Disusun Oleh :
THALIA NAZIHA
15/385598/TP/11467
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada sebagai
syarat kelengkapan studi jenjang Stratum Satu (S-1)
dalam memperoleh derajat sarjana teknologi pertanian pada
Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
DISUSUN OLEH:
THALIA NAZIHA
15/385598/TP/11467
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul
“PENGARUH KEMASAN VAKUM DAN NON VAKUM PADA
PENYIMPANAN SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS BIJI KAKAO
KERING TERFERMENTASI SPONTAN DENGAN PENAMBAHAN
Lactobacillus plantarum HL-15” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian, Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Dalam proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Gadjah Mada.
2. Dr. Ir. M. Nur Cahyanto, M. Sc., selaku Ketua Departemen Teknologi
Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gadjah Mada.
3. Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, M.S., selaku Dosen Pembimbing utama
yang telah membimbing, memberikan pengalaman dan pelajaran yang
berharga, serta dukungan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi.
4. Dr. Ir. Tri Marwati, M.Si., dari BPTP selaku Dosen Pembimbing
pendamping yang juga telah memberikan arahan dan bantuan terhadap
kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Dr. Rini Yanti, STP, M.P sebagai Dosen Penguji yang telah bersedia
menguji dan memberi masukan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Ir. Yustinus Marsono, M.S. sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang selama ini telah membibing dan mendukung penulis selama
melaksanakan kegiatan perkuliahan.
7. Pak Agus, Pak Pur, dan segenap teknisi laboratorium yang selalu
membersamai dan memberikan solusi selama penulis melakukan penelitian.
8. Keluarga tercinta: Zairin Harahap, Ira Rachmasari, Anifa, dan Nadvi
sebagai Ayah, Mama, dan Kakak penulis atas segala doa, kasih sayang,
dukungan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan lancar dan baik
hasilnya.
9. Lifia, Ghea, dan Atika sebagai partner kerja lab yang selalu setia bersama
dalam suka-duka dunia kakao Gunungkidul, yang telah mendampingi
penulis dalam melewati penelitian hingga penyusunan skripsi, memberikan
banyak pelajaran berharga, dan selalu mengingatkan kewajiban penulis
menyelesaikan tugas ini, sungguh kesempatan yang indah dan tidak akan
terlupakan.
iv
10. Grup Penelitian Kakao 2018 lainnya yaitu Evan dan Nadya yang unik dan
selalu menghibur di segala kegiatan kakao, yang saling membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini, semoga bertemu lagi dan sukses di jalan masing – masing.
11. Mbak Atun dan teman-teman asisten mahasiswa Bu Trisye yang senantiasa
membantu penulis dan memberikan banyak ilmu berharga.
12. Teman – teman terkasih penulis yaitu TJTRA, Koala, Zz, White, dan
Margatengah yang telah memberikan banyak semangat dan dukungan
selama penyusunan skripsi. Semoga bertemu lagi dan sukses di jalan masing
– masing.
13. Teman – teman seperjuangan yaitu TPHP 2015 yang penuh warna dan
keceriaan.
14. Seluruh pihak yang telah mendoakan, membantu, menyemangati dan
memotivasi penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Namun, penulis berharap penelitian dan skripsi ini berguna
bagi pihak-pihak yang bersangkutan serta saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.4.2 Uji Bilangan Peroksida .....................................................................21
3.4.3 Uji Mutu Biji Kakao Kering SNI ......................................................23
3.5 Rancangan Penelitian ...................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................25
4.1 Penyimpanan Biji Kakao ..............................................................................25
4.2 Hasil Uji Mutu Biji Kakao SNI ....................................................................26
4.3 Hasil Uji Bilangan Peroksida .......................................................................30
4.4 Hasil Uji Pertumbuhan Jamur pada Biji Kakao ...........................................32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................35
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................36
5.2 Saran .............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37
LAMPIRAN ..........................................................................................................40
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persyaratan Mutu Umum Fisik Biji Kakao (SNI 2323:2008)................14
Tabel 2.2 Peryaratan Mutu Khusus ........................................................................15
Tabel 4.1 Hasil Analisis Mutu Biji Kakao sesua SNI ............................................27
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kadar Air Biji Kakao sesuai SNI ...................................29
Tabel 4.3 Hasil Uji Bilangan Peroksida Biji Kakao ..............................................31
Tabel 4.5 Hasil Uji Pengamatan Populasi Jamur pada Biji Kakao ........................33
ix
PENGARUH KEMASAN VAKUM DAN NON VAKUM PADA
PENYIMPANAN SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS BIJI KAKAO
KERING TERFERMENTASI SPONTAN DENGAN PENAMBAHAN
Lactobacillus plantarum HL-15
INTISARI
Oleh :
THALIA NAZIHA
15/385598/TP/11467
x
THE EFFECT OF VACUUM AND NON VACUUM PACKAGING ON
TEMPERATURE STORAGE AGAINST QUALITY OF DRY CACAO
BEANS FERMENTED SPONTANTS WITH ADDITION OF Lactobacillus
plantarum HL-15
ABSTRACT
By;
THALIA NAZIHA
15/385598/TP/11467
Cocoa beans are one of the strategic agricultural products in Indonesia, but
the quality is still low. Lactobacillus plantarum HL-15 is one of the lactic acid
bacteria that can reduce fungal growth in cocoa beans. In addition to the
fermentation process, handling after a good drying process will affect the quality of
dry cocoa beans, one of which is storage. Vacuum packaging is one way to extend
the shelf life of food products. The level of oxygen in a vacuum pack is low, thus
inhibiting the ability of microorganisms to grow and damage products and reduce
the amount of damage caused by oxidation reactions.
