Balitbangtan)
Oleh:
Aurelia Violita Vinci Oktaviandini
16.I1.0170
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Aurelia Violita Vinci Oktaviandini
NIM : 16.I1.0170
Program Studi : Teknologi Pangan
Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan sidang
penguji pada tanggal 13 November 2019
Dekan
ii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan.................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iv
Daftar Tabel...............................................................................................................v
Daftar Gambar............................................................................................................vi
1. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek.....................................................................1
1.2 Tujuan Kerja Praktek..................................................................................3
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek..........................................3
2. PROFIL ORGANISASI...................................................................................4
2.1 Sejarah Organisasi......................................................................................3
2.2 Lokasi Organisasi.......................................................................................4
2.3 Visi, Misi dan Nilai Organiasi.....................................................................5
2.4 Struktur Organisasi.......................................................................................5
2.5 Ketenagakerjaan...........................................................................................10
3. SPESIFIKASI PRODUK.................................................................................12
4. KEGIATAN DI DIVISI MTHP......................................................................15
5. KUALITAS FISIK TELUR AYAM KUB
Telur ..................................................................................................................19
1. Latar Belakang......................................................................................19
2. Tujuan...................................................................................................20
3. Metode...................................................................................................21
5.3.1. Metode ........................................................................................21
4. Hasil Pengamatan..................................................................................23
5. Pembahasan...........................................................................................23
6. Kesimpulan...........................................................................................27
6. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................28
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP.......................................................................5
Gambar 2. Telur Ayam KUB ..................................................................................29
Gambar 3. Kerusakan telur ayam KUB ..................................................................29
Gambar 4. Alat jangka sorong .................................................................................30
Gambar 5. Timbangan analitik ................................................................................30
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan kasihNya sehingga penulis bisa menyelesaikan kerja praktek dan Laporan
Kerja Praktek dengan judul Kualitas fisik telur ayam KUB ini dengan baik serta
tepat waktu. Penulis ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak dalam menyusun laporan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi S.TP, MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Dr. Ir. Ch. Retnaningsih, MP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis dan membantu proses pelaksanaan Kerja Praktek.
3. Orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan doa dan selalu memberikan
semangat kepada penulis.
4. BPTP Jawa Tengah yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan
kerja praktek.
5. Ibu Restu Hidayah selaku Pembimbing Lapangan selama penulis melaksanakan
Kerja Praktek di BPTP Jawa Tengah.
6. Staff BPTP Jawa Tengah yang telah membantu dan memberi informasi kepada
penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek.
7. Maulida Hena yang merupakan teman seperjuangan penulis dalam melaksanakan
Kerja Praktek bersama pada Periode Juli 2019.
8. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek
yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
vi
Penulis berharap kegiatan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat dan nilai guna
sehingga tidak sia-sia dalam menyusun laporan ini. Penulis juga meminta maaf bila
masih banyak terdapat kesalahan pada laporan ini. Untuk itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi perbaikan laporan ini kedepannya dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
vii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kerja Praktek
Pangan merupakan segala produk yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman
bagi manusia. Termasuk bahan baku pangan, pengolahan, bahan tambahan pangan, serta
bahan lain yang digunakan dalam proses persiapan, pengolahan dalam pembuatan
makanan atau minuman. Produk pangan bermutu dan aman dapat dihasilkan dari rumah
tangga atau industry pangan. Oleh karena itu, industry pangan merupakan salah satu
faktor penentu beredarnya pangan yang memenuhi standar mutu dan keamanan yang
telah ditetapkan pemerintah.
Perkembangan industry dibidang pangan sudah berkembang sangat pesat baik dalam
teknologi maupun inovasi. Terlebih penulis sebagai mahasiswa Teknologi Pangan
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, dituntut untuk lebih berkembang dan
memiliki pengetahuan serta pengalaman yang lebih banyak terutama dalam bidang
pangan. Oleh karena itu sangat diperlukan proses pembelajaran secara langsung
dilapangan untuk dapat mengetahui gambaran nyata dunia kerja. Kerja Praktek yang
dilakukan akan menjadi bekal bagi mahasiswa yang hendak beranjak ke dunia kerja.
Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah dalam Progam Studi Teknologi Pangan
yang dilakukan dengan ketentuan selama minimal 20 hari. Dengan adanya kerja praktek
ini, diharapkan segala tori dasar yang sudah didapatkan selama proses perkuliahan
mampu diterpkan oleh penulis secara nyata dan dapat mempersiapkan diri dalm
memasuki dunia kerja.
