Oleh :
DEVINTA WAHYU ANGGRAINI
081511433036
2018
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh :
DEVINTA WAHYU ANGGRAINI
081511433036
2018
i
KATA PENGANTAR
laporan ini. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapakan terima kasih
kepada:
PKL ini.
iii
iv
Timur yang telah memberi dukungan baik ilmu maupun materi yang
berlangsungnya PKL.
7. Siti Richa Isnaini, Palupi Dasawulan Lestari, Shinta Tiara Sari dan Vivi
penyusunan bahasa maupun segi lainnya yang masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sehingga dapat memperbaiki laporan PKL ini. Semoga
v
2.7.1 Uji HA (Hemeaglutination)............................................. 19
2.7.2 Uji HI (Hemeaglutination Inhibition) ............................ 19
2.8 BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian
Penyakit) ........................................................................................ 20
2.8.1 Profil BBTKLPP .............................................................. 20
2.8.2 Struktur Organisasi......................................................... 22
2.8.3. Tugas Pokok ................................................................... 22
2.8.4. Bagian dan Bidang ....................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 29
3.1 Waktu dan Tempat PKL .......................................................... 29
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................... 29
3.2.1 Alat Penelitian .................................................................. 29
3.2.2 Bahan Penelitian .............................................................. 30
3.3 Metode Pelaksanaan PKL ......................................................... 30
3.3.1 Pengambilan Serum Darah Tikus Rattus tanezumi ...... 31
3.3.2 Pengambilan Darah Domba ( Fresh SRBC ) ............... 31
3.3.3 Persiapan Reagen ............................................................ 31
3.3.4 Persiapan Sampel .......................................................... 34
3.3.5 Pemeriksaan Sampel ...................................................... 34
3.3.6 Pembacaan Hasil Akhir ................................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 39
4.1 Hasil .......................................................................................... 39
4.1.1 Hasil Analisa Kualitatif Aglutinasi ................................ 39
4.2 Pembahasan .............................................................................. 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 52
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 52
5.2 Saran ........................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 54
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Hasil akhir mikrowell uji HA Positif pada sampel serum darah
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
yang secara alami terdapat pada rodent dan dapat menular kepada manusia
lewat gigitan pinjal yang terdapat pada rodent tersebut. (Depkes RI, 2014).
(50 - 60 % dari populasi) orang meninggal pada periode pertama tahun 514 -
(Abbot dan Rocke, 2012). Pada tahun 2013 sebanyak 783 kasus pes di dunia
tahun 2014 terjadi wabah pes di Madagaskar sebanyak 263 dan kematian
sebanyak 71 jiwa atau dengan kata lain CFR pes sebesar 27 % (WHO,
2015).
Istimewa Yogyakarta). (Depkes RI, 2016). Pada tahun 1987 terjadi kasus
Kecamatan Tutur di mana saat itu secara klinis ditemukan penderita pes
1
2
sebanyak 13 orang. Pada tahun 2004 terdapat 7 kasus, tahun 2005 11 kasus,
tahun 2006 4 kasus, kemudian pada tahun 2007 terjadi KLB (Kejadian Luar
Biasa) pes dengan 82 kasus ( Depkes RI, 2014). Kasus pes di Kabupaten
memiliki siklus 10 tahunan. Siklus ini juga terjadi di wilayah pes lainya di
seluruh dunia (Pham, et al.., 2009). Namun, belum diketahui mengapa siklus
tersebut terjadi. Sejak saat pes ditemukan, sampai saat ini dilakukan
endemis dan wilayah tempat keluar masuknya hasil pertanian atau barang
lain dari dan ke daerah endemis pes seperti di pelabuhan laut dan udara.
gigitan kutu yang terinfeksi (Depkes RI, 2014). Hingga saat ini penyakit pes
karena penyakit pes bersumber pada pinjal (kutu). Pinjal lebih aktif bergerak
3
dan lebih tahan hidup di daerah yang berhawa sejuk 170 – 230 C. Pinjal
memasang trap pada rumah – rumah penduduk, daerah kebun dan hutan.
serum darah tikus untuk uji konfirmasi penyakit pes dengan cara uji serologi
1 (F1) antigen atau antigen kapsuler pada suhu 33 0C. Antigen permukaan
yang unik ini merupakan antigen target utama yang digunakan dalam
sebagai berikut :
penyebab pes.
dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
yang secara alami terdapat pada rodent dan dapat menular kepada manusia
lewat gigitan pinjal yang terdapat pada rodent tersebut. (Depkes RI, 2014).
