Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Cemaran
Mikrobiologi pada Pentol Ayam di UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat”. Penyusunan
laporan magang ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, motivasi dan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lucky Hartanti, S.TP., MP
selaku Dosen Pembimbing Magang Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan; Ir.
Muhammad Munsif, MM selaku Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi
Kalimantan Barat; drh. Banter Wahyudi selaku Kepala UPT Pelayanan Kesehatan Hewan,
Kesehatan Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat; drh. Noor Asy Syifa
selaku Pembimbing Magang UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat; dan Karyawan UPT Pelayanan
Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi
Kalimantan Barat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat
sebagai ilmu bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang digunakan untuk
pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidup. Makanan dapat memberikan energi
dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan tubuh, untuk
bekerja dan untuk memelihara pertahanan terhadap penyakit (Adams dan Motoarjemi,
2003). Penyakit dapat timbul ketika seseorang mengonsumsi makanan, dimana hal
tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu makanan tersebut mengandung komponen
beracun atau makanan tersebut mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang cukup
untuk menimbulkan gejala sakit (Ngazizah, 2019). Beberapa kasus, kontaminasi makanan
bukan terjadi secara sengaja, akan tetapi karena kecerobohan atau kurangnya pelatihan
dalam hal keamanan makanan.
Kontaminasi pada makanan dapat disebabkan karena higiene sanitasi makanan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengawasan terhadap higiene sanitasi makanan
dan minuman dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas makanan yang beredar di
tengah masyrakat. Pengawasan ini dapat diutamakan pada usaha yang bersifat umum
seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima.
Makanan jajanan merupakan makanan yang diolah di tempat penjualan atau
disajikan sebagai makanan siap santap. Salah satu jenis makanan yang sering kita temui
adalah pentol yang terbuat dari tepung dan daging yang dibentuk bulat dan direbus atau
digoreng hingga matang. Pentol dan bakso memiliki perbedaan yang terletak pada
komposisi dasar, cara pengolahan dan cara penyajian. Pentol merupakan makanan jajanan
yang sangat digemari di Indonesia, karena harganya yang relatif murah, rasanya enak dan
memiliki penampilan yang menarik. Kondisi penjualan pentol yang biasanya dijual dalam
keadaan terbuka di pinggir jalan perlu diwaspadai, karena dapat berpotensi adanya
kontaminasi dari lingkungan sekitar.
Kontaminasi pada makanan yang disebabkan oleh mikroba dapat menimbulkan
penyakit pada manusia. Beberapa mikroba yang dapat membahayakan kesehatan manusia
adalah Escherichia coli, Coliform, Staphylococcus aureus, Clostridium sp., Salmonella
1
sp., dan Listeria sp. (Syukur, 2006). Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat
No. 86 Tahun 2017, segala urusan yang berhubungan diagnostik kualitas produk hewan,
alat dan bahan penerimaan spesimen, pengolahan data dan pengujian serta informasi yang
mempengaruhi kesehatan manusia merupakan salah satu tugas dari Labroratorium
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Informasi Veteriner.
Dinas Peternakan dan Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat melalui UPT
Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan
berperan sangat baik sebagai penyedia layanan maupun berperan aktif dalam mendiagnosa
kualitas produk hewan yang ada di wilayah Kalimantan Barat. Tempat ini merupakan
sarana yang sesuai untuk mahasiswa untuk belajar lebih dalam mengenai pengujian
cemaran mikrobiologi pada pangan.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan magang adalah sebagai berikut:
1. Melaporkan kegiatan magang yang dilakukan di UPT Pelayanan Kesehatan Hewan,
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat;
2. Mengetahui cara pengujian cemaran mikrobiologi, khususnya pengujian Total Plate
Count (TPC), Most Probable Number (MPN) Coliform dan Escherichia coli, serta
pengujian Staphylococcus aureus yang dilakukan di Laboratorium Cemaran Mikroba
UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik
Hewan Provinsi Kalimantan Barat;
3. Mengetahui hasil pengujian cemaran mikrobiologi, khususnya pengujian Total Plate
Count (TPC), Most Probable Number (MPN) Coliform dan Escherichia coli, serta
pengujian Staphylococcus aureus pada contoh uji pentol ayam yang diambil.
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh selama pelaksanaan magang adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui hasil pengujian cemaran mikroba yang ada pada sampel pentol ayam
yang diambil
2. Mendapatkan relasi dan pelajaran baru serta pengalaman bekerja langsung di suatu
instansi
2
3. Terasahnya kemampuan dan potensi diri baik dalam pencarian ide, pemecahan
masalah, maupun praktik langsung melalui suatu penelitian.