The purpose of this study was to determine the effect of adding the starter
of Lactobacillus plantarum HL-15 to the fermentation process on the quality of
cocoa beans after drying and the use of 0.8 mm polypropylene packaging in vacuum
and non vacuum conditions on the quality of cocoa beans during storage. The
materials used in this study were: Fermented dry cocoa beans (Lindak) with and
without a starter of Lactobacillus plantarum HL-15, polypropylene 0.8 plastic and
nylon. The research design used was Factorial Completely Randomized Design.
The first factor is the use of a starter of Lactobacillus plantarum HL-15 (S) with 3
variable levels, namely (1) S1: with a starter; (2) S2: without a starter; (3) S3:
control (without a starter). The second factor is the type of packaging (V) with 3
variable levels, namely (1) V1: vacuum; (2) V2: non-vacuum; (3) V3: control
(nylon). The study was conducted with 3 replications (U1, U2, and U3). Storage is
carried out at room temperature. Parameters observed during storage are (1) SNI
2003 Quality Test: 2828; (2) Total Fungal Contamination Test; (3) Peroxide
Number Test.
The results of this study are that the addition of starter Lactobacillus
plantarum HL-15 in the fermentation process can reduce the fungal of cocoa beans
after drying reaches 2.2 Logs CFU / g and packaging of vacuum and non-vacuum
cocoa beans did not differ significantly from total fungal contamination, type seed
quality, and fat damage due to oxidation / peroxide numbers.
Keywords: storage of cocoa beans, anti-fungal activity, lactic acid bacteria,
Lactobacillus plantarum HL-15, peroxide number
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain biji kakao Indonesia jarang
yang difermentasi terlebih dahulu, padahal mutu biji yang telah difermentasi
Jamur dapat tumbuh di dalam dan di luar biji kakao. Jamur yang
tumbuh di dalam biji atau disebut jamur internal (Haryadi dan Supriyanto,
Apabila jamur ini tumbuh, maka kemungkinan besar dapat tumbuh sampai
melakukan penetrasi pada biji dan membuka jalan bagi pertumbuhan jamur
1
2
dilaksanakan.
mencegah biji kakao dari cemaran jamur. Kondisi penyimpanan untuk biji
kemasan nilon. Oleh karena itu, penyimpanan tidak boleh lebih dari 3 bulan,
kecuali ada penanganan yang khusus. Bahaya terhadap mutu biji dari
adalah ada kemungkinan sealing yang kurang sempurna, masih ada celah
3
sehingga udara atau uap air dapat masuk, karena heat sealer dioperasikan
HL-15 pada proses fermentasi dan kemasan kondisi vakum, non vakum,
pengeringan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao
makanan). Sifat ketampakan luar yang umum berupa pohon kecil yang
bercabang rendah, tinggi pohon ekitar 3-8 m, berkayu dan mempunyai akar
tunggang. Kayu tanaman kakao tidak begitu keras. Bunganya tunggal yang
sempurna, tersusun dalam berkas pada ketiak daun (Mansyur dan Soenaryo,
1978).
diameter 8-9 cm, tergantung atas varietas dan kesuburan tanaman. Jumlah
biji tiap buah berkisar antara 30-40 buah. Masing-masing biji diliputi oleh
lapisan berlendir atau pulp. Pada waktu buah masih muda, biji menempel
pada dinding buah. Setelah buah masak lapis tipis daging buah melepaskan
diri dari dinding sehingga biji tersebut mengumpul di tengah, terikat oleh
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain biji kakao Indonesia jarang yang
5
6
lebih baik daripada yang belum difermentasi. Mutu biji kakao menjadi
mulia dan jenis lindak. Biji kakao jenis mulia adalah biji kakao yang yang
berasal dari tanaman kakao jenis Criollo dan Trinitario serta persilangannya.
Sedangkan biji kakao lindak adalah biji kakao yang berasal dari tanaman
kakao Forastero.
2004). Selain asam laktat, produk fermentasi yang dihasilkan dapat berupa
fermentasi produk makanan seperti yoghurt, keju, mentega, dll. Selain itu,
as Safe) di Eropa.
pertumbuhan jamur oleh bakteri asam laktat disebabkan oleh bakteri asam
laktat, asam propionat, dan asam asetat), karbon dioksida, etanol, hidrogen
produksi asam, atau kombinasi dari beberapa faktor di atas (Bianchini dan
senyawa asam lemak berupa 3-hydroxy fatty acids (3-OHFAs) yang terbukti
merupakan zat anti jamur yang efektif (Sjögren et al., 2003). Selain itu, ada
disortasi. Biji kakao kering yang dikemas merupakan biji kakao kering yang
tidak bereaksi dengan isi. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa
karung goni atau kantong plastik yang kedap air. Faktor yang penting dalam
penyimpanan bahan pertanian adalah kadar air bahan dan kelembaban udara
akan lebih bertahan 3 - 5 kali lebih lama daripada produk yang yang
disimpan dengan non vakum (Jay, 1996). Pengemasan non vakum adalah
udara atau uap air dapat masuk, karena heat sealer dioperasikan secara
seluang secara vakum memiliki umur simpan yang lebih lama dibanding
penyerapan air oleh produk yang dikemas dari lingkungan atau udara di
sekitarnya. Secara umum diketahui bahwa peningkatan kadar air dan nilai
dengan jumlah air bebas (aW) dalam produk makanan yang dapat
digunakan oleh organisme mikro seperti kapang, khamir dan bakteri untuk
pada biji kakao kering asal Indonesia berkisar antara 2 x 104 hingga 7 x 106
koloni per gram sampel. Jamur tersebut didominasi oleh Aspergillus flavus
salah satu jamur yang dapat tumbuh di dalam biji selama fermentasi atau
disebut jamur internal (Haryadi dan Supriyanto, 2012). Apabila jamur ini
karena sifatnya tahan panas. Jamur ini mampu melakukan penetrasi pada
biji dan membuka jalan bagi pertumbuhan jamur lain. Akan membahayakan
menghasilkan mikotoksin.
