Anda di halaman 1dari 95

PEMBERIAN PUPUK NANOSILIKA DAN FUNGI MIKORIZA

ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum

officinarum L.) METODE SINGLE BUD PLANTING

NUR ANA SOFIROTUN

G011181315

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMAN BUDIDAYA PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022

i
SKRIPSI

PEMBERIAN PUPUK NANOSILIKA DAN FUNGI MIKORIZA

ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum

officinarum L.) METODE SINGLE BUD PLANTING

Disusun dan diajukan oleh

NUR ANA SOFIROTUN

G011181315

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Nur Ana Sofirotun (G011181315). Pemberian Pupuk Nanosilika dan Fungi


Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L)
Metode Single Bud Planting Dibimbing oleh Feranita Haring dan Ifayanti Ridwan
Saleh

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan pupuk nanosilika


dan fungi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan bibit tanaman tebu dan
dilaksanakan di Teaching Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar pada bulan Januari-Mei 2022. Penelitan ini dilaksanakan dalam bentuk
percobaan Faktorial 2 Faktor (F2F) berdasarkan Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk nanosilika yang terdiri dari 5 taraf
yaitu 0 ml.L-1; 2,5 ml.L-1; 5,0 ml.L-1; 7,5 ml.L-1; dan 10,0 ml.L-1; Faktor kedua
adalah dosis fungi mikoriza arbuskula yang terdiri dari 3 taraf yaitu 0g, 5g, dan 10g
yang diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menujukkan bahwa interaksi antara
pupuk nanosilika konsentrasi 7,5 ml.L-1 dan fungi mikoriza arbuskula dosis 10 g
memberi pengaruh terbaik terhadap panjang akar (94.00 cm). Pupuk nanosilika
dengan konsentrasi 7,5 ml.L-1 memberikan pengaruh terbaik terhadap sudut tegak
daun (9,17o). Perlakuan fungi mikoriza arbuskula tidak memberi pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman tebu.

Kata Kunci: Bibit tebu, fungi mikoriza arbuskula, nanosilika

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirahmanirahim, Alhamdulillah, dengan mengucapkan rasa syukur

kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, karunia dan anugrah-Nya

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan “Pemberian Pupuk Nanosilika

Dan Fungi Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum

officinarum L.) Metode Single Bud Planting” telah dapat diselesaikan, meskipun

masih sangat jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam tak lupa penulis

kirimkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. untuk itu, penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis

yakni Bapak Margono dan Ibu Nurjamik yang selalu memberikan dukungan,

motivasi dan dorongan untuk terus berjuang menyelesaikan pendidikan yang

ditempuh. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada saudara penulis

yang telah membantu dan memberi masukan dalam meyelesaikan skripsi ini

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dalam Program Studi

Agroteknologi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Hasanuddin.

Dalam Penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang

penulis hadapi pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan sehingga penulis dapat

melaluinya. Keberhasilan penulis sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini tidak

lepas dari bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral

vii
maupun spiritual. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan

terima kasih yang amat mendalam dan sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Dr. Ir Hj. Feranita Haring MP. selaku dosen pembimbing I dan Dr.

Ifayanti Ridwan Saleh, SP. MP. selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan ide, saran, arahan dan masukan

selama penelitian hingga penyusunan tugas akhir.

2. Kepada Dr. Ir. Hj. Syantrianty A. Syaiful, MS., Prof. Dr. Ir Rusnadi

Padjung, M. Sc., dan Dr. Ir Muh. Riadi, MP. selaku penguji yang telah

meluangkan waktu dan memberikan ilmu, kritikan dan saran kepada penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. Kepada Alm. Abdul Molla, SP. M.Si. dan Dr. Ifayanti Ridwan Saleh, SP.

MP selaku pembimbing akademik.

4. Kepada Dr. Ir. Hari Iswoyo, SP. MA. selaku Ketua Departemen Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin dan Para dosen dan

staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin atas segala

bimbingan, arahan dan teknisinya.

5. Kepada Pak Awi dan Ibu Asti telah memberi banyak bantuan dan saran

dalam Penelitian berlangsung.

6. Kepada Pihak Pabri Gula Takalar yang telah memberikan bantuan

menyediakan bibit tebu.

7. Kepada teman-teman h18rida yang telah meluangkan waktunya untuk

membantu penulis dalam penelitian yakni Galih Jatmiko, Basmalah, Hadi,

viii
Adiba, Mala, Cici, Azwan dan teman-teman lainnya yang tidak sempat

disebutkan satu persatu.

8. Kepada Teman-teman MKU C Agroteknologi 2018 dan para sahabat

Ukhtierss yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam

pelaksanaan penelitian.

9. Serta seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan dari

awal penelitian hingga terselesaikannya penelitian ini yang tidak bisa

Penulis sebutkan satu persatu.

Teriring harapan do’a semoga Allah SWT memberikan rahmat dan ridho-

Nya atas segala budi baik serta ketulusan yang diberikan kepada penulis selama ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam upaya

pengembangan ilmu pertanian.

Aamiin YRA.

Makassar, 22 November 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Hipotesis ..................................................................................................... 5


1.3 Tujuan dan Kegunaan ................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7


2.1 Tanaman Tebu............................................................................................ 7
2.2 Metode Single Bud Planting ...................................................................... 12
2.3 Pupuk Nanosilika ....................................................................................... 14

2.4 Fungi Mikoriza Arbuskula ......................................................................... 16

BAB III METODOLOGI .............................................................................. 20


3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................................... 20

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 20


3.3 Metode Penelitian....................................................................................... 20
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 21
3.5 Parameter Pengamatan ............................................................................... 25
3.6 Analisis Data .............................................................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 29


4.1 Hasil ........................................................................................................... 29
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 50


5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 50
5.2 Saran........................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51

LAMPIRAN .................................................................................................... 56

x
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Rumus dan Konstanta Kadar Klorofil Daun .................................................. 27

2. Rata-rata Sudut Daun (o) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST ..................... 37

3. Rata-rata Kadar Korofil (μmol. m-2) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST ... 41

4. Rata-rata Panjang Akar (cm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST .............. 43

Lampiran

1a. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Tebu Umur 12 MST..................... 59

1b. Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Tebu Umur 12 MST ....................... 59

1c. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Tebu Umur 0-12 MST ................. 60

2a. Rata-rata Diameter Batang (mm) Tanaman Tebu Umur 12 MST................... 61

2b. Sidk Ragam Rata-rata Diameter Batang Tebu Umur 12 MST ....................... 61

2c. Rata-rata Diameter Batang (mm) Tanaman Tebu Umur 0-12 MST ............... 62

3a. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Tanaman Tebu Umur 12 MST ....................... 63

3b. Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Daun Tebu Umur 12 MST ............................ 63

3c. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Tanaman Tebu Umur 0-12 MST .................... 64

4a. Rata-rata Tebal Daun (mm) Tanaman Tebu Umur 12 MST ........................... 65

4b. Sidik Ragam Rata-rata Tebal Daun Tanaman Tebu Umur 12 MST ............... 65

5a. Rata-rata Luas Daun (cm2) Tanaman Tebu Umur 12 MST ............................ 66

5b. Sidik Ragam Rata-rata Luas Daun Tanaman Tebu Umur 12 MST ................ 66

6a. Rata-rata Sudut Tegak Daun (o) Tanaman Tebu Umur 12 MST ..................... 67

6b. Sidik Ragam Rata-rata Sudut Tegak Daun Tanaman Tebu Umur 12 MST .... 67

7a. Rata-rata Jumlah Ruas (ruas) Tanaman Tebu Umur 12 MST ......................... 68

xi
7b. Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Ruas Tanaman Tebu Umur 12 MST ............. 68

8a. Rata-rata Panjang Ruas (cm) Tanaman Tebu Umur 12 MST ......................... 69

8b. Sidik Ragam Rata-rata Panjang Ruas Tanaman Tebu Umur 12 MST ............ 69

9a. Rata-rata Total Jumlah Stomata (stomata) Tanaman Tebu Umur 12 MST..... 70

9b. Sidik Ragam Rata-rata Total Jumlah Stomata Tebu Umur 12 MST............... 70

10a. Rata-rata Klorofil a (μmol. m-2) Tanaman Tebu Umur 12 MST ................... 71

10b. Sidik Ragam Rata-rata Klorofil a Tanaman Tebu Umur 12 MST ................ 71

10c. Rata-rata Klorofil b (μmol. m-2) Tanaman Tebu Umur 12 MST ................... 72

10d. Sidik Ragam Rata-rata Klorofil b Tanaman Tebu Umur 12 MST ................ 72

10e. Rata-rata Total Klorofil (μmol. m-2) Tanaman Tebu Umur 12 MST ............ 73

10f. Sidik Ragam Rata-rata Total Klorofil Tanaman Tebu Umur 12 MST .......... 73

11a. Rata-rata Berat Daun Spesifik (g.cm-2) Tanaman Tebu Umur 12 MST........ 74

11b. Sidik Ragam Rata-rata Berat Daun Spesifik Tebu Umur 12 MST ............... 74

12a. Rata-rata Panjang Akar (cm) Tanaman Tebu Umur 12 MST ....................... 75

12b. Rata-rata Panjang Akar (cm) Tanaman Tebu Hasil Transformasi (ln x)
Umur 12 MST .............................................................................................. 76

12c. Sidik Ragam Rata-rata Panjang Akar Tanaman Tebu Hasil Transformasi
(ln x) Umur 12 MST .................................................................................... 76

13a. Rata-rata Volume Akar (ml) Tanaman Tebu Umur 12 MST ........................ 77

13b. Rata-rata Volume Akar (ml) Tanaman Tebu Hasil Transformasi (ln x)
Umur 12 MST .............................................................................................. 78

13c. Sidik Ragam Rata-rata Volume Akar Tanaman Tebu Hasil


Transformasi (ln x) Umur 12 MST .............................................................. 78

14. Gabungan dari Semua Parameter .................................................................... 79

15. Hasil Analisis Si pada Tanah dan Jaringan Daun ........................................... 80

xii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST .......... 29

2. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Bibit Tanaman Tebu Umur 0-12 MST ....... 30

3. Rata-rata Diamater Batang (mm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST ........ 31

4. Rata-rata Diamater Batang (mm) Bibit Tanaman Tebu Umur 0-12 MST ..... 32

5. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST............. 32

6. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Bibit Tanaman Tebu Umur 0-12 MST ......... 34

7. Rata-rata Tebal Daun (mm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST................. 35

8. Rata-rata Luas Daun (cm2) Tanaman Tebu Umur 12 MST ........................... 36

9. Rata-rata Jumlah Ruas (ruas) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST .............. 38

10. Rata-rata Panjang Ruas (cm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST ............... 39

11. Rata-rata Jumlah Total Stomata (stomata) Bibit Tebu Umur 12 MST .......... 40

12. Rata-rata Berat Daun Spesifik (g.cm-2) Bibit Tebu Umur 12 MST ............... 42

13. Rata-rata Volume Akar (ml) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST ............... 44

Lampiran

1. Denah Penelitian ............................................................................................ 81

2. Pembibitan di Bedengan ................................................................................ 82

3. Mata Tunas telah Tumbuh ............................................................................. 82

4. Pindah Tanam ke Polybag ............................................................................. 82

5. Pengukuran Kadar Klorofil ............................................................................ 82

6. Pengovenan Daun .......................................................................................... 82

7. Mengukur Sudut Tegak Daun ........................................................................ 82

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang dijadikan bahan baku utama dalam pembuatan gula pasir dan

memiliki peran strategis dalam perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2019, total

area perkebunan tebu Indonesia mencapai 413 ribu ha, sedangkan pada tahun 2020,

total area perkebunan tebu Indonesia mencapai 418 ribu ha. Terdapat peningkatan

luas area sebesar 5 ribu ha (BPS, 2020). Industri gula menjadi salah satu sumber

pendapatan bagi ribuan petani tebu dan pekerja di industri gula. Selain itu, gula

menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat dan telah

ditetapkan menjadi salah satu barang pangan pokok yang diatur oleh pemerintah

berdasarkan Perpes No. 59 tahun 2020 (BPS, 2021).

Peningkatan konsumsi gula di Indonesia dari tahun ke tahun memberikan

peluang yang luas bagi peningkatan kapasitas produksi pabrik gula. Tahun 2020,

konsumsi langsung gula nasional sebesar 2.66 juta ton. Padahal pada tahun 2020,

produksi gula hanya 2.13 juta ton (BPS, 2021). Seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk dan semakin tumbuhnya industri yang membutuhkan gula

sebagai bahan bakunya, maka kebutuhan gula secara nasional diperkirakan terus

meningkat, namun, tidak disertai dengan ketersediaan gula dalam negeri yang

mencukupi.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas tebu dapat dilakukan dengan

memperbaiki teknik budidaya, menggunakan bibit unggul, memperluas area

1
perkebunan, dan mengaktifkan kembali perusahaan gula yang sudah ada.

Pembibitan tebu menjadi salah satu faktor penentu produktivitas tebu untuk

menghasilkan rendemen tinggi sehingga dapat meningkatkan produksi gula.

Pemilihan bibit tebu yang unggul menjadi prioritas, sebab bibit tebu memiliki peran

penting dalam produksi gula (Pamungkas dan Dina, 2021). Pemilihan varietas tebu

perlu memiliki sifat-sifat varietas unggul seperti: memiliki potensi gula yang tinggi

melalui bobot tebu dan rendemen yang tinggi, memiliki produktivitas yang stabil,

memiliki ketahanan yang tinggi untuk keprasan dan kekeringan, memiliki

ketahanan terhadap hama dan penyakit (Amir, Hawalid, dan Nurhuda 2017).

Metode bibit bagal 2- 3 dalam pembibitan tebu memiliki permasalahan

seperti, waktu pembibitan yang lebih lama, membutuhkan lahan yang luas dan bibit

yang dihasilkan tidak seragam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,

pembibitan dengan metode single bud planting dapat menjadi solusi dalam

penyediaan bibit tebu. Metode single bud planting merupakan salah satu teknologi

penanaman tebu yang berasal dari Colombia dengan menanam satu mata tunas

(Suhesti, Puryantoro, dan Suryaningsih. 2019). Pembibitan metode Single bud

planting memiliki keuntungan, antara lain area yang dibutuhkan lebih sedikit, umur

bibit lebih pendek yaitu kurang dari 3 bulan sudah siap tanam, setiap saat bibit akan

tersedia sehingga jenjang pembibitan lebih efektif, kualitas bibit terjamin dan

persentase serta kepastian hidup lebih tinggi (Bari, Bintoro, dan Sulistyno, 2017).

Namun demikian, terdapat permasalahan dalam metode single bud planting.

Pertumbuhan bibit tebu dengan metode tersebut terlihat ramping dan mudah roboh,

sehingga dibutuhkan strategi untuk memperbaiki pertumbuhan bibit tebu tersebut.

2
Strategi untuk mengatasi pertumbuhan bibit yang kurang bagus, dapat

dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan merupakan cara untuk meningkatkan

pertumbuhan, produksi dan kualitas suatu tanaman. Pupuk memiliki fungsi untuk

memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Silika (Si) termasuk unsur hara

non esensial bagi tanaman, tetapi bagi tanaman anggota poaceae sangat

membutuhkan unsur hara Si (Sabatini et.al., 2021). Tebu termasuk tanaman anggota

Poaceae, tetapi pada fakta yang ada, unsur Si sering dilupakan dalam pemupukan

pada tanaman anggota poaceae. Padahal jika ketersediaan Si yang cukup dalam

tanah dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap ketidakseimbangan unsur

hara seperti kelebihan hara N, kekurangan dan kelebihan hara P serta keracunan Na,

Fe, Mn dan Al (Fitriani dan Sri, 2016). Pemupukan silika terutama dalam bentuk

nano memiliki keunggulan lebih reaktif, langsung mencapai target karena

ukurannya yang kecil serta hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Aryanto,

2012). Tanaman poaceae membutuhkan Si terutama dipermukaan daun, batang, dan

bulir (padi), karena dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi CO 2. Silika

yang terakumulasi pada daun berfungsi menjaga daun tegak sehingga membantu

penangkapan cahaya matahari dalam proses fotosintesis (Putri, Sudiarso, dan

Islami, 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri et.al. (2017), pada tanaman padi

hitam menunjukkan bahwa pemberian silika pada konsentrasi 7.5 ml/L dapat

meningkatkan jumlah stomata sebesar 142%, tinggi tanaman sebesar 33% dan tebal

daun sebesar 100%. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Sebatini et.al.

