DOSEN PENGAMPU :
Ir. Yetti Elfina S, M.P
DISUSUN OLEH :
AGROTEKNOLOGI-C
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
yang berjudul “Laporan Project Diagnosis Hama dan Penyakit Tanaman Cabai
terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Ir. Yetti Elfina S.MP, yang telah
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengaharapkan masukan yang bersifat
ii
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 7
PENDAHULUAN ........................................................................................... 7
BAB II .............................................................................................................. 11
METODOLOGI ............................................................................................. 28
BAB IV .............................................................................................................31
iii
4.2 Jenis Tanah pada Lahan ................................................................ 33
.................................................................................................................... 59
didapatkan ................................................................................................62
BAB V .............................................................................................................. 72
PENUTUP ....................................................................................................... 72
LAMPIRAN ....................................................................................................77
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
BAB I PENDAHULUAN
pertanaman dan perkembangan tanaman terdiri atas faktor abiotik dan biotik. Salah
satu faktor biotik yang sangat besar pengaruhnya terhadap tanaman adalah adanya
pertanian yang dibudidayakan atau bahkan bisa mengancam kelestarian sumber daya
alam flora. OPT dapat mengganggu tanaman sejak dari bahan tanam sampai pasca
terutama ancaman pada tanaman pangan dan hortikultura. Bentuk gangguan pada
tanaman dapat berupa fisik, fisiologis, maupun penurunan mutu hasil. Tingkat
kerugian yang ditimbulkan sangat beragam tergantung pada jenis tanaman, jenis OPT,
kontinuitas dan efisiensi produksi. Oleh karena itu perlindungan tanaman harus
dipertimbangkan dalam setiap usaha budidaya tanaman dan pemasaran hasil pertanian.
atau pengendalian hama akrab lingkungan yang mendorong bekerjanya musuh alami.
Cara pengendalian ini bersifat non kimia yang memanfaatkan predator dan parasitoid
sehingga populasi hama tidak akan mendatangkan kerugian ekonomi bagi petani.
7
Konsep PHT lebih menekankan pada penjagaan dan pemantapan keseimbangan
pest management, IPM) merupakan suatu tindakan koreksi dalam pengelolaan hama
pendekatan yang komprehensif dan mengacu pada sistem pengelolaan tanaman secara
terpadu pada berbagai ekosistem. Secara umum, ciri dari program PHT adalah: efisien
dan layak secara ekonomi, ramah lingkungan, aman bagi organisme non-target
(misalnya, manusia, hewan, musuh alami), berterima secara sosial dan budaya,
dalam program perlindungan tanaman di Indonesia, yang secara resmi tercantum pada
luas, yang mengakibatkan adanya kesulitan di dalam pembahasannya. Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode analisis yang mudah dipahami, namun informasi yang
dihasilkan metode tersebut tetap dapat dipercaya. Salah satu metode penyelidikan
8
tertentu yang menjadi subjek penyelidikan. Pendekatan ini menghasilkan informasi
pertanian yang semakin berkembang, tidak banyak petani yang dapat menerapkan dan
memanfaatkan pestisida nabati. Minimnya pengetahuan dan ilmu yang dimiliki petani
masyarakat luas. Oleh karena itu, agar dapat terjun dan dapat mengkomunikasikan
kepada masyarakat luas, mahasiswa diharuskan untuk lebih mengenal, mengerti dan
kemampuan, baik dalam bermasyarakat maupun di dunia kerja baik secara teknis
yang dikelola secara langsung oleh manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat
Definisi etnoekologi yaitu ilmu yang membahas mengenai hubungan yang erat antar
yang merupakan semua jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada dan
keanekaragaman hayati secara alami menjadi tanaman monokultur dalam bentuk yang
9
ekstrim. Hasil akhir pertanian adalah produksi ekosistem buatan yang memerlukan
pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak dikehendaki
(Altieri, 1999).
1.2 Tujuan
status hama dan penyakit tersebut. Selain itu juga agar pratikan mampu dan
gejala serangan penyakit dan tanda yang ditemukan pada tanaman dan
yang dibudidayakan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan Analisis Status OPT/Diagnosis Penyakit dan Hama Tanaman
adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil secara
langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau
Penyebaran penyakit tanaman dapat melalui angin, air, atau serangga. Penyakit
tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu penyakit sistematik dan penyakit
lokal. Penyakit sistematik adalah penyakit yang menyebar keseluruh tubuh tanaman,
sehingga seluruh tanaman akan sakit. Penyakit local adalah penyakit yang hanya
terdapat disuatu tempat atau bagian tertentu, misalnya pada buah,bunga, daun, cabang,
pengganggu tanaman yang terdiri dari tiga komponen yaitu hama, penyakit dan gulma.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan satu atau lebih teknik
11
Sehubungan dengan konsep pertanian organik, maka tata cara pencegahan
yang ramah lingkungan. Zat-zat yang digunakan untuk mencegah dan menanggulangi
OPT secara organik biasa disebut sebagai pestisida nabati (Ariyanti, NA. 2014)
menurunkan kuantitas dan kualitas panen tetapi juga seringkali menimbulkan fuso
bahkan pada akhirnya berimbas pada gangguan sistem pengadaan pangan di hampir
pengendalian secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami hama dan penyakit
buahnya memilki kandungan gizi cukup tinggi terutama kandungan vitamin A dan C.