suatu jamur yang bersifat racun bagi manusia maupun hewan. Metabolit
sekunder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: keadaan jenis atau
strain jamur tertentu, substrat tempat tumbuh jamur, dan faktor fisik (suhu,
kelembaban, kadar air bahan). Penelitian tentang mikotoksin pada biji kakao
11
produk kakao. Jenis mikotoksin lainnya yang juga ditemukan pada biji
produk biji kakao kering tersebut juga perlu diwaspadai sehingga upaya
selama proses penanganan pasca panen dan pengolahan yang tidak tepat
(2008) dan Asrul (2009) bahwa jenis yang banyak ditemukan adalah A.
(FFA) sehingga terbentuk off-flavour. Hal ini terjadi karena proses pasca
harga jual.
35-37℃ dan tersedia oksigen dalam jumlah yang cukup (Madigan dan
tersebut.
satu prosedur baku guna menghasilkan biji kakao kering yang berkualitas.
Hasil biji kakao kering petani masih memiliki mutu rendah, seperti
13
keasaman tinggi, flavornya pahit dan sepat, kadar biji slaty (biji kakao yang
ukuran biji yang tidak seragam sehingga menyebabkan biji kakao yang
Kadar air pada biji kakao > 8% akan berbahaya karena jamur akan
tumbuh dan bila kadar air < 5% biji sangat rapuh sehingga mudah pecah
selama pengangkutan (Afoakwa et al, 2014). Standar kadar air biji kakao
mutu ekspor maksimum 7,5% jika lebih tinggi dari nilai tersebut biji kakao
tidak aman untuk disimpan dalam waktu lama, tetapi jika kadar air terlalu
rendah biji kakao cenderung rapuh (Ndukwu, 2009). Untuk kadar air biji
(Dumadi, 2011).
dan khususnya guna menjaga konsistensi mutu biji kakao yang dihasilkan.
Apabila biji kakao kering sudah mencapai kadar air sesuai dengan standar
grading. Pada sortasi biji kakao kering, biji dipisahkan menjadi beberapa
kelompok berdasarkan bentuk biji meliputi bulat atau pipih, keriput atau
tidak termasuk juga biji yang pecah. Di samping itu bahan asing yang
tercampur dalam biji kakao juga dipisahkan. Bahan asing tersebut dapat
14
berupa batu kecil, tanah, paku dan bahan logam lain. Pemisahan dan
2012). Setelah proses sortasi dilakukan dilanjutkan dengan proses uji mutu
biji kakao. SNI mengatur penggolongan mutu biji kakao kering maupun
persyaratan umum dan khususnya guna menjaga konsistensi mutu biji kakao
yang dihasilkan.
Menurut berat bijinya, yang dinyatakan dengan jumlah biji per 100
penandaan :
jenis mutu yaitu mutu I, II, dan III. Persyaratannya ditentukan dalam tabel
Tabel 2.1 Persyaratan Mutu Umum Fisik Biji Kakao (SNI 2323:2008/Amd1/2010)
2.6 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah biji kakao
2016) dengan konsentrasi 1010 CFU/ml. Biji kakao berasal dari kelompok tani
pengemasan adalah plastik propilen 0,8 mm, nylon, tali raffia, neraca analitik,
erlenmeyer 250 ml, magnet stirrer, corong pisah, buret, blue tip, cawan petri,
laminar flow, mortar, desikator, botol timbang, oven, labu ukur 250 ml, labu
16
17
ukur 50 ml, corong, propipet, pipet ukur 1 ml, pipet ukur 10 ml, gelas ukur 100
ml, kertas saring, tisu steril, aluminium foil, karet dan plastik.
Ngudi Raharjo II, Patuk, Gunung Kidul serta Laboratorium Pangan dan Gizi,
Pengemasan sampel
KODE KETERANGAN
S1V1 Biji kakao kering dengan penambahan starter
Lactobacillus plantarum HL-15 pada proses
fermentasi dan dikemas secara vakum.
S1V2 Biji kakao kering dengan penambahan starter
Lactobacillus plantarum HL-15 pada proses
fermentasi dan dikemas secara non vakum.
S2V1 Biji kakao kering tanpa penambahan starter
Lactobacillus plantarum HL-15 pada proses
fermentasi dan dikemas secara vakum.
S2V2 Biji kakao kering tanpa penambahan starter
Lactobacillus plantarum HL-15 pada proses
fermentasi dan dikemas secara non vakum.
S3V3 Kontrol, yaitu biji kakao kering tanpa
penambahan starter Lactobacillus plantarum HL-
15 pada proses fermentasi dan dikemas
menggunakan nilon.
U1, U2, U3 Ulangan eksperimen 1, Ulangan eksperimen 2,
dan Ulangan eksperimen 3
pertumbuhan kapang dan khamir pada biji kakao yang telah disimpan.
koloni.
program SPSS 22.0 dengan metode two way annova dan uji lanjut
sampel.
biru hilang.
corong pisah. Lipid yang terkandung pada biji kakao terbawa bersama
air yang masih terdapat pada ekstrak lemak sehingga menjadi murni.
menggunakan program SPSS 22.0 dengan metode two way annova dan
uji lanjut Duncan untuk melihat ada tidaknya perpedaan pada masing-
masing sampel.