Pes merupakan penyakit yang sudah lama muncul dan hingga sekarang
disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis yang terdapat pada hewan
pengerat dan ditularkan ke hewan melalui gigitan kutu atau pinjal yang
pes mudah tersebar melalui pergerakan tikus yang tempat hidupnya disekitar
Wabah pes dikenal dengan nama black death, hal tersebut dikarenakan
ketiak, selangkangan atau inguinal, dan bagian tubuh di bawah telinga, dan
sistem limfe, sistem limfe adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang
6
7
kepala, mual dan nyeri pada persendian. Dalam semua kasus, tingkat
2.1.2. Penularan
secara eksidental. Penularan pes secara eksidental dapat terjadi pada orang-
camping di hutan. Orang yang berada di hutan digigit oleh pinjal yang
dibawa oleh tikus atau secara langsung digigit oleh tikus hutan yang
terinfeksi penyakit pes. Penularan penyakit pes yang kedua terjadi pada
pekerja yang berhubungan erat dengan tikus, Penularan penyakit pes pada
kemudian pinjal menggigit tikus rumah, tikus rumah digigit oleh pinjal lain
ini bila memiliki kutu (Culex irritans) dapat menularkan ke manusia lain
lagi melalui kutunya. Penularan yang umum terjadi pada manusia yaitu
kontak antara kutu dan tikus. Pengobatan penyakit pes yang masih sering
kontak antara kutu dan tikus. Belum ditemukanya vaksin untuk penyakit
penyakit pes. Penyakit pes disebabkan oleh bakteri Y. pestis yang terdapat
pada tubuh pinjal atau kutu. Kutu atau pinjal sering dijumpai atau bersarang
pada tubuh tikus atau hewan pengerat. Cara untuk mencegah dan
Raut, 2014).
membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting
tikus dan sebaiknya tidur di tempat tidur yang memiliki tinggi lebih dari 20
cm dari tanah. Jika menjumpai adanya tikus mati tanpa ada sebab yang jelas
sebagai berikut:
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
10
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Priyambodo, 2003)
tikus rumah (Rattus diardi, Mus musculus, Suncus murinus), tikus ladang
penyakit pes.
kepala sampai ujung ekor 220–370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang
20–39 mm, telinga 13–23 mm. Rumus mamae 2 + 3 = 10. Warna rambut
badan atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu.
Tikus jenis ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur) dan gudang,
Pinjal atau kutu termasuk dalam class Insecta dan family Pulicoidae.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Siphonaptera
Family : Pulicoidea
Genus : Xenopsylla
FKUI 2008 ).
jenis pinjal tersebut, vektor utama penyakit pes yaitu Xenopsylla cheopis
(Sembel, 2009).
12
2.3.2 Morfologi
Pinjal memiliki larva yang menyerupai larva lalat yang memiliki rambut
untuk melenting. Larva pinjal memiliki ciri bentuk imago dorsal dan lateral,
Pinjal memiliki ukuran tubuh 1,5 – 4 mm, seperti biji wijen yang
berbentuk dorsal lateral (Sembels, 2009). Bagian kepala dan dada terpisah ,
memiliki kaki sebanyak tiga pasang pada dada dan satu pasang terakhir
Pinjal tidak memiliki sayap. Pinjal memiliki mata dan antena, yang
(Sembels, 2009).
2.4.1 Morfologi
dengan ukuran 1,5x0,5-0,7 mikron. Bakteri ini bersifat bipolar, non motil,
akan lebih cepat pada media yang mengandung darah atau cairan jaringan
dan paling cepat bila berada pada suhu 30 C. Pada kultur agar darah dengan
akan mati. Inokulum virulen yang diturunkan dari jaringan yang terinfeksi
reservoir perlu dilakukan pada tikus yang masih hidup atau tikus yang
ditemukan mati tanpa sebab (rat fall), sedangkan pada vektor dilakukan
pada pinjal yang ada pada tikus. Untuk mengidentifikasi ada tidaknya
bakteri Yersinia pestis pada tikus yang masih hidup dapat dilakukan dengan
cara mengambil sampel darah dari jantung atau dari daerah sekitar mata,
sedangkan pada tikus yang sudah mati dapat diambil dari jantung apabila
darah masih ada, jika darah sudah habis bisa diambil dari sumsum tulang
organisme dalam kultur murni. Dari semua metode ini, metode paling
efektif yaitu tes immunofluorescence langsung, tes ini dapat diketahui dalam
menginjeksi hasil gerusan pinjal pada hewan coba selama 25 hari. Apabila
selama 25 hari tikus mati, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2.5 Antigen
Antigen adalah zat - zat asing yang pada umumnya merupakan protein
yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh.