Penggunaan cabai yang cukup luas baik dalam bentuk segar maupun olahan
menyebabkan komoditi ini memiliki nilai ekonomi tinggi. Nilai ekonomi yang tinggi
menjadi alasan petani untuk terus membudidayakan tanaman cabai sebagai mata
dari tahap persemaian hingga panen. Salah satu contoh yaitu patogen yang merupakan
12
Gejala tanaman sakit dapat dibagi berdasarkan sifat gejala yang timbul,
pengaruh langsung dan tidak langsung, berdasarkan ukuran gejala, serta secara
• Berdasarkan sifat gejala yang timbul, gejala tanaman yang sakit dibagi
menjadi:
• Gejala lokal (local symptoms): gejala timbul hanya terbatas pada bagian-
bagian tanaman tertentu saja misalnya penyakit pada daun, akar atau buah.
penyakit yang menyerang seluruh bagian tanaman: misalnya yang disebabkan oleh
virus, diseluruh bagian tanaman terdapat virus walaupun tepat infeksi pada bagian
dibagi menjadi:
jaringanyang tidak diserang yang timbul secara tidak langsung akibat adanya patogen
13
• faktor biotik yaitu: fungi, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda, dan
• faktor abiotik seperti: cuaca, suhu, mineral, senyawa toksik, dan penyebab
lainnya.
sebagai penyakit fisiologis. Pada berbagai literatur yang berkaitan dengan penyakit
tumbuhan yang disebabkan oleh faktor biotik atau mikroorganisme. (Agrios, 1997)
Ilmu penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hal
ihwal virus, bakteri, fungi, nematoda dan tanaman tingkat tinggi yang dapat
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan, tanaman atau tegakan tanaman dan hasil
Hama dan penyakit terjadi karena bagian dari hasil interaksi antara komponen-
komponen dan campur tangan manusia dalam mengelolanya. Oleh karena itu perlu
difahami hakekat berbagai masalah yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit
tanaman sebagai dasar untuk mengatasi masalah hama dan penyakit yang lebih efisien,
atau bagian tubuh patogen yang sebagai besar dibentuk di dalam sel dan/atau disekitar
jaringan tanaman sebagai bentuk kegiatan perbanyakan dan akan digunakan oleh
pathogen untuk melakukan untuk penyebaran baik di bagian lain dalam satu tanaman
atau di tanaman lain di sekitarnya atau pada jarak yang jauh. (Agrios, 1997)
patogen atau agen yang secara negative mempengaruhi kesehatan organisme inang.
Faktor penentu penyakit yang sering diabaikan, adalah lingkungan, yang mencakup
14
efek fisik dan sosial yang merugikan pada umat manusia. Segitiga penyakit adalah
dan agen infeksius (atau abiotik). Model ini dapat digunakan untuk memprediksi
Tanaman dapat dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian
menyimpang dari keadaan normal. Untuk dapat mengetahui tanda suatu penyakit
Tanda suatu patogen kadang-kadang dapat dilihat dengan mata biasa tanpa alat
hasil pengamatan gejala dan tanda. Oleh karenanya pengamatan gejala dan tanda
apakah dari golongan cendawan/jamur, bakteri, virus, dan atau penyebab penyakit
tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yangkhas, termasuk faktor-faktor lain yang
yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan
15
harus dilakukan survey penyakit tanaman. Diagnosa gangguan tanaman dapat
diketahui melalui pengenalan gejala atau tanda-tanda serangan spesifik dari masing-
masing hama. Gangguan hama dapat diketahui melalui tanda-tanda atau gejala yang
Proses diagnosa suatu hama dapat dilakukan melalui beberapa tahap. Pada
tahap awal dapat dilakukan terhadap tanaman yang mengalami gangguan. Kegiatan
yang dilakukan adalah menjabarkan kondisi gangguan yang dapat dilihat mata.
hasil pengamatan yaitu mencocokkan antara tanda atau gejala kerusakan yang tampak
pada tanaman dengan penyebab kerusakan tersebut. Dengan kata lain mencari
tanaman jagung ini diharapkan bisa membantu petani untuk mengatasi permasalahan
dimana metode ini didasarkan dari kondisi awal dimana kondisi awal merupakan
kondisi gejala-gejala yang ada kemudian dikenakan aturan yang sudah ditentukan lalu
diambil nilai kebenaran yang paling besar untuk menentukan kesimpulan dan solusi
dari gejala yang disebutkan sebelumnya. Sistem pakar akan diterapkan untuk
16
2.2 Analisis Agroekosistem I (Rantai Makanan)
dalamnya terdapat komponen organisme dan abiotik dalam suatu lahan pertanian.
Agroekosistem dapat dikatakan produktif jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara,
dihasilkan suatu pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan. Agroekosistem
terbentuk dari berbagai macam komponen seperti tanah, udara, cahaya, tanaman dan
pengurai, serta komponen pendukung lainnya yang saling berinteraksi satu sama lain.
pengendalian hama akrab lingkungan yang mendorong bekerjanya musuh alami. Cara
pengendalian ini bersifat non kimia yang memanfaatkan predator dan parasitoid
sehingga populasi hama tidak akan mendatangkan kerugian ekonomi bagi petani.
pest management, IPM) merupakan suatu tindakan koreksi dalam pengelolaan hama
pendekatan yang komprehensif dan mengacu pada sistem pengelolaan tanaman secara
17
terpadu pada berbagai ekosistem. Secara umum, ciri dari program PHT adalah: efisien
dan layak secara ekonomi, ramah lingkungan, aman bagi organisme non-target
(misalnya, manusia, hewan, musuh alami), berterima secara sosial dan budaya,
programnya bersifat holistik dan terpadu (Oka, 1995; Oka, 1997; Suharto, 2007;
Untung, 2006).