(2017), pada tanaman padi merah menunjukkan bahwa pemberian silika dengan

3
konsentrasi 10 ml/l memberikan pengaruh yang paling tinggi dalam meningkatkan

tinggi dan jumlah anakan vegetatif.

Kendala lainnya dalam pembibitan tanamana tebu ialah penggunaan pupuk

anorganik terus menerus, sehingga membuat tanah menjadi tidak subur.

Penggunaan fungi mikoriza arbuskula menjadi solusi, agar dalam pertumbuhan

tebu tidak menggunakan pupuk anorganik melebihi kemampuan tanaman dalam

menyerap unsur hara. FMA mampu bersimbiosis dengan akar tanaman. Hifa

mikoriza yang sangat luas di dalam tanah mampu menyerap air dan unsur hara yang

ada di pori-pori tanah disaat tanaman tidak mampu menyerap unsur hara. Infeksi

FMA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kemampuannya

memanfaatkan nutrisi terutama unsur P, Ca, N, Cu, Mn, K dan Mg (Aldemen dan

Morton, 1986). Selain itu, FMA menghasilkan hormon seperti auksin, sitokinin dan

giberelin (Talanca, 2010). Sehingga dengan memiliki segudang manfaat, mikoriza

dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan

produktivitas tanaman, sekaligus memperbaiki kualitas tanaman yang ditanam pada

lahan-lahan marjinal (Gupta dan Mukerji, 2000).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah et.al. (2015), pada tanaman

kakao menunjukkan bahwa pemberian FMA sebanyak 10 g/tanaman memberikan

hasil yang terbaik untuk luas daun, berat basah akar dan berat kering, persentasi

akar yang terinfeksi mikoiza diumur tanaman 90 HST. Begitu pula penelitian yang

dilakukan oleh Musa et.al. (2020), pada tanaman tebu menunjukkan bahwa aplikasi

FMA dengan dosis 8 g/tanaman memberi pertumbuhan yang lebih baik terhadap

parameter tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, panjang akar.

4
Dasar teori dalam penelitian ini ialah beracuan pada penelitian yang

dilakukan oleh Nurlaili et.al. (2020) yang menyatakan bahwa FMA dapat

membantu pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi

cekaman biotik dan abiotik dengan meningkatkan penyerapan nutrisi tanaman

terutama unsur hara fosfor (P) dan nitrogen (N). Kedua unsur tersebut berperan

dalam pembentukan klorofil pada daun. Sedangkan silika (Si) memegang peranan

penting dalam mempertahankan ketahanan tanaman. Keberadaan Si pada tanaman

memiliki peran dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, pH tanah, dan

biomassa tanaman, serta mengganti ketersediaan P yang berkurang dalam tanah.

Hasil penelitian yang dilakukan Nurlaili et.al. (2020) menyatakan bahwa terdapat

pengaruh signifikan dari interaksi antar FMA dan konsentrasi Si yang berbeda

terhadap parameter tinggi tanaman, biomassa basah, persentase infeksi mikoriza,

dan kadar Cd. Namun, tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap parameter

jumlah daun dan panjang akar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan untuk mengetahui

pemberian pupuk nanosilika dan fungi mikoriza arbuskula terhadap pembibitan

tebu metode single bud planting.

1.2 Hipotesis

1. Terdapat interaksi konsentrasi pupuk nanosilika dan dosis inokulan fungi

mikoriza arbuskula yang memberikan pengaruh terbaik terhadap

pertumbuhan bibit tanaman tebu.

2. Terdapat salah satu konsentrasi pupuk nanosilika yang memberikan

pengaruh terbaik terhadap terhadap pertumbuhan bibit tanaman tebu.

5
3. Terdapat salah satu dosis inokulan fungi mikoriza arbuskula yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap terhadap pertumbuhan bibit

tanaman tebu.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penggunaan

pupuk nanosilika dan fungi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan bibit

tanaman tebu. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat

menjadi bahan referensi dan informasi mengenai pembibitan tanaman tebu dan

dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Tebu

Tanaman tebu termasuk jenis tanaman rerumputan (gramineae) dan

tumbuhan berbiji tunggal. Tanaman tebu diperbanyak dengan cara vegetatif.

Perbanyakan vegetatif memiliki keuntungan, seperti tanaman lebih homogen,

pertumbuhan tanaman cepat dan penanaman tanaman lebih mudah. Selain itu,

perbanyakan vegetatif dapat mempertahankan sifat genetik yang dibawah oleh

induknya sehingga sifat anakkan akan sama dengan induknya (Hanjokrowati,

1981). Untuk lebih mengetahu tanaman tebu sebagai berikut penjelasannya:

Sistematika tanaman tebu (Saccarum officinarum L.) menurut Indrawanto

et.al. (2010), sebagai berikut:

Divisi : Magniophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Saccharum

Species: Officinarum

Nama Species: Saccharum officinarum L.

Akar tanaman tebu termasuk akar serabut. Tanaman tebu memiliki dua jenis

akar yaitu akar stek dan akar tunas. Cara membedakan kedua jenis akar ini adalah

akar stek tumbuh pada cincin akar dari stek batang, sedangkan akar tunas

7
merupakan pengganti akar bibit. Pada tanah yang cocok, akar tebu dapat tumbuh

dengan panjang 0.5- 1.0 meter (Wijayanti, 2008).

Tanaman tebu memiliki batang tegak lurus dan beruas-ruas yang dibatasi

buku-buku. Setiap buku-buku terdapat satu mata tunas. Diameter batang antara 3-

5 cm dengan tinggi batang antara 2- 5 meter dan tidak bercabang (Indrawanto et.al.,

2010). Batang muda tanaman tebu terdapat lapisan yang berwarna putih dan keabu-

abuan yang menempel pada batang tebu. Lapisan tersebut disebut dengan lapisan

lilin (Putri et.al., 2013).

Tanaman tebu memiliki daun tidak lengkap, karena terdiri dari pelepah dan

beberapa helain daun. Daun tanaman tebu berbentuk busur panah seperti pita,

berseling kanan dan kiri, berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang

daun sejajar, ditengah berlekuk. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta

berbulu keras (Indrawanto et.al., 2010).

Bunga tanaman tebu termasuk bunga majemuk. Bunga tebu berupa malai

dengan panjang antara 50- 80 cm. Cabang bunga pada tahap pertama berupa

karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua bulir.

panjang bulir sekitar 3-4 mm. Terdapat pula benang sari, putik dengan dua kepala

putik dan bakal biji. Pada satu bunga kecil, diproduksi satu biji. Biji tebu seperti

padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji (Indrawanto, et.al.,

2010).

2.1.1 Syarat Tumbuh

Tanaman tebu tumbuh pada daerah tropika dan sub tropika. Tanaman tebu

tumbuh dengan baik dengan kondisi tanah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu

8
basah, karena akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara di

dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan. Jenis tanah

yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu ialah tanah alluvial, grumusol, laktosol

dan regosol dengan ketinggian 0- 1400 m dpl (Indrawanto et.al., 2010).

(Indrawanto et.al. 2010; Musa et. al, 2022):

Tanah yang baik untuk pertanaman tanaman tebu ialah tanah yang gembur.

Tekstur tanah yang ideal bagi tanaman tebu ialah tekstur tanah ringan sampai agak

berat dengan kemampuan menahan air cukup dan porositas 30%. Selain itu,

tanaman tebu menghendaki solum tanah minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan

kedap air dan permukaan air 40 cm. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada

tanah yang memiliki pH 6‐ 7,5 (Indrawanto et.al. 2010).

Iklim memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tebu dan

rendemen gula. Tanaman tebu dalam masa pertumbuhannya sangat membutuhkan

banyak air, sedangkan saat memasuki musim masak, tanaman tebu membutuhkan

keadaan yang kering agar pertumbuhan berhenti dan membentuk rendeman gula

(Indrawanto et.al. 2010).

Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan

berkisar antara 1.000 – 1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan

kering. Tanaman tebu pada periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan

yang tinggi dengan curah hujan 200 mm per bulan selama 5-6 bulan. Selanjutnya,

memasuki selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4 sampai 5 bulan

dengan curah hujan kurang dari 75 mm per bulan yang merupakan periode kering

atau periode pertumbuhan generatif dan pemasakan tebu (Musa et. al, 2022).

9
Suhu ideal bagi pertumbuhan tanaman tebu berkisar antara 24oC–34oC

dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 oC. Pada suhu

30oC di siang hari, pembentukan sukrosa berjalan lebih optimal. Sukrosa yang

terbentuk disimpan pada batang dimulai dari ruas paling bawah pada malam hari

(Indrawanto et.al. 2010).

Setiap harinya, tanaman tebu membutuhkan penyinaran matahari 12-14 jam.

Jika tanaman tebu mendapatkan sinar matahai yang optimal, dapat mempengaruhi

proses fotosintesis yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tebu akan optimal.

Begitu pun sebaliknya, jika cuaca yang berawan atau mendung, sehingga

mempengaruhi intensitas penyinaran. Proses fotosintesis berkurang, sehingga

pertumbuhan tanaman terhambat (Musa et. al, 2022).

Kecepatan angin memiliki peran dalam mengatur keseimbangan kelembaban

udara dan kadar CO2 di sekitar tajuk yang mempengaruhi proses fotosintesis. Angin

dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam disiang hari berdampak baik bagi

pertumbuhan tebu, sebab jika kecepatan angin melebihi 10 km/jam, akan membuat

tanaman tebu roboh (Indrawanto et.al. 2010).

2.1.4 Fase Pertumbuhan Tebu

Pertumbuhan tanaman tebu hingga dapat menjadi bahan baku produksi gula

memiliki beberapa fase pertumbuhan (Musa et.al., 2022; Zaini et.al., 2017). Fase

pertumbuhan tanaman tebu sebagai berikut:

1. Fase Pertumbuhan mata tunas (0-1 bulan)

Fase pertumbuhan mata tunas ialah kondisi mata tunas tebu yang awalnya

dorman menjadi tunas muda yang dilengkapi dengan daun, batang dan akar. Fase

10
perkecambahan pada bibit tebu sangat ditentukan faktor internal seperti varietas,

umur bibit, jumlah mata, panjang stek, cara meletakkan bibit, jumlah mata, bibit

terinfeksi hama penyakit, dan kebutuhan hara. Selain itu terdapat pula faktor

eksternal seperti kualitas dan perlakuan bibit sebelum tanam, aerasi dan

kelengasan tanah, kedalaman peletakan bibit dan kualitas pengelolahan tanah.

2. Fase pertunasan (1-3 bulan)

Fase pertunasan adalah perkecambahan dan tumbuhnya mata-mata pada batang

tebu. Fase pertunasan membutuhkan kondisi air terjamin kecukupannya, oksigen

dan unsur hara, khususnya unsur N, P dan K, serta penyinaran matahari yang

cukup. Pertunasan sebagai bahan dari proses pertumbuhan vegetatif, sangat

dipengaruhi oleh berbagai kondisi tebu seperti, sifat-sifat genetik, hormon yang

terdapat dalam tubuh tebu dan kondisi lingkungan yang meliputi intesitas

penyiranan matahari, air, unsur hara dan temperatur.

3. Fase pemanjangan batang (3-9 bulan)

Proses pemanjangan batang pada dasarnya merupakan pertumbuhan yang

didukung dengan perkembangan beberapa bagian tanaman yaitu perkembangan

tajuk daun, perkembangan akar dan pemanjangan batang. Pada fase ini,

pertumbuhan tunas mulai melambat dan terhenti. Terdapat dua unsur dominan

yang mempengaruhi fase pemanjanngan batang. Unsur tersebut adalah

diferensiasi dan pemanjangan ruas-ruas tebu yang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan terutama sinar matahari, kelembaban tanah, aerasi, hara N, dan

faktor inheren tebu.

11
4. Fase kemasakan (10-12 bulan)

Fase kemasakan diawali dengan semakin lambat atau terhentinya pertumbuhan

vegetatif. Tebu yang memasuki fase kemasakan secara visual ditandai dengan

pertumbuhan tajuk daun berwarna hijau kekuningan. Pada helaian daun sering

dijumpai bercak berwarna coklat. Selain itu, pada kondisi tertentu tebu akan

mengeluarkan bunganya.

2.2 Metode Single Bud Planting

Usaha budidaya tebu yakni penyediaan bibit dengan menggunakan sistem

konvesional seringkali terkendala oleh rendahnya produksi bibit dari penangkar,

disamping kesehatan dan kemurnian bibit kurang terjamin. Hal ini dikarenakan

masa tanam yang sangat lama butuh waktu 6-8 bulan dan jumlah produksi yang

kurang optimal (Amiroh et.al., 2019). Selain itu, biasanya petani menggunakan

bibit tebu dengan 2-8 mata. Dilain pihak penggunaan jumlah mata tunas yang

terlalu berlebihan akan berdampak terhadap efisiensi penggunaan bibit dan

pertumbuhan tanaman yang tidak normal, karena pertumbuhan bibit yang tidak

seragam. Sehingga mempengaruhi hasil dari rendemen tebu (Tahir et.al., 2014).

Banyaknya kekurangan dalam penggunaan sistem kovesioanal dalam

budidaya tebu, sehingga dibutuhkan sebuah teknologi terbaruan atau budidaya

terbarukan dalam budidaya tanaman tebu. Single bud planting (SBP) berasal dari

dari Colombia dan Brazil. Tahun 2010, sistem single bud planting diperkenalkan

sebagai teknologi terbarukan dalam budidaya tanaman tebu. SBP ini merupakan

sistem perbanyakan bibit tebu dari batang tebu dalam bentuk stek satu mata tunas,

12
dengan panjang stek 5 cm dan posisi mata terletak ditengah-tengah dari panjang

stek (Amiroh et.al., 2019).

Single bud planting memiliki keunggulan seperti memiliki pertumbuhan

yang serempak, tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak membutuhkan bahan

tanam yang besar, memiliki kepastian hidup yang tinggi (Bari et.al., 2017). Setelah

dipindahkan ke lapangan, bibit SBP mampu membentuk anakan 10-20 anakan.

Anakan tersebut dapat tumbuh sempurna sampai panen 8-10 batang per rumpun.

Sejak awal, pertumbuhan bibit single bud plantig telah seragam dengan tingkat

kemasakan tebu di lapangan juga seragam sehingga mampu meningkatkan

rendemen dan produksi persatuan luas tanam (Durroh dan Sugianto, 2020).

Proses pembibitan tebu SBP umumnya terdiri dari dua tahapan yang

pertama persemaian satu di dalam pasir selama dua minggu guna menumbuhkan

akar serta daun minimal dua helai, dan persemaian dua merupakan penanaman

budset dalam polybag dalam kurun waktu 3 bulan (Bari et.al., 2017). Penanaman

benih dengan posisi mata tunas ke atas, bawah atau samping dapat memberikan

pengaruh berbeda terhadap perkecambahan dan pertumbuhan awal benih tebu.

Penanaman budset satu mata dengan posisi mata tunas menghadap keatas agar

persentase perkecambahannya meningkat dan kegiatan pembenihan dapat berhasil

dengan baik (Khuluq, 2013)

Pembibitan SBP memerlukan waktu 75 hari sebelum di tanam pada lahan

karena menurut Standard Operating Producedure (SOP), umur 75 hari merupakan

bibit dengan umur yang secara morfologi dan fisiologi paling baik. Namun kondisi

di lapangan menunjukkan bahwa mata tunas tenaman tebu dapat tumbuh dengan

13
baik dalam rentan waktu yang lebih cepat, yaitu 30- 60 hari. Selain itu, jenis

tanaman dan kultivar, juga ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat tanaman

dipindahkan tanam serta teknik budidanya (Permana et.al., 2015).