atau nonself oleh seekor ternak dan akan merangsang timbulnya antibodi.
masuk ke dalam tubuh dan keduanya akan diproses oleh sistem pertahanan
tubuh. Perbedaan utama dari antigen dan imunogen adalah terdapat pada
respons imun yang terjadi di dalam tubuh. Imunogen yang masuk ke dalam
tubuh pasti akan memicu respons imun di dalam tubuh, sedangkan antigen
yang masuk ke dalam tubuh belum tentu dapat memicu terjadinya respons
karena tidak semua antigen dapat memicu terjadinya respons imun spesifik
dari tubuh. Sifat dari antigen berupa kemampuan untuk bereaksi dengan
hasil dari antibodi yang telah diproduksi oleh sistem imun adalah
immunogenicity.
2.6. Antibodi
ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh
virus yang terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap
antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai ringan. Antibodi
plasma yang terdiri dari kombinasi rantai polipeptida berat dan ringan yang
luar sel yang dikode oleh kompleks Caf1 dan berlokasi di plasmid 110 kb.
Ekspresi antigen F1 ini diatur oleh suhu. Permukaan bakteri tidak akan
0
terdeteksi bila suhu kurang dari atau sama dengan 28 C juga bila sampel
fiksasi komplemen sudah tidak dilakukan secara rutin karena adanya reaksi
metode pemeriksaan yang saat ini banyak dilakukan. Asumsi dari metode
maka serum yang diambil segera setelah infeksi akan mengandung antobodi
F1. Serum tunggal dengan titer sekurang – kurangnya 1 : 128 adalah nilai
sekurang – kurangnya 2 minggu sampai satu tahun dari serum pertama dan
aglutinasi. Serum atau plasma yang diambil dari pasien dengan septikemia
atau dari bakterimia bubo tidak hanya untuk pemeriksaan kultur tetapi juga
mudah daripada memisahkan serum dari darah beku. Darah utuh diambil
jaringan, aspirasi trakea dan serum diambil hari 1 – 7 sejak onset penyakit
dimulai atau pada akhir infeksi pada saat infeksi tampak nyata.
sebagai antigen yang tersensitisasi. Serum plasma atau protein serum yang
diektraksi dari darah utuh pada filter paper dapat digunakan sebagai sumber
dengan SRBCs segar untuk menghilangkan reaksi silang non spesifik dan
atau antigen secara kuantitas dan kualitas. Virus atau antigen yang bisa
dilakukan uji HA hanya antigen yang dapat mengaglutinasi sel darah merah
(RBC) seperti virus Newcastle Disease, Avian Influenza dan virus Egg Drop
Syndrome, baik virus yang masih hidup ataupun yang sudah diinaktifasi
(mati), hanya saja untuk virus yang masih hidup pengujian HA harus
sel darah merah yang ditandai dengan adanya agglutinasi (butiran seperti
lubang ke 8.
serologi untuk mengetahui kadar atau titer antibodi yang terkandung dalam
serum. Serum diperoleh dari darah unggas yang keluar beberapa saat setelah
menit.
20
merah (RBC) oleh virus/ antigen akibat terikatnya antigen tersebut dengan
antibodi spesifik. Oleh karena itu uji HI hanya bisa digunakan untuk
hemaglutinin dari virus. Pengamatan nilai titer antibodi dari serum sampel
Penyakit)
wilayah provinsi, yaitu Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur, meliputi 82 kabupaten / kota , 2428 pulau, 50,53 juta atau
Fungsi :
informasi
- Subbagian Umum
Seksi :
kesehatan matra.
dampak lingkungan fisik dan kimia, serta dampak lingkungan biologi, dan
Seksi :
Seksi :
dan bencana.
