S1M1 3 3 5 11 3,67
S1M2 2 0 20 12 7,33
S1M3 17 2 33 52 17,33
S2M1 8 1 18 27 9,00
S2M2 5 0 16 21 7,00
S2M3 5 2 24 31 10,33
Total 40 8 116 164 54,67

Lampiran 3b. Sidik Ragam Daya Kecambah Benih Selada Pada Berbagai Media
Tanam

F-Tabel
SK DB JK KT F-Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 5 319,11 63,82 0,839tn 3,105 5,064
Galat 12 1290,67 76,00
Total 17 1609,77

Keterangan :
KK (%) 15,947
33

tn Berpengaruh tidak nyata pada uji 5% dan 1%

Gambar 4. Penyiapan bahan penelitian


34

Gambar 5. Benih selada merah dan hijau diberikan perlakuan pendahuluan dengan
merendam benih dalam air hangat selama 3 jam kemudian dipilih benih
selada yang tenggelam

Gambar 6. Setelah diseleksi


benih selada di tiriskan diatas kertas hvs bersih selama 20 menit sebelum
dilakukan penyemaian
35

Gambar 7. Penyemaian benih selada pada masing-masing media perlakuan

Gambar 8. Benih
selada yang berkecambah pada 4 (hst)

Gambar 9. Benih selada yang sudah berumur 7 hari

DENAH PERCOBAAN

ULANGAN
36

Keterangan :
S1 : Selada hijau

S2 : Selada merah

M1 : Pasir

M2 : kapas

M3 : Rockwool

Gambar Lampiran 1. Denah Percobaan


37
38

Anda mungkin juga menyukai