2.3 Pupuk Nanosilika

Silika merupakan salah satu unsur kimia kedua terbanyak di bumi yaitu

27,6% dan di serap oleh hampir seluruh tanaman dalam bentuk asam monosalisikat

atau Si(OH)4 (Makarim et.al., 2007). Di daerah tropis, ketersediaan unsur silika

sangat rendah. Rendahnya kandungan unsur silika disebabkan proses desilikasi.

Proses desilikasi adalah proses pencucian dan intensitas pelapukan yang tinggi,

akibatnya unsur Si yang berada di lapisan atas tanah mudah tercuci dan jumlahnya

menurun. Sedangkan unsur Fe dan Al terkumulasi pada permukaan tanah. Semakin

tinggi unsur Al dan Fe oksida dalam tanah, Si yang terlarut akan semakin rendah

(Husnain, 2011)

Unsur Si sangat dibutuhkan oleh tanaman poaceae, salah satunya tanaman

tebu. Unsur Si dapat membantu fotosintesis dan translokasi CO2, membantu

cekaman biotik seperti suhu, radiasi, cahaya, angin, air dan kekeringan serta

meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan

penyakit dan hama (Putri et.al., 2017). Pemupukan silika dalam bentuk nano perlu

dilakukan, karena dengan bentuk nano pemupukan akan lebih efektif, langsung

mencapai target sebab ukurannya yang sangat kecil dan dibutuhkan dalam jumlah

yang sedikit (Aryanto, 2012, Widowati et.al., 2011).

Unsur silika di absorbsi oleh tanaman dalam bentuk asam monosilikat

Si(OH)4. Silika yang berada di akar akan di polimerisasi menjadi Si amorf (SiO2.

14
nH2O), selanjutnya berasosiasi dengan selulosa pada sel epidermis jaringan

tersebut. Unsur silika memperkuat dinding sel epidermis sehingga mengurangi

transpirasi berlebihan. Silika juga meningkatkan kekuatan mekanis jaringan

sehingga bisa mencegah kerobohan tanaman (Ma dan Yamaji, 2006).

Pemberian unsur silika dapat membuat sistem perakaran menjadi lebih baik,

sehingga penyerapan unsur hara menjadi lebih optimal. Silika digunakan dalam

proses metabolisme pada tanaman sehingga akan memacu pertumbuhan. Silika

yang terdapat pada daun membuat tanaman memiliki daun yang tegak dan

merentang dengan baik sehingga bisa mengurangi dampak ternaungi. Tanaman pun

mendapatkan intensitas cayaha yang tinggi, penyerapan cahaya matahari lebih

optimal dan jumlah stomata meningkat (Putri et.al., 2017).

Unsur Silika juga menyebabkan daun lebih tegar, merentang dengan baik

dan secara tidak langsung bisa mengurangi dampak negatif tumpang tindih tajuk.

Ketegaran daun adalah hal penting dalam hubungannya dengan fotosintesis

tanaman. Daun yang tegar dan tidak merunduk memungkinkan panetrasi sinar

matahari ke daun menjadi lebih banyak, sehingga proses penyerapan cahaya

matahari untuk fotosintesis berjalan maksimal. Optimalnya proses fotosintesis

menyebabkan pertumbuhan, perkembangan serta produksi tanaman menjadi lebih

baik (Sabatini, 2021).

Pemupukan silika mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah anakan. Selain

itu, meningkatkan efisiensi fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan menjadi

lebih banyak. Fotosintat akan didistribusikan dan di simpan ke organ vegetaif

tanaman seperti akar, batang, dan daun sebagai cadang makanan. Penyimpanan

15
cadangan makanan inilah yang akan mempengaruhi bobot basah dan bobot kering

tanaman (Putri et.al., 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan Fitriani dan Sri (2016), tentang pengaruh

penggunaan pupuk nanosilika terhadap pertumbuhan tanaman tomat (Solanum

lycopersicum) var. Bulat, menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nanosilika

dengan dosis berbeda berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang

akar, namun tidak berpengaruh terhadap berat basah tanaman tomat.

Hasil penelitian yang dilakukan Yohana et.al, (2013), tentang pemberian

bahan silika pada tanah sawah berkadar P total tinggi untuk memperbaiki

ketersediaan P dan Si tanah, pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L.),

menyatakan pemberian bahan silika berpengaruh nyata terhadap pH tanah, jumlah

anakan maksimum, serapan Si tanaman dan bobot kering gabah dan tidak

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar,

dan serapan P tanaman.

Hasil penelitian yang dilakukan Sari et.al., (2021), tentang respon varietas

tebu unggul baru terhadap pemberian nanosilika dan cekaman kekeringa,

menunjukkan bahwa faktor tunggal nanosilika berpengaruh nyata pada bobot

kering brangkasan tebu. Pemberian nanosilika konsentrasi 45% sebanyak dua kali

memberikan respon yang lebih baik hampir pada seluruh parameter pertumbuhan.

2.4 Fungi Mikoriza Arbuskula

Fungi Mikoriza arbuskula (FMA) berasal dari bahasa Yunani yaitu Mykes

artinya cendawan dan Rhiza artinya akar, sehingga dapat diartikan sebagai fungi

akar (Talanca, 2010). Fungi mikoriza arbuskula termasuk ordo glomales yang

16
bersifat obligat parasite. FMA tidak dapat di inokulasi dengan teknik mikrobiologi,

tetapi hanya dapat ditumbuhkan pada akar tanaman hidup (Moose, 1918).

Fungi Mikoriza arbuskula dan tanaman memiliki hubungan simbiosis

mutualisme. FMA hidup di akar dengan mendapatkan karbohidrat dari tanaman,

sedangkan tanaman mendapatkan keuntungan dari mikoriza berupa mendapatkan

unsur hara yang tersedia bagi tanaman salah satunya unsur fosfor (Anas, 1997).

Bersimbiosisnya FMA dengan tanaman, membuat tanaman mendapatkan

keuntungan yaitu FMA dapat membantu penyerapan unsur hara oleh akar

bertambah empat kali lipat dan memiliki daya jelajah volume tanah sampai 100 kali

akar tanaman (Wangiyana et.al., 2007)

Fungi mikoriza arbuskula yang diaplikasikan pada tanaman akan

mengeluarkan hifa. Selanjutnya akar tanaman terinfeksi. Spora yang berkecambah

mengeluarkan karbohidrat sebagai bahan makanan FMA untuk menembus akar.

Hifa yang telah menembus akar akan berkembang di dalam dan diantara sel akar.

Kemudian hifa berubah sebagai tempat pertukaran unsur hara dengan fotosintat

yang disebut arbuskula. Akar yang telah terinfeksi FMA dapat memproduksi

jaringan hifa ekternal yang berkembang secara ekspansif berupa kolonisasi hifa

yang tumbuh dan berkembang melalui bulu-bulu akar tanaman sehingga mampu

memperluas bidang serapan dan dapat pula meningkatkan penerapan hara oleh

tanaman (Parapasan dan Adryade, 2014).

Fungi mikoriza arbuskula memiliki banyak peranan di bidang pertanian

seperti meningkatkan serapan fosfor. Selain unsur fosfor terdapat pula unsur

lainnya seperti N, K, Zn, Co, S dan Mo dari dalam tanah. Peranan lain FMA adalah

17
meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis yang berupa

kekeringan dan banyak terdapat logam-logam berat, memperbaiki agregasi tanah,

meningkatkan pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan

tumbuhan inang; serta sebagai pelindung tanaman dari infeksi patogen akar

(Sukarno, 2003).

Fungi mikoriza arbuskula memiliki empat peran fungsional (Nusantara

et.al. 2016) sebagai berikut:

1. Bioprosesor mampu bertindak sebagai pompa dan pipa hidup karena mampu

membantu tanaman untuk menyerap hara dan air dari lokasi yang tidak

terjangkau oleh akar rambut.

2. Bioprotektor atau perisai hidup karena mampu melindungi tanaman dari cekaman

biotika (pathogen, hama, dan gulma) dan abiotik (suhu, lengas, kepadatan tanah,

dan logam berat).

3. Bioaktivator karena terbukti mampu membantu meningkatkan simpanan karbon

di rhizosfer sehingga meningkatkan aktivitas jasad renik untuk menjalankan

proses biogeokimia.

4. Bioagregator karena terbukti mampu meningkatkan agregasi tanah.

Hasil penelitian yang dilakukan Riliana et.al. (2020), tentang pengaruh

inokulan fungi mikoriza arbuskula dan komposisi media tanam tebu (Saccharum

officinarum L.), menunjukkan pemberian FMA berpengaruh tidak nyata pada

pengamatan jumlah anakan, tinggi batang, jumlah daun, berat basah tajuk dan akar,

berat kering tajuk dan akar, dan diameter batang.

18
Hasil penelitian yang dilakukan Parapasan dan Adryade (2014), tentang

waktu dan cara aplikasi fungi mikoriza arbuskula pada pertumbuhan bibit tanaman

kopi, menunjukkan bahwa waktu aplikasi dan cara aplikasi mikoriza arbuskula

berpengaruh nyata terhadap hampir semua variabel pengamatan (panjang akar,

jumlah daun, tinggi tanaman) yang diukur termasuk tingkat infeksi akar bibit kopi.

19
BAB III

METODOLOGI

3. 1 Tempat dan Waktu

Penelitian “Pemberian Pupuk Nanosilika dan Fungi Mikoriza Arbuskula

Terhadap Pembibitan Tebu (Saccharum officinarum L.) Metode Single Bud

Planting” dilaksanakan di Teaching Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas

Hasanuddin, Makassar pada bulan Januari-Mei 2022. Teaching Exfarm terletak

pada ketinggian 22 m dpl dengan suhu 25- 32o C, dan memiliki rata-rata curah hujan

maksimum 3000 mm/tahun.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, mistar, meteran, parang,

sabit, cangkul, jangka sorong, CCM 200+, mikroskop, oven, busur, ember, kaca

preparat, cover glass, tabung reaksi, timbangan analitik, dan gelas ukur.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk kandang sapi,

pupuk nanosilika (bahan aktif: silika 5.000 ppm), inokulan FMA (minimum 10

spora/gram untuk Acaulospora sp dan Gigaspora sp), bibit tebu Kidang Kencana

umur 6-7 bulan, Dethane M-45, Atonik, NPK 15:15:15, cat kuku, selotip, polybag

ukuran 30x30 cm, plastik hitam, KOH 10%, HCl 2%, staining, destaining, alkohol

95%, aquades, dan amplop.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan Faktorial dua faktor

berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah pemberian

20
pupuk nanosilika (S) dan faktor kedua adalah pemberian fungi mikoriza arbuskula

(M).

Faktor pertama yaitu konsentrasi nanosilika sebagai berikut.

s0 = 0 ml.L-1

s1 = 2,5 ml.L-1

s2 = 5,0 ml.L-1

s3 = 7,5 ml.L-1

s4 = 10,0 ml.L-1

Faktor kedua yaitu dosis inokulan fungi mikoriza arbuskula sebagai berikut.

m0 = 0 g

m1 = 5 g

m2 = 10 g

Sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

s0m0 s0m1 s0m2


s1m0 s1m1 s1m2
s2m0 s2m1 s2m2
s3m0 s3m1 s3m2
s4m0 s4m1 s4m2

Tiap kombinasi perlakuan terdapat 3 sampel yang diulang sebanyak 3 kali,

sehingga terdapat 135 satuan percobaan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Percobaan yang dilakukan meliputi pembersihan lahan dan pembuatan

naungan, persiapan bibit tebu, persiapan media semai, persiapan media pembibitan,

21
pemotongan bibit tebu, perendaman penanaman bibit di media semai, pemindahan

bibit ke polybag, aplikasi perlakuan dan pemeliharaan bibit tebu.

3.4.1 Pembersihan lahan

Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma. Gulma tersebut dicabut

atau dipotong menggunakan sabit.

3.4.2 Persiapan Media Persemaian

Media semai yang digunakan ialah tanah yang diberikan pupuk kandang.

Lahan yang telah dibersihkan dibuat bedengan menggunakan cangkul. Sebelum

dibuat bedengan, tanah yang telah dicangkul, terlebih dahulu diberi pupuk kandang

kemudian dicampur rata. Selanjutnya dibuat bedengan dengan ukuran 2x1 m.

3.4.3 Persiapan Media Pembibitan

Persiapan media pembibitan yaitu menggunakan tanah dan pupuk kandang

dengan perbandingan 3:1 (volume: volume). Setelah tanah dan pupuk kandang

tercampur rata, kemudian dimasukkan kedalam polybag ukuran 30x 30 cm dengan

volume 5 kg.

3.4.4 Pemotongan Bibit Tebu

Bahan tanam yang digunakan ialah batang tebu varietas kidang kencana

bagian atas dan bagian tengah. Batang tebu dipotong menggunakan parang. Panjang

potongan kurang lebih 2.5 cm. Pemotongan mata tunas tidak boleh rusak karena

mata tunas tersebut titik tumbuh tebu. Bahan tanam diambil dari kebun Pabrik Gula

Takalar. Tebu yang diambil berumur 6- 7 bulan, sebab diumur tersebut mata tunas

akan tumbuh secara optimal.

22
3.4.5 Perendaman Air Hangat

Setelah bibit dipotong, selanjutnya dilakukan perendaman air hangat yakni

menggunakan air hangat dengan suhu 50o C selama 15 menit. Setelah dingin, mata

tunas direndam kembali dengan Dethane M-45 dan Atonik selama 15 menit.

Selanjutnya bibit ditiriskan dan disortasi dari kerusakan mata tunas.

3.4.6 Penanaman Bibit di Media Semai

Selanjutnya bibit tebu disemai pada bedengan yang telah diberi pupuk

kandang, dengan posisi mata tunas keatas. Tanah yang digunakan untuk menutupi

mata tunas, ketebalannya tidak boleh lebih dari 1 cm. Selanjutnya, bedengan

tersebut di tutupi oleh plastik hitam sampai mata tunas pecah dan telah muncul

tunas baru.

3.4.7 Pemindahan Bibit ke Polybag

Setelah bibit berumur 26 hari ditandai dengan daun tunas mulai tumbuh 2-

3 helai dan tinggi tanaman sekitar 8-14 cm, selanjutnya bibit dipindahkan ke

polybag yang berisi media tanam tanah dan pupuk kandang (3:1).

3.4.8 Aplikasi Perlakuan

Pada penelitian ini terdapat dua perlakuan yaitu pupuk nanosilika dan fungi

mikoriza arbuskula. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Pupuk Nanosilika

Pemberian nanosilika dilakukan pada saat pindah tanam ke polybag. Aplikasi

pupuk nanosilika dilakukan setiap selang 10 hari sesuai perlakuan. Cara pemberian

pupuk nanosilika ialah dengan cara menyemprot keseluruh bagian tanaman secara

merata sebanyak 10 ml/tanaman di bulan pertama. Di bulan kedua dan ketiga

23
volume pemupukan sebanyak 20 dan 30 ml/tanaman dan disiramkan pada bagian

akar tanaman.

b. Aplikasi Inokulan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

Pemberian FMA dilakukan pada awal pindah tanam ke polybag, sebelum

dilakukan penanaman bibit tebu ke polybag. Terlebih dahulu dimbuat lubang kecil

di polybag dan mikoriza dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Selanjutnya bibit

tebu dimasukkan dan ditutup kembali dengan media tanam.

3.4.9 Pemeliharaan Bibit Tebu

Setelah bibit tebu dipindahkan ke dalam polybag, selanjutnya dilakukan

pemeliharaan. Tahap dalam pemeliharaan bibit tebu sebagai berikut:

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari pada pagi hari dan sore hari.