23
Uji mutu biji kakao kering dilakukan pada bulan 0 (kondisi awal),
(𝑀1−𝑀2)
Kadar Air (%b/b) = (𝑀1−𝑀𝑜) 𝑥 100 %
program SPSS 22.0 dengan metode two way annova dan uji lanjut
sampel.
24
uji bean count. Uji tersebut menentukan tingkat mutu biji berdasarkan
jumlah biji tiap 100 gram. Biji tersebut lalu disortasi berdasarkan jenis
biji pipih, kulit, plasenta, biji menyatu (biji dempet), dan biji kakao utuh
yang terdapat pada kulit Kemudian biji utuh diberi perlakuan uji belah
untuk melihat kondisi dalam biji meliputi biji slaty, biji berjamur, biji
Lactobacillus plantarum HL-15 (S) dengan 2 taraf variabel yaitu (1) S1 : dengan
starter dan (2) S2 : tanpa starter. Faktor kedua yaitu jenis kemasan (V) dengan 2
taraf variabel yaitu (1) V1 : vakum dan (2) V2 : non-vakum. Penelitian dilakukan
dengan 3 kali ulangan (U1, U2, dan U3). Penyimpanan dilakukan di suhu ruang.
Parameter yang diamati selama penyimpanan yaitu (1) Uji Mutu SNI 2003:2828;
dimasukkan ke dalam kontainer dan disimpan selama dua bulan pada suhu
ruang. Selain itu, digunakan pula kontrol yaitu biji kakao yang difermentasi
Suhu VS RH Penyimpanan
27,90 81,00
27,85 80,00
27,75
78,00
27,70
77,00
27,65
76,00
27,60
75,00
27,55
27,50 74,00
27,45 73,00
27,40 72,00
Lama Penyimpanan
25
26
ruang penyimpanan mendekati 30℃ dan nilai RH% nya mencapai lebih dari
mutu pada biji kakao. Dalam ruang penyimpanan, kelembaban yang tinggi
partial uap air dengan tekanan uap jenuh pada suhu yang sama. Makin tinggi
angka RH udara berarti kandungan uap air dalam udara makin tinggi.
Biji kakao disimpan dalam ruangan bersih, tidak lembab, dan tidak
Hasil analisis mutu fisik biji kakao yang meliputi kadar air, kadar
biji tidak terfermentasI (slaty), kadar biji berjamur, kadar biji berkecambah,
dan kadar biji berserangga, biji pecah, dan biji pipih secara umum
secara vakum, kualitasnya relatif lebih baik daripada biji kakao tanpa starter
(fermentasi spontan), kemasan non vakum maupun kontrol. Biji kakao yang
27
Hasil Analisis
Kode Kadar Kadar Kadar biji Kadar Kua
Bulan Jumlah Biji Biji
Sampel Biji Biji ber- Biji Ber- Mutu litas
Biji per pecah pipih
Berjamur Slaty kecambah serangga Biji Biji
100 gram (%) (%)
(%) (%) (%) (%)
S1 100 ± 0,71 0 0% 0 0 0% 0% I-B A
0 S2 111 ± 0,71 0,90% 1.8% 0 0 0,9% 2,7% I-B C
S3 99 ± 0,71 0 0% 0 0 0% 1,01% I-B A
S1V1 103 ± 1,41 0 0% 0 0 0% 0% I-B B
S1V2 106 ± 0,71 0 0,94% 0 0 0% 0% I-B B
1 S2V1 111 ± 1,41 0,9% 2,7% 0 0 0,9% 0,9% I-B C
S2V2 114 ± 0,71 1,75% 2,6% 0 0 0,9% 1,75% I-B C
S3V3 104 ± 2,12 0,96% 1,92% 0 0 0% 1,92% I-B B
S1V1 105 ± 0,71 0,95% 0,95% 0 0 0% 0% I-B B
S1V2 108 ± 1,41 0,93% 1,85% 0 0 0% 0% I-B B
2 S2V1 114 ± 1,41 1,75% 2,63% 0 0 1,75% 2,63% I-B C
S2V2 116 ± 0 2,58% 3,57% 0 0 1,75% 2,63% II-B C
S3V3 112 ± 1,41 2,67% 1,78% 0 0 0% 2,67% II-B C
Ket :
Data merupakan rerata dari tiga ulangan
S1 : starter ; S2 : non starter ; S3 : kontrol(non starter) ; V1 : vakum ; V2 : non vakum ; V3 ; nylon.
tingkatan ukuran biji yaitu A, B, dan C. Pada bulan 0, biji kakao starter (S1)
dan kontrol (S3) memiliki jumlah biji yang lebih rendah (kualitas A)
dibanding biji kakao non starter (S2). Hal ini disebabkan karena biji kakao
S1 dan S3 difermentasi pada waktu yang sama dan bahan baku (buah kakao)
yang digunakan adalah hasil panen petani setempat sehingga lebih seragam
difermentasi pada waktu yang berbeda, dan biji kakao yang digunakan
didapat dari berbagai pemasok karena hasil panen petani setempat tidak
28
mencukupi saat itu, sehingga kualitasnya berbeda. Pada biji kakao S2 juga
terdapat biji berjamur, biji slaty/tidak terfermentasi, biji pecah, dan biji pipih
yang lebih tinggi dibanding biji kakao S1 dan S3. Namun semua sampel
masih tergolong mutu yang sama yaitu I-B. Sehingga secara keseluruhan,
sampel biji kakao kering yang digunakan memiliki mutu yang baik pada
bulan 0.
pada biji. Hal ini sejalan dengan penelitian (Yanti et. al., 2014) yang
Sedangkan pada biji kakao non starter, biji yang dikemas secara
vakum memiliki kadar biji berjamur lebih rendah dibanding sampel yang
uap air oleh produk yang dikemas dan peningkatan kadar air berhubungan
dengan jumlah air bebas (aW) yang dapat digunakan oleh mikroorganisme
seperti kapang, khamir, dan bakteri untuk tumbuh (Eskin dan Robinson,
slaty, pecah, maupun biji pipih pada setiap sampel. Sehingga selain
2011).