3
II. PELAKSANAAN MAGANG
4
Unit Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Provinsi Kalimantan Barat berdiri sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun
2009, tanggal 16 Januari 2009. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 86 tahun 2017,
tanggal 29 Desember 2017 berubah nama lagi menjadi UPT. Pelayanan Kesehatan
Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat,
dengan harapan adanya perubahan nomenklatur tersebut, UPT ini bisa bekerja lebih baik,
memberi pelayanan ke masyarakat lebih baik dan bermanfaat dalam hal mengabdi untuk
kesejahteraan manusia melalui dunia kesehatan hewan. UPT. PKHMVet merupakan Unit
Pelaksana Teknis dari Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Kalimantan Barat yang melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas
Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan secara kongkret melaksanakan kegiatan
Pengamatan, Penyidikan, Surveilans dan Pengujian Penyakit Hewan dan Produk Hewan
serta Penyehatan dan Jasa Veteriner. UPT.PKHMVet mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas Pangan, Peternakan dan
Kesehatan Hewan berupa Pengamatan, Penyidikan, Surveilans dan Pengujian Penyakit
Hewan dan Produk Hewan, Penyehatan Hewan dan Jasa Veteriner.
5
(c) Meningkatkan pengamatan, penyidikan dan surveilans penyakit hewan dan produk
hewan
(d) Meningkatkan kompetensi dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Laboratorium dalam rangka menjamin keabsahan/ validitas hasil pengujian dan
diagnosa penyakit hewan yang didukung dengan pengingkatan sarana dan prasarana
(e) Meningkatkan pelayanan informasi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner melalui sistem informasi veteriner yang handal
6
KEPALA UPT
drh. BANTER WAHYUDI
NIP. 19750530 200604 1 004
7
(b) Susunan Organisasi
Susunan organisasi UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Klinik Hewan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), terdiri dari:
- Kepala UPT;
- Sub Bagian Tata Usaha;
- Seksi Laboratorium Kesehatan Hewan dan Klinik Hewan; dan
- Seksi Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Informasi Veteriner;
- Kelompok Jabatan Fungsional
8
- Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan.
9
veteriner serta informasi berdasarkan kebijakan Kepala Dinas dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:
- Memimpin UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Klinik Hewan;
- Pelaksanaan administrasi di lingkungan UPT Pelayanan Kesehatan Hewan,
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan;
- Penyelenggaraan kegiatan teknis operasional di bidang laboratorium kesehatan
hewan dan klinik hewan;
- Penyelenggaraan kegiatan teknis operasional di bidang laboratorium kesehatan
masyrakat veteriner dan informasi veteriner sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
- Mengawasi pelaksanaan kegiatan teknis di lingkungan UPT Pelayanan Kesehatan
Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan;
- Mengendalikan kegiatan teknis operasional di lingkungan UPT Pelayanan Kesehatan
Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan;
- Pelaporan kegiatan teknis operasional di lingkungan UPT Pelayanan Kesehatan
Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan;
- Melaksanakan fungsi lain di bidang pelayanan kesehatan hewan, kesehatan
masyarakat veteriner dan klinik hewan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10
- Pelaksanaan administrasi kepegawaian, organisasi dan tata laksana di lingkungan
UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik
Hewan;
- Pelaksanaan urusan umum dan tata usaha di lingkungan Pelayanan Kesehatan Hewan,
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan;
- Pelaksanaan pengelolaan keuangan dan aset UPT Pelayanan Kesehatan Hewan,
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan;
- Pelaksanaan dan pelaporan kegiatan di lingkungan UPT Pelayanan Kesehatan
Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang tata usaha yang diserahkan oleh kepala UPT
Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan.
11
- Pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang analisa hasil pengujian dalam
rangka perumusan hasil pengujian diagnosa penyakit hewan;
- Pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang analisa hasil penyehatan hewan
dan pelayanan jasa veteriner dalam rangka peningkatan kesehatan hewan;
- Pelaksanaan kegiatan teknis operasional penyiapan sarana dan prasarana pengujian
diagnosa penyakit hewan dan klinik hewan;
- Penyeliaan pelaksanaan kegiatan pejabat pelaksana pada Seksi Laboratorium
Kesehatan Hewan dan Klinik Hewan;
- Pelaporan pelaksanaan tugas di Seksi Laboratorium Kesehatan Hewan dan Klinik
Hewan;
- Pemberian saran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan tugas teknis
operasional Seksi Laboratorium Kesehatan Hewan dan Klinik Hewan;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang laboratorium kesehatan hewan dan klinik hewan
yang diserahkan oleh Kepala UPT.