Apabila terjadi hujan, penyiraman dilakukan hanya satu kali penyiraman atau tidak

sama sekali, tergantung waktu turunnya hujan atau sesuai kondisi lahan.

b. Pengaplikasian Pupuk Dasar

Setelah bibit tebu dipindahkan ke polybag, selanjutnya dilakukan pengaplikasian

pupuk dasar sebanyak 2 gram/tanaman. Pupuk dasar yang diberikan ialah NPK

15:15:15. Aplikasi pupuk dasar dilakukan pada saat selang waktu satu hari tanaman

telah dipindahkan ke polybag.

c. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Pengendalian OPT yakni dengan membersihkan gulma yang tumbuh di media

tanam dengan cara memotong rumput atau mencabutnya. Untuk mengendalikan

hama dilakukan dengan cara fisik yakni dengan menangkap belalang dengan

24
menggunakan tangan sedangkan untuk kutu putih dengan cara memotong daun

yang telah banyak kutu putih didaun tersebut dan bila sedikit dibasmi menggunakan

tangan. Sedangkan untuk cara mengatasi penyakit tanaman yakni dengan

menggunakan Dethane M-45. Selain itu, dilakukan monitoring secara berkala untuk

menentukan tindakan berkala.

3. 5 Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan yang diamati pada percobaan ini adalah tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, jumlah ruas, panjang ruas, total

stomata, kadar klorofil, volume akar, panjang akar, infeksi akar, sudut tegak daun,

tebal daun, dan berat daun spesifik.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal keluarnya tunas sampai ujung panjang daun

tertinggi dengan menggunakan mistar. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap

dua minggu sekali.

2. Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter

batang dilakukan setiap dua minggu sekali.

3. Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung jumlah daun yang telah

sempurna. Penghitungan daun dilakukan setiap dua minggu sekali.

4. Tebal Daun (mm)

Pengamatan tebal daun, dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang digunakan

adalah daun ketiga dari atas. Pengambilan data tebal daun dilakukan dengan cara

25
mengukur dengan menggunakan mikrometer sekrup atau jangka sorong dalam

satuan milimeter (mm).

5. Luas Daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian. Adapun cara

pengukurannya yaitu mengukur panjang dan lebar daun menggunakan mistar dan

meteran, kemudian menghitung luas daun menggunakan rumus LD= PxLxC, nilai

konstanta= 0,75 (Cemek et.al, 2011). Daun yang diukur ialah daun pada bagian

pangkal, tengah dan ujung.

6. Sudut Tegak Daun (o)

Pengamatan tegak daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang digunakan

adalah daun ketiga dari atas. Pengambilan data sudut tegak daun dilakukan dengan

cara mengukur dengan menggunakan alat pengukur sudut yakni busur.

7. Jumlah Ruas (ruas)

Pengamatan jumlah ruas dilakukan pada akhir penelitian. Jumlah ruas diamati

dengan cara menghitung total ruas dalam setiap tanaman yang tumbuh.

8. Panjang Ruas (cm)

Pengamatan pertambahan panjang ruas dilakukan pada akhir penelitian.

Pertambahan Panjang ruas diamati dengan cara mengukur pada setiap tanaman

yang tumbuh dengan menggunakan mistar. Ruas yang diukur ialah ruas ketiga dari

pangkal tanaman.

9. Jumlah Total Stomata (stomata)

Pengamatan jumlah stomata dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang

digunakan adalah daun ketiga dari atas. Permukaan daun dibersihkan dari pasir atau

26
tanah kemudian diolesi dengan cat kuku pada permukaan bawah daun. Setelah cat

kuku mengering, dipasang selotip menutupi lapisan cat. Selotip dilepas pelan-pelan

sehingga cat kuku ikut terkelupas. Selotip yang dilekati cat kuku ditempel di atas

kaca preparat. Permukaan daun dan stomata telah tercetak pada lapisan cat kuku.

Hasil cetakan tersebut diamati menggunakan mikroskop.

10. Kadar Klorofil (𝛍𝐦𝐨𝐥. 𝐦-2)

Pengukuran kadar klorofil dilakukan pada akhir penelitian. Kadar klorofil yang

diukur ialah klorofil a, klorofil b, dan total klorofil. Kadar klorofil diukur

menggunakan CCM 200+ (Cholorofil Content Meter) dengan cara menjepit daun

dengan CCM 200+. Rumus kandungan klorofil daun = a+b (CCI)c, nilai a, b, dan c

adalah konstanta dan CCI adalah data indeks klorofil daun yang terbaca pada CCM

200+ .

Tabel 1. Rumus dan Nilai Konstanta Kadar Klorofil Daun

Parameter Y= a+b (CCI)c


a b c
Chl a 421,35 375,02 0,1863
Chl b 38,23 4,03 0,88
Chl tot -283,2 269,96 0,277
A -3,5 3,96 0,027
Sumber : Goncalves, (2008) dalam Nasaruddin, (2019)

11. Berat Daun Spesifik (g/cm2)

Berat daun spesifik merupakan perbandingan antara berat kering daun dengan

luas daun. Nilai berat daun spesifik juga digunakan untuk pendugaan tebal tipisnya

daun. Daun yang kecil dan tebal diyakini memiliki konsentrasi apparatus

27
fotosintesis yang lebih tinggi per unit area. Untuk mendapatkan nilai berat kering,

daun yang telah dihitung luas daunnya selanjutnya dimasukkan ke dalam amplop

dan di oven selama 1 hari dengan suhu 90o C. Selanjutnya ditimbang dengan

timbangan analitik.

12. Panjang Akar (cm)

Pengukuran panjang akar dilakuakan pada akhir penelitian. Pengukuran

panjang akar dilakukan dengan mengukur akar terpanjang menggunakan mistar.

13. Volume Akar (ml)

Pengukuran volume akar tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Cara

mengukur volume akar yaitu dengan memasukkan akar pada gelas ukur 250 ml

yang sebelumnya telah diisi air sebanyak 50 ml. Jika terjadi penambahan volume

air setelah akar tanaman dimasukkan. Penambahan volume tersebut ialah volume

akar.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan Analisis

sidik ragam (Anova) untuk rancangan faktorial dua faktor. Apabila perlakuan

berpengaruh nyata maka dilakukan analisis lanjutan dengan uji Beda Nyata Jujur

(BNJ) (𝛼 = 0,05).

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman dan sidik ragamnya bibit tanaman tebu umur 12

MST yang disajikan pada tabel Lampiran 1a dan 2a menunjukkan bahwa perlakuan

pemberian konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA dan interaksi

keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

80.00
67.56
70.00 62.77
58.49 58.09 56.6855.89 58.44
Tinggi Tanaman (cm)

60.00 53.44 53.32 52.24 49.91


48.92 48.54
50.00 43.49
40.99
40.00

30.00

20.00

10.00

0.00

Perlakuan

Gambar.1 Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi bibit tanaman tebu yang

tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan S3M2 (nanosilika 7.5 ml.L-1 dan FMA 10 g)

yaitu 67.56 cm, sedangkan rata-rata tinggi bibit tanaman tebu yang terpendek

ditunjukkan oleh perlakuan S2M1 (5 ml.L-1 dan FMA 5 g) yaitu 40.99 cm.

29
70.00

60.00
Tinggi Tanaman (cm)

50.00

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
0 2 4 6 8 10 12
Minggu Setelah Tanam

S0M0 (0ml/l, 0g) S0M1 (0ml/l, 5g) S0M2 (0ml/l, 10g)


S1M0 (2.5ml/l, 0g) S1M1 (2.5ml/l, 5g) S1M2 (2.5ml/l, 10g)
S2M0 (5ml/l, 0g) S2M1 (5ml/l, 5g) S2M2 (5ml/l, 10g)
S3M0 (7.5ml/l, 0g) S3M1 (7.5ml/l, 5g) S3M2 (7.5ml/l, 10g)
S4M0 (10ml/l, 0g) S4M1 (10ml/l, 5g) S4M2 (10ml/l, 10g)

Gambar. 2 Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Bibit Tanaman Tebu Umur 0-12 MST

Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi bibit tanaman tebu dari umur

0 MST sampai 12 MST terjadi peningkatan secara linear. Tingg bibit tebu yang

tertinggi terdapat di perlakuan S3M2 (Nanosilika 7.5 ml.L-1 dan FMA 10 g),

sedangkan tinggi yang terpendek terdapat pada perlakuan S2M2 (Nanosilika 5

ml.L-1 dan FMA 5 g).

30
4.1.2 Diameter Batang

Rata-rata pertambahan diameter batang bibit tanaman tebu dan sidik

ragamnya yang disajikan tabel Lampiran 2a dan 2b menunjukkan bahwa perlakuan

pemberian konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA dan interaksi

keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang.

30.00
24.91
25.00
21.9221.88
Diameter batang (mm)

21.0921.10
19.28 19.3919.41 20.0819.39 20.0719.87
20.00 18.99
17.92 17.69

15.00

10.00

5.00

0.00

Perlakuan

Gambar 3. Rata-rata Diamater Batang (mm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata diameter batang bibit tanaman tebu

yang terbesar ditunjukkan oleh perlakuan S3M2 (nanosilika 7.5 ml.L-1 dan Inokulan

FMA 10 g) yaitu 24.91 mm, sedangkan rata-rata diameter batang bibit tanaman tebu

yang terkecil ditunjukkan oleh perlakuan (nanosilika 10 ml.L-1 dan FMA 0 g) yaitu

17.69 mm.

31
30.00

25.00
Diameter Batang (mm)

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
0 2 4 6 8 10 12
Minggu Setelah Tanam

S0M0 (0ml/l, 0g) S0M1 (0ml/l, 5g) S0M2 (0ml/l, 10g)


S1M0 (2.5ml/l, 0g) S1M1 (2.5ml/l, 5g) S1M2 (2.5ml/l, 10g)
S2M0 (5ml/l, 0g) S2M1 (5ml/l, 5g) S2M2 (5ml/l, 10g)
S3M0 (7.5ml/l, 0g) S3M1 (7.5ml/l, 5g) S3M2 (7.5ml/l, 10g)
S4M0 (10ml/l, 0g) S4M1 (10ml/l, 5g) S4M2 (10ml/l, 10g)

Gambar 4. Rata-rata Diamater Batang (mm) Bibit Tanaman Tebu Umur 0-12 MST

Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata diameter batang bibit tanaman tebu

dari umur 0 MST sampai 12 MST terjadi peningkatan secara linear. Diameter

batang bibit tebu yang terbesar terdapat di perlakuan S3M2 (Nanosilika 7.5 ml.L-1

dan FMA 10 g), sedangkan yang terkecil terdapat pada perlakuan S4M0

(Nanosilika 10 ml.L-1 dan FMA 0 g).

32
4.1.3 Jumlah Daun

Rata-rata jumlah daun bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang

disajikan pada tabel Lampiran 3a dan 3b menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

16.00 14.78
13.56 13.89 13.67
14.00 13.39 12.8912.78 12.8312.83 13.22
12.3312.33 12.1112.61
11.56
12.00
Jumlah Daun (helai)

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00

Perlakuan

Gambar 5. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun bibit tanaman tebu

yang terbanyak ditunjukkan oleh perlakuan S3M2 (nanosilika 7.5 ml.L-1 dan FMA

10 g) yaitu 14.78 helai, sedangkan rata-rata jumlah daun bibit tanaman tebu yang

terkecil ditunjukkan oleh perlakuan S2M1 (nanosilika 5 ml.L-1 dan FMA 5 g) yaitu

11.56 helai.

33
16.00

14.00

12.00
Jumlah Daun (helai)

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0 2 4 6 8 10 12
Minggu Setelah Tanam

S0M0 (0ml/l, 0g) S0M1 (0ml/l, 5g) S0M2 (0ml/l, 10g)


S1M0 (2.5ml/l, 0g) S1M1 (2.5ml/l, 5g) S1M2 (2.5ml/l, 10g)
S2M0 (5ml/l, 0g) S2M1 (5ml/l, 5g) S2M2 (5ml/l, 10g)
S3M0 (7.5ml/l, 0g) S3M1 (7.5ml/l, 5g) S3M2 (7.5ml/l, 10g)
S4M0 (10ml/l, 0g) S4M1 (10ml/l, 5g) S4M2 (10ml/l, 10g)

Gambar 6. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Bibit Tanaman Tebu Umur 0-12 MST

Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun bibit tanaman tebu

dari umur 0 MST sampai 12 MST terjadi peningkatan secara linear. Jumlah daun

bibit tebu yang terbesar terdapat di perlakuan S3M2 (Nanosilika 7.5 ml.L-1 dan

FMA 10 g), sedangkan yang terkecil terdapat pada perlakuan S2M1 (nanosilika 5

ml.L-1 dan FMA 5 g).

34
4.1.4 Tebal Daun

Rata-rata tebal daun bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang disajikan

pada tabel Lampiran 4a dan 4b menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap tebal daun.

0.60 0.54
0.52 0.51 0.52 0.52 0.51 0.52 0.51
0.50
0.50 0.47 0.46 0.46 0.47
0.44
0.42
Tebal Daun (mm)

0.40

0.30

0.20

0.10

0.00

Perlakuan

Gambar 7. Rata-rata Tebal Daun (mm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 7 menunjukkan bahwa perlakuan S2M0 (nanosilika 5 ml.L-1 dan

FMA 0 g menghasilkan rata-rata tebal daun bibit tanaman tebu yang paling tebal

yaitu 0.54 mm, sedangkan rata-rata tebal daun bibit tanaman tebu yang paling tipis

ditunjukan pada perlakuan S3M2 (nanosilika 7.5 ml.L-1 dan dosis FMA 10 g) yaitu

0.42 mm.

35
4.1.5 Luas Daun

Rata-rata luas daun bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang disajikan

pada tabel Lampiran 5a dan 5b menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap luas daun.

450.00 421.87
400.00 368.78363.34 363.47
348.35 363.61337.74
335.22 335.58325.61
350.00
296.73301.26 286.86
Lus Daun (cm2)

276.73
300.00 256.72
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00

Perlakuan

Gambar 8. Rata-rata Luas Daun (cm2) Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 8 menunjukkan bahwa perlakuan S0M0 (nanosilika 0 ml.L-1 dan

FMA 0 g) menghasilkan rata-rata luas daun bibit tanaman tebu yang terbesar yaitu

421.87 cm2, sedangkan rata-rata luas daun bibit tanaman tebu yang terkecil

ditunjukan pada perlakuan S2M1 (nanosilika 5 ml.L-1 dan dosis FMA 5 g) yaitu

256.72 cm2.

36
4.1.6 Sudut Tegak Daun

Rata-rata pengukuran sudut tegak daun bibit tanaman tebu dan sidik

ragamnya yang disajikan pada tabel Lampiran 6a dan 6b menunjukkan bahwa

perlakuan pemberian konsentrasi pupuk nanosilika berpengaruh nyata terhadap

sudut daun bibit tanaman tebu, sedangkan perlakuan pemberian dosis FMA dan

interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap sudut tegak daun.

Tabel 2. Rata-rata Sudut Tegak Daun (o) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Konsentrasi Dosis Mikoriza


Rata" NP BNJ 0.05
Nanosilika M0 (0g) M1 (5g) M2 (10g)
S0 (0ml/l) 16.67 18.33 17.50 17.50a
S1 (2.5ml/l) 16.67 17.50 18.33 17.50a
S2 (5ml/l) 15.83 19.17 14.17 16.39a 4.69

S3 (7.5ml/l) 11.67 19.17 10.00 13.61ab


S4 (10ml/l) 10.00 9.17 8.33 9.17b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf tidak sama berarti berbeda nyata pada
taraf uji lanjut BNJ0,05

Berdasarkan Uji BNJ 0.05 yang disajikan pada tabel 2 menunjukkan bahwa

pemberian konsentrasi 10 ml pupuk nanosilika menghasilkan rata-rata sudut tegak

daun bibit tanaman tebu tertegak yaitu 9.17o dan berbeda nyata terhadap pemberian

pupuk nanosilika dengan konsentrasi 0 ml.L-1, 2.5 ml.L-1, dan 5 ml.L-1, dengan rata-

rata sudut tegak daun bibit tanaman tebu masing-masing 17.50o, 17.50o, 16.39o dan

tidak berbeda nyatapada perlakuan konsentrasi pupuk nanosilika 7.5 ml.L-1 yaitu

13.61o.

37
4.1.7 Jumlah Ruas

Rata-rata jumlah ruas bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang disajikan

pada tabel Lampiran 7a dan 7b menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah ruas.