terus berkembang hingga saat ini karena dilandasi dari kenyataan yang ada dan
hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan serta mendorong penerapan pht
1). Budidaya tanaman sehat, tanaman yang sehat memiliki daya tahan yang
baik terhadap serangan hama dan penyakit. tanaman sehat juga memiliki kemampuan
lebih cepat dalam mengatasi dan memulihkan dirinya sendiri dari kerusakan akibat
serangan hama dan penyakit tersebut. untuk memperoleh tanaman yang sehat perlu
2). Memanfaatkan musuh alami, musuh alami atau agens hayati terbukti
mampu menekan populasi hama dan menurunkan resiko kerusakan tanaman akibat
serangan hama dan penyakit. pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan
musuh alami yang potensial merupakan tolok ukur dalam sistem pht. pemanfaatan
antara populasi hama dan populasi musuh alaminya. dengan demikian tidak akan
18
3). Pengamatan dan pemantauan rutin, dalam sistem pengendalian hama
bagian terpenting yang harus dilakukan oleh setiap petani. pengamatan dan
populasi hama, kondisi tanaman serta perkembangan populasi musuh alaminya dapat
diketahui. hasil pemantauan dan pengamatan digunakan sebagai dasar tindakan yang
akan dilakukan.
4). Petani sebagai ahli pht, sistem pengendalian hama terpadu (pht) sebaiknya
dikembangkan oleh petani sendiri, karena penerapan pht harus disesuaikan dengan
keadaan ekosistem setempat. setiap wilayah atau daerah memiliki ekosistem yang
berbeda-beda, sehingga suatu sistem pht yang dikembangkan pada wilayah tertentu
belum tentu cocok jika diterapkan pada wilayah lainnya. agar setiap petani mampu
untuk mempelajari konsep pht. dalam hal ini peran aktif instansi terkait dalam
berkelanjutan. oleh karena itu suatu konsep pengendalian hama dapat dikatakan
sebagai sistem pht jika mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang
19
4). Mempertahankan populasi hama atau tingkat serangan hama
populasi hama dan penyakit. tindakan pengendalian hama secara fisik dapat dilakukan
pengeringan, lampu perangkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara dan
penghalang/pagar/barier.
b). rogesan, yaitu pemotongan pucuk tebu yang terserang penggerek pucuk
c). memangkas cabang, ranting atau bagian tanaman lainnya yang terserang
d). rampasan, yaitu pengumpulan seluruh buah ketika terjadi serangan berat
e). gropyokan, yaitu perburuan hama tikus disuatu daerah yang luas secara
serentak,
20
3. Pengendalian hama dan penyakit secara kultur teknik yaitu pengendalian
hama dan penyakit melalui sistem atau cara dalam bercocok tanam antara lain sebagai
berikut :
dilakukan dengan cara pergiliran tanaman, pemberoan dan penanaman serempak pada
toleransi inang.
populasi hama, serangan dan tingkat kerusakan tanaman dengan menanam varietas
dengan memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu predator, parasitoid, maupun
patogen hama.
dengan peraturan adalah sebagai berikut 1. uu no. 16 th 1992 : karantina hewan, ikan
21
7). Pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida sintetis kimia adalah
alternatif terakhir apabila cara-cara pengendalian yang lain tidak mampu mengatasi
merupakan langkah awal yang harus ditempuh serta langkah tersebut haruslah
tepat, karena apabila indetifikasi terhadap hama tidak tepat, maka informasi
terkait ekologi dan biologi hama yang digunakan sebagai dasar untuk membuat
keputusan yang tidak tepat. Apabila cara tersebut tidak tepat maka akan
menghasilkan tindakan yang tidak perlu dan tidak efektif yang dapat berakibat
fatal apabila keputusan tersebut terus dilaksanakan. Maka dari itu, penting untuk
Parameter yang dimaksud dalam hal ini adalah ukuran populasi hama,
distribusi hama, tingkatan dan perkembangan hama, serta spesies, distribusi dan
banyaknya srangga berguna, status tanaman iniang dan nilai ekonomi tanaman
lahan serta semua aspek dari sistem produksi tanaman agar dapat menentukan
22
apakah tanaman tersebut dapat diobati guna mencegah populasi hama melebihi
ambang ekonomi
4. Pemantauan
Pemantauan ini melibatkan cara langsung dan tidak langsung yang bertujuan
mewakili seluruh lahan. Selain itu, untuk menentukan tingkat kesehatan dan
5. Pengambilan keputusan
ekonomi yang relevan versus risiko suatu tindakan pengelolaan hama. Pertanyaan
a. Apakah kita akan kehilangan jika kita tidak berbuat apa-apa? Apa yang kita
dapatkan?
b. Apakah cukup agen pengendali alami yang hadir untuk mengurani populasi hama
23
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, biasanya dilakukan dengan
merekomendasikan tektik dalam program PHT yang lebih luas adalah taktik
c. Kesehatan masyarakat
7. Implementasi
tepat dan lengkap. Ketika telah diintervensi dengan pestisida, maka sangat
penting untuk diingat bahwa waktu dan penempatan yang tepat sering kali lebih
8. Evaluasi
24
pengendalian hama untuk menentukan apakah apa yang sudah dilaksanakan dapat
yang diharapkan maka dapat dievaluasi guna memberikan hasil yang baik pada
Cara ini merupakan teknik yang paling sederhana dan murah tentunya untuk
daerah banyak tersedia tenaga manusia. Yang dikumpulkan adalah fase hidup hama
yang mudah ditemukan dan dikumpulkan seperti telur dan larva. Pengumpulan
kelompok telur dan ngengat oleh penduduk dan anak sekolah dilakukan di jalur Pantai
Utara Jawa Barat sebagai bagian dari gerakan massal pengendalian hama penggerek
Pengumpulan kelompok telur dan larva instar ke-3 juga dianjurkan untuk
terserang. Saat yang tepat untuk melakukan pencabutan adalah +13 hari setelah tanam.