12
laboratorium diagnostik kualitas produk hewan, alat dan bahan penerimaan spesimen,
pengolahan dan pengujian serta bahan informasi veteriner;
- Pelaksanaaan kegiatan teknis operasional di bidang penyusunan kebutuhan alat dan
bahan kegiatan surveilans, pemeriksaan dan pengujian kualitas produk hewan serta
kegiatan penerimaan spesimen, pengumpulan data spesimen dan pengolahan data
pengujian veteriner;
- Pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang analisa hasil pengujian dalam
rangka perumusan hasil pengujian kualitas mutu produk hewan.
- Pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang analisa hasil penerimaan spesimen,
pengumpulan data spesimen dan pengolahan data pengujian veteriner dalam rangka
diseminasi informasi veteriner;
- Pelaksanaan kegiatan teknis operasional penyiapan sarana dan prasarana pengujian
kualitas mutu produk hewan dan informasi veteriner;
- Penyediaan pelaksanaan kegiatan pejabat pelaksana pada Seksi Laboratorium
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Informasi Veteriner;
- Pelaporan pelaksanaan tugas di Seksi Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Informasi Veteriner;
- Pemberian saran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan tugas teknis
operasional Seksi Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Informasi
Veteriner;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang laboratorium kesehatan masyarakat veteriner dan
infromasi veteriner yang diserahkan oleh Kepala UPT.
13
- Pelaksanaan program kerja sesuai dengan bidang tugas dan keahlian;
- Pelaporan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
- Pelaksanaan tugas lain yang diserahkan oleh Kepala UPT.
C. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan banyaknya data yang harus di kelola, maka
perlu diadakan pembatasan masalah agar laporan ini lebih terarah, terfokus dan tidak
meluas. Penulis membatasi laporan ini hanya membas tentang pengujian cemaran
mikrobiologi pada pentol ayam, yaitu pengujian Total Plate Count (TPC), Most Probable
Number (MPN) Coliform dan Escherichia coli, serta Staphylococcus aureus.
D. Metode Kegiatan
Kegiatan selama magang yaitu menguji cemaran mikrobiologi yang ada pada
sampel pentol ayam di Laboratorium Cemaran Mikroba dimana pengujian yang
14
dilakukan adalah pengujian Total Plate Count (TPC), Most Probable Number (MPN)
Coliform dan Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.
1. Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan pada hari Jumat, 9 Juli 2021 di dua lokasi yang
berbeda. Sebelum pengambilan contoh di lapangan, mahasiswa (petugas pengambil
contoh) akan diberikan kuisioner pengamatan. Pengamatan di lapangan dilakukan dengan
cara melihat kondisi kios dan melakukan wawancara kepada pedagang secara langsung.
Contoh yang akan diuji setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam plastik
steril, selanjutnya diberi kode awal oleh petugas pengambil contoh dan disimpan ke
dalam cool box yang telah berisi es batu untuk kemudian diserahkan kepada petugas
penerima contoh dengan sebelumnya mengisi form penyerahan contoh. Contoh yang
telah diterima akan didata oleh petugas penerima contoh kemudian disimpan ke dalam
freezer sebelum dilakukan persiapan contoh uji. Contoh yang diambil adalah sebagai
berikut:
15
2. Tahap Pengujian
(a) Pengujian Total Plate Count (TPC)
Pengujian TPC yang dilakukan mengacu pada SNI 2897:2008. Alur pengujian dapat
dilihat pada Gambar 2.
Penghomogenan
Pengenceran
Inokulasi
- Penyiapan contoh
Penyiapan contoh dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 25 gram
dan dimasukkan dalam kantong steril. Tambahkan 225 mL BPW 0,1% steril ke dalam
kantong steril lalu homogenkan dengan stomacher selama 1 sampai 2 menit. Ini
merupakan suspensi untuk mendapatkan pengenceran 10-1.
- Cara uji
Pindahkan 1 mL suspensi pengenceran 10-1 dengan pipet steril ke dalam larutan 9
mL BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Lakukan hal yang sama sampai
pengenceran 10-5. Selanjutnya, masukkan 1 mL suspensi dari setiap pengenceran ke dalan
cawan petri secara duplo. Tambahkan 15 sampai 20 mL PCA yang sudah didinginkan
hingga temperatur 45 oC ± 1 oC pada masing-masing cawan yang sudah berisi suspensi.