7.00 6.67
6.44
6.06 6.22 6.11 6.11 6.22 6.11
5.67 5.67 5.83 5.50 5.78
6.00 5.44
5.22
Jumlah Ruas (ruas)

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00

Perlakuan

Gambar 9. Rata-rata Jumlah Ruas (ruas) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 9 menunjukkan bahwa perlakuan S0M2 (nanosilika 0 ml.L-1 dan

FMA 10 g) menghasilkan rata-rata jumlah ruas bibit tanaman tebu terbanyak yaitu

6.67 ruas, sedangkan rata-rata jumlah ruas bibit tanaman tebu yang sedikit ditujukan

pada perlakuan S1M0 (nanosilika 2.5 ml.L-1 dan FMA 0 g )yaitu 5.22 ruas.

38
4.1.8 Panjang Ruas

Rata-rata panjang ruas bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang

disajikan pada tabel Lampiran 8a dan 8b menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap panjang ruas.

10.00
8.79
9.00
8.00
6.77 6.81 6.70
Panjang Ruas (cm)

7.00 6.39 6.14 6.00


6.08
5.47 5.77 5.54
6.00 5.43
4.86 4.86
5.00
4.06
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

Perlakuan

Gambar 10. Rata-rata Panjang Ruas (cm) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan (nanosilika 10 ml.L-1 dan FMA

10 g) menghasilkan rata-rata panjang ruas bibit tanaman tebu yang terpanjang yaitu

8.79 cm, sedangkan rata-rata panjang ruas bibit tanaman tebu yang pendek

ditujukan pada perlakuan S0M2 (nanosilika 0 ml.L-1 dan FMA 10 g) yaitu 4.06 cm.

39
4.1.9 Jumlah Total Stomata

Rata-rata jumlah total stomata bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang

disajikan pada tabel Lampiran 9a dan 9b menunjukkan bahwa perlakuan

pemberiani pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA, dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap total jumlah stomata.

30.00 27.22 27.89


25.89 26.00 25.83
Jumlah Total Stomata (Stomata)

24.55 24.5024.3324.1124.22 24.45 24.61


25.00 22.94 23.00
20.39
20.00

15.00

10.00

5.00

0.00

Perlakuan

Gambar 11. Rata-rata Jumlah Total Stomata (stomata) Bibit Tebu Umur 12 MST

Gambar 11 menunjukkan bahwa perlakuan S3M0 (nanosilika 10 ml.L-1 dan

FMA 10 g) menghasilkan rata-rata jumlah total stomata bibit tanaman tebu yang

terbanyak yaitu 27.89 stomata, sedangkan rata-rata jumlah total stomata bibit

tanaman tebu yang sedikit ditujukan pada perlakuan S2M2 (nanosilika 5 ml.L-1 dan

FMA 10 g) yaitu 20.39 stomata.

40
4.1.10 Kadar Klorofil

Rata-rata kadar klorofil bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang

disajikan pada tabel Lampiran 10a, 10b, 10c, 10d, 10e, dan 10f menunjukkan bahwa

pemberian konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA, dan interaksi

keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar klorofl.

Tabel 3. Rata-rata Kadar Klorofil (μmol. m-2) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST
Perlakuan Klorofil a Klorofil b Total Klorofil
S0M0 246.74 99.91 353.86
S0M1 247.48 100.56 355.05
S0M2 253.73 102.99 363.79
S1M0 240.89 97.48 345.63
S1M1 243.12 98.64 348.87
S1M2 258.06 104.96 369.96
S2M0 261.59 107.17 375.23
S2M1 258.21 105.04 370.18
S2M2 261.44 106.65 374.84
S3M0 253.94 103.15 364.11
S3M1 259.74 105.77 372.38
S3M2 250.06 101.34 358.56
S4M0 256.43 104.23 367.64
S4M1 262.67 107.14 376.57
S4M2 232.06 94.05 333.29
Ket: S0(0ml/l), S1(2.5ml/l), S2(5 ml/l), S3(7.5 ml/l), S4(10ml/l), M0(0 gram/tanaman),
M1(5 gram/tanaman), dan M2(10 gram/tanaman)

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kadar klorofil bibit tanaman tebu

yang terbanyak terdapat pada perlakuan S4M1 (nanosilika 10 ml.L-1 dan FMA 5 g)

yaitu klorofil a (262.67 μmol. m-2) total klorofil (376.57 μmol. m-2) dan perlakuan

S2M0 (nanosilika 5 ml.L-1 dan FMA 0 g) yaitu klorofil b (107.14 μmol. m-2),

sedangkan rata-rata kadar klorofil bibit tanaman tebu terendah terdapat pada

kombinasi perlakuan S4M2 (nanosilika 10 ml.L-1 dan FMA 10 g) yaitu klorofil a

(232.06 μmol. m-2), klorofil b (94.05 μmol. m-2) dan total klorofil (333.29 μmol. m-
2
).

41
4.1.11 Berat Spesifik Daun

Rata-rata perhitungan berat daun spesifik bibit tanaman tebu dan sidik

ragamnya yang disajikan pada tabel Lampiran 11a dan 11b menunjukkan bahwa

pemberian konsentrasi pupuk nanosilika, pemberian dosis FMA, dan interaksi

keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat daun spesifik.

0.0090
0.0080 0.0076
Berat Daun Spesifik (g.cm-2)

0.0070 0.0064 0.0063


0.0059 0.0061 0.0057 0.0058 0.0059
0.0060 0.0057 0.0055
0.0053 0.0054 0.0054
0.0050 0.0050
0.0050
0.0040
0.0030
0.0020
0.0010
0.0000

Perlakuan

Gambar 12. Rata-rata Berat Daun Spesifik (g/cm2) Bibit Tebu Umur 12 MST

Gambar 12 menunjukkan bahwa perlakuan S3M2 (nanosilika 7.5 ml.L-1

dan dosis FMA 10 g) menghasilkan rata-rata berat daun spesifik bibit tanaman tebu

yang terberat yaitu 0.0076 g.cm-2, sedangkan sedangkan rata-rata berat daun

spesifik bibit tanaman tebu yang teringan ditujukan pada perlakuan (nanosilika 2.5

ml.L-1 dan FMA 5 g yaitu 0.0050 g.cm-2.

42
4.1.12 Panjang Akar

Rata-rata panjang akar bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya yang

disajikan pada tabel Lampiran 12c dan 12d menunjukkan bahwa perlakuan interaksi

keduanya berbeda nyata, sedangkan pemberian konsentrasi pupuk nanosilika dan

pemberian dosis FMA tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.

Tabel 4. Rata-rata Panjang Akar (cm) Bibit Tanaman Tebu

Perlakuan Rata-rata Notasi


S0M0 81.33 (4.39) ab
S0M1 59.00 (4.05) ab
S0M2 88.83 (4.40) ab
S1M0 77.67 (4.32) ab
S1M1 56.10 (3.93) ab
S1M2 68.00 (4.16) ab
S2M0 55.67 (3.99) ab
S2M1 45.67 (3.82) ab
S2M2 57.90 (4.04) ab
S3M0 36.33 (3.54) b
S3M1 94.00 (4.50) a
S3M2 67.00 (4.20) ab
S4M0 49.67 (3.89) ab
S4M1 61.00 (4.08) ab
S4M2 55.67 (4.00) ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (a,b) tidak
berbeda nyata pada taraf uji lanjut BNJ 0,05 (Angka dalam kurung
setelah ditransformasi ln x); : S0(0 ml.L-1), S1(2.5 ml.L-1), S2(5 ml.L-1),
S3(7.5 ml.L-1), S4(10 ml.L-1), M0(0 g), M1(5 g), dan M2(10 g)
Uji BNJ0.05 pada Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi pada kombinasi

perlakuan S3M1 (nanosilika 7.5 ml.L-1 dan FMA 5 g) menghasilkan panjang akar

bibit tanaman tebu terpanjang yaitu 94.00 cm dan berbeda nyata terhadap

kombinasi perlakuan S3M0 (nanosilika 7.5 ml.L-1 dan FMA 0 g) menghasilkan

panjang akar bibit tanaman tebu terpendek yaitu 36.33 cm.

43
4.1.13 Volume Akar

Rata-rata pengukuran volume akar bibit tanaman tebu dan sidik ragamnya

yang disajikan pada tabel Lampiran 13a, 13b, 13c menunjukkan bahwa perlakuan

pupuk nanosilika, perlakuan FMA, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadap volume akar.

70.00
58.00 60.00
60.00 56.10
50.00
50.00 43.67
Volume Akar (ml)

41.67 41.67
40.00

30.00 26.67
23.33 23.33
21.00 20.0020.33
20.00 16.67
10.67
10.00

0.00

Perlakuan

Gambar 13. Rata-rata Volume Akar (ml) Bibit Tanaman Tebu Umur 12 MST

Gambar 13 menunjukkan bahwa perlakuan S3M2 (nanosilika 7.5 ml.L-1 dan

FMA 10 g) menghasilkan rata-rata volume akar bibit tanaman tebu yang terbanyak

yaitu 60.00 ml, sedangkan rata-rata volume akar bibit tanaman tebu yang terendah

ditujukan pada perlakuan S2M1 (nanosilika 5 ml.L-1 dan FMA 5 g) yaitu 10.67 ml.

44
4.2 Pembahasan

4.2.1 Interaksi Pupuk Nanosilika dan Fungi Mikoriza Arbuskula

Hasil penelitian pada parameter pengamatan menunjukkan bahwa terdapat

interaksi antara pupuk nanosilika dan fungi mikoriza arbuskula pada panjang akar

(Lampiran 12c)

Kombinasi perlakuan nanosilika 7.5 ml.L-1 dan FMA 5 g (s3m1) merupakan

kombinasi terbaik terhadap panjang akar umur 12 MST. Hal ini diduga bahwa silika

dan mikoriza berinteraksi dan memberi pengaruh terhadap panjang akar. Silika

mampu meningkatkan P-tersedia tanah yang berperan penting dalam pertumbuhan

tanaman, salah satunya akar tanaman. Hal ini didukung oleh Wijaya (2008), yang

menyatakan bahwa akar tanaman yang menyerap P-tersedia memberi pengaruh

terhadap panjang akar karena unsur tersebut mempercepat pertumbuhan sistem

perakaran tanah. Lebih lanjut, mikoriza bermutualisme dengan akar tanaman untuk

membantu akar tanaman menyerap unsur hara khususnya unsur P dan

menghasilkan hormon rizokalin. Hal ini di dukung oleh Nurlaili et.al. (2020), yang

menyatakan bahwa panjang akar dipengaruhi oleh inokulasi mikoriza pada

tanaman. Mikoriza dapat mensekresikan hormon rizokalin. Hormon ini dapat

merangsang pembentukan akar. Asosiasi mikoriza menyebabkan luas permukaan

serapan tanaman meningkat. Hal ini dikarenakan hifa mikoriza menjelajahi rizosfer

di luar zona akar rambut yang akan meningkatkan serapan mineral dan air.

Fungi Mikoriza Arbuskula sangat berperan dalam meningkatkan

ketersediaan P melalui jaringan hifa eksternal yang dapat melepaskan enzim

fosfatase yang dilepaskan dalam tanah sehingga mampu melepaskan P yang

45
terfiksasi oleh ion Al dan Fe. FMA meningkatkan aktivitas asam fosfatase dalam

tanah, sehingga senyawa P-organik dalam tanah dapat menjadi tersedia bagi

tanaman sesudah dihidrolisis oleh enzim fostafase (Nurmasyita et.al. 2013). Unsur

P yang tersedia akan mendukung perkembangan akar muda yang selajutnya akan

mendukung tanaman dalam penyerapan unsur hara. Meningkatnya serapan hara

akan mengoptimalkan proses fotosintesis pada tanaman, sehingga meningkatkan

pembentukan asimilat berupa karbonhidrat maupun protein yang kemudian akan

ditranslokasikan sebagai cadangan makanan (Nuryani et.al. 2019).

Fosfor merupakan unsur hara makro esensial yang berperan penting dalam

berbagai proses metabolisme tanaman seperti fotosintesis, asimlasi dan respirasi.

Fosfor sebagai komponen struktural dari sejumlah senyawa molekul pentransfer

energi ADP, ATP, NAD, NADPH, dan senyawa DNA dan RNA. Fosfor dibutuhkan

tanaman untuk pembentukan sel pada jaringan yang sedang tumbuh termasuk akar

tanaman (Garner et.al, 1991).

4.2.2 Pupuk Nanosilika

Hasil penelitian pada parameter pengamatan menunjukkan bahwa pupuk

nanosilika berpengaruh sangat nyata terhadap sudut tegak daun (Lampiran 6b).

Konsentrasi pupuk nanosilika 10 ml.L-1 merupakan konsentrasi terbaik terhadap

sudut tegak daun.

Silika yang terakumulasi pada daun menyebabkan daun menjadi lebih tegak

dan merentang dengan baik akibatnya permukaan daun lebih banyak mendapat

sinar matahari sehingga penyerapan cahaya matahari untuk fotosintesis menjadi

lebih optimal. Fotosintant yang dihasilkan akan digunakan untuk proses

46
pertumbuhan seperti pemanjangan batang. Selain itu, pemberian silika juga dapat

membuat sistem perakaran menjadi lebih baik, sehingga penyerapan unsur hara

menjadi lebih optimal. Unsur hara ini akan digukana dalam proses metabolisme

pada tanaman sehingga akan memacu pertumbuhan tanaman (Putri et.al,, 2017).

Silika memiliki peran dalam menegakkan sudut daun. Apabila sudut daun

tegak (lancip), tanaman tidak akan mengalami kompetisi dalam memperebutkan

cahaya matahari dan mempengaruhi proses fotosintesis. Hal ini didukung oleh

pendapat Yukamgo dan Yuwono (2007), yang menyatakan bahwa sudut daun yang

lebih kecil dapat berdampak positif terhadap fotosintesis tanaman karena sudut

daun yang lebih kecil akan mengurangi tingkat saling menaungi antar daun tanaman

dalam memperebutkan cahaya matahari di lapangan sehingga proses fotosintesis

dapat berjalan lancar.

Pemberian pupuk nanosilika dengan konsentrasi 10 ml/l, mampu

meningkatkan kandungan silika di dalam tanah dan jaringan daun (Tabel Lampiran

16). Hasil uji Si pada tanah terdapat 0.12% penambahan silika sedangkan untuk

Si(O2) terdapat penambahan sebanyak 10.44%, sedangkan hasil uji Si pada jaringan

daun terdapat 2.21% penambahan silika dan Si(O2) terdapat penambahan sebanyak

4.69%. Menurut Rosmarkam dan Yowono (2002), Kemampuan Si tanaman dibagi

menjadi tiga golongan yaitu (1) graminae basah seperti padi sawah, mendorong

menyerap SiO2 sekitar 10%-15%, (2) graminae kering seperti tebu dan rumput-

rumputan, menyerap SiO2 sekitar 1%-3%, dan (3) tanaman dikotil dan leguminose

hanya sekitar 0.5%.

47
Namun, pupuk nanosilika tidak memberi pengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang ruas, jumlah ruas, kadar klorofil,

jumlah total stomata, tebal daun, panjang akar, berat daun spesifik dan volume akar.

Hal ini diduga karena pupuk nanosilika tidak secara langsung mempengaruhi

pertumbuhan tanaman, tetapi hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap proses

vegetatif tanaman seperti tahap fotosintesis. Pendapat ini sesuai Sugiyanta et.al.

(2018), yang menyatakan bahwa aplikasi silika tidak berpengaruh langsung

terhadap pertumbuhan tanaman tetapi dapat mengontrol cekaman abiotik dan biotik

seperti kekeringan dan serangan hama penyakit. Selain itu, silika hanya memiliki

sedikit pengaruh pada tahap vegetatif yakni membantu dalam dalam proses

fotosintesis.