29
Indonesia SNI 2323:2008, kadar air maksimal pada biji kakao yaitu 7,5 %.
Kadar air pada biji kakao > 8% akan berbahaya karena jamur akan tumbuh
dan bila kadar air < 5% biji sangat rapuh sehingga mudah pecah selama
pengangkutan (Afoakwa et. al., 2014). Kadar air biji kakao dapat dilihat
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kadar Air Biji Kakao sesuai SNI
1 dan bulan 2 meningkat secara signifikan. Namun kadar air tiap bulan pada
tiap sampel masih memenuhi syarat batas maksimum. Standar kadar air biji
kakao mutu ekspor maksimum 7,5%, jika lebih tinggi dari nilai tersebut biji
kakao tidak aman untuk disimpan dalam waktu lama, tetapi jika kadar air
Kadar air pada biji kakao kering yang dikemas secara vakum tidak
berbeda signifikan dengan biji kakao kering yang dikemas secara non
vakum dalam rentang waktu dua bulan. Namun kadar air pada biji kakao
kering yang dikemas menggunakan nilon (kontrol, sesuai dengan cara petani
vakum. Hal ini disebabkan karena kemasan nilon memiliki pori-pori yang
lingkungan atau udara di sekitarnya dan meningkatkan kadar air (Eskin dan
Robinson, 2010).
Kadar air pada biji kakao kering yang dikemas non vakum lebih
penggunaan kemasan plastik (polipropilen 0,8 mm) akan lebih efektif jika
kerusakan yang dialami oleh suatu minyak atau lemak akibat oksidasi, yaitu
Hasil uji bilangan peroksida antar sampel, yaitu biji kakao kering
yang dikemas secara vakum (V1) tidak berbeda signifikan dengan biji kakao
kering yang dikemas non vakum (V2). Sehingga dapat diketahui bahwa
Biji pada biji kakao kering yang dikemas non vakum lebih rendah
penanganan yang baik pada saat proses penyimpanan biji kakao kering
Menurut Herlina et. al., (2016), batas bilangan peroksida pada biji
pada seluruh sampel yang di uji menunjukkan nilai yang relatif kecil.
penyimpanan biji kakao pada suhu ruang yang diberi penambahan starter
kemasan vakum (V1), kemasan non vakum (V2), dan kemasan nylon (V3)
dapat dilihat pada gambar 4.2. Pengamatan dilakukan setiap bulan selama
4
3
Log CFU/g
2
1
0
S1V1 S1V2 S2V1 S2V2 S3V3
Tabel 4.5 Hasil Uji Pengamatan Populasi Jamur pada Bii Kakao
Koloni
Kode
Bulan Jamur
Sampel
(CFU/g)
S1V1 0aA
S1V2 0aA
0 S2V1 150abA
S2V2 150abA
S3V3 550cA
SIV1 100aA
SIV2 100aA
1 S2V1 400abA
S2V2 450bA
S3V3 600cA
S1V1 100aB
S1V2 300aB
2 S2V1 450abB
S2V2 800bB
S3V3 1200cB
Ket :
Data merupakan rerata dari empat ulangan
Data yang diikuti huruf kecil berbeda (a, b, c) pada bulan yang sama dan data yang
diikuti dengan huruf kapital berbeda (A, B) pada bulan yang berbeda menunjukkan data
berbeda signifikan.
S1 : starter ; S2 : non starter ; S3 : kontrol(non starter) ; V1 : vakum ; V2 : non vakum ;
V3 ; nylon.
terjadinya penyerapan uap air oleh produk yang dikemas. Hal ini berkaitan
dengan jumlah air bebas (aW) dalam produk makanan yang dapat
34
adanya cemaran jamur pada bulan 0. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Yanti et. al., 2014) yang menunjukkan bahwa pada penambahan mikrobia
lokal berupa bakteri asam laktat tidak ditemukan pertumbuhan jamur pada
biji kakao.
dikemas secara vakum (V1) maupun non vakum (V2) mulai terlihat adanya
Pada penyimpanan bulan kedua, jumlah koloni jamur pada biji kakao
pada biji kakao starter (S1) yang dikemas secara vakum (V1) maupun non
vakum (V2). Penggunaan kemasan vakum (V1) pada biji kakao non starter
(S2) pada penyimpanan bulan pertama dan kedua juga tidak beda nyata
jamur.
35
Secara umum, biji kakao yang dikemas secara vakum (V1) memiliki
jumlah cemaran jamur yang lebih sedikit dibanding biji kakao yang dikemas
kelembaban udara.
internal. Oleh karena itu, perlu penanganan yang baik pada saat proses
dicegah dan tidak merusak biji kakao kering serta menurunkan kualitasnya.
BAB V
5.1 Kesimpulan
2. Pengemasan biji kakao kering secara vakum dan non vakum tidak
pada biji kakao selama dua bulan penyimpanan pada suhu ruang.