16
Lakukan proses penghomogenan dengan cara pemutaran cawan petri ke depan dan ke
belakang atau membentuk angka delapan, selanjutnya diamkan sampai menjadi padat.
- Penghitungan jumlah koloni
Hitung jumlah koloni pada setiap seri pengenceran dan pilih cawan yang
mempunyai jumlah koloni 25 sampai 250 koloni per cawan.
- Interpretasi
Interpretasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai
berikut:
n1+n2
ALT= V(m1+0,1(m2)) x d
Penghomogenan
Pengenceran
17
- Penyiapan contoh
Penyiapan contoh dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 25 gram
dan dimasukkan dalam kantong steril. Tambahkan 225 mL BPW 0,1% steril ke dalam
kantong steril lalu homogenkan dengan stomacher selama 1 sampai 2 menit. Ini
merupakan suspensi untuk mendapatkan pengenceran 10-1.
- Uji pendugaan
Uji pendugaan dilakukan dengan cara memindahkan 1 mL larutan pengenceran 10-
1
dengan pipet steril ke dalam larutan 9 mL BPW 0,1% untuk mendapatkan pengenceran
10-2. Hal tersebut dilakukan kembali sehingga mendapatkan pengenceran 10-3. Masing-
masing pengenceran diambil 1 mL dan dipindahkan ke dalam 3 seri tabung LSTB yang
telah berisi tabung Durham sebelumnya. Selanjutnya adalah inkubasi pada suhu 35 oC
selama 24 jam sampai 48 jam. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas pada
tabung.
- Uji konfirmasi (peneguhan)
Uji konfirmasi dilakukan dengan cara memindahkan biakan positif menggunakan
jarum inokulasi dari setiap tabung LSTB ke dalam tabung BGLBB yang berisi tabung
Durham. Selanjutnya, inkubasi pada temperatur 35 oC selama 48 jam ± 2 jam. Hasil uji
dinyatakan positif apabila terbentuk gas. Selanjutnya gunakan tabel Most Probable
Number (MPN) untuk menentukan nilai MPN berdasarkan jumlah tabung BGLBB yang
positif sebagai jumlah coliform per mililiter atau per gram.
- Interpretasi hasil
Banyaknya coliform yang terdapat dalam suatu sampel uji diinterpretasikan
dengan mencocokkan kombinasi jumlah tabung yang memperlihatkan hasil positif,
berdasarkan tabel nilai MPN (Tabel 2). Kombinasi yang diambil dimulai dari pengenceran
tertinggi yang masih menghasilkan semua tabung positif, sedangkan pada pengenceran
berikutnya terdapat tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga
pengenceran. Nilai MPN dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑃𝑁 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
MPN contoh (MPN/mL atau MPN/g ) = 100
𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
18
Tabel 3. MPN Seri Tiga Tabung
Jumlah Tabung Positif (3 Tabung) Batas Kepercayaan 95%
MPN/g
0,1 g 0,01 g 0,001 g Bawah Atas
0 0 0 <3,6 - 9,5
0 0 1 3 0,15 9,6
0 1 0 3 0,15 11
0 1 1 6,1 1,2 18
0 2 0 6,2 1,2 18
0 3 0 9,4 3,6 38
1 0 0 3,6 0,17 18
1 0 1 7,2 1,3 18
1 0 2 11 3,6 38
1 1 0 7,4 1,3 20
1 1 1 11 3,6 38
1 2 0 11 3,6 42
1 2 1 15 4,5 42
1 3 0 16 4,5 42
2 0 0 9,2 1,4 38
2 0 1 14 3,6 42
2 0 2 20 4,5 42
2 1 0 15 3,7 42
2 1 1 20 4,5 42
2 1 2 27 8,7 94
2 2 0 21 4,5 42
2 2 1 28 8,7 94
2 2 2 35 8,7 94
2 3 0 29 8,7 94
2 3 1 36 8,7 94
3 0 0 23 4,6 94
3 0 1 38 8,7 110
3 0 2 64 17 180
3 1 0 43 9 180
3 1 1 75 17 200
3 1 2 120 37 420
3 1 3 160 40 420
3 2 0 93 18 420
3 2 1 150 37 420
3 2 2 210 40 430
3 2 3 290 90 1.000
3 3 0 240 42 1.000
3 3 1 460 90 2.000
3 3 2 1.100 180 4.100
3 3 3 >1.100 420 -
19
(c) Pengujian Most Probable Number (MPN) Escherichia coli
Pengujian MPN Escherichia coli yang dilakukan mengacu pada SNI 2897:2008.