4.2.3 Fungi Mikoriza Arbuskula

Pemberian fungi mikoriza arbuskula tidak memberinkan pengaruh yang

nyata terhadap semua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, diameter batang,

jumlah daun, tebal daun, luas daun, sudut daun, jumlah ruas, panjang ruas, total

stomata, kadar klorofil, panjang akar, volume akar dan berat daun spesifik. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan Riliana et.al. (2020), tentang pengaruh

inokulan fungi mikoriza arbuskula dan komposisi media tanam pada tebu

(Saccharum officinarum L.), hasil yang didapatkan menunjukkan pemberian FMA

berpengaruh tidak nyata pada pengamatan jumlah anakan, tinggi batang, jumlah

daun, berat basah tajuk dan akar, berat kering tajuk dan akar, dan diameter batang.

48
Meskipun FMA tidak memberikan pengaruh yang nyata tetapi berdasarkan

hasil yang didapatkan dari semua parameter, bibit tanaman tebu mengalami

pertumbuhan yang baik. Mikoriza memiliki manfaat dalam penyerapan air dan

unsur hara terurama unsur hara fosfor. Hal ini didukung oleh Nasrullah et.al. (2015),

yang mengatakan bahwa mikoriza mampu membantu serapan hara dan air,

melindungi tanaman dari patogen akar dan unsur toksik, serta meningkatkan

ketahanan tanamana terhadap kekeringan. Selain itu, mikoriza juga mampu

meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya

seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin.

Efektivitas fungi mikoriza arbuskula berkaitan dengan berbagai faktor

lingkungan biotik dan abiotik. Adapun faktor abiotiknya adalah konsentrasi hara,

pH, Kadar air, temperatur, pengolahan tanah dan penggunaan pupuk atau pestisida,

sedangkan faktor biotiknya adalah interaksi mikroba, spesies fungi, tanaman inang,

tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antar fungi mikoriza (Simarmata,

2007). Selain itu, setiap jenis tanaman memberikan tanggapan yang berbeda

terhadap FMA dan jenis tanah yang berkaitan dengan pH dan tingkat kesuburan

tanah. Setiap FMA mempunyai perbedaan dalam kemampuan meningkatkan

penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman, sehingga akan berbeda pula

efektifitasnya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan (Kartika,

2007).

49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Interaksi antara pupuk nanosilika dan dosis fungi mikoriza arbuskula

memberi pengaruh terbaik pada panjang akar. Perlakuan terbaik terdapat

pada pupuk nanosilika dengan konsentrasi 7.5 ml.L-1 dan fungi mikoriza

arbuskula dosis 10 g memberi hasil terbaik panjang akar (94.00 cm)

2. Pupuk nanosilika dengan konsentrasi 7.5 ml.L-1 memberikan pengaruh

terbaik terhadap sudut tegak daun (9.17o)

3. Fungi mikoriza arbuskula tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pertumbuhan bibit tanaman tebu.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk

melakukan uji mikoriza terlebih dahulu untuk mengetahui ada tidaknya mikoriza di

dalam tanah yang akan digunakan sebelum dilakukan aplikasi mikoriza.

50
DAFTAR PUSTAKA

Aldeman, J.M., and Morton, J. B. 1986. Infektivity of vesicular-arbuscular


mycorrhizal fungi influence host soil diluents combination on MPN
estimates and percentage colonization. Soil Biolchen. 8(1):77-83.

Amir, N., Hawalid, H. dan Nurhuda, I. A. 2017. Pengaruh Pupuk Kandang


Terhadap Pertumbuhan Beberapa Varietas Bibit Tanaman Tebu
(Saceharum offinarum L.) di Polibag. Jurnal Klorofil. 12 (2): 68-72

Amiroh, A., Pudyartono, dan Rianto, A. 2019. Kajian Perbanyakan Bibit Tebu
(Saceharum offinarum L) Menggunakan Metode Penanaman Satu Mata
(Single Bud Planting). Jurnal Agritrop. 17(1): 93-102

Anas, I. 1997. Bioteknologi Tanah. Laboatrium Biologi Tanah Institusi Pertanian


Bogor, Bogor.

Aryanto. 2012. Nano Technology in Agriculture. Workshop Peluang Nano


Teknologi Untuk Pertanian: Bogor.

Badan Pusat Statistika. 2020. Statistik Tebu Indonesia. BPS RI: Jakarta.

Badan Pusat Statistika. 2021. Distribusi Perdagangan Komoditas Gula Pasir. BPS:
Jakarta.

Bari, Z. F., Bintoro, M., dan Sulistyno, N. B. K. 2017. Pengaruh Konsentrasi dan
Interval Pemberian Urin Sapi Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Bibit
Tebu (Saceharum offiinarum L.) Metode Single Bad Planting (SBP).
Agriprima. 1(2): 134-142.

Cemek B., Unlukar A., dan Kurunc A. 2011. Non Destructive Leaf Area Estimation
and Validation for Green Pepper (Capsicum annum L.) Grown Unser
Different Stress Conditions. Photosynthetica: 49(1): 98-106.

Durroh, B. dan Sugianto. 2020. Analisis Efektivitas Penerapan Metode Single Bud
Palting dan Metode Konvesional pada Penanaman Tebu Plant Cane di
Kabupaten Bojonegoro. Agro bali: agricultural journal. 3(2): 171-178.

Fitriani, H. P. dan Haryanti, S. 2016. Pengaruh Penggunaan Pupuk Nanosilika


Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycoprsicum) var. Bulat.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 24(1): 34-41.

51
Gardner, FP., Pearce, RB., dan Mitchell, Rl. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
UI Press, Jakarta

Ginting, N., Musa, L., Sitorus, B. 2013. Efek Interaksi Silika dan Mikoriza pada
Andisol Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays
L.) Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (1): 294-302

Gupta, R., and Mukerji, K.J. 2000. The Growth Of VAM Fungi Under Stress
Conditions, In M, a. Singh, ed. Mycorrhizal Biology. Kluwer Academid,
New York, Boston, Dordrecht, London, Moscow.

Hanjokrowati, S. 1981. Teknik Bercocok Tanam Tebu. Lembaga Pendidikan


Perkebunan: Yogyakarta.

Husain, 2011. Sumber Hara Silika untuk Pertanian. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 33(3). Pp 12-13.

Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, Syakir M., dan Rumini, W. 2010. Budidaya
dan Pasca Panen Tebu, Eska Media: Jakarta

Kartika, E. 2007. Pengujian Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuscular Terhadap


Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam PMK Bekas Hutan dan Bekas Kebun
Karet. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 15(3): 151-168.

Khuluq, A. D dan Hamida, R. 2014. Peningkatan Produktivitas dan Rendemen


Tebu Melalui Rekayasa Fisiologi Pertunasan. Jurnal perspektif. 13(1): 13-
24.

Ma, J. F and Yamaji, N. 2006. Silicon Uptake and Accumulation in Higher Plants.
Journal Okayama University. Japan.

Makarim, A. K., E. Suhartatik., dan Kartohardjono, A. 2007. Silikon: Hara Penting


pada Sistem Produksi Padi. Iptek Tanaman Pangan. 2(2): 195-204.

Moose, B. 1918. Vesicular-arbuscular mycorrhizae research for tropical


agriculture. Res. Bull. 82p.

Musa, Y., Ridwan, I., Ponto, H., Ala, A., Farid, M., Widiayani, N., & Yayank, A.
2020. Application of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) Improves The
Growth Of Single-Bud Sugarcane (Saccharum officinarum L.) Seedlings
From Different Bud Location. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science,486: 1-8.

52
Musa.Y, Junaid, M., Abdullah, S. 2022. Pengenalan dan Morfologi Tanaman Tebu.
Ficus Press: Makassar.

Nasaruddin. 2019. Penuntun Pratikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas


Hasanuddin, Makassar.

Nasrullah, Nurhayati, dan Marliah, A. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk NPK


(16:16:16) dan Mikoriza terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma
cacao L.) pada Media Tumbuh Subsoil. Jurnal Agrium. 12(1): 56-64.

Nurlaili, R. A., Rahayu, Y. S., Dewi, S. K. 2020. Pengaruh Mikoriza Vesikular


Arbuskular (MVA) dan Silika (Si) terhadap Pertumbuhan Brassica juncea
pada Tanah Tercmar Kandium (Cd). Jurnal LenteraBio. 9(3): 185-193.zw
Nurmasyita, Syafruddin, Sayuthi, M. 2013. Pengaruh Jenis Tanah dan dosis Fungi
Mikriza Arbuskular pada Kedelai Terhadap Sifat Tanah. Jurnal Agris.
17(3):103-110.

Nuryani E., Haryono, G., dan Historiawati. 2019. Pengaruh Dosis dan Saat
Pemberian Pupuk Terhadap Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris
L.) Tipe Tegak. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika. 4(1):14-
17
Nusantara, A.D., Bertham,Y.H., dan Mansur, I. 2016. Bekerja Dengan Fungsi
Mikoriza Arbuskular. Seameo Biotrop: Bogor.

Pamungkas, S. S. T. dan Evandani, D. 2021. Pemanfaatan Limbah Cair dan Padat


Pabrik Gula sebagai Penambah Unsur Hara pada Tanah Pasiran di
Pembibitan Tebu (Saccharum officiarum L.). Jurnal Ilmiah Pertanian. 17
(1): 68-80.

Parapasan, Y. dan Gusta, A. R. 2014. Waktu dan Cara Aplikasi Cendawan Mikoriza
Arbuskular (CMA) pada Pertumbuhan Bibit Kopi. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan. 14(3): 203-208.

Permana, A. D., Baskara, M. dan Widaryanto, E. 2015. Pengaruh Perbedaan Umur


Bibit Single Bud Planting dengan Pemupukan Nitrogen pada Pertumbuhan
Awal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Produksi
Tanaman. 3(5): 424-432.

Putri, F. M., Suedy, S. W. A., dan Darmanti, S. 2017. Pengaruh Pupuk Nanosilika
Terhadap Jumlah Stomata, Kandungan Klorofil Dan Pertumbuhan Padi
Hitam (Oryza sativa L. cv. japonica). Buletin Anatomi dan fisiologi.
2(1):72-79.

53
Putri, A.D, Sudiarso, dan Islami, T. 2013. Pengaruh Komposisi Media Tanam pada
Teknik Budchip Tiga Varietas Tebu (Sacccharum officinarum L.) Jurnal
Produksi Tanaman. 1(1): 16-23.

Riliana, N., Parapasan, A. Y., dan Sukmawan, Y. 2020. Pengaruh Inokulasi Fungi
Mikoriza Arbuskula dan Komposisi Media Tanam pada Pertumbuhan
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Pertanian Konservasi
Lahan Kering. 5(3): 44-46.

Rosmarkam. A dan Yuwono, N. W. 2022. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius:


Yogyakarta.

Sabatini, S. D., Budihastuti, R., Suedy, S. W. A. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk


Nanosilika terhadap Tinggi Tanaman dan Jumah Anakan Padi Beras Merah
(Oryza sativa L. Var. indica). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 2(2): 128-133.

Sabatini, S. D., Budihastuti, R., Suedy, S. W. A, dan Subagio, A. 2021. Produksi


dan Kandungan Antosianin pada Padi Beras Merah setelah Pemberian
Pupuk Nanosilika. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 6(1): 81-89.

Sari, V. K., Haryono, K., dan Basuki, B. 2021. Respon Varietas Tebu Unggul Baru
Terhadap Pemberian Nano Silika dan Cekaman Kekeringan. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan. 21(2): 91-98.

Simarmata, T. 2007. Revitalisasi Kesehatan Ekosistem Lahan Kritis dengan


Memanfaatkan Pupuk Biologi Mikoriza dalam Percepatan Pengembangan
Pertanian Ekologis di Indonesia. Jurnal VISI. 15(3): 289-306.

Sugiyanta, I., Dharmika, M., dan Mulyani, D. S. 2018. Pemberian Pupuk Silika Cair
untuk Meningkatkan Pertumbuhan, Hasil, dan Toleransi Kekeringan Padi
Sawah. Jurnal Agron. Indonesia. 46(2): 153-160

Suhesti, E., Puryantoro, dan Suryaningsih, Y. 2019. Pengembangan Penangkaran


Benih Tebu (Saceharum offiinarum L.) Metode Singgle Bud Planting untuk
Menunjang Swasembada Gula Nasional. Agribios. 17(2): 98-103.

Sukarno, N. 2003. Mikoriza dan Peranannya. Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Institusi Pertanian Bogor, Bogor.

Talanca, H., 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada


Tanaman. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balai Penelitian Tanaman
Serealia: Sulawesi Selatan.

54
Wangiyana, W., Sitorus, M., dan Abdurrachman, H. 2007. Respon Tanaman
Kedelai terhadap Inokulasi dengan Fungi Mikoriza Arbuskular dan Aplikasi
Pupuk Daun Organik “Greenstant”. Agroteksos. 17(3): 157-166.

Widowati, L. R., Husnain dan W. H. 2011. Peluang Formulasi Pupuk Bioteknologi


Nano. Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah. Pp 307-316.

Wijaya, KA. 2008. Nutrisi Tanaman sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi
Alami Tanaman. Prestasi Pustaka, Jakarta.

Wijayanti, W, A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di


Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur. IPB: Bogor,

Yohana, O., Hanum H., dan Supriadi. 2013. Pemberian Bahan Silika Pada Tanah
Sawah Berkadar P Total Tinggi Untuk Memperbaiki Ketersediaan P dan Si
Tanah, Petrumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.). Agroteknologi.
1(4): 1-9.

Yukamgo, E dan Yuwono, N. W. 2007. Peran Silika sebagai Unsur Bermanfaat


pada Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7(2): 103-116.

Zaini, A. H., Baskara, M., dan Wicaksono, K. P. 2017. Uji Pertumbuhan Berbagai
Jumlah Mata Tunas Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas VMC 76-16
Dan PSJT 941. Jurnal Produksi Tanaman. 5 (2): 182-190.

55
LAMPIRAN

56
DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA
(NAMA ASAL PA 198)

SK Pelepasan
Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008
Tanggal : 28 Maret 2008
Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198
Asal Persilangan
Tidak diketahui, pertama kali berkembang di Dusun Kencana, Kecamatan
Jatitujuh, Majalengka Jawa Barat.