5.2 Saran
karena biji kakao kering bukanlah produk akhir yang langsung dikonsumsi
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Harris, Helmi dan M. Fadli. 2014. Penentuan Umur Simpan Pundang Seluang
(Rasbora sp) yang Dikemas Menggunakan Kemasan Vakum dan Tanpa
Vakum. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 9, No. 2, 2014 : 53-62.
Haryadi dan Supriyanto. 2012. Teknologi Cokelat. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Hatmi. R.U, M.Kobarsih. and N. Cahyaningrum. 2015 Fungi Level Analysis of
Cocoa Beans Based on Fermentation Box Type and Duration. Procedia Food
Science. 371 382
Herlina, R., Indra, T., M., dan Esti, R., S. 2016. Kandungan Komponen Asam
Lemak Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Hasil Fermentasi dan Non
Fermentasi. ISSN : 2460-6472, Posiding Farmasi. Bandung.
Jay JM. 2000. Modern Food Microbiology 6th edition. Aspen Publication:
Guihenburg.
Jay. 1996. Modren food microbiology 4th edition. New York: D nostrand Compani.
Ketaren. 2012. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press.
Khusna R.N.B. 2016. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari Biji Kakao
Terfermentasi dan Potensinya sebagai Antijamur. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Lahtinen, S., Ouwehand, A.C., Salminen, S., dan Wright, A.V. 2013. Lactic Acid
Bacteria: Microbiological And Functional Aspects 4th Edition. CRC Press:
Taylor & Francis Group. Florida
Larasati, Ekadara. 2017. Pengaruh Penambahan Starter Lactobacillus plantarum
pada Level dan Waktu Inkubasi Berbeda terhadap Karakteristik Kimia
Dendeng Iris Fermentasi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin Makassar.
Lavermicocca, P., Valerio, F., Evidente, A., Lazzaroni, S., Corsetti, A., & Gobbetti,
M. 2000. Purification and characterization of novel antifungal compounds
from the sourdough Lactobacillus plantarum Strain 21 B. Applied and
Environmental Microbiology, 66, 4084–4090
Mansyur Zulkifli, M. dan Soenaryo.1978. Pengolahan Coklat pada Perkebunan
Besar. BPP Bogor. Sub Balai Penelitian Budidaya, Jember.
Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed. New
Jersey : Pearson Education. Hal. 178-185.
Mazzocco, A., Waddell, T.E., Lingohr, E., and Johnson, R.P. 2009. Enumeration
of Bacteriophages by the Direct Plating Plaque Assay. Methods Mol. Biol.
501, 77-80.
38
Ndukwu, M. 2009. Effect of Drying and Drying Air Velocity on the Drying Rate
and Drying Constant of Cocoa Bean. Agricultural Engineering International:
The CIGR E. Journal Manuscript, XI.
Nielsen, S. S. 2003. Introduction to Food Analysis. Di dalam Nielsen, S. S. (ed.).
Food Analysis 3rd ed. Kluwer Academic/Plenum Publishers, New York.
Rahayu, E.S., Sardjono, Samson, R.A. 2013. Jamur Benang (Mold) pada Bahan
Pangan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rahmadana. 2013. Aanalisa Masa Simpan Rendang ikan dalam kemasan Vakum
selsma penyimpanan suhu Ruang dan Dingin. Skripsi Fakultas
pertanian.Universitas Hasanuddin. Makassar. 52-59 hal
Rahmadi, A., & Fleet, G. H. 2008. The Occurrence of Mycotoxigenic Moulds in
Cocoa Beans from Indonesia and Queensland , Australia. In Proceeding of
International Seminar on Food Science (pp. 1–18).
Robinson, Trevor. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung:
Penerbit ITB.
Sjögren, J., Magnusson, J., Broberg, A., Schnürer, J., and Kenne, L. 2003.
Antifungal 3 hydroxy fatty acids from Lactobacillus plantarum MiLAB 14.
Applied and Environmental Microbiology, 69(12):7554–7557.
Ström, K., Sjögren, J., Broberg, A., and Schnürer, J. 2002. Lactobacillus plantarum
MiLAB 393 produces the antifungal cyclic dipeptides Cyclo(L-Phe-LPro)
and Cyclo(L-Phe trans-4- OH-L-Pro) and 3-Phenyllactic acid. Applied and
Environmental Microbiology, 68(9), 4322–4327.
Tafuri, A., Ferracane, R., & Ritieni, A. 2004. Ochratoxin A in Italian marketed
cocoa products. Food Chem., 88, 487–494.
Wahyudi, T., Panggabean, T.R. dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao:
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wahyudi,T., Tusianto, dan Sulistiyawati. 1988. Masalah Keasaman Biji Kakao dan
Beberapa Cara Untuk Mengatasinya. Prosiding Komunikasi Teknis Kakao.
Balai Pengkajian Perkebunan. Jember.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Yanti, N.A., Jamili, dan Susilowati, P. E. 2014. Optimasi Konsentrasi Ragi Mikroba
Lokal Pada Fermentasi Kakao. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2014
Biologi : Penelitian, Pengembangan dan Pembelajarannya, November 2014.