Alur pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.
Penghomogenan
Pengenceran
- Penyiapan contoh
Penyiapan contoh dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 25 gram
dan dimasukkan dalam kantong steril. Tambahkan 225 mL BPW 0,1% steril ke dalam
kantong steril lalu homogenkan dengan stomacher selama 1 sampai 2 menit. Ini
merupakan suspensi untuk mendapatkan pengenceran 10-1.
20
- Uji pendugaan
Uji pendugaan dilakukan dengan cara memindahkan 1 mL larutan pengenceran 10-
1
dengan pipet steril ke dalam larutan 9 mL BPW 0,1% untuk mendapatkan pengenceran
10-2. Hal tersebut dilakukan kembali sehingga mendapatkan pengenceran 10-3. Masing-
masing pengenceran diambil 1 mL dan dipindahkan ke dalam 3 seri tabung LSTB yang
telah berisi tabung Durham sebelumnya. Selanjutnya adalah inkubasi pada suhu 35 oC
selama 24 jam sampai 48 jam. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas pada
tabung.
- Uji konfirmasi (peneguhan)
Uji konfirmasi dilakukan dengan cara memindahkan biakan positif menggunakan
jarum inokulasi dari setiap tabung LSTB ke dalam tabung ECB yang berisi tabung
Durham. Selanjutnya, inkubasi pada temperatur 45,5 oC selama 24 jam ± 2 jam, jika
hasilnya negatif maka diinkubasi kembali selama 48 jam ± 2 jam. Hasil uji dinyatakan
positif apabila terbentuk gas. Selanjutnya gunakan tabel Most Probable Number (MPN)
untuk menentukan nilai MPN berdasarkan jumlah tabung ECB yang positif sebagai
jumlah Escherichia coli per mililiter atau per gram.
- Interpretasi hasil
Banyaknya Escherichia coli yang terdapat dalam suatu sampel uji
diinterpretasikan dengan mencocokkan kombinasi jumlah tabung yang memperlihatkan
hasil positif, berdasarkan tabel nilai MPN (Tabel 2). Kombinasi yang diambil dimulai dari
pengenceran tertinggi yang masih menghasilkan semua tabung positif, sedangkan pada
pengenceran berikutnya terdapat tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari
tiga pengenceran. Nilai MPN dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑃𝑁 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
MPN contoh (MPN/mL atau MPN/g) = 100
𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
21
(d) Pengujian Jumlah Staphylococcus aureus
Pengujian Staphylococcus aureus yang dilakukan mengacu pada SNI 2897:2008.
Alur pengujian dapat dilihat pada Gambar 5.
Penghomogenan
Pengenceran
Pengenceran
Pengamatan koloni
- Penyiapan contoh
Penyiapan contoh dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak 25 gram dan
dimasukkan ke dalam plastik steril. Tambahkan 225 mL larutan BPW steril ke dalam
22
plastik, lalu homogenkan dengan stomacher selama 1 sampai 2 menit. Ini merupakan
pengenceran 10-1.
- Cara uji
Pengujian Staphylococcus aureus dilakukan dengan cara memindahkan 1 mL
larutan pengenceran 10-1 dengan pipet steril ke dalam larutan 9 mL BPW 0,1% untuk
mendapatkan pengenceran 10-2. Hal tersebut dilakukan kembali sehingga mendapatkan
pengenceran 10-3. Selanjutnya, tuang 15 mL sampai 20 mL media BPA yang sudah
ditambahkan dengan egg yolk tellurite emulsion (5 mL ke dalam 95 mL media BPA) pada
masing-masing cawan petri yang akan digunakan dan biarkan hingga memadat. Pipet 1
mL suspensi dari setiap pengenceran dan diinokulasikan masing-masing 0,4 mL; 0,3 mL;
dan 0,3 mL pada tiga cawan petri yang telah berisi media. Ratakan suspensi sampel di atas
permukaan media agar dengan menggunakan batang gelas (hockey stick) dan biarkan
sampai suspensi terserap. Inkubasikan pada temperatur 35 oC selama 45 jam sampai 48
jam pada posisi terbalik. Koloni yang telah tumbuh kemudian diamati, apabila koloni yang
tumbuh sesuai dengan ciri khas koloni Staphylococcus aureus, maka koloni tersebut
diambil dan dilakukan uji identifikasi.
- Uji identifikasi
Uji identifikasi Staphylococcus aureus dilakukan dengan menggunakan
staphylase test. Koloni yang diambil kemudian ditetesi dengan staphylase dan diratakan.
Hasil uji dinyatakan positif apabila terjadi penggumpalan.
- Perhitungan
Hitung koloni dari cawan petri yang menunjukkan koloni khas Staphylococcus
aureus dan menunjukkan hasil uji staphylase positif, kemudian dikalikan dengan faktor
pengencerannya. Hasil dilaporkan sebagai jumlah Staphylococcus aureus per mililiter
atau per gram.
23
E. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Informasi Veteriner, UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat. Laboratorium ini
terletak di Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, Jalan Adisucipto
Nomor 48 Pontianak Tenggara.
Seksi Laboratorium Kesehatan Hewan dan Informasi Veteriner memiliki tiga
laboratorium, yaitu Lab. Cemaran Mikroba, Lab. Residu Obat, dan Lab. Kimia.
Laboratorium Cemaran Mikroba melakukan pengujian TPC, Escherichia coli, Coliform,
Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus. Laboratorium Residu Obat melakukan
pengujian residu antibiotika golongan Aminoglikosida, Penisilin, Oksitetrasiklin, dan
Makrolida. Laboratorium Kimia melakukan pengujian boraks, formalin, nitrit, identifikasi
spesies, dan uji awal kebusukan daging. Laboratorium Cemaran Mikrobiologi memiliki
seorang Penyelia Mikrobiologi, sama halnya dengan Laboratorium Residu Obat dan
Kimia memiliki seorang Penyelia Residu Obat dan Kimia. Penyelia memiliki kuasa dan
wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada penguji untuk melakukan pengujian dan
menganalisis hasil dan kesimpulan dari pengujian yang dilakukan penguji. Mekanisme
dan prosedur pengujian laboratorium ditunjukkan pada Lampiran 1.
Kegiatan magang dilakukan dengan cara mahasiswa ditugaskan untuk mengambil
sampel aktif, yaitu sampel yang langsung diambil dari lokasi atau pasar. Sampel yang
diperoleh terdiri dari tiga sampel, yaitu daging ayam, pentol dan bakso. Semua mahasiswa
ikut berperan dalam pengujian ketiga sampel tersebut, namun dalam penulisan laporan
magang, maka mahasiswa dibagi berdasarkan jenis sampel. Penulis mendapatkan sampel
pentol sehingga fokus pengujian yang dilakukan adalah pengujian cemaran mikroba, yaitu
pengujian TPC, Coliform, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.
24
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4. Hasil Pengujian Cemaran Mikrobiologi
Jenis Pengujian
No Kode Alamat TPC Coliform E.coli S.aures
(Cfu/g) (MPN/g) (MPN/g) (MPN/g)
Jl. Sejahtera, Kel.
Bangka Belitung
<1,0x
1 P1 Darat, Kec. <3,6 <3,6 <1,0 x102
101
Pontianak Tenggara,
Kota Pontianak
Kios Kantin
UNTAN No.8, Kel.
2 P2 Bansir Laut, Kec. 2,0 x 105 <3,6 <3,6 1,0 x102
Pontianak Tenggara,
Kota Pontianak
B. Pembahasan
Uji TPC (Total Plate Count) merupakan uji yang digunakan untuk menghitung
jumlah koloni bakteri yang berada pada media yang diuji (Nuria, 2009). Perhitungan
bakteri dapat dilakukan dengan perhitungan secara langsung dan secara tidak langsung.
Pada pengujian sampel ini, perhitungan bakteri yang digunakan adalah secara langsung
dimana bakteri yang tumbuh diatas media PCA akan dihitung koloninya. Berdasarkan
hasil pengujian yang telah dilakukan pada 2 sampel pentol ayam, diketahui bahwa pada
sampel P2 memiliki hasil TPC di atas ambang batas BMCM, dimana hasil uji TPC pada
sampel P2 adalah sebesar 2,0 x 105 Cfu/g dan batas maksimum TPC berdasarkan SNI
7388;2009 adalah sebesar 1 x 105 Cfu/g (Tabel 6). Hal ini mengindikasikan bahwa telah
terjadi kontaminasi terhadap sampel pentol ayam P2. Pada sampel pentol ayam P1 dapat
dilihat bahwa hasil uji TPC yang dilakukan adalah sebesar <1,0 x 101 Cfu/g. Pada sampel
ini dapat dikatakan sebagai memenuhi syarat Batas Maksimum Cemaran Mikroba
(BMCM) sesuai dengan standar SNI.
Perhitungan jumlah koloni dengan menggunakan uji TPC pada sampel pentol
ayam ini dilakukan dengan menginokulasikan sampel yang telah melalui proses
25
pengenceran ke dalam media PCA (Plate Count Agar). Hasil positif yang didapat pada
uji TPC ini akan menunjukkan koloni yang tumbuh pada media. Koloni yang tumbuh ini
akan dihitung menggunakan colony counter. Setelah didapatkan jumlah koloni kemudian
dihitung menggunakan rumus perhitungan yang sesuai dengan standar yang ditentukan.
Jumlah koloni yang dapat dihitung dengan rumus perhitungan yaitu yang berjumlah 25-
300 koloni per cawan petri. Berdasarkan hasil uji TPC ini, apabila dilihat dari lokasi
tempat penjualan, maka dapat dilihat bahwa lokasi penjualan pentol ayam sampel P1
lebih bersih dan rapi daripada sampel P2. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator pentol
ayam sampel P2 tersebut tercemar TPC.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian Most Probable Number (MPN) Coliform
dan Escherichia coli. Bakteri Coliform dan Escherichia coli dalam pengujian sampel ini
menggunakan cara yang sama, yaitu dengan metode MPN. Metode MPN merupakan
metode uji yang mendeteksi sifat fermentatif Coliform dan Escherichia coli dalam sampel
(Jiwintarum dkk., 2017). Metode MPN digunakan dalam media cair di dalam tabung
reaksi sehingga perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung positif. Pengamatan
tabung positif dapat dilihat dengan mengamati terbentuknya gas di dalam tabung
Durham. Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah bakteri dalam
contoh bentuk cair, namun dapat juga diaplikasikan untuk contoh berbentuk padat dengan
terlebih dahulu disuspensikan. Pada pengujian sampel pentol ayam ini, digunakan metode
MPN untuk pengujian bakteri Coliform dan Escherichia coli. Hal ini dikarenakan sampel
tersebut merupakan sampel olahan (bukan sampel segar) sehingga dipercaya bahwa
bahan pangan yang telah diolah akan memiliki jumlah mikroba yang lebih sedikit
daripada bahan pangan yang belum diolah (bahan pangan segar). Berdasarkan hasil
pengujian, dari tahapan uji pendugaan, didapatkan hasil bahwa kedua sampel pentol ayam
tersebut negatif mengandung bakteri Coliform dan Escherichia coli. Hal ini diketahui saat
uji pendugaan, semua tabung yang digunakan untuk pengujian sampel tidak
menghasilkan gas, sehingga tidak dilanjutkan ke tahapan pengujian selanjutnya.
Penghitungan untuk mendapatkan hasil bahwa jumlah bakteri Coliform dan Escherichia
coli yang terdapat pada sampel P1 dan P2 diperoleh dengan menggunakan acuan Tabel
3. Berdasarkan hasilyang diperoleh, diketahui bahwa semua tabung tidak menghasilkan
26
gas (bernilai 0) maka hasil MPN untuk pengujian bakteri Coliform dan Escherichia coli
pada kedua sampel adalah <3,6 MPN/g.
Pengujian mikrobiologi selanjutnya adalah pengujian bakteri Staphylococcus
aureus. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
food borne disease (Karimela dkk., 2017). Bakteri ini mengeluarakan enterotoksin yang
dibentuk untuk mencemari produk pangan yang bersifat tahan panas, tahan asam, dan
tahan terhadap pengaruh enzim proteolitik seperti pepsin dan tripsin. Staphylococcus
aureus mampu tumbuh pada berbagai makanan awetan maupun makanan yang telah
dikeringkan (Paryati, 2003). Koloni bakteri Staphylococcus aureus memiliki ciri khas
bundar, licin dan halus, cembung, diameter 2 mm sampai dengan 3 mm, berwarna abu-
abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona opak, dengan atau tanpa zona luar yang terang
(clear zone), tepi koloni putih dan dikelilingi daerah yang terang, konsisteni koloni seperti
mentega atau lemak jika disentuh oleh ose (SNI, 2008). Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan terhadap sampel pentol ayam, diketahui bahwa untuk sampel pentol ayam P1
memiliki nilai <1,0 x 102 Cfu/g, sedangkan pada sampel P2 memiliki nilai 1,0 x 102 Cfu/g.
Sampel P1 memiliki nilai yang masih berada di bawah BMCM, dimana nilai BMCM
untuk bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 1 x 102 Cfu/g, sedangkan sampel P2
memiliki nilai yang sama dengan BMCM sehingga sampel tersebut masih berada dalam
kondisi aman untuk dikonsumsi.