1
2
Pertanian sendiri memiliki pengertian yang luas dan terdiri dari 5 sektor yaitu tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Apabila 5 sektor ini menjadi
perhatian khusus akan memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian di
Indonesia salah satunya dengan berorientasi pada bisnis pertanian atau agrobisnis.
Sedangkan pengertian pertanian dalam arti luas yaitu mendukung pencapaian sasaran
lapangan kerja terutama di pedesaan guna mendukung pertumbuhan ekonomi sosial
dengan melakukan PPL (Penyuluhan Pertanian Lapangan) sebagai agen transfer
terknologi dan informasi mengenai pertanian kepada para petani desa.
Pemilihan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan salah satu instansi
pemerintah yang berperan untuk mengembangkan inovasi teknologi demi kemajuan
dibidang pertanian. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) juga memiliki peran
penting dalam pemberdayaan petani dalam lingkup Jawa Tengah, dengan penyaluran
inovasi yang tujuannya adalah untuk petani, maka secara tidak langsung BPTP ikut
berperan dalam pemberdayaan petani Jawa Tengah. institusi yang bergerak dalam
melakukan transfer teknologi tersebut. Penulis memilih untuk melaksanakan kerja
praktek di BPTP pada divisi MTHP (Mekanisasi dan Teknologi Pengolahan Hasil
3
Pertanian) untuk lebih memahami mengenai BPTP serta perannya dalam pertanian
Indonesia. Selain itu, dengan adanya kerja praktek yang dilakukan dapat memperkecil
knowledge gap yang dimiliki antara penulis dengan industri pangan serta dapat
mengaplikasikan hard skill yang telah diperoleh selama perkuliahan dan memoles soft
skill yang dimiliki penulis yang nantinya dapat digunakan dalam dunia kerja.
Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari mengenai
BPTP secara umum dan untuk menciptakan perkembangan produk yang dihasilkan oleh
BPTP.
Kerja praktek dilaksanakan di BPTP, Jawa Tengah, Indonesia pada divisi MTHP selama
20 hari dimulai dari tanggal 15 Juli 2019 dan berakhir pada tanggal 12 Agustus 2019.
Hari aktif kerja pada BPTP yaitu hari Senin sampai Jumat. Hari Senin sampai Kamis
dimulai pukul 07.30 dan berakhir pukul 16.00 dengan waktu istirahat yang diberikan 1
jam tiap harinya, sedangkan pada hari Jumat dimulai pukul 07.30 sampai pukul 16.30
dengan waktu istirahat yang diberikan 1,5 jam.
4
2. PROFIL ORGANISASI
2.1. SEJARAH ORGANISASI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah adalah Unit Pelaksana
Teknis Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian Departemen Pertanian, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah dahulu bernama BPTP Ungaran
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 798/Kpts/OT.210/1994
Tanggal 13 Desember 1994. BPTP Ungaran merupakan gabungan (merger) dari Balai
Informasi Pertanian Ungaran, Balai Informasi Pertanian Yogyakarta, Sub Balai
Penelitian Ternak Klepu, Sub Balai Penelitian Perikanan Laut Semarang, Kebun
Percobaan Muktiharjo, Kebun Percobaan Ngemplak, Kebun Percobaan Batang, Stasiun
Penelitian Tanah dan Laboraturium Hortikultura Yogyakarta serta Proyek Penelitian
Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air (P3HTA) Badan Litbang Pertanian.
Wilayah kerja BPTP Ungaran meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bersamaan dengan kebijakan nasional tentang etonomi daerah, BPTP
Ungaran berubah nama menjadi BPTP Jawa Tengah yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Mentan Pertanian No 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001.
Implikasi dan oerubahan tersebut antara lain adalah wilayah kerja BPTP Jawa Tengah
menjadi hanya Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan unit yang berada di DIY menjadi
BPTP DIY. BPTP Jawa Tengah memiliki 3 unit Kebun Percobaan yang berada di
Ungaran, Magelang, Batang.