Hal. 450-458. ISBN 978-602-17170-2-8
39
LAMPIRAN
Foto-foto penelitian
Pemasukan biji kedalam kotak fermentasi Kotak fermentasi biji kakao di UPH Gunung Kidul
Pengukuran pH selama proses fermentasi Pengukuran suhu biji kakao selama fermentasi
40
Pencucian biji setelah fermentasi Pengeringan/Penjemuran biji kakao
Sortasi biji kakao yang telah kering Penimbangan 500 gram sebelum pengemasan
41
Pengemasan nilon seagai kontrol Uji belah biji kakao (uji mutu SNI)
Titrasi uji peroksida dengan amilum Pemisahan kloroform dan methanol pada uji
menghasilkan warna bitu peroksida
42
Pengujian cemaran jamur metode dilution
43
S2V2 BULAN 0 S2V2 BULAN 1 S2V2 BULAN 2
44
Pengujian cemaran jamur metode direct
45
S2V2 BULAN 0 S2V2 BULAN 1 S2V2 BULAN 2
46
DATA UJI MUTU SNI
47
DATA JUMLAH BIJI PER 100 GRAM
Bulan Kode Sampel Jumlah biji per 100 gram Standar Deviasi
0 S1 101 0,71
100
S2 111 0,71
110
S3 100 0,71
99
1 S1V1 105 1,41
103
S1V2 105 0,71
106
S2V1 109 1,41
111
S2V2 113 0,71
114
S3V3 101 2,12
104
2 S1V1 104 0,71
105
S1V2 110 1,41
108
S2V1 116 1,41
114
S2V2 116 0,00
116
S3V3 110 1,41
112
48
DATA UJI KADAR AIR
Bul Kode B S B+S B+S' B+S'' B+S''' B+S'''' Kadar Rata Standa
an Sampe Air(%) - r
l rata Deviasi
0 S1.1 10,07 2,03 12,11 11,99 11,99 11,99 11,99 6,029707 6,03 0,006
81 99 8 9 23 5 339
S1.2 9,869 2,05 11,92 11,80 11,80 11,79 11,79 6,037588
7 38 35 34 02 98 95 86
S2.1 11,68 2,03 13,71 13,59 13,59 13,59 13,58 6,365200 6,05 0,451
1 45 55 69 55 34 6 295
S2.2 10,33 2,03 12,37 12,26 12,26 12,26 12,25 5,726764
71 78 49 33 17 01 82 157
S3.1 9,906 2,01 11,92 11,88 11,83 11,80 11,79 5,986894 6,06 0,100
44 04 63 02 39 98 361
S3.2 9,810 2,10 11,91 11,85 11,80 11,79 11,78 6,127869
7 84 91 07 12 93 99 474
1 S1V1U 8,736 2,03 10,76 10,68 10,65 10,63 10,63 6,260158 6,38 0,118
1 6 03 69 76 58 99 98 597
S1V1U 7,701 2,00 9,702 9,600 9,588 9,572 9,572 6,496426
2 6 11 7 3 7 9 7 965
S1V1U 7,701 2,06 9,761 9,659 9,647 9,631 9,630 6,373477
3 8 01 9 4 9 4 6 016
S1V2U 9,878 2,00 11,87 11,86 11,74 11,74 11,74 6,833974 6,62 0,183
1 5 03 88 79 58 53 21 904
S1V2U 9,070 2,08 11,15 11,03 11,03 11,02 11,02 6,527777
2 4 8 84 97 2 27 21 778
S1V2U 11,88 2,04 13,93 13,81 13,80 13,78 13,79 6,508037
3 42 67 09 07 33 01 77 328
S2V1U 7,730 2,05 9,789 9,677 9,669 9,657 9,656 6,454276 6,35 0,140
1 6 91 7 3 8 4 8 14
S2V1U 7,629 2,08 9,717 9,653 9,626 9,598 9,588 6,188628
2 9 77 6 8 5 2 4 634
S2V1U 7,630 2,02 9,656 9,534 9,522 9,520 9,526 6,395578
3 1 64 5 6 6 8 9 366
S2V2U 16,85 2,09 18,95 18,83 18,82 18,80 18,80 6,818290 6,63 0,163
1 42 73 15 27 69 31 85 183
S2V2U 9,889 2,10 11,99 11,75 11,86 11,86 11,85 6,529895
2 6 57 53 35 09 03 78 047
S2V2U 9,941 2,05 11,99 11,87 11,86 11,86 11,86 6,543239
3 9 25 44 39 81 21 01 951
S3V3U 9,843 2,03 11,88 11,75 11,74 11,73 11,73 6,962242 7,01 0,041
1 6 67 03 81 74 99 85 844
S3V3U 9,823 2,07 11,89 11,80 11,76 11,75 11,75 7,037769
2 9 31 7 97 81 29 11 524
S3V3U 8,988 2,00 10,99 10,89 10,88 10,85 10,85 7,026298
3 5 39 24 54 72 73 16 718
49
2 SIVIU1 9,681 2,07 11,75 11,59 11,59 11,67 11,62 6,507707 6,55 0,038
5 6 75 53 02 45 24 129
S1V1U 9,693 2,23 11,92 11,85 11,80 11,78 11,78 6,555764
2 6 62 98 71 25 8 32 243
S1V1U 10,02 2,13 12,15 12,02 12,02 12,01 12,01 6,582219
3 83 15 98 47 11 98 95 095
S2V1U 9,673 2,11 11,78 11,69 11,68 11,67 11,65 6,177222 6,41 0,204