hama penggerek pucuk tebu, Schirpophaga nivella adalah dengan "rogesan" yaitu
catoxantha harus dimulai apabila ulat sudah mencapai panjang 8 mm. Sebab untuk
25
membinasakan dulu ulat-ulat Artona yang masih muda.Pohon-pohon kelapa yang
masih muda (cikal) juga harus dipangkas daunnya dan disisakan pucuknya serta 1
atau 2 pelepah daun yang paling muda. Hal ini bertujuan untuk mencegah
penularan.Rampasan adalah petikan semua buah coklat dari yang berukuran kecil
b. Gropyokan
membunuh tikus baik yang berada di dalam liang maupun yang sedang berada di luar
sarang. Tikus dibunuh secara langsung dengan menggunakan alat bantu seperti
cangkul dan alat pemukul. Agar gropyokan berhasil harus dilakukan pada waktu
sawah sedang tidak ada tanamannya atau dalam keadaan bero. Usaha tersebut harus
dilakukan secara rutin, massal dengan koordinasi yang baik antara pemerintah daerah,
petugas lapangan, petani dan masyarakat umum. Usaha gropyokan hanya dapat
c. Memasang Perangkap
Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang dibuat
sesuai dengan jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Alat perangkap
diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati oleh hama. Sering
juga pada alat perangkap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik atau melekatkan
pertanaman padi mampu menekan populasi walang sangit. Bau busuk yang
ditimbulkan oleh kepiting yang sudah mati dapat menjadi penarik bagi walang sangit.
Apabila sudah terkumpul, walang sangit dapat dimusnahkan segera. Gadung atau
26
jagung dapat dijadikan sebagai umpan untuk mengendalikan hama tikus. Perangkap
yang berupa gadung maupun jagung yang telah dicampur racun tersebut mampu
memabukkan bahkan mematikan hama tikus. Perangkap yang terbuat dari bahan
d. Pengusiran
pertanaman atau yang sedang menuju ke pertanaman. Sampai saat ini petani sering
e. Cara-cara lain
Beberapa cara pengendalian mekanik lain dapat dilakukan sesuai dengan jenis
hama, bentuk tanaman, bagian tanaman yang terserang dan fase hama yang
alat penghisap serangga. Pengendalian Fisik dan Mekanik dalam PHT ( Untung, K.
1984)
27
BAB III METODOLOGI
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2022. Kegiatan
ini yaitu lahan pertanian, kantong plastic, kertas atau koran, isolasi bening, dan
buku tulis.
Cara kerja yang digunakan dalam praktikum pengendalian hama terpadu ini
cabai.
a. Tanaman inang
b. Nama penyakit
28
c. Penyebab penyakit
d. Gejala awal
e. Gejala lanjut
penyakit secara langsung dengan gejala-gejala dan tanda pada tanaman yang
sakit.
P = Σ (n x v) / NX Z x 100 %
Keterangan:
b) Kerusakan Mutlak
P = (a/N) 100 %
Keterangan:
29
a = jumlah buah busuk.
pedoman.
9. Mahasiswa membuat makalah, ppt dan video dari pelaksanaan kegiatan yang
sudah dilakukan.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Cabai (Capsicum sp) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang
konsumsi rumah tangga dan dapat dipasarkan, baik dalam bentuk segar maupun
olahan. Cabai memiliki daya adaptasi yang luas, dapat ditanam di dataran rendah
dalam 4 jenis yaitu : Cabai rawit memiliki buah ukuran kecil, tetapi rasa kepedasan
lebih tinggi dan dapat tumbuh baik tanpa perawatan yang intensif. Cabai merah
buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah tebal, kurang daya simpan dan tidak
begitu pedas. Cabai merah keriting buahnya bergelombang atau keriting, ramping,
kulit buah tipis, lebih tahan simpan dan rasa pedas. Cabai paprika buahnya bersegi
empat panjang atau bentuk bel. Buahnya dipanen umumnya saat matang hijau
(Sebayang, 2013).
Tanaman cabai keriting mempunyai daya adaptasi yang cukup luas.Tana- man
ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai keting- gian
1400 m di atas permukaan laut.Tanaman cabai keriting mempunyai daya adap- tasi
yang cukup luas.Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai keriting
adalah sekitar 600-1200 mm per tahun. Cahaya matahari sangat diperlukan sejak
pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada intensitas cahaya yang tinggi
dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan cabai keriting terjadi lebih cepat
dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih singkat (Sumarni dan Muharam,
2005).
31
Suhu optimum harian untuk pertumbuhan cabai keriting antara 24oC sampai
dengan 32 derajat Celsius. Jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan cabai merah kriting
adalah pada jenis tanah lempung berdebu dengan kapasistas memegang air yang baik.