5. Instalasi
Biomarker
Reagensia
kebutuhan masyarakat.
telah menerapkan secara konsisten pengujian dan kalibrasi sesuai SNI ISO /
IEC 17025 : 2008 ( ISO / IEC 1705 :2005). Sertifikat Akreditasi Laboratium
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1. Alat
2. Sentrifuge 10 – 15 ml
6. Basin reagent
11. Mikrowell
3.2.2. Bahan
1. S-SRBC
2. Antigen F – 1
3. Alserver Steril
9. Alkohol 70 %
31
selama 15 menit.
suntik yang berukuran 10 cc. Darah diambil dari vena jugularis yang
penggumpalan darah.
3.3.3.d. HA – Diluent
3.3.3.e. HI – Diluent
jam.
3.3.5. PEMERIKSAAN
3.3.5.a. HA – TEST
jam, visualisasi pada uji ini yaitu adanya penggumpalan pada well
3.3.5.b. HI – TEST
secara hati – hati agar tidak tercampur pada reagen yang berbeda.
menghitung jumlah lubang postif pada HA dan lubang positif pada HI,
terakhir. Pada tabel tertulis positif dan negatif. Jika bertuliskan positif
1 1 : 4 Negatif 1 : 32 Positif
2 1 : 8 Negatif 1 : 64 Positif
15 1 : 65536 Positif
16 1 : 131072 Positif
17 1 : 262144 Positif
(Sumber : WHO)
BAB IV
4.1 Hasil
dan HI.
sampel TEST
(Minggu ke-)
39
40
(Minggu
ke-)
(33)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
44
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(34)
(35)
(36)
4.2 Pembahasan
yang secara alami terdapat pada rodent dan dapat menular kepada manusia
lewat gigitan pinjal yang terdapat pada rodent tersebut. (Depkes RI, 2014).
Pes disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis yang terdapat pada
hewan pengerat dan ditularkan ke hewan melalui gigitan kutu atau pinjal
bakteri pes dengan mudah melalui pergerakan tikus yang tempat hidupnya
46
bakteri Yersinia pestis melalui gigitan pinjal yang berasal dari tikus.
memasang trap pada rumah – rumah penduduk, daerah kebun dan hutan.
pengambilan serum darah tikus untuk uji konfirmasi penyakit pes dengan
permukaan yang disebut Fraction 1 (F1) antigen atau antigen kapsuler pada
0
suhu 33 C. Antigen permukaan yang unik ini merupakan antigen target
utama yang digunakan dalam diagnosa pes pada pemeriksaan DFA dan tes
atau aglutinasi pada serum. Prinsip uji HA adalah terjadinya ikatan antara
virus atau antigen dengan sel darah merah yang ditandai dengan adanya
aglutinasi (butiran seperti pasir). Titer virus atau antigen dapat diketahui
lubang ke 8.
untuk mengetahui kadar atau titer antibodi yang terkandung dalam serum.
47
Serum diperoleh dari darah tikus, selanjutnya serum diinaktifasi pada suhu
terjadinya agglutinasi sel darah merah (RBC) oleh virus atau antigen akibat
terikatnya antigen tersebut dengan antibodi spesifik. Oleh karena itu uji HI
hanya bisa digunakan untuk virus atau antigen yang mengagglutinasi RBC
sebagai antigen kapsular karena letaknya di lapisan paling luar yang di kode
oleh kompleks caf1 dan berlokasi di plasmid 110 kb. Antigen F1 dilekatkan
silang non spesifik dapat terjadi pada pemeriksaan aglutinasi, Oleh karena
itu, dilakukan absorsi dengan cara menyatukan serum sampel dan SRBC
HA terlebih dahulu, sampel serum darah tikus dan SRBC ditetesi dengan s-
yaitu pada sampel nomor 2355 ; 2429 ; 2431 ; 2433 ; 2434 ; 2441 ; 2442 ;
2443 ; 2446 ; 2450 ; 2451; 2454 ; 2463 ; 2470 ; 2471 ; 2475 ; 2244 ; 2248 ;
2254 ; 2258 ; 2262 ; 2265 ; 2269 ; 2271 ; 2275 ; 2522 dan 2286.