Kantor BPTP Jateng Pusat terletak di Jalan Soekarno Hatta KM.26 No.10, Kotak Pos
124, Bergas, Kabupaten Semarang Ungaran Jawa Tengah 50552. BPTP Jateng
memiliki laboratorium pengujian berdasarkan 4 ruang lingkup, yaitu: tanah, pupuk
organik maupun anorganik, jaringan tanaman, serta proksimat. Lokasi laboratorium
pengujian ini terletak di Kebun Percobaan Ungaran Jalan BPTP No. 40, Bukit
Tegalepek Sidomulyo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
4
5
Visi dari organisasi ini adalah untuk menjadi lembaga penelitian dan pengembangan
pertanian terkemukan dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika
berkelanjutan. Kemudian untuk misi dari organisasi ini sendiri meliputi :
Dalam menjalankan visi dan misi diatas, BPTP Jateng juga memiliki motto yakni
meningkatkan kesejahteraan petani melalui agro inovasi dengan menjajikan layanan
yang PRIMA. PRIMA merupakan singkatan dari Peduli, Ramah, Ikhlas, Manfaat dan
Akuntabel dan BPTP Jateng diharapkan dapat melayani sesuai janji tersebut.
6
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah sebagai suatu organisasi
memiliki struktur yang terdiri dari satu orang Kepala Balai, dibantu dengan satu orang
Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan satu orang Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian. Selain itu, BPTP Jateng juga memiliki kelompok jabatan fungsional yang
terdiri peneliti dan penyuluh yang selanjutnya disebut kelompok pengkaji. Sesuai
dengan bidang keilmuannya, maka para peneliti/penyuluh tersebut dibagi kedalam
empat kelompok pengkaji (kelji), yaitu bidang: kelompok sumberdaya, kelompok
budidaya pertanian dan peternakan, kelompok sosial ekonomi (sosek), dan kelompok
Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP).
Salah satu unit bagian lain dari BPTP Jawa Tengah adalah Kebun Percobaan
Bandongan atau sering disingkat sebagai KP Bandongan. Kebun percobaan ini
dibangun pada tahun 2011 di tanah sawah seluas 2 (dua) hektar di Desa Bandongan,
Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang dan berada di ketinggian 425 mdpl.
Alamat KP Bandongan secara spesifik terletak di Jl. Kyai A'raf, Bandongan Desa
Bandongan, Kec. Bandongan (Telp./Fax (0293) 3217487). Lahan sawah 2 hektar
penyerahan dari BBP2TP ini awalnya merupakan aset dan dikelola oleh BB (Balai
Besar) Padi Sukamandi. Kemudian untuk mengoptimalkan pemanfaatan asset yang ada,
lahan tersebut dirintis sebagai Kebun Percobaan supaya mandiri energi. Tujuan dan
fungsi terbentuknya KP Bandongan adalah sebagai berikut:
Pada tahap awal yakni pada tahun 2012, beberapa aset KP Bandongan adalah gedung
untuk ruang prosesing benih, ruang administrasi, sumur gali, lantai jemur (190 m2) serta
beberapaperalatan perkantoran dan prosesing benih dan peralatan pendukung seperti
seed cleaner, power threser (mesin perontok padi), traktor, sealer, mesin jahit karung,
timbangan duduk dan alat pengukur kadar air.
Salah satu fungsi dari KP Bandongan adalah produksi benih. Untuk mendukung fungsi
tersebut, saat ini KP Bandongan sudah dilengkapi dengan fasilitas berupa laboratorium
benih, penambahan luasan lantai jemur (30 m2), dan ruang display, pengadaan peralatan
seed cleaner, rak penyimpan benih yang dilengkapi dengan AC. Selain itu, terdapat
penambahan aset maupun fasilitas lainnya seperti:
Prospek KP Bandongan sebagai KP menuju mandiri energi cukup baik. Beberapa alasan
yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
8
Kotoran ternak dari penggemukan dan perbibitan ternak sapi yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku gas-bio yang mampu menghasilkan 1,53 m3
gas-bio/hari. Gas tersebut bisa digunakan untuk memasak selama 120 menit/hari
dan membangkitkan generator dengan daya tahan-operasional selama 65
menit/hari.
Sistem Integrasi Padi-Ternak dengan pendekatan zero waste yang dilakukan di
KP Bandongan merupakan penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang
telah berkembang dikalangan masyarakat pedesaan, sehingga diharapkan
sebagai sarana diseminasi.