Pada kenyataannya cabai keriting dapat tumbuh selama tanah tersebut memiliki
drainase yang baik. pH tanah yang cocok untuk cabai keriting antara 5.5-6.8 (Sumarni
Adapun lahan pertanian tanaman cabai yang kami amati yaitu berada pada
lahan fakultas pertanian, Universitas Riau. Lahan tersebut dikelola oleh bapak yaitu
bernama Bapak Heri. Lahan yang dikelola beliau seluas ½ hectare. Bapak Heri sudah
mengelola selama 2 tahun. Adapun jenis cabai yang ditanam oleh beliau yaitu cabai
32
4.2 Jenis Tanah pada Lahan
Adapun jenis tanah yang berada di lahan cabai fakultas pertanian, Universitas
Riau yaitu tanah yang paling baik adalah tanah humus yang kaya akan hara, draina
sedana erasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Ph tanah yang dibutuhkan tanaman cabai merah dan cabai
rawit yaitu 5,5 – 6,8, Tanaman cabai rawit dan cabai merah dapat tumbuh pada suhu
2019).
adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil secara
langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau
kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Jadi OPT yang telah kami dapatkan pada
A) Pengamatan hama
(paniculae) dan
33
juga cairan buah,
menyebabkan
tanaman
kekurangan hara
dan menguning
(klorosis), dan
perlahan-lahan
melemah.
disebabkan oleh
jaringan akibat
serangan nimfa
dan serangan
dewasa
yang bersifat polyfag. Serangga polyfag merupakan serangga yang memiliki lebih
dari 1 inang dan umumnya menyerang pada fase vegetatif tanaman. Serangan jenis
hama ini dapat berdampak besar yaitu sulitnya tanaman berkembang dengan baik
dengan rusaknya daun atau batang tanaman yang menyebabkan tanaman tidak bisa
berfotosintesis dengan baik. Berdasarkan pendapat Meilin, (2014), hama utama yang
ada pada tanaman cabai yaitu hama thrips, lalat buah, kutu kebul, kutu daun persik,
34
kutu daun dan tungau, sedangkan serangga yang teridentifikasi serangga-serangga
tersebut belum dijumpai atau belum teridentifikasi karena penelitian terbatas hanya
B) Pengamatan Penyakit
kehitaman pada
permukaan buah
sedikit berlekuk
bewarna coklat
35
Virus kuning \ Gemini virus Helai daun
berkembang
menjadi warna
kuning jelas,
tulang daun
menggulung ke
atas.
Tanaman cabai juga menjadi tanaman favorit bagi serangan hama dan
penyakit. Masalah utama yang dihadapi petani cabai adalah serangan hama dan
penyakit. Penyakit yang sering menyerang yaitu patek, keriting daun, layu bakteri,
layu fusarium, bercak alternaria, serta penyakit fisiologis. Pengendalian hama dan
tepat, luas area yang terserang, dan jenis obat yang akan diaplikasikan (Alif, 2017).
Adapun hasil pengamatan yang telah kami temukan yaitu penyakit yang
menyerang pada lahan tanaman cabai fakultas pertanian, Universitas Riau yaitu ada
C) Pengamatan gulma
36
Rumput Teki
Cyperus rotundus
Tempuh wiyang
Emilia sonchifolia L.
Rumput Mutiara
Oldenlandia corymbose
L.
Gulma juga menjadi ancaman bagi usaha budidaya cabai merah keriting.
Gulma yang mengganggu tanaman cabai merah keriting berupa tumbuhan liar seperti
rumput dan sisa tanaman periode sebelumnya. Gulma menyerap zat hara yang
dapat dibasmi dengan cara disemprot obat- obatan atau dengan cara manual yaitu
Adapun gulma yang kami dapatkan pada lahan cabai yaitu, ada rumput teki,
tempuh wiyang dan rmput Mutiara. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar
37
D) Pengamatan Musuh alami
Jangkrik
Grylloidea
Laba -laba
Araneae
yang ada didalamnya. Beberapa jenis musuh alami yang pada tanaman cabai memiliki
peranan penting dalam Agroekosistem sebagai pengendali beberapa jenis hama yang
menjadi inangnya. Musuh alami pada lahan tanaman cabai yang kami jumapai yaitu
ada jangkrik dan laba-laba. Dimana jangkrik dan laba laba musuh alami predator,
positif terhadap tanaman yang dibudidayakan (produksi pertanian), dan ada yang
parasitoid dan patogen) dapat berperan positif, yaitu dalam pengendalian organisme
pengganggu yang berupa hama dan gulma. Oleh karena itu, upaya konservasi
38
(pelestarian) harus dilakukan agar musuh alami dapat berperan secara optimal dalam
1. Karakteristik Ekosistem
rendah pada tanah sawah yang beririgasi dengan cara tumpang gilir
buah.
Fase pratanam
cabai.
39
b) Penggunaan benih sehat. Beberapa penyakit pada tanaman cabai
Fase persemaian
a) Untuk cabai yang ditanam di dataran tinggi, 30-35 hari setelah semai
c) OPT yang mungkin menyerang pada fase ini adalah virus, penyakit
Fase tanam
dahulu.
b) OPT yang mungkin menyerang pada fase ini adalah ulat tanah, ulat
grayak, tungau, kutu daun persik, trips, virus (mosaik dan keriting),
Fase vegetatif
a) Pada fase ini tanaman tumbuh pesat dan mulai rimbun dengan daun.
40
b) OPT yang mungkin menyerang pada fase ini adalah ulat tanah, hama
Fase generatif
dihasilkan.
b) OPT pada fase ini perlu diamati dengan cermat karena dapat
kutu daun persik, trips), lalat buah, busuk buah antraknosa, penyakit
b) Cabai yang akan dikirim segar perlu dikemas dengan benar, aerasi
2. Pratanam
41
a. Persiapan lahan
a) Dipilih lahan yang mempunyai aerasi dan drainase yang baik, dan
sampai halus.
cm.
b. Waktu tanam
Bila cabai ditanam setelah padi, waktu tanam yang baik adalah
c. Pola tanam
42
Untuk mengindari terjadinya peningkatan populasi hama dan
patogen tular tanah, pergiliran tanaman adalah pilihan yang paling cocok.
d. Varietas anjuran
lampiran
e. Kebutuhan benih
b. Biji diambil dari buah yang tua, mulus dan sehat Untuk luasan
kandang.