Gambar 4.1. Hasil akhir mikrowell uji HA positif pada sampel uji
serum darah tikus Rattus tanezumi
(Sumber : Dokumentasi pribadi tanggal 19 Januari 2018)
secara vertikal, satu bagian terdiri dari 8 kolom dan bagian lain terdiri dari 4
kolom. Kemudian menandai plate 8x8 untuk HA – TEST dan 4x8 untuk HI
bagian 8x8 untuk HA- TEST dan HI – diluent pada 4x8 untuk HI – TEST,
Setelah seluruh well diisi larutan diluent, sampel positif hasil uji HA –
TEST ditambahkan kedalam setiap well pertama. Pada uji lanjutan ini
49
titer dan hasil titer merupakan penentuan uji positif dan negatifnya serum
µl s-SRBC yang telah diencerkan pada masing – masing well dari plate HA
reagen HI – Diluent uji positif ditandai dengan tidak terjadi aglutinasi atau
atau pada well terakhir. Setalah dilakukan analisa secara visual ada dan
dan lubang positif pada HI, mengurangkan hasil uji positif HA dan uji
tabel titer terakhir. Pada tabel tertulis positif dan negatif. Jika bertuliskan
Pada nomor sampel 2355 serum darah tikus yang ditangkap dari
adanya endapan putih yang terdapat pada mikrowell atau lubang pertama
4.2 . Pembacaan dilakukan pada seluruh sampel yang diuji dan dicatat pada
tabel hasil uji HI – TEST. Setelah dihitung pada masing – masing lubang,
baik pada lubang HA dan lubang HI, Kemudian dilakukan penentuan hasil
lubang positif pada HA – TEST dan jumlah lubang positif pada HI – TEST
sampel nomor 2355 dari Dusun Tosari yang memiliki titer 1 : 32, 2471 dari
Dusun Surorowo memiliki titer 1 : 32. Sampel nomor 2262 , 2269, 2275
serta 2522 dari Dusun Campal yang memiliki titer 1 : 32. Hasil tersebut
telah menginfeksi tikus ( Rattus tanezumi), Hal ini dikarenakan pada Uji HA
oleh tubuh tikus untuk melawan antigen dari bakteri pes, Sehingga indikasi
dengan mengkultur ulasan dari organ hati, limpa dan paru – paru , kemudian
manusia dan tikus , maka selanjutnya dikeluarkan Laporan Hasil Uji (LHU)
KLB (Kejadian Luar Biasa), Sehingga daerah asal sampel yang di uji
dinyatakan sebagai daerah positif pes. Dengan adanya KLB, maka akan
masyarakat dan menangkap tikus di tiga lokasi penting yaitu daerah hutan,
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
tikus yang berasal dari Dusun Taman dengan nomor sampel 2355
titer 1 : 32, Surorowo 2471 titer 1 : 32, Tosari 2262 titer 1 : 16,
ikatan antara antigen dengan sel darah merah yang ditandai dengan
52
53
5.1 Saran
Perlu dilakukan uji serologi lebih lanjut secara kuantitatif dan uji
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Angsa Yang Dapat Bertindak Sebagai Pembawa New Castle Disease di D.I.
Yogyakarta.http://i-ib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=8360.
Abbott, R.C. dan Rocke, T.E. 2012. Plague. Virginia: U.S. Geological Survey
Circular
BBTKL PP Surabaya
Butler, Thomas. 2009. Plague in The 21st Century. Clinical Infectious Disease
Depkes RI. 2014. Petunjuk Teknis Pengendalian Pes. Departemen Kesehatan RI,
54
55
Sherwood, Laurale. 2014. Fisiologi manusia. Jakarta. EGC. Hal 456- 460.
1.
sebanyak 5 cc.
2.
3.
menit.
56
57
4.
dibuang.
5.
supernatant.
6.
Hemeaglutination Inhibition
58
1.
diambil darah.
2.
pengambilan darah.
3.
4.
cc.
5.
menghambat penggumpalan.
6.
Darah domba
60
1.
Mikroskop Stereo
2.
Tip
3.
Mikropipet
61
4.
5.
Sentrifuge
6.
Mikrowell
62
1.
2.
3.
4.
5.
NaCl
6.
s-SRBC
64
7.
8.
Antigen F-1
9.
Alkohol 70 %
65
10.
Aquades