Sifat Morfologi
1. Batang
 Bentuk Ruas : Silindris, susunan antar ruas lurus sampai berbuku,
dengan penampang melintang bulat
 Warna Batang : Hijau kekuningan, menjadi coklat keunguan bila
terpapar sinar matahari
 Lapisan Lilin : Ada di sepanjang ruas, tipis tidak mempengaruhi
warna ruas
 Retakan Tumbuh : Tidak ada
 Cincin Tumbuh : Melingkar datar di atas puncak mata, dengan warna
kuning kehijauan
 Teras dan Lubang : Masif
 Bentuk Buku Ruas : Konis, dengan 2-3 baris mata akar, baris paling atas
tidak melewati puncak mata
 Alur Mata : Tidak ada
2. Daun
 Warna Daun : Hijau muda
 Ukuran Lebar Daun : Lebar (lebih dari 6 cm)
 Lengkung Daun : Melengkung kurang dari ½ panjang daun
 Telinga daun : Ada, lemah-sedang, dengan kedudukan serong
 Bulu bidang punggung : Tidak ada
 Sifat lepas pelepah : Mudah
3. Mata
 Letak Mata : Pada bekas pangkal pelepah
 Bentuk Mata : Bulat telur, dengan bagian terlebar di tengah
 Sayap Mata : Berukuran sama lebar, dengan tepi sayap bergerigi
 Rambut Tepi Basal : Tidak ada

57
 Rambut Jambul : Tidak ada
 Pusat Tumbuh : Di atas tengah mata
Sifat-Sifat Agronomis
1. Pertumbuhan
 Perkecambahan : Cepat, seragam
 Awal Pertunasan : Cepat
 Kerapatan Batang : Sedang (8-10 batang/meter)
 Diameter Batang : Sedang - besar
 Pembungaan : Sporadis
 Kemasakan : Tengah - lambat
 Daya Kepras : Baik
2. Potensi produksi
a. Lahan sawah :
 Hasil Tebu (ku/ha) : 1.125 ± 325
 Rendemen (%) : 10,99 ± 1,65
 Hasil Hablur (ku/ha) : 110,6 ± 22,1
b. Lahan tegalan :
 Hasil Tebu (ku/ha) : 992 ± 238
 Rendemen (%) : 9,51 ± 0,88
 Hasil Hablur (ku/ha) : 95,4 ± 25,5
3. Ketahanan hama dan penyakit
 Penggerek Batang : Tahan
 Penyakit Blendok : Tahan
 Pokkahbung : Tahan
 Luka Api : Tahan
4. Kesesuaian Lahan
Cocok untuk lahan tegalan dan sawah jenis tanah mediteran dengan iklim C3.
Kambisol C3, Aluvial C2, dan Grumusol C2.
5. Kadar Sabut : + 13,05

58
LAMPIRAN TABEL
Tabel Lampiran 1a. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 60.63 65.93 61.75 188.32 62.77
S0M1 70.33 62.70 42.43 175.47 58.49
S0M2 48.10 58.67 40.00 146.77 48.92
S1M0 44.50 58.83 57.00 160.33 53.44
S1M1 65.17 45.83 63.27 174.27 58.09
S1M2 71.67 40.97 47.33 159.97 53.32
S2M0 52.63 38.67 54.33 145.63 48.54
S2M1 41.00 34.97 47.00 122.97 40.99
S2M2 54.33 38.23 64.15 156.72 52.24
S3M0 68.53 59.00 42.50 170.03 56.68
S3M1 60.00 39.33 68.33 167.67 55.89
S3M2 63.17 68.83 70.67 202.67 67.56
S4M0 41.23 49.03 40.20 130.47 43.49
S4M1 43.97 47.75 58.00 149.72 49.91
S4M2 56.93 50.00 68.40 175.33 58.44
Total 842.20 758.75 825.37 2426.317

Tabel Lampiran 1b. Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Tebu Umur 12 MST

F. Tabel
SK DB JK KT F.HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 259.67 129.83 1.24 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 2051.76 146.55 1.40 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 915.65 228.91 2.19 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 107.52 53.76 0.51 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 1028.59 128.57 1.23 tn 2.29 3.23
Galat 28 2931.61 104.70
Total 44 5243.03
KK 18.98

59
Tabel Lampiran 1a. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Tebu Umur 0-12 MST
Minggu Setelah Tanam
Perlakuan
0 2 4 6 8 10 12
S0M0 8.78 15.49 23.39 32.16 39.99 49.33 62.77
S0M1 10.72 17.28 25.68 31.66 38.33 47.43 58.49
S0M2 10.39 15.58 22.44 27.26 34.76 40.67 48.92
S1M0 10.22 16.98 24.41 31.03 38.11 44.78 53.44
S1M1 9.89 16.40 24.73 29.40 37.07 46.39 58.09
S1M2 10.11 17.13 23.17 30.39 37.91 44.44 53.32
S2M0 11.28 16.66 23.97 27.27 36.13 40.94 48.54
S2M1 9.94 14.49 18.64 24.62 33.54 36.89 40.99
S2M2 9.89 14.52 21.42 27.33 36.16 42.98 52.24
S3M0 10.06 15.82 22.77 29.61 36.07 46.81 56.68
S3M1 9.22 14.61 22.89 30.02 36.79 45.00 55.89
S3M2 10.06 16.83 24.23 31.82 39.91 51.62 67.56
S4M0 10.28 13.93 20.93 26.01 34.23 38.59 43.49
S4M1 10.50 16.41 20.72 28.94 36.51 42.45 49.91
S4M2 9.44 16.70 25.64 32.22 39.08 46.61 58.44

60
Tabel Lampiran 2a. Rata-rata Diameter Batang (mm) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 23.13 21.37 21.25 65.75 21.92
S0M1 20.37 24.33 20.93 65.63 21.88
S0M2 18.23 22.13 17.47 57.83 19.28
S1M0 18.50 23.17 21.60 63.27 21.09
S1M1 24.27 17.27 21.77 63.30 21.10
S1M2 21.20 18.43 18.53 58.17 19.39
S2M0 21.67 15.57 21.00 58.23 19.41
S2M1 18.73 16.37 18.67 53.77 17.92
S2M2 19.87 14.07 23.05 56.98 18.99
S3M0 20.50 19.85 19.90 60.25 20.08
S3M1 18.00 17.63 22.53 58.17 19.39
S3M2 27.67 23.70 23.37 74.73 24.91
S4M0 16.40 18.90 17.77 53.07 17.69
S4M1 18.60 19.55 22.07 60.22 20.07
S4M2 21.03 18.00 20.57 59.60 19.87
Total 308.17 290.33 310.47 908.97

Tabel Lampiran 2b. Sidik RagamRata-rata Diameter Batang Tebu Umur 12 MST

F. Tabel
SK DB JK KT F.HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 16.19 8.10 1.43 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 136.30 9.74 1.72 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 48.47 12.12 2.15 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 1.88 0.94 0.17 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 85.95 10.74 1.90 tn 2.29 3.23
Galat 28 158.15 5.65
Total 44 310.64
KK 11.77

61
Tabel Lampiran 2a. Rata-rata Diameter Batang (mm) Tanaman Tebu Umur 0-12 MST
Minggu Setelah Tanam
Perlakuan
0 2 4 6 8 10 12
S0M0 3.67 5.56 6.52 11.41 14.96 17.57 21.92
S0M1 4.30 6.50 7.52 10.96 15.58 17.98 21.88
S0M2 4.04 5.67 6.67 8.61 12.59 16.39 19.28
S1M0 3.93 5.56 6.79 10.10 14.17 15.96 21.09
S1M1 4.40 6.24 7.93 11.02 14.33 17.73 21.10
S1M2 4.23 5.77 6.48 9.08 12.88 15.90 19.39
S2M0 4.63 5.57 6.80 8.84 12.23 15.24 19.41
S2M1 4.07 4.86 5.39 6.68 9.72 13.31 17.92
S2M2 3.77 5.33 6.23 9.21 11.44 15.41 18.99
S3M0 4.32 5.96 7.07 9.53 14.12 16.90 20.08
S3M1 4.46 5.82 6.80 9.99 13.93 15.98 19.39
S3M2 3.91 6.21 7.83 13.44 17.18 19.99 24.91
S4M0 4.31 5.18 6.04 8.22 11.08 14.60 17.69
S4M1 3.74 5.49 6.20 8.86 12.27 15.50 20.07
S4M2 4.12 6.42 7.57 12.12 15.90 17.59 19.87

62
Tabel Lampiran 3a. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Tanaman Tebu Umur 12 MST

Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 13.67 13.00 13.50 40.17 13.39
S0M1 14.00 15.33 11.33 40.67 13.56
S0M2 12.67 13.67 12.33 38.67 12.89
S1M0 11.67 13.33 13.33 38.33 12.78
S1M1 15.33 12.33 14.00 41.67 13.89
S1M2 13.33 11.67 12.00 37.00 12.33
S2M0 13.33 11.67 12.00 37.00 12.33
S2M1 11.67 11.00 12.00 34.67 11.56
S2M2 12.67 12.33 13.50 38.50 12.83
S3M0 15.00 12.50 11.00 38.50 12.83
S3M1 13.00 12.33 14.33 39.67 13.22
S3M2 15.33 15.33 13.67 44.33 14.78
S4M0 11.67 13.00 11.67 36.33 12.11
S4M1 11.67 12.50 13.67 37.83 12.61
S4M2 13.33 13.33 14.33 41.00 13.67
Total 198.33 193.33 192.67 584.33

Tabel Lampiran 3b. Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Daun Tebu Umur 12 MST

F. Tabel
SK DB JK KT F.HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 1.28 0.64 0.51 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 26.80 1.91 1.54 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 9.61 2.40 1.93 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 2.81 1.40 1.13 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 14.39 1.80 1.44 tn 2.29 3.23
Galat 28 34.91 1.25
Total 44 62.99
KK 8.60

63
Tabel Lampiran 3a. Rata-rata Jumlah Daun (helai) Tanaman Tebu Umur 0-12 MST
Minggu Setelah Tanam
Perlakuan
0 2 4 6 8 10 12
S0M0 3.00 3.89 6.22 7.06 9.28 11.33 13.39
S0M1 2.67 4.00 6.56 7.44 9.11 11.67 13.56
S0M2 2.67 3.67 6.44 7.11 9.11 10.89 12.89
S1M0 2.67 3.89 6.33 7.44 9.56 11.22 12.78
S1M1 2.33 4.00 6.44 7.00 9.22 11.44 13.89
S1M2 3.00 3.78 6.22 6.89 9.11 11.11 12.33
S2M0 2.67 4.00 5.89 7.11 9.00 10.67 12.33
S2M1 3.00 3.44 5.44 7.00 8.33 10.22 11.56
S2M2 3.00 3.89 5.89 7.39 9.28 10.67 12.83
S3M0 2.67 3.89 5.78 6.78 8.78 11.83 12.83
S3M1 2.67 3.67 6.11 7.56 9.11 11.00 13.22
S3M2 2.67 4.11 6.56 7.56 10.22 12.00 14.78
S4M0 2.67 3.44 5.78 6.78 8.67 10.78 12.11
S4M1 3.00 3.89 6.00 7.28 8.72 10.67 12.61
S4M2 2.67 3.89 6.67 7.56 9.67 11.22 13.67

64
Tabel Lampiran 4a. Rata-rata Tebal Daun (mm) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 0.47 0.43 0.50 1.40 0.47
S0M1 0.43 0.40 0.50 1.33 0.44
S0M2 0.53 0.47 0.57 1.57 0.52
S1M0 0.47 0.47 0.43 1.37 0.46
S1M1 0.47 0.53 0.37 1.37 0.46
S1M2 0.40 0.60 0.53 1.53 0.51
S2M0 0.50 0.57 0.57 1.63 0.54
S2M1 0.57 0.43 0.57 1.57 0.52
S2M2 0.53 0.57 0.45 1.55 0.52
S3M0 0.37 0.60 0.57 1.53 0.51
S3M1 0.47 0.53 0.57 1.57 0.52
S3M2 0.37 0.43 0.47 1.27 0.42
S4M0 0.53 0.47 0.50 1.50 0.50
S4M1 0.43 0.55 0.43 1.42 0.47
S4M2 0.53 0.57 0.43 1.53 0.51
Total 7.07 7.62 7.45 22.13

Tabel Lampiran 4b. Sidik Ragam Rata-rata Tebal Daun Tanaman Tebu Umur 12 MST
F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 0.01 0.01 1.21 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 0.05 0.00 0.88 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 0.02 0.00 0.95 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 0.00 0.00 0.19 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 0.04 0.00 1.02 tn 2.29 3.23
Galat 28 0.12 0.00
Total 44 0.19
KK 13.46
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

65
Tabel Lampiran 5a. Rata-rata Luas Daun (cm2) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 407.53 454.12 403.95 1265.60 421.87
S1M0 303.81 324.18 262.20 890.19 296.73
S2M0 272.58 259.45 371.75 903.78 301.26
S3M0 361.28 339.98 343.80 1045.05 348.35
S4M0 348.03 326.30 155.88 830.20 276.73
S0M1 396.45 393.23 316.65 1106.33 368.78
S1M1 397.00 283.89 409.13 1090.01 363.34
S2M1 228.30 239.15 302.70 770.15 256.72
S3M1 455.05 295.60 339.75 1090.40 363.47
S4M1 302.38 374.07 329.23 1005.67 335.22
S0M2 325.38 269.63 265.58 860.58 286.86
S1M2 463.95 262.68 280.13 1006.75 335.58
S2M2 388.34 184.79 403.70 976.83 325.61
S3M2 382.08 299.10 409.65 1090.83 363.61
S4M2 399.48 255.33 358.43 1013.23 337.74
Total 5431.61 4561.47 4952.50 14945.58

Tabel Lampiran 5b. Sidik Ragam Rata-rata Luas Daun Tanaman Tebu Umur 12 MST
F.Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 25323.88 12661.94 3.06 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 77137.49 5509.82 1.33 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 27730.81 6932.70 1.68 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 657.24 328.62 0.08 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 48749.44 6093.68 1.47 tn 2.29 3.23
Galat 28 115833.3 4136.90
Total 44 218294.7
KK 19.37
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

66
Tabel Lampiran 6a. Rata-rata Sudut Tegak Daun (o) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 15.00 17.50 17.50 50.00 16.67
S0M1 12.50 25.00 17.50 55.00 18.33
S0M2 17.50 15.00 20.00 52.50 17.50
S1M0 20.00 17.50 12.50 50.00 16.67
S1M1 15.00 25.00 12.50 52.50 17.50
S1M2 12.50 25.00 17.50 55.00 18.33
S2M0 15.00 20.00 12.50 47.50 15.83
S2M1 22.50 17.50 17.50 57.50 19.17
S2M2 10.00 20.00 12.50 42.50 14.17
S3M0 10.00 12.50 12.50 35.00 11.67
S3M1 17.50 27.50 12.50 57.50 19.17
S3M2 10.00 10.00 10.00 30.00 10.00
S4M0 10.00 12.50 7.50 30.00 10.00
S4M1 10.00 10.00 7.50 27.50 9.17
S4M2 5.00 10.00 10.00 25.00 8.33
Total 202.50 265.00 200.00 667.50

Tabel Lampiran 6b. Sidik Ragam Rata-rata Sudut Tegak Daun Tebu Umur 12 MST
F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 180.83 90.42 6.94 ** 3.34 5.45
Perlakuan 14 646.67 46.19 3.54 ** 2.06 2.79
Faktor S 4 452.22 113.06 8.67 ** 2.71 4.07
Faktor M 2 77.50 38.75 2.97 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 116.94 14.62 1.12 tn 2.29 3.23
Galat 28 365.00 13.04
Total 44 1192.50
KK 24.34
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

67
Tabel Lampiran 7a. Rata-rata Jumlah Ruas (buah) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 6.33 6.33 5.50 18.17 6.06
S0M1 5.67 6.33 6.67 18.67 6.22
S0M2 6.00 7.00 7.00 20.00 6.67
S1M0 4.67 6.00 5.00 15.67 5.22
S1M1 5.67 5.67 5.67 17.00 5.67
S1M2 6.33 6.33 6.67 19.33 6.44
S2M0 7.00 6.33 5.00 18.33 6.11
S2M1 5.33 5.33 6.33 17.00 5.67
S2M2 5.67 6.33 5.50 17.50 5.83
S3M0 4.67 5.50 6.33 16.50 5.50
S3M1 6.00 6.67 5.67 18.33 6.11
S3M2 5.33 6.67 6.67 18.67 6.22
S4M0 6.33 6.00 6.00 18.33 6.11
S4M1 6.00 6.00 5.33 17.33 5.78
S4M2 6.00 5.00 5.33 16.33 5.44
Total 87.00 91.50 88.67 267.17

Tabel Lampiran 7b. Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Ruas Tanaman Tebu Umur 12 MST
F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 0.69 0.35 1.06 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 6.55 0.47 1.44 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 1.78 0.45 1.37 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 0.83 0.42 1.28 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 3.94 0.49 1.51 tn 2.29 3.23
Galat 28 9.11 0.33
Total 44 16.35
KK 9.61
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

68
Tabel Lampiaran 8a. Rata-rata Panjang Ruas (cm) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 5.50 6.17 7.50 19.17 6.39
S0M1 6.27 4.57 3.73 14.57 4.86
S0M2 4.50 4.17 3.50 12.17 4.06
S1M0 5.33 4.63 6.33 16.30 5.43
S1M1 5.30 7.67 7.33 20.30 6.77
S1M2 6.80 5.83 3.77 16.40 5.47
S2M0 6.23 6.57 5.43 18.23 6.08
S2M1 5.97 4.10 4.50 14.57 4.86
S2M2 5.43 3.57 8.30 17.30 5.77
S3M0 8.23 4.70 5.50 18.43 6.14
S3M1 7.43 4.53 8.47 20.43 6.81
S3M2 5.67 7.20 7.23 20.10 6.70
S4M0 6.33 5.83 4.47 16.63 5.54
S4M1 5.60 6.00 6.40 18.00 6.00
S4M2 6.73 9.13 10.50 26.37 8.79
Total 91.33 84.67 92.97 268.97