43
c. Kedua pupuk tersebut ditutup dengan selapis tanah. Pemupukan
ton/ha atau kompos matang 5-10 ton/ha dan pupuk TSP (100-150
kg/ha) diberikan pada satu minggu sebelum tanam atau pada saal
g. Tumpangsari/tumpanggilir
a) Pengamatan.
perkembangannya.
44
b) Analisis ekosistem dan pengambilan keputusan
80% atau lebih. Benih yang baik, ukuran dan warnanya harus
dan dizinkan.
3. Fase Persemaian (Dataran Tinggi 0-30 Hss; Dataran Rendah 0-21 Hss)
a) Persiapan persemaian
45
a. Sebagai media tumbuh digunakan campuran tanah lapisan
b) Penyemaian
halus.
kasa/trikord.
lapangan.
46
a. Bibit di persemaian disiram sesuai dengan kebutuhan
a) Pengamatan Hama
cairannya diisap.
b) Pengamatan penyakit
pembibitan.
47
c. Apabila pertumbuhan bibit ada yang terhambat dan warna daun
mosaic atau pucat, berarti bibit terinfesi virus. Gejala dapat timbul
4. TANAM
a) Pemilihan bibit
b) Cara Tanam
b. Pada penanaman cabai secara monokultur dibuat gulu dan dan lubang
48
secara tumpanggilir dengan bawang merah, bawang ditanam dengan
c. Bibit ditanam pada lubang yang telah diberi pupuk kandang dan pupuk
a. Pengamatan Hama
tangkai daun terpotong berarti tanaman terserang ulat tanah (Agrotis ipsilon).
ditemukan ulat tersebut. Ulat tanah merupakan OPT yang paling penting pada
fase ini.
b. Pengamatan Penyakit
terserang virus.
49
c. Analisis ekosistem dan pengambilan keputusan
5. Fase Vegetatif (Dataran Rendah 0-30 Hst, Dataran Tinggi 0-45 Hst)
plastik perak, pemberian pupuk susulan dalam bentuk pupuk NPK (15: 15:
15) yang dicairkan (1,5 g/l air), dengan dosis 9 4000 I larutan/ha. Pupuk
ini diberikan mulai umur 12 minggu setelah tanam, diulang tiap 10 hari
d. Pada penanaman cabai secara tumpanggilir, pupuk Urea (100 150 kg/ha).
50
Selanjutnya dipasang mulsa jerami sebanyak 10 ton/ha dan dihamparkan
setebal 5 cm.
g. Tanah yang mengeras digemburkan dengan cara pendangiran dan air yang
yang biayanya telah ditentukan sudah perlu atau belum perlu diambil berdasarkan
nilai kehilangan hasil tertentu yang akan dapat diselamatkan. Selanjutnya, bila
yang dilakukan memberikan hasil yang efektif dan apakah menimbulkan dampak
lain.
a) Pengamatan
contoh per 500 m². Tanaman contoh sebanyak 10 tanaman (rumpun) per
tanaman per netak contoh adalah 100 tanaman. Tanaman contoh diamati
51
a. Hama
a. Agar diwaspadai ulat tanah (A.ipsilon) dan ulat grayak (Spodoptera litura).
b. Selain kedua hama tersebut pada fase pertumbuhan ini kemungkinan juga
c. Dihitung jumlah kutu daun dari dua daun bagian atas per tanaman contoh.
Dihitung jumlah trips, dari dua daun bagian atas pertanaman contoh.
d. Dihitung tingkat kerusakan tanaman oleh serangan ulat grayak dan hama
dengan rumus:
Keterangan :
N1: jumlah tanaman yang memiliki kategori kerusakan (skoring) yang sama
V1: nilai skoring berdasarkan luas seluruh daun tanaman yang terserang, yaitu :
b. Musuh alami
52
a. Mengamati dan mengusahakan kelestarian musuh-musuh alami hama
telur S. litura, larva Didea fasciata pemangsa kutu daun, Aphidius sp.
c. Penyakit
P= Σ (n xv) / NX Z x 100 %
Keterangan:
sama,
yaitu:
53
4= luas kerusakan daun/tanaman > 40 - ≤ 60%
cuaca, serangan ulat tanah, rebah kecambah atau layu fusarium. Penyulaman
b. Mengumpulkan dan memusnahkan ulat tanah A. ipsilon, larva dan telur ulat
54
e. Sanitasi, mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang cendawan layu
sebanyak 40 buah/ha atau 2 buah/ 500 m². Perangkap diganti tiap dua
minggu.
2. Trips, yaitu perangkap likat berwarna biru atau putih (40 buah/ha atau
2 buah/500 m²).
3. Kutu daun persik (Myzus persicae sulz) yaitu perangkap air berwarna
m³).
g. Jika jumlah kutu daun > 7 ekor/10 daun contoh atau kerusakan tanaman oleh
hama pengisap (kutu daun), thrips dan tungau 15% per tanaman contoh, maka
(Diascorea hispida).
h. Jika intensitas kerusakan daun oleh serangan ulat grayak 2 12,5% per
6. Fase Generatif (Dataran Rendah 25-80 Hst, Dataran Tinggi 30-90 Hst)
55
b. Penyiangan kedua dilakukan pada 8 mst
pengguludan kedua.
tanah.
menggugurkan daun-daun.