Batang. Fungsi dari KP Batang ini adalah melaksanakan litkaji, memproduksi benih
tanaman padi, tempat untuk menyampaikan informasi litkaji dan wahana Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Kegiatan di KP Batang ini adalah kegiatan rutin, kegiatan
UPBS perbanyakan atau memrpoduksi benih dasar, kegiatan swakelola, kerjasama
dengan kopkar KP Batang. KP Batang memiliki pegawai PNS 9 orang dan Honorer 5
orang. Di KP Batang juga memanfaatkan limbah jerami untuk pakan ternak, pupuk
kandang untuk pupuk organik, penggemukan sapi PO Kebumen
STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Balai
Dr.Ir.Harwanto, M.Si
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
2.5. KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan dalam BPTP Jateng secara garis besar dibagi menjadi golongan
jabatan fungsional khusus dan fungsional umum. Data dari ketenagakerjaan tersebut
dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:
Petugas SAK 1
Koordinator Administrasi 3
Koordinator Kebun Percobaan 1
Pengadministrasi Keuangan 8
Pengadministrasi Kepegawaian 1
Pemegang Uang Muka Kegiatan 1
Pengadministrasi umum 8
Petugas Perpustakaan 2
Agendaris 1
Penata Usaha Dokumen 2
Pramu Publikasi 2
Pengemudi 7
Komandan Satpam 1
Satpam 10
Caraka 4
3. SPESIFIKASI PRODUK
BPTP Jateng merupakan unit kerja yang berada di bawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Institusi ini bertugas melaksanakan
penelitian, pengkajian, perakitan, dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi di Jawa Tengah. Produk yang dihasilkan BPTP Jateng berupa paket inovasi atau
rekomendasi teknologi pertanian yang dapat diterapkan secara tepat guna oleh
masyarakat pengguna baik petani, penyuluh lapang, pelajar/mahasiswa, dan juga
masyarakat umum yang membutuhkan informasi terkait teknologi pertanian, khususnya
di wilayah Jawa Tengah.
2. Peternakan
No Teknologi Rekomendasi
1 Paket Teknologi Rekomendasi Ayam potong Lokal (Ayam Hibrida)
Teknologi Usaha Perbibitan Kambing dan inovasi teknologi budidaya ayam KUB
2
(Kampung Unggul Balitbangtan)
3 Teknologi Pembuatan Pakan Ternak Domba dari Limbah Kopi
4 Teknologi Formulasi Ransum untuk Penggemukan Sapi pada Wilayah Marjinal
5 Teknologi Pakan seimbang (Adequate Feed) untuk Sapi Potong kereman
6 Teknologi Sistem Usahatani Integrasi Tanaman dan Ternak Berbasis Tanaman
7 Rekomendasi Teknologi Instalasi Biogas Drum Skala rumah Tangga
8. Teknologi Pembibitan Itik Tegal Hasil Seleksi
12
13
4. Sosial Ekonomi
Model lembaga keuangan mikro agribisnis sebagai pendukung adopsi teknologi.
Keuangan mikro berfungsi sebagai lembaga ekonomi yang memfasilitasi prmbiayaan
usahatani dan mempunyai peran sebagai penghubung aktivitas perekonomian
masyarakat petani.
4. KEGIATAN DI DIVISI MTHP
Berkaitan dengan kesesuaian latar belakang pendidikan, maka selama kerja praktek
yang kami lakukan di BPTP Jateng, kami ditugaskan di divisi pengkajian Mekanisasi
dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP). Pada divisi ini, tugas utama kami yaitu
membantu peneliti dan penyuluh BPTP Jateng dalam melaksanakan penelitian,
pengkajian, dan juga diseminasi teknologi di bidang pascapanen pertanian selama kurun
waktu 20 hari praktek kerja di BPTP Jateng yang terhitung mulai tanggal 17 Juli hingga
14 Agustus 2018, kami dilibatkan dalam beberapa kegiatan penelitian/pengkajian
ataupun diseminasi teknologi, antara lain:
1. Diseminasi teknologi penyusunan menu beragam, bergizi, seimbang dan aman
(B2SA) untuk anak usia dini.
Dalam kegiatan ini kami ditugaskan untuk mengembangkan beberapa jenis produk
olahan pangan lokal sebagai bahan penyusun menu B2SA anak usia dini. Uji coba
pengembangan produk olahan lokal dilakukan di laboratorium pascapanen yang
berlokasi di KP Ungaran.
Menu B2SA pada prinsipnya merupakan penyempurnaan dari konsep empat sehat lima
sempurna. Pangan Beragam, Bergizi Seimbang & Aman (B2SA) adalah aneka ragam
bahan pangan, (sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral), yang bila
dikonsumsi dalam jumlah seimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan
serta tidak tercemar bahan berbahaya yang merugikan kesehatan.
Jenis produk olahan makanan (menu B2SA) untuk anak usia dini yang kami coba
kembangkan adalah:
a) Puding Pisang
Pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat digemari masyarakat dan
menjadi salah satu komoditas tanaman buah yang mulai dikebunkan. Buah pisang
sendiri kaya akan sumber vitamin dan karbohidrat Buah pisang yang kami gunakan
jenis pisang ambon putih yang memiliki rasa manis dengan mengolahnya menjadi
pudding menggunakan susu sapi dan juga susu kedelai. Pemilihan susu kedelai
dikarenakan di Indonesia terdapat anak-anak yang tidak dapat mencerna laktosa dimana
14
15
laktosa terdapat pada kandungan susu sapi. Selain itu susu kedelai juga memiliki nutrisi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi.
b) Bakso Tempe
Tempe merupakan makanan yang di buat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
bahan lain menggunakan jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh.
oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. Arrhizus. Tempe sendiri merupakan
sumber protein dan protein serta zat besi sangat penting bagi tubuh kita dalam
pembentukan kadar hemoglobin. Protein tempe sendiri tergolong mudah dicerna
sehingga protein dapat digunakan dalam pembentukan hemoglobin berserta zat besi atau
senyawa lainnya. Proses pembentukan hemoglobin pada sumsum tulang belakang juga
memerlukan vitamin B12, asam folat, protein, zat besi, Cu serta Zn yang terdapat dalam
tempe (Astuti, 2014). Penyuluhan ini di tujukan untuk Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) sehingga tempe yang mempunyai khasiat yang banyak cocok menjadi bahan
untuk penyuluhan.
c) Mie Ayam
Pembuatan mie biasanya menggunakan tepung terigu tetapi untuk kali ini bahan tepung
terigu di kurangin dengan melakukan penambahan tepung garut. Umbi garut merupakan
sumber karbohidrat yang dapat di gunakan sebagai pengganti beras selain itu tanaman
umbi garut juga berlimpah di Indonesia.
d) Pengolahan Tahu
Pembuatan tahu berasal dari kedelai dengan menggunakan cuka atau asam lainnya
dalam pembuatannya dan biasanya pada akhir proses produksi, tahu akan menghasilkan
aroma yang kurang sedap. Inovasi yang dilakukan yaitu dalam memproduksi tahu
menggunakan MgCl2 yang nantinya akan menghasilkan aroma yang tidak menyengat
jika dibandingkan dengan penggunaan asam cuka maupun yang lainnya. Tahu ini dapat
diolah menjadi berbagai macam yaitu keripik tahu, nugget tahu dan lainnya
16
Tepung kelapa mengandung protein cukup tinggi, bebas gluten, dan memiliki
kandungan karbohidrat digestible yang sangat rendah. Tepung kelapa baik untuk
digunakan sebagai pengganti tepung gandum dalam produk makanan dimana
kandungan gluten dalam tepung gandum akan mengganggu. Penggunaan tepung kelapa
paling baik untuk produk yang tidak mernerlukan pengembangan volume yang besar
seperti pai, pastry, siomay dan berbagai jenis roti yang berat dan padat. Tepung kelapa
rnemiliki daya simpan yang cukup baik dan tepung kelapa memiliki kandungan serat
pangan paling tinggi dibandingkan pada jenis tepung lainnya.
penggunaan bit merah (Setiawan dkk, 2015). Buah bit mengandung vitamin C yang
cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan yang dapat mencegah
penyakit kanker. Selain antioksidan, buah bit juga memiliki komponen utama yaitu
pigmen betasianin yang memberikan warna merah keunguan.
belum ada informasi tingkat penerimaan konsumen terhadap daging ayam KUB ini.
Oleh karena itu dilakukan uji organoleptik untuk mengetahui tingkat penerimaan
konsumen terhadap ayam KUB. Uji organoleptik dilakukan dengan membandingkan
empat jenis daging ayam, yaitu: ayam KUB, ayam kampung, ayam pejantan, dan ayam
pedaging (broiler). Daging ayam yang diujikan merupakan daging ayam goreng yang
dibumbui dan dimasak dengan perlakuan yang sama. Sebagai panelis adalah 30 orang
karyawan dan karyawati BPTP Jateng. Adapun parameter penerimaan konsumen yang
dinilai meliputi: warna, aroma, rasa, tekstur (serat), dan tingkat keempukan.
5. KUALITAS FISIK TELUR AYAM KUB
Ayam unggul balitbangtan (KUB) merupakan ayam hasil seleksi yang mampu
menghasilkan telut lebih tinggi. Perteluran dipengaruhi perlakuan ransum yang
diberikan pada masa pertumbuhan, maka kinerja perteluran umur 22-24 minggu. Ayam
KUB sendiri memiliki keunggualan diantaranya pemberian pakan, lebih tahan penyakit,
tingkat mortalitas yang lebih rendah, serta produksi telur yang tinggi dibndingkan ayam
kampung yang lain sehingga dapat dijadikan pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat (Sarwono, 1995) dalam Hartono dkk, (2014).
Sumber daya manusia berkualitas dapat dicapai apabila asupan makanan yang
dikonsumsi cukup dan bergizi. Pentingnya telur sebagai bahan makanan karena
banyaknya zat pembangun (protein) yang terdapat didalamnya dan telur ini merupakan
bahan makanan yang mudah dicerna. Protein merupakan komponen penting dari
makanan manusia yang dibutuhkan untuk pengganti jaringan dan pasokan energi.
Telur merupakan salah satu protein hewani yang penting bagi tubuh. Telur juga
berfungsi sebagai aneka ragam pengolahan bahan makanan sumber protein yang relatif
murah dan mudah ditemukan. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang
dikonsumsi selain daging, susu, dan ikan. Telur pada umumya memiliki serat kaya akan
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Telur merupakan sumber protein hewani yang
sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur memiliki kandungan gizi yang
hampir sempurna, sebab merupakan persediaan pangan selama embrio mengalami
perkembangan di dalam telur, tanpa makanan tambahan dari luar (Sarwono, 1995)
dalam Hartono dkk, (2014).
Telur ayam KUB bisa menghasilkan telur 160-180 butir per tahun sedangkan ayam
kampung biasa bisa menghasilkan telur 80 butir per tahun. Ayam Kampung Unggul
Balitbangtan dapat menghasilkan telur lebih tinggi dibandingkan dengan ayam
kampung biasa. Selain didukung bibit ayam yang berkualitas pakan dan minum brpern
sangat penting sehingga akan meghasilkan telur yang berkualitas. Telur ayam Kampung
Unggul Balitbangtan yang berkualitas memiliki ciri-ciri bentuk tidak terlalu bulat dan
19
20
tidak telalu lonjong, permukaan kulit halus dan bersih, cangkang tidak terlalu tebal dan
tidak terlalu tipis dan masih utuh segar saat diambil dari kandang (Sartika et al. 2009)
dalam Urfa (2017).
Kualitas telur merupakan sesuatu yang dinilai, diamati pada telur dan melihat baik atau
tidaknya telur tersebut. Mempertahankan kualitas telur agar tetap segar mulai dari
produsen ke konsumen merupakan masalah utama dan hal penting dalam pemasaran,
penurunan kualitas telur bukan hanya disebabkan karana faktor penanganan dan kondisi
lingkungan (Sudaryani, 2003) dalam lestari (2018). Secara keseluruhan kualitas telur
dapat ditentukan dari sifat cangkang, struktur protein albumin, kualitas kuning telur, dan
ada tidaknya cacat pada telur. Kualitas telur ayam dapat dipengaruhi oleh umur, jenis
strain, dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, nutrisi atau pakan dan ada
tidaknya kontaminasi telur oleh mikroorganisme. Pengetahuan tentang kualitas telur dan
faktor yang mempengaruhinya menjadi sangat penting untuk konsumen. Telur ayam
kampung unggulan mempunyai kelebihan dibandingakn telur ayam lain, selain sumber
kalori dan protein hewani yang cukup baik dapat digunakan untuk jamu yang diyakini
dapat memberikan kesegaran pada tubuh dan telur ayam KUB sendiri memiliki
keunggulan yaitu memproduksi telur lebih tinggi dibandingkan telur ayam biasa
Suryana (2017) dalam (Hidayat et al. 2011). Bentuk telur pada umumnya memiliki
bentuk oval atau lonjong. Bentuk telur ini merupakan faktor genetis (keturunan) setiap
induk bertelur berurutan dengan bentuk yang sama yaitu bulat, panjang dan lonjong.
Bobot telur ayam kampung unggul balitbangtan bisa mencapai 35-45 gram sedangkan
bobot telur ayam kampung biasa yaitu 36 – 37 gram.
5.2. TUJUAN
Tujuan dari kerja praktek di BPTP Jawa Tengah khususnya pada topik ”Kualitas Telur
Ayam KUB” yaitu Untuk mengetahui kualitas fisik dari telur ayam KUB
21
5.3. METODE
Dalam analisa kualitas telur dilakukan di laboraturium pasca panen BPTP ungaran.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam KUB. Sampel ayam
KUB diperoleh dari kegiatan percontohan ayam KUB (Kampung Unggul Balitbangtan)
di Kabupaten Karanganyar. Telur ayam KUB dipanen pada saat umur 22-24 minggu.
Alat yang digunakan untuk menganalisa kualitas fisisk telur ayam KUB yaitu jangka
sorong, timbangan digital, dan cawan petri. Parameter yang diamati yaitu:
Indeks telur
Telur dipecah dan diletakkan pada cawan petri kemudian kuning telur dan putih
telur diukur panjang dan lebar mnggunakan jangka sorong. Indeks telur
dihitung dengan membagi lebar telur / panjang telur x 100%
Indeks putih telur
Pada saat menganalisa indeks putih telur, telur dipecah pada cawan petri tinggi
putih telur diukur pada bagian albumen kental dengan cara menusukkan depth
probe pada bagian tersebut. Bagian depth probe yang masuk pada putih telur
merupakan tinggi putih telur. Pada indeks putih telur dihitung dengan
pembagian tinggi albumin/ diameter albumin.
Indeks kuning telur
Telur yang telah dipecah pada cawan porselen diukur tinggi pada bagian kuning
telur menggunakan depth probe. Indeks kuning telur dihitung tinggi kuning
telur dibagi diameter kuning telur.
Warna kuning telur
Telur yang telah dipecah diamati warna kuningnya menggunakan yolk color
fun.
22
Mula-mula sampel telur yang telah diberi kode dan alat (jangka sorong) yang
hendak digunakan untuk perlakuan disiapkan
Kemudian ambil satu telur yang sudah diberi kode lalu dipecah dan ditaruh di
cawan porselen
Setelah telur dipecah lalu dilihat warna telur menggunakan skala berwarna
kuning-orange
Diukur diameter kuning telur dan putih telur menggunakan jangka sorong
Kemudian berat putih dan kuning telur ditimbang sebelum ditimbang kuning
telur dipisahkan dengan putih telur
6. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pada kerja praktek selama 20 hari ini kami melalukan analisa fisik kualitas telur ayam
dengan sampel telur ayam KUB dengan menganalisa parameter seperti indeks telur,
indeks putih telur, indeks kuning telur, dan warna kuning telur. Kualitas telur sendiri
ditentukan oleh beberapa hal lain oleh faktor keturunan, kualitas makanan dan faktor
lingkungan. Unggas yang dihasilkan dri ke turunan dan diberi makan yang berkualitas
umumnya akan menghasilkan telur yang berkualitas baik. Makanan yang berkualitas
dengan komposisi bahan yang tepat, baik, dari jumlah maupun kandungan nutrisinya
akan mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan unggas sehingga akan menghasilkan
telur yang berkualitas (Sudaryani, 2003) dalam lestari (2018).
Indeks Telur
Nilai indeks telur merupakan perbandingan antara lebar dan panjang telur. Dari hasil
pengamatan menunjukan bahwa rata-rata indeks telur ayam KUB yaitu 48.06 ± 3.00
dan telur ayam kampung biasa yaitu 71.77, nilai indeks telur akan mempengaruhi
penampilan dari telur itu sendiri. Semakin tinggi nilai indeks telur maka akan semakin
bulat, sebaliknya bila nilai indeks telur rendah telur akan semakin lonjong. Berat telur
yang berbeda di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, pakan dan genetic. Indeks
telur yang ideal berkisar 70-79%, hal tersebut menunjukan bahwa indeks telur diperoleh
dari hasil pengukuran panjang dan lebar telur (lebar/panjang x 100%).
23
24
pigmen yang terdapat pada kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen yang
terdapat dalam ransum. Warna kuning telur mengandung zat warna yang umumnya
termasuk golongan karotenoid yaitu xanthophyll, lutein serta sedikit betakaroten.
Dalam menganalisa telur, telur yang hendak dianalisa dan alat-alat yang hendak
digunakan untuk mengukur dan menimbang telur disiapkan, kemudian ambil satu telur
dipecahkan diatas cawan porselen kemudian melihat warna pada kuning telur tersebut
menggunakan . Setelah itu diukur panjang putih dan kuning telur menggunakan jangka
sorong. Jangka sorong berfungsi sebagai pengukur tinggi, tebal dan kedalaman suatu
benda. Tinggi putih dan tinggi kuning telur diukur pada albumen kental dengan cara
menusukkan depth probe (tangkai pengukur kedalaman) pada bagian tersebut. depth
probe berfungsi sebagai pengukur kedalam. Berat putih dan kuning telur ditimbang
dipisahkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital lalu diukur panjang
dan lebar menggunakan jangka sorong. Setelah itu kerabang ditimbang dan diukur tebal
kerabang. Timbangan analitik berfungsi sebagai pengukur berat (Thomas, 2008).
Telur ayam KUB dan telur ayam kampung biasa mudah mengalami kerusakan jika
terlalu lama penyimpanannya, telur memiliki kelemahan yaitu sifatnya cepat rusak, baik
berupa kerusakan fisik, kimia, maupun kerusakan oleh mikroba. Sifat mudah rusak
tersebut bisa disebabkan karena kulit telur mudah pecah, retak dan tidak dapat menahan
tekanan mekanis yang besar. Semakin tua umur telur, maka diameter putuh telur akan
melebar sehigga indeks putih telur akan mengecil. Perubahan ini disebabkan pertukaran
gas antar udara luar dengan isi telur melalui pori-pori kerabang telur akibat dari
penyimpanan, suhu, kelembaban, dan porositas kerabang telur (Yuwanta, 2010) dalam
Anwar (2015). Kerusakan isi telur sering disebabkan karena adanya CO2 yang
terkandung didalamnya sudah banyak yang keluar. Penguapan yang terjadi juga
membuat bobot telur menyusust, dan putih telur menjadi lebih encer.
kualitas fisik telur ayam yang baik dikonsumsi untuk konsumen, dan mengetahui warna
yang baik dari kuning telur, bentuk telur yang ideal. Kualitas telur sendiri ditentukan
oleh beberapa hal lain oleh faktor keturunan, kualitas makanan dan faktor lingkungan
Makanan yang berkualitas dengan komposisi bahan yang tepat, baik, dari jumlah
maupun kandungan nutrisinya dapat mempengaruhi kualitas telur ayam. Kualitas telur
26
segar pada bagian dalam telur tidak dapat dipertahankan pada suhu kamar. Semakin
lama penyimpanan telur, kualitas dan kesegaran telur semakin menurun.
27
7. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktek di BPTP jawa tengah adalah Pada
hasil pengamatan indek telur, indeks putih telur, dan warna kuning telur kurang baik
sedangkan pengamtan indeks telur kisaran normal. Hasil yang didapat dari menganalisa
indeks telur yaitu 48,06 ± 3,00, sedangkan indeks putih telur yaitu 0,08 ± 0,01, indeks
kuning telur 0.36 ± 0.10 dan warna kuning telur yaitu 4.93 ± 2.70.
8. DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Rahayu; Siti Aminah dan Agustin Syamsianah. 2014. Komposisi Zat Gizi
Tempe yang Difortifikasi Zat Besi dan Vitamin A Pada Tempe Mentah dan
Matang. Jurnal Agritech 34(2): 151-159.
https://media.neliti.com/media/publications/93204-ID-komposisi-zat-gizi-tempe-
yang-difortifik.pdf
Hartono T. A., Puger, A. W., Nuriyasa, I. M. 2014. Kualitas Telur Lima Jenis Ayam
Kampung Yang Memiliki Warna Bulu Berbeda. Jurnal Tropika. Peternakan
Tropika Vol. 2 No. 2 Th. 2014: 153-162.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/18457/11964
Lia Lestari, Siti Muflichatun Mardiati, Muhammad Anwar Djaelani. 2018. Kadar
Protein, Indeks Putih Telur, dan Nilai Haugh Unit Telur Itik Setelah
Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Waktu
Penyimpanan yang Berbeda pada Suhu 4ºC. Buletin Anatomi dan Fisiologi
Universitas Diponegoro Semarang.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/article/download/2279/1413
Muhammad Anwar Djaelani. 2017. Kandungan Lemak Telur, Indeks Kuning Telur, dan
Susut Bobot Telur Puyuh Jepang (Coturnix-coturnix japonica L) setelah dicuci
dan disimpan selama waktu tertentu. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/article/download/1724/1139
Muhammad Anwar Djaelani. 2015. Pengaruh Pencelupan pada Air Mendidih dan Air
Kapur Sebelum Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras (Gallus L.).
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
https://media.neliti.com/media/publications/59495-ID-pengaruh-pencelupan-pada-air-
mendidih-da.pdf
28
29
Swacita IBN, Cipta IPS. 2011. Pengaruh sistem peternakan dan lama pentyimpanan
terhadap kualitas telur itik. Buletin Veteriner Udayana. 3(2): 91-98.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/biologi/article/download/19405/18404
Thomas , Johan.K.W , Henhy. (2008). Sistem pengukur berat dan tinggi badan
menggunakan mikrokontroler AT89S51. Jurnal TESLA, 79-84
https://media.neliti.com/media/publications/221766-sistem-pengukur-berat-dan-tinggi-
badan-m.pdf
30
9. LAMPIRAN