Tabel Lampiran 8b. Sidik Ragam Rata-rata Panjang Ruas Tanaman Tebu Umur 12 MST
F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 2.58 1.29 0.68 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 50.86 3.63 1.91 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 17.25 4.31 2.27 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 0.74 0.37 0.20 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 32.86 4.11 2.17 tn 2.29 3.23
Galat 28 53.12 1.90
Total 44 106.55
KK 23.04
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

69
Tabel Lampiran 9a. Rata-rata Total Jumlah Stomata (stomata) Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 24.00 24.00 29.67 77.67 25.89
S0M1 25.33 25.83 22.50 73.66 24.55
S0M2 25.17 20.33 23.33 68.83 22.94
S1M0 22.67 26.17 29.17 78.01 26.00
S1M1 25.00 23.67 24.83 73.50 24.50
S1M2 27.83 19.17 26.00 73.00 24.33
S2M0 21.83 20.83 29.67 72.33 24.11
S2M1 24.00 20.67 28.00 72.67 24.22
S2M2 17.83 16.67 26.67 61.17 20.39
S3M0 24.50 28.50 28.67 81.67 27.22
S3M1 22.17 23.17 28.00 73.34 24.45
S3M2 28.50 23.83 25.17 77.50 25.83
S4M0 22.83 21.17 25.00 69.00 23.00
S4M1 24.33 26.17 23.33 73.83 24.61
S4M2 27.50 29.67 26.50 83.67 27.89
Total 363.49 349.85 396.51 1109.85

Tabel Lampiran 9b. Sidik Ragam Rata-rata Total Jumlah Stomata Tebu Umur 12 MST
F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 76.75 38.37 4.89 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 138.95 9.93 1.27 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 43.44 10.86 1.39 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 7.89 3.94 0.50 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 87.62 10.95 1.40 tn 2.29 3.23
Galat 28 219.52 7.84
Total 44 435.22
KK 11.35
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

70
Tabel Lampiran 10a. Rata-rata Klorofil a (μmol. m-2) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 244.18 241.97 254.06 740.21 246.74
S0M1 227.84 244.89 269.70 742.43 247.48
S0M2 257.82 250.52 252.86 761.19 253.73
S1M0 252.18 242.69 227.81 722.68 240.89
S1M1 253.39 256.27 219.70 729.37 243.12
S1M2 259.56 257.89 256.72 774.17 258.06
S2M0 256.08 289.14 239.55 784.77 261.59
S2M1 257.24 260.15 257.24 774.63 258.21
S2M2 272.79 259.68 251.86 784.33 261.44
S3M0 252.78 245.17 263.86 761.81 253.94
S3M1 259.32 265.36 254.55 779.23 259.74
S3M2 253.04 250.55 246.58 750.18 250.06
S4M0 259.25 250.88 259.17 769.29 256.43
S4M1 265.81 261.02 261.20 788.02 262.67
S4M2 221.84 255.48 218.86 696.17 232.06
Total 3793.11 3831.65 3733.71 11358.47

Tabel Lampiran 10b. Sidik Ragam Rata-rata Klorofil a Tanaman Tebu Umur 12 MST

F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 324.61 162.31 1.02 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 3317.70 236.98 1.49 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 971.80 242.95 1.53 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 81.12 40.56 0.25 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 2264.78 283.10 1.78 tn 2.29 3.23
Galat 28 4454.05 159.07
Total 44 8096.36
KK 5.00
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

71
Tabel Lampiran 10c. Rata-rata Klorofil b (μmol. m-2) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 98.76 97.82 103.13 299.72 99.91
S0M1 92.06 99.07 110.54 301.67 100.56
S0M2 104.85 101.54 102.58 308.97 102.99
S1M0 102.28 98.13 92.05 292.45 97.48
S1M1 102.83 104.14 88.95 295.91 98.64
S1M2 105.66 104.89 104.34 314.89 104.96
S2M0 104.05 120.66 96.80 321.51 107.17
S2M1 104.59 105.94 104.59 315.11 105.04
S2M2 112.08 105.72 102.13 319.94 106.65
S3M0 102.55 99.19 107.70 309.44 103.15
S3M1 105.55 108.42 103.35 317.32 105.77
S3M2 102.67 101.55 99.81 304.03 101.34
S4M0 105.52 101.70 105.48 312.69 104.23
S4M1 108.64 106.35 106.43 321.42 107.14
S4M2 89.75 103.77 88.63 282.15 94.05
Total 1541.83 1558.89 1516.51 4617.23

Tabel Lampiran 10d. Sidik Ragam Rata-rata Klorofil b Tanaman Tebu Umur 12 MST

F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 60.63 30.31 0.95 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 631.70 45.12 1.42 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 197.89 49.47 1.55 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 16.39 8.20 0.26 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 417.42 52.18 1.64 tn 2.29 3.23
Galat 28 891.37 31.83
Total 44 1583.70
KK 5.50
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

72
Tabel Lampiran 10e. Rata-rata Total Klorofil (μmol. m-2) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 350.2213 347.0932 364.2603 1061.57 353.86
S0M1 327.2368 351.2283 386.6717 1065.14 355.05
S0M2 369.615 359.2157 362.539 1091.37 363.79
S1M0 361.5775 348.1133 327.1924 1036.88 345.63
S1M1 363.3055 367.4041 315.8964 1046.61 348.87
S1M2 372.1022 369.7269 368.0432 1109.87 369.96
S2M0 367.1405 414.8734 343.6754 1125.69 375.23
S2M1 368.7929 372.9504 368.7929 1110.54 370.18
S2M2 391.1322 372.2869 361.1147 1124.53 374.84
S3M0 362.4238 351.6299 378.2688 1092.32 364.11
S3M1 371.7696 380.4225 364.9455 1117.14 372.38
S3M2 362.8075 359.2546 353.6281 1075.69 358.56
S4M0 371.6586 359.7209 371.5475 1102.93 367.64
S4M1 381.065 374.199 374.4553 1129.72 376.57
S4M2 318.8647 366.2724 314.7264 999.86 333.29
Total 5439.71 5494.39 5355.76 16289.86

Tabel Lampiran 10f. Sidik Ragam Rata-rata Total Klorofil Tebu Umur 12 MST

F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Perlakuan 14 6663.42 475.96 1.48 tn 2.06 2.79
Kelompok 2 650.17 325.08 1.01 tn 3.34 5.45
Faktor S 4 1968.66 492.17 1.53 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 164.40 82.20 0.26 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 4530.36 566.29 1.76 tn 2.29 3.23
Galat 28 9001.26 321.47
Total 44 16314.86
KK 4.95
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

73
Tabel Lampiran 11a. Rata-rata Berat Daun Spesifik (g/cm2) Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 0.0055 0.0081 0.0049 0.0185 0.0062
S0M1 0.0068 0.0062 0.0054 0.0184 0.0061
S0M2 0.0056 0.0046 0.0056 0.0157 0.0052
S1M0 0.0053 0.0059 0.0065 0.0176 0.0059
S1M1 0.0065 0.0036 0.0069 0.0170 0.0057
S1M2 0.0058 0.0032 0.0061 0.0152 0.0051
S2M0 0.0065 0.0065 0.0063 0.0193 0.0064
S2M1 0.0059 0.0040 0.0054 0.0153 0.0051
S2M2 0.0055 0.0030 0.0060 0.0144 0.0048
S3M0 0.0062 0.0056 0.0044 0.0162 0.0054
S3M1 0.0058 0.0033 0.0066 0.0157 0.0052
S3M2 0.0083 0.0060 0.0071 0.0214 0.0071
S4M0 0.0058 0.0044 0.0057 0.0160 0.0053
S4M1 0.0051 0.0052 0.0061 0.0164 0.0055
S4M2 0.0062 0.0033 0.0063 0.0158 0.0053
Total 0.0908 0.0728 0.0893 0.2529

Tabel Lampiran 11b. Sidik Ragam Rata-rata Berat Daun Spesifik Tebu Umur 12 MST

F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 0.0000132 0.0000066 5.86 ** 3.34 5.45
Perlakuan 14 0.0000161 0.0000012 1.02 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 0.0000022 0.0000006 0.50 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 0.0000011 0.0000005 0.47 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 0.0000128 0.0000016 1.42 tn 2.29 3.23
Galat 28 0.0000316 0.0000011
Total 44 0.0000610
KK 18.90
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

74
Tabel Lampiran 12a. Rata-rata Panjang Akar (cm) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 95.00 83.00 66.00 244.00 81.33
S0M1 74.00 62.00 41.00 177.00 59.00
S0M2 67.00 144.00 55.50 266.50 88.83
S1M0 69.00 105.00 59.00 233.00 77.67
S1M1 80.00 27.00 61.30 168.30 56.10
S1M2 97.00 41.00 66.00 204.00 68.00
S2M0 50.00 42.00 75.00 167.00 55.67
S2M1 44.00 50.00 43.00 137.00 45.67
S2M2 72.00 55.70 46.00 173.70 57.90
S3M0 50.00 36.00 23.00 109.00 36.33
S3M1 117.00 107.00 58.00 282.00 94.00
S3M2 70.00 60.00 71.00 201.00 67.00
S4M0 47.00 63.00 39.00 149.00 49.67
S4M1 75.00 42.00 66.00 183.00 61.00
S4M2 64.00 41.00 62.00 167.00 55.67
Total 1071.00 958.70 831.80 2861.50

75
Tabel Lamiran 12b. Rata-rata Panjang Akar (cm) Tanaman Tebu Hasil
Transformasi (ln x) Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 4.55 4.42 4.19 13.16 4.39
S0M1 4.30 4.13 3.71 12.14 4.05
S0M2 4.20 4.97 4.02 13.19 4.40
S1M0 4.23 4.65 4.08 12.97 4.32
S1M1 4.38 3.30 4.12 11.79 3.93
S1M2 4.57 3.71 4.19 12.48 4.16
S2M0 3.91 3.74 4.32 11.97 3.99
S2M1 3.78 3.91 3.76 11.46 3.82
S2M2 4.28 4.02 3.83 12.13 4.04
S3M0 3.91 3.58 3.14 10.63 3.54
S3M1 4.76 4.67 4.06 13.50 4.50
S3M2 4.25 4.09 4.26 12.61 4.20
S4M0 3.85 4.14 3.66 11.66 3.89
S4M1 4.32 3.74 4.19 12.24 4.08
S4M2 4.16 3.71 4.13 12.00 4.00
Total 63.48 60.79 59.65 183.92 4.09

Tabel Lampiran 12c. Sidik Ragam Rata-rata Panjang Akar Tanaman Tebu Hasil
Transformasi (ln x) Umur 12 MST
F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 0.51 0.26 2.60 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 2.65 0.19 1.91 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 0.61 0.15 1.53 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 0.14 0.07 0.70 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 1.90 0.24 2.40 * 2.29 3.23
Galat 28 2.77 0.10
Total 44 5.93
KK 7.69
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

76
Tabel Lampiran 13a. Rata- rata Volume Akar (ml) Tanaman Tebu Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 35.00 50.00 46.00 131.00 43.67
S0M1 89.00 70.00 15.00 174.00 58.00
S0M2 10.00 30.00 10.00 50.00 16.67
S1M0 15.00 35.00 30.00 80.00 26.67
S1M1 80.00 27.00 61.30 168.30 56.10
S1M2 105.00 10.00 10.00 125.00 41.67
S2M0 55.00 10.00 5.00 70.00 23.33
S2M1 19.00 5.00 8.00 32.00 10.67
S2M2 26.00 10.00 27.00 63.00 21.00
S3M0 55.00 10.00 5.00 70.00 23.33
S3M1 40.00 80.00 30.00 150.00 50.00
S3M2 100.00 30.00 50.00 180.00 60.00
S4M0 25.00 25.00 10.00 60.00 20.00
S4M1 20.00 15.00 26.00 61.00 20.33
S4M2 15.00 15.00 95.00 125.00 41.67
Total 689.00 422.00 428.30 1539.30

77
Tabel Lampiran 13c. Rata- rata Volume Akar (ml) Tanaman Tebu Hasil
Transformasi (ln x) Umur 12 MST
Ulangan
Perlakuan Total Rata"
1 2 3
S0M0 3.56 3.91 3.83 11.30 3.77
S0M1 4.49 4.25 2.71 11.45 3.82
S0M2 2.30 3.40 2.30 8.01 2.67
S1M0 2.71 3.56 3.40 9.66 3.22
S1M1 4.38 3.30 4.12 11.79 3.93
S1M2 4.65 2.30 2.30 9.26 3.09
S2M0 4.01 2.30 1.61 7.92 2.64
S2M1 2.94 1.61 2.08 6.63 2.21
S2M2 3.26 2.30 3.30 8.86 2.95
S3M0 4.01 2.30 1.61 7.92 2.64
S3M1 3.69 4.38 3.40 11.47 3.82
S3M2 4.61 3.40 3.91 11.92 3.97
S4M0 3.22 3.22 2.30 8.74 2.91
S4M1 3.00 2.71 3.26 8.96 2.99
S4M2 2.71 2.71 4.55 9.97 3.32
Total 53.52 45.65 44.68 143.86 3.20

Tabel Lampiarn 13d. Sidik Ragam Rata-rata Volume Akar Tanaman Tebu Hasil
Transformasi (ln) Umur 12 MST
F. Tabel
SK DB JK KT F. HIT
0.05 0.01
Kelompok 2 3.14 1.57 2.71 tn 3.34 5.45
Perlakuan 14 12.97 0.93 1.60 tn 2.06 2.79
Faktor S 4 4.90 1.22 2.12 tn 2.71 4.07
Faktor M 2 0.76 0.38 0.65 tn 3.34 5.45
Interaksi 8 7.32 0.91 1.58 tn 2.29 3.23
Galat 28 16.20 0.58
Total 44 32.31
KK 23.80
Ket.
tn : Tidak Berbeda Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Berbeda Sangat Nyata

78
Lampiran Tabel 14. Gabungan dari Semua Parameter

Perlakuan Faktor S Faktor M SxM

TT tn tn tn

DB tn tn tn

JD tn tn tn
TD tn tn tn

LD tn tn tn

STD ** tn tn

JR tn tn tn
PR tn tn tn

TJS tn tn tn

KK tn tn tn

BDS tn tn tn

PA tn tn *

VA tn tn tn
PIA - - -

Ket: TT (tinggi tanaman), DB (diameter batang), JD (jumlah daun), TD (tebal daun),


LD (luas daun), STD (sudut tegak daun), JR (jumlah ruas), PR (panjang ruas),
TJS (total jumlah stomata), KK (kadar klorofil), BDS (berat daun spesifik), PA
(panjang akar), VA (volume akar), PIA (persentas infeksi akar)

79
Lampiran Tabel 15. Hasil Analisis Si pada Tanah dan Jaringan Daun

Hasil Uji
Keterangan
Si (m/m%) Si(O2) (m/m%)

Tanah

Sebelum 19.99 26.51

Sesudah 20.11 36.95

Daun

Kontrol 9.36 14.7

Nanosilika 10 ml/l 11.57 19.39

Sumber: Data primer setelah diolah, 2022

80
LAMPIRAN GAMBAR

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

s4m1 s2m2 s0m1

s4m0 s2m1 s4m0


U
s2m1 s2m0 s0m2

s1m0 s1m2 s2m1

s0m2 s3m1 s3m0

s2m2 s1m1 s1m2

s2m0 s4m0 s2m2

s3m1 s4m1 s4m1

s0m0 s4m2 s0m0

s4m2 s3m0 s1m0

s1m2 s0m0 s2m0

s0m1 s1m0 s4m2

s3m0 s0m2 s3m1

s1m1 s3m2 s3m2

s3m2 s0m1 s1m1

Gambar Lampiran 1. Denah Penelitian

81
Gambar 2. Pembibitan di bedengan Gambar 3. Mata Tunas telah Tumbuh

Gambar 4. Pindah Tanam ke Polybag Gambar 5. Pengukuran Kadar Klorofil

Gambar 6. Pengovenan daun Gambar 7. Mengukur Sudut Tegak Daun

82

Anda mungkin juga menyukai