56
Musuh alami yang diamati di usahakan kelestariannya sama
a. Buah yang rusak karena terserang lalat buah dan atau busuk buah
masal lalat buah yang menggunakan zat penarik metil eugenol yang
a) Pemanenan
57
b) Penanganan segar dan pengepakan
c. Penyimpanan
a. Pengamatan
P= (a/N) x 100 %
Keterangan:
58
C. gloeosporioides atau bakteri (busuk)/10 tanaman contoh (tiap
P = (a/N) 100 %
Keterangan:
1) Hama
data dari 10 sampel tanaman yang mengalami kerusakan pada daun diakibatkan
oleh Kutu kebul (Bemicia tabaci) yang menyerang daun tanaman cabai. Untuk
pengambilan sampel yang digunakan yaitu secara zigzag, data yang diperoleh
sebagai berikut :
59
Gejala 5 (> 80-100%) 1
P = Σ (n x v) / NX Z x 100 %
P = 24/50 x100 %
P = 48 %
Jadi, tingkat kerusakan tanaman cabai yang diakibatkan oleh kutu kebul,
sedang.
data dari 10 sampel tanaman yang mengalami kerusakan pada tanaman yang
terkena hama kepik, Untuk pengambilan sampel yang digunakan yaitu secara
P = Σ (n x v) / NX Z x 100 %
P = 22/50 x100 %
60
P = 44 %
Jadi, tingkat kerusakan tanaman cabai yang diakibatkan oleh hama kepik,
yaitu 44%. Dan untuk tingkat kerusakan pada hama kepik ini termasuk
sedang .
2) Penyakit
data dari 10 sampel tanaman yang mengalami kerusakan pada tanaman yang
P = Σ (n x v) / NX Z x 100 %
P = 29/50 x100 %
P = 58 %
61
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan kami mendapatkan
data dari 10 sampel tanaman yang mengalami kerusakan pada tanaman yang
P = 7/10 x 100%
P = 70%
data dari 10 sampel tanaman yang mengalami kerusakan pada tanaman yang
terkena virus kuning. Untuk pengambilan sampel yang digunakan yaitu secara
P = 5/10 x 100%
P = 50%
Jadi, tingkat kerusakan tanaman cabai yang diakibatkan oleh virus kuning
(Virus Gemini), yaitu 50%. Dan untuk tingkat kerusakan pada virus kuning ini
termasuk berat.
62
4) system pengairan yang teratur;
6) sanitasi.
Hama
A) Kutu Kebul
Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh rusaknya
sel-sel dan jaringan daun akibat 6 serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat
Embun muda yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur
jelaga yang berwarna hitam, menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan embun
serangga ini cukup luas dan dapat mencapai populasi yang besar dalam waktu yang
menjadi inang kutu kebul adalah kentang, timun, melon, labu, terong, cabai, lettuce
dan brokoli. Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul
sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat
60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus,
63
Kutu kebul dan hubungannya dengan virus kuning cabai ini bersifat persisten.
Kutu memperoleh virus ketika dia mengambil makanan dari tanaman yang telah
terinveksi (akuisisi). Virus yang diambil dari tanaman sakit beredar melalui saluran
(haemolymph) dan selanjutnya kelenjar saliva. Pada saat dia menghisap makanan dari
tanaman sehat, virus ikut masuk ke dalam tubuh tanaman bersama dengan cairan dari
mulut serangga tersebut. Retensi virus ini di dalam tubuh serangga sangat lama
Pengendalian :
serangga.
albidipennis, dll.
sedangkan jenis.
Dengan cara tersebut populasi hama dapat ditekan dan kerusakan yang
64
f. Sanitasi lingkungan
B) Kepik Coklat
Kepik coklat, Riptortus linearis merupa kan salah satu pengisap polong
kedelai yang sangat penting di Indonesia karena dapat menyebabkan kehilangan hasil
hingga 80%, bahkan puso apabila tidak dikendalikan (Marwoto 2006; Tengkabo dkk.
musnahnya musuh alami dan munculnya gejala resistensi hama terhadap insektisida.
Imago dan nimfa merusak polong dan biji. Caranya dengan menusukkan
stiletnya ke kulit polong hingga mencapai biji kemudian mengisap cairan biji tersebut.
Serangan pada polong muda menyebabkan biji mengerut dan menyebabkan polong
gugur. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong menyebabkan biji
dan polong kempis kemudian mengering. Serangan pada fase pengisian biji
menyebabkan biji hitam dan busuk, dan serangan pada polong tua dan biji-bijian telah
65
mengisi penuh menyebabkan kualitas biji turun oleh adanya bintik-bintik hitam pada
biji atau kulit biji menjadi keriput (Tengkano & Soehardjan 1985)
secara terpadu untuk menurunkan status hama kepik coklat. Pengendalian dengan
teknik budidaya (cultural control) Teknik pengendalian ini adalah suatu usaha
sesuai bagi kehidupan dan perkembang-biakan hama, serta menyediakan habitat bagi
pergiliran tanaman kedelai dengan jagung atau padi yang dapat mengatasi masalah
2. Penanaman dalam barisan (strip cropping). Misalnya, menanam kedelai dan jagung
secara berselang-seling pada petak berbeda (Leslie & Cuperus, 1993). Teknik ini
hama. Selain itu, tanaman dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan sumber
memiliki sifat antixenosis berupa ketebalan kulit polong dan kerapatan trikoma yang
dapat mengurangi banyaknya luka tusukan stilet kepik coklat dan kepik pengisap
polong lainnya.
4. Penanaman tanaman perangkap, yakni kacang hijau varietas Merak dan Sesbania
rostrata yang dikombinasikan dengan insektisida deltametrin untuk kepik coklat dan
66
Penyakit
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak
mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat. Warna
hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus), apabila
kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah muda. Luka
yang ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris
dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang tidak lama buah
akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan penyakit ini sangat
cepat pada musim hujan. Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan
Pengendalian :
tular benih.