1 5 26 61 67 32 29 56 38
S2V1U 9,574 2,08 11,65 11,65 11,58 11,54 11,52 6,566262
2 1 49 9 88 66 27 21 171
S2V1U 11,56 2,10 13,67 13,53 13,53 13,53 13,53 6,478886
3 6 53 13 66 24 92 49 619
S1V2U 16,85 2,13 18,98 18,85 18,84 18,84 18,84 6,508681 6,69 0,232
1 45 1 55 11 9 98 68 37
S1V2U 11,58 2,01 13,59 13,48 13,47 13,47 13,46 6,621561
2 81 01 82 1 77 1 51 116
S1V2U 9,863 2,12 11,99 11,87 11,85 11,84 11,84 6,954109
3 4 68 02 34 99 59 23 46
S2V2U 9,568 2,20 11,77 11,63 11,62 11,62 11,62 6,915904 6,73 0,184
1 3 94 77 15 61 52 49 771
S2V2U 12,23 2,04 14,28 14,15 14,15 14,14 14,14 6,734663
2 19 91 1 76 3 62 3 999
S2V2U 9,809 2,27 12,08 11,94 11,94 11,94 11,93 6,547278
3 2 27 19 4 08 02 31 567
S3V3U 12,02 2,05 14,07 13,94 13,93 13,93 13,93 6,896887 7,03 0,158
1 07 6 67 1 8 77 49 16
S3V3U 9,613 2,21 11,82 11,67 11,67 11,67 11,67 6,995754
2 9 42 81 94 48 44 32 674
S3V3U 9,791 2,11 11,90 11,76 11,75 11,75 11,75 7,206653
3 2 61 73 04 61 5 48 75
50
DATA UJI BILANGAN PEROKSIDA
51
DATA UJI JAMUR
52
Tanggal Pagi Siang Sore Malam RATA2 RATA2 SUHU PER
SUHU MINGGU
05-Oct 27,1 28,2 27,8 27,5 27,65 27,62142857
06-Oct 27,9 28,3 27,7 27,3 27,8
07-Oct 27,3 28,7 27,2 27,4 27,65
08-Oct 26,9 28,5 26,9 27,4 27,425
09-Oct 27,5 28,8 27,7 27,3 27,825
10-Oct 27,3 28,9 26,8 27,4 27,6
11-Oct 27,4 28,8 26,5 26,9 27,4
12-Oct 28,1 28,1 27,2 27,5 27,725 27,4
13-Oct 28 28,9 27,1 27,5 27,875
14-Oct 27,5 27,8 26,9 27,6 27,45
15-Oct 27,1 27,7 26,4 27,3 27,125
16-Oct 26,9 27,2 27,5 27 27,15
17-Oct 27,3 28,5 26,5 27,2 27,375
18-Oct 26,9 28,5 25,9 27,1 27,1
19-Oct 27,5 28,8 27,1 27,4 27,7 27,55357143
20-Oct 27,3 28,9 26,9 27,3 27,6
21-Oct 27,4 29,2 27,4 27 27,75
22-Oct 27,4 29 26,2 26,6 27,3
23-Oct 27,3 29,4 27,5 26,9 27,775
24-Oct 27,9 27,4 27,5 27,6 27,6
25-Oct 27,4 27,6 27,1 26,5 27,15
26-Oct 27,5 28,3 28,3 25,9 27,5 27,49642857
27-Oct 26,9 28,4 28,2 27,1 27,65
28-Oct 27,5 29,2 28,5 26,9 28,025
29-Oct 27,5 28,2 28,2 27,4 27,825
30-Oct 27,6 27,1 26,4 26,2 26,825
31-Oct 27,3 27,2 27,4 27,5 27,35
01-Nov 27,3 27,1 26,6 28,2 27,3
02-Nov 26,9 30,1 28,2 27,2 28,1 28,22857143
03-Nov 27,5 29,9 29,2 27,1 28,425
04-Nov 27,3 28,8 28,7 26,9 27,925
05-Nov 27,4 29,4 29,6 26,4 28,2
06-Nov 29,2 29,3 29 27,5 28,75
07-Nov 29,1 29,5 28,1 26,8 28,375
08-Nov 29,1 27,6 27,1 27,5 27,825
09-Nov 28,7 27,2 27,5 27,6 27,75 27,98928571
10-Nov 28,2 26,9 26,6 27,8 27,375
11-Nov 26,7 27,8 27,5 28 27,5
12-Nov 26,9 28,7 28,5 27,6 27,925
13-Nov 28,8 29,1 29,1 27,9 28,725
14-Nov 28,8 28,2 28,2 27,5 28,175
15-Nov 28,1 29 29,9 26,9 28,475
16-Nov 27,2 29,4 29,5 27,8 28,475 27,90714286
53
17-Nov 27,6 27,9 27,3 27,5 27,575
18-Nov 27,1 28,1 28 26,9 27,525
19-Nov 28,2 30,2 28,2 27,8 28,6
20-Nov 28,1 27,9 28,1 26,6 27,675
21-Nov 28,3 26,7 27 26,5 27,125
22-Nov 27,4 29,2 29,1 27,8 28,375
23-Nov 27,8 29,2 28,7 27,7 28,35 27,67857143
24-Nov 27,5 27,2 27,3 26,9 27,225
25-Nov 27,4 29,1 26,9 26,8 27,55
26-Nov 26,4 30,1 27,5 27,1 27,775
27-Nov 26,2 29,9 27,3 27,9 27,825
28-Nov 27,5 28,8 27,4 27,3 27,75
29-Nov 26,9 27,9 27,4 26,9 27,275
30-Nov 27,5 27,4 27,3 27,5 27,425 27,52083333
01-Dec 27,3 27,5 27,4 27,3 27,375
02-Dec 27,4 28,3 26,9 27,4 27,5
03-Dec 27,7 28,7 27,5 26,5 27,6
04-Dec 27,2 28,5 28,2 26,8 27,675
05-Dec 26,9 28,8 27,9 26,6 27,55
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63