Berikut ini adalah tabel Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) pada
pangan daging olahan:
27
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
bahwa:
1. Pengujian cemaran mikrobiologi pada sampel pentol ayam yang dilakukan di
Laboratotrium Cemaran Mikroba, UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat mengacu pada
metode SNI 2897:2008 dimana pengujian yang dilakukan terdiri dari pengujian Total
Plate Count (TPC), Most Probable Number (MPN) Coliform dan Escherichia coli,
dan Staphylococcus aureus.
2. Pada salah satu sampel pentol ayam yang diuji, didapatkan hasil bahwa positif TPC
karena telah melewati Batas Maksimum Cemaran Mikroba yang telah ditentukan
pada SNI 7388:2009, yaitu sampel pentol ayam yang diperoleh dari Kios Kantin
UNTAN.
3. Sampel pentol ayam kedua yang diuji memiliki hasil lebih rendah dari BMCM yang
telah ditentukan sehingga dapat disimpulkan bahwa olahan pangan tersebut aman
dikonsumsi.
B. Saran
Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan di Laboratorium Cemaran
Mikroba, UPT Pelayanan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik
Hewan Provinsi Kalimantan Barat, maka saran yang dapat saya berikan adalah agar UPT
dapat menambah fasilitas pengujian cemaran mikroba lainnya terhadap pangan asal
ternak dan olahannya. Selain itu, saran juga diberikan kepada para pedagang agar lebih
memperhatikan kondisi lingkungan tempat berdagang, proses saat pengolahan, dan
tempat penyimpanan produk pangan yang akan dijual sehingga pangan yang dijual
tersebut aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
28
DAFTAR PUSTAKA
Adams M dan Motoarjemi Y. 2003. Dasar Dasar Keamanan Makanan untuk Petugas
Kesehatan. Jakarta: EGC BBPOM.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 2897:2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba
dalam Daging, Telur, dan Susu serta Hasil Olahannya. Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 7388:2009. Batas Maksimum Cemarana Mikroba
dalam Pangan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Bahri S. 2008. Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Ternak di Indonesia.
Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(3):225-242.
Jiwintarum Y., Agrijanti., Septiana B.L. 2017. Most Probable Number (MPN) Coliform
dengan Variasi Volume Media Lactose Broth Single Strenght (LBSS) dan Lactose
Broth Double Strenght (LBDS). Jurnal Kesehatan Prima. 11(1):11-17.
Karimela E.J., F.G. Ijong., dan H.A. Dien. 2017. Karakteristik Staphylococcus aureus
yang diisolasi dari Ikan Asap Pinekuhe Hasil Olahan Tradisional Kabupaten
Sangihe. JPHPI. 20(1):188-198.
Mayaserli D.P., dan Anggraeni, D. 2019. Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada
Jajanan Bakso Tusuk di Sekolah Dasar Kecamatan Gunung Talang Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Perintis. 6(1):12-22.
Ngazizah F.N. 2019. Identifikasi Adanya Bakteri Escherichia coli Pada Pentol yang Dijual
Disekitar STIKES BCM Pangkalan Bun. Jurnal Borneo Cendekia. 3(1):85-92.
Nuria C. 2009. Uji Aktivitas Antibakteria Ekstrak Etanol Daun Jeruk Pagar (Jatropa
curcas) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan
Salmonella typhi. Jurnal Teknologi Pertanian. 5(2):10-12.
Paryati S.P.Y. 2003. Keracunan Makanan Oleh Bakteri, Bacterial Food Poisoning. Jurnal
Veteriner. 4(1):1-3.
Syukur D.A. 2006. Biosecurity Terhadap Cemaran Mikroba dalam Menjaga Keamanan
Pangan Asal Hewan. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung,
Bandar Lampung.
29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Mekanisme dan Prosedur Pengujian Laboratorium UPT Pelayanan
Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan
Provinsi Kalimantan Barat
Kostumer
1
11
10
2
Penerimaan contoh Manajer Manajer Puncak
Administrasi
9
3 8
Manajer Teknis
4 7
Penyelia
5 6
Penguji
Keterangan:
Urutan 1-5 : Alur masuk pengujian
Urutan 6-11 : Alur keluar hasil pengujian
30
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Magang
Dokumentasi bersama para pegawai yang ada di UPT Pelayanan Kesehatan Hewan,
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Klinik Hewan Provinsi Kalimantan Barat
31
Lokasi Pengambilan Contoh Uji
32
Pengujian MPN Coliform Pengujian MPN Escherichia coli
33