67
d. Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.
berkembang menjadi warna kuning jelas, tulang daun menebal dan daun
mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah.
produksi buah. Selain cabai virus ini juga mampu menyerang tanaman tomat,
buncis, gula bit, babadotan, atau tanaman pertanian yang lain. Penyakit ini
disebabkan oleh virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–
22 nm. Virus gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus dapat
68
Pengendalian :
perkembangan virus)
Penyebab penyakit ini oleh adanya jamur Cercospora capsica. Gejala serangan
penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat berwarna coklat pada
daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak
69
berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua
kerugian ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan
layu dan rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang tanaman muda di
penyakit bercak daun. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai
Pengendalian :
terinfeksi/terserang
d. Perbaikan drainase.
e. Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang
70
71
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada tanaman cabai yang telah diamati terdapat 3 sampel yang sudah diambil
yaitu penyakit bercak daun, antraknosa, dan virus kuning. Pada praktikum ini bisa
dilihat gejala yang ada pada tanaman yang sakit, lalu dilakukan diagnosa terhadap
gejala serta tanda yang ada dan berdasarkan hasil diagnosis di duga penyakit yang
menyerang tanaman cabai pada sampel 1 adalah penyakit bercak daun. Penyakit ini
cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Pada tanaman cabai sampel 3
berdasarkan hasil diagnosis adalah penyakit virus kuning, penyakit yang menyerang
tanaman cabai disebabkan oleh Virus Gemini yang disebarkan oleh vektor yaitu kutu
OPT pada lahan cabai yang diamati ada beberapa yang yaitu hama, penyakit
dan gulma. Hama yang kami dapatkan pada lahan ini yaitu kepik coklat (Riptortus
linearis), kutu kebul (Bemicia tabaci). Penyakit yang menyerang pada tanaman cabai
yang kami amati yaitu bercak daun (Cercospora capsici), antraknosa (Colletotrichum
capsici) dan virus kuning (Virus Gemini dibawa oleh vektor serangga yaitu kutu
kebul). Sementara ada beberapa gulma yang ada yaitu rumput mutiara (Oldenlandia
corymbose L.), rumput teki (Cyperus rotundus), tempuh wiyang (Emilia sonchifolia
L.).
72
Pada lahan yang kami amati ada beberapa musuh alami yang dijumpai yaitu
jangkrik (Gryllus sp.), semut api (Solenopsis invicta) dan laba-laba (Atypena
formosana). Laba-laba, semut api dan jangkrik termasuk musuh alami predator, yaitu
Tingkat kerusakan tanaman cabai yang diakibatkan oleh hama dan penyakit.
Pengambilan sampel yang digunakan yaitu secara zigzag. Tingkat kerusakan oleh
hama, seperti kutu kebul, yaitu 48 %, tingkat kerusakan pada serangan kutu kebul ini
termasuk sedang. Tingkat kerusakan diakibatkan oleh hama kepik, yaitu 44%, tingkat
kerusakan pada hama kepik ini termasuk sedang. Sedangkan akibat penyakit, seperti
tingkat kerusakan tanaman cabai yang diakibatkan oleh penyakit bercak daun (jamur
Cercospora capsici) yaitu 58 %, tingkat kerusakan pada bercak daun ini termasuk
(Colletotrichum capsici), yaitu 70%, tingkat kerusakan pada antraknosa ini termasuk
berat. Tingkat kerusakan tanaman cabai yang diakibatkan oleh virus kuning (Virus
Gemini), yaitu 50%, tingkat kerusakan pada virus kuning ini termasuk berat.
baik itu secara kultur teknis, mekanis maupun fisik, bisa juga dengan hayati, dan
3.2 Saran
Saran saya kepada mahasiswa untuk lebih fokus lagi selama kegiatan
pengamatan gejala dan tanda yang ada pada bagian tanaman, agar tidak terjadi
kesalahan dalam proses identifikasi dan diagnosis penyakit dan hama pada tanaman.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adam, I., Hikmat, A., Utami, Illiyina, Railan, Daryanto dan Noerjati. 2001. Model
Alif. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai keriting. Bio Genesis, Yogyakarta.
Arifin, M. 2010 Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Laban dalam
Illiyina, N. C., Hikmat, A., Adam, Srie, Railan dan Noerjati. Model
Indiati, S. W., & Marwoto, M. 2017. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Meilin, A. (2014). Hama dan penyakit pada tanaman cabai serta pengendaliannya.
74
Moenandir, J. 1993. Persaingan tanaman budidaya dengan gulma (Ilmu Gulma- Buku
Salisbury, F.B dan Ross, CW. 1997. Fasing humbuhan. Terjemahan Dian Rukmana
Setiawan, H.A. 2019. Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu, Kelembaban Dan Ph
Tanah Sebagai Alat Bantu Budidaya Cabai Merah Dan Cabai Rawit. Skripsi,
(Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan
10 (1).
75
Warisno dan Dahana, K. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. PT. Gramedia
Wayan, I., Suastika, Purnomo, J. dan Supriyana, Y. 2014. Pengelolaan Tanah dan
Wiyono, S. 2007. Perubahan iklim dan ledakan hama dan penyakit tanaman. Makalah
Yuwono, T., Sri W., Dwidjono H. D., Masyhuri, Didik I., Susamto S., dan Sunarru S.
76
LAMPIRAN
a. Kutu kebul
P = Σ (n x v) / NX Z x 100 %
P = 24/50 x100 %
P = 48 %
b. Kepik
77
P = Σ (n x v) / NX Z x 100 %
P = 22/50 x100 %
P = 44 %
a. Bercak daun
P = Σ (n x v) / NX Z x 100 %
P = 29/50 x100 %
P = 58 %
b. Antraknosa
P = 7/10 x 100%
P = 70%
c. Virus kuning
P = 5/10 x 100%
P = 